ABSTRACT
Humans are God's most perfect creatures. He is the only creature given reason
and lust by Allah. Departing from this, humans are required to think about KEYWORDS
events in this universe. In the Al-Qur'an Surat al-Hasyr verse 2 it is stated "Think, Philosophy, Science, Process,
O people of understanding". This shows that humans must think rationally, Procedure, Product
which is then termed the word philosophy. Philosophy thinks radically,
universally, and systematically. One branch of philosophy is the philosophy of
science, namely philosophy that answers questions about the nature of science.
This field studies the basics of philosophy, assumptions, and realizing science.
Here, the philosophy of science is also closely related to the foundations of
ontology, epistemology and axiology. Philosophy of science seeks to explain
various kinds of problems and how a statement can be called scientific, and
much more. Therefore, we are interested in discussing one of the most
important parts of the philosophy of science, namely the notion of science.
Apart from being a requirement to fulfill the assignment of the philosophy of
science course itself
A. Pendahuluan
Ilmu pengetahuan jika dimaknai secara terpisah, dapat diartikan dari kata dasar ilmu. Ilmu
serapan bahasa arab ‘alama yang memiliki makna pengetahuan. Menurut Oxford Dictionary, ilmu
adalah aktivitas berfikir yang meliputi tentang sistematika, perilaku dan struktur. Sementara ilmu dalam
perspektif bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang bidang tertentu yang dibuat secara
sistematis. Jika dipandang secara holistik, maka ilmu adalah kumpulan pengetahuan berdasarkan
sumber dan teori yang telah disepakati secara bersama. Jika ilmu dan pengetahuan digabung, maka
secara sederhana dapat disimpulkan sebagai ilmu yang menyelidiki, meningkatkan, menemukan demi
tujuan memberikan pengertian kepada para pembacanya. Dimana manusia itu sendiri memiliki rasa
penasaran sebagai bentuk kebutuhan. Maka, lahirlah ilmu pengetahuan dari berbagai pandangan yang
sifatnya memberikan informasi, memberi pengetahuan dan memberi pengalaman bagi yang mau
menerima ilmu itu sendiri.
Ilmu pengetahuan secara global, dapat diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan yang disusun
secara metodologi dan sistem. Tujuannya untuk mencapai ilmu secara universal dan dari segi
kebenarannya dapat diverifikasi. Ilmu pengetahuan itu sendiri sebenarnya bersifat terbuka, dapat
dijadikan sebagai problem solving terhadap masalah dan bersifat plural.
Lantas, bagaimana pendapat ilmu pengetahuan dari para ahli. Mari kita intip pendapat mereka seperti
apa.
1. Menurut The Liang Ghe
Ilmu adalah adalah usaha manusia untuk memahami dunia dan sekelilingnya melalui tiga bidang yang
meliputi bidang pengetahuan ilmiah, bidang persoalan ilmiah dan bidang penjelasan gaib.
Siapa yang tidak tahu Muhammad Hatta? Pasti semua orang tahu siapa beliau. Ilmu pengetahuan
menurut Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang disusun secara teratur dan membahas tentang
pekerjaan hukum umum, mempelajari sebab akibat dalam sebuah permasalahan yang muncul.
3. Karl Person
Ilmu merupakan pengetahuan yang menggambarkan atau menerangkan secara komprehensif dan ajeg.
Gambaran yang disampaikan pun berdasarkan pada fakta pengalaman.
4. Dadang Ahmad S.
Ilmu pengetahuan adalah sebuah proses untuk menemukan penjelasan terhadap fenomena terhadap
kondisi alam, atau apapun yang dipertanyakan.
5. Syahruddin Kasim
Berbeda dengan pendapat Syahruddin kasim, yang mengartikan ilmu pengetahuan adalah hidayah dari
sang pencipta, dimana dari proses berasalnya melalui interaksi fenomena fitrawi. Misalnya Lewat
dimensi hati, nafsu, akal yang dipikirkan secara rasional empirik, sehingga mampu menjelaskan hasanah
alam semesta.
Jika sebelumnya kita sudah mengintip pengertian ilmu pengetahuan, sekarang waktunya kita mengintip
perbedaan diantara keduanya. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh secara sistematis, dapat
diukur, koheren, empiris dan dapat dibuktikan. Ilmu berbentuk satu kesatuan ide yang fokus pada objek
tertentu dan memiliki keterkaitan yang bersifat logis, dan koheren. Ilmu itu meliputi semua cabang
pengetahuan, sementara pengetahuan tidak meliputi semua cabang ilmu yang ada. Berbeda dengan
ilmu, pengetahuan adalah kepandaian batiniah dan kepandaian dalam menyikapi persoalan yang ada di
dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan lahir ketika seseorang memiliki rasa penasaran dan
mempelajarinya. Selama proses mempelajari, dibutuhkan pengamatan, pengalaman indrawi dan
dibutuhkan analitis untuk mengolah informasi dan menyimpan informasi sehingga menjadi
pengetahuan.
ke-21 dunia pesantren menjadi bagian dari modernitas itu sendiri. Pesantren terlibat secara intim,
mengakrabi, bahkan asyik ma’syuk dengan modernitas. Pertemuan keduanya memaksa pesantren dan
modernitas mendefinisikan diri dalam konteks dialektika dan dinamika yang hidup dan saling
memperkaya satu sama lain. Jadilah keduanya merupakan “teman akrab” yang saling melengkapi satu
sama lain. Hanya sedikit pesantren, yang karena alasan resistensi terhadap perubahan, mereka tidak
mau mengadopsi modernitas (pesantren salaf). Secara umum, modernitas tidak menjadi sesuatu yang
menakutkan bagi dunia pesantren.
B. Karakter Pesantren
1) Rasional
Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk
menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri. Ilmu menampakkan diri
sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris. Penalaran merupakan suatu proses
berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya
bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir bukan dengan perasaan, meskipun
seperti itu dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri. Meskipun demikian patut
kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berfikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi
penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran. Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia
melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional dengan lingkungan atau masyarakat yang
kemudian melahirkan ilmu.
2) Kognitif
Pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan
proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif (cognition) adalah suatu rangkaian aktivitas
seperti pengenalan, penyerapan, pengkonsepsian, dan penalaran (antara lain) yang dengannya
manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan tentang suatu hal.
Menurut Piaget menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi terhadap lingkungan
dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.
a. Asimilasi
Ilmu hanya terdapat dan dimulai dari aktivitas manusia, sebab hanya manusia yang memiliki
kemampuan rasional dalam melakukan aktivitas kognitif yang menyangkut pengetahuan, dan
selalu mendambakan berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu.Dalam wujudnya ilmu dibagi
ke dalam tiga bagian yaitu ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk. Ilmu sebagai proses
memiliki arti suatu aktivitas manusia, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh
manusia, dan ilmu itu sendiri terdiri dari satu atau rangkaian aktivitas yang merupakan sebuah
proses yang bersifat rasional, kognitif, dan teleologis. Sedangkan Ilmu sebagai prosedur atau
ilmu sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata
langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Terakhir yaitu ilmu sebagai
produk bermakna pengetahuan ilmiah yg kebenarannya dapat diuji secara ilmiah, yg mencakup
Jenis-jenis sasaran; bentuk-bentuk pernyataan; Ragam-ragam proposisi; ciri-ciri pokok;
Pembagian secara sistematis.
D. Referensi
A’la, Abd. Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006.
Asrohah, Hanun. “The Dynamics of Pesantren: Responses toward Modernity and Mechanism in
Organizing Transformation,” Journal of Indonesian Islam, Vol. 05, No. 01 (June 2011): 66-90.
Billahi, Savran dan Idris, Thaha. Bangkitnya Kelas Menengah Santri: Modernisasi Pesantren di Indonesia.
Jakarta: Prenada Media Group, 2018.
Collins Concise Dictionary & Thesaurus. Glasgow: Harper Collins Publishers, 1995.
Departemen Agama RI. Direktori Pesantren, Vol. 5. Jakarta: Departemen Agama RI, 2007.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES, 1982.
Giddens, Anthony and Pierson, Christopher. Conversations with Anthony Giddens: Making Sense of
Modernity. Cambridge & Oxford: Polity Press, 1998.
Giddens, Anthony. Modernity and Self-Identity: Self and Society in the Late Modern Age. Cambridge:
Polity Press, 1991.
Good, Carter V. Dictionary of Education. New York & London: McGraw Hill Book Company, 1959.
Hamid, Abdulloh. Pendidikan Karakter Berbasis Pesantren: Pelajar dan Santri dalam Era IT & Cyber
Culture. Surabaya: Imtiyaz, 2017.
Ivancevich, John M. et. al. Organizational Behavior and Management. New York: McGraw-Hill Irwin,
2011.
Joiner, Bill & Josephs, Stephen. Leadership Agility: Five Levels of Mastery for Anticipating and Initiating
Change. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc, 2007.
“KH Ahmad Basyir Jekulo-Kudus (1924-2014),” Tasamuh.id. Diakses pada 4 Desember 2019.
Makmun, H.A. Rodli. “Pembentukan Karakter Berbasis Pendidikan Pesantren: Studi di Pondok Pesantren
Tradisional dan Modern di Kabupaten Ponorogo,” Cendekia, Vol. 12/No. 2 (Juli-Desember 2014).