Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH METOLOGI PENELITIAN

PENGERTIAN PENGETAHUAN, ILMU, DAN FILSAFAT.

Untuk memenuhi tugas matakuliah Metodologi Penelitian

Yang dibina oleh Ibu Ir. Astutik Pudjirahadju M.Si

Oleh

Alfida Berliana

P17110213052 / 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN GIZI

D-III GIZI

2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang


diberikan segala kemampuan jasmani, rohani dan kemampuan berpikir yang
menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia juga makhluk
yang sempurna dan yang pertama kali menggunakan bahasa. Sebagai makhluk
yang mulia, manusia memiliki tiga keistimewaan dibandingkan dengan makhluk
lainnya, keistimewaan tersebut diantaranya: memiliki penguasaan bahasa,
memiliki kemampuan berpikir, dan kesempurnaan bentuk ragawi. Dengan
keistimewaan tersebutlah manusia mendapatkan pengetahuan berdasarkan
kemampuannya sebagai makhluk yang berpikir, merasa, dan mengindra.

Keberadaan manusia dan ilmu pengetahuan merupakan perwujudan


bersama dari kehidupan yang didasari dari rasa keingintahuan manusia terhadap
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Keberadaan ilmu pengetahuan
sebagai produk kegiatan berpikir merupakan obor peradaban dimana manusia
menemukan dirinya, memahami eksistensinya dan menghayati hidup lebih
sempurna. Munculnya masalah dalam diri manusia telah mendorong untuk
berpikir, bertanya, lalu mencari jawaban segala sesuatu yang ada, dan akhirnya
manusia menjadi makhluk yang mampu menemukan dan mencari sinar kebenaran
dalam hidupnya. Dengan demikian, ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan
perkembangan manusia serta berkembang dalam rangka menemukan kebenaran
dari keingintahuan manusia. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan lahir dari
dorongan keingintahuan manusia dalam rangka mencari kebenaran.

Pada dasarnya ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Ilmu bertugas untuk
menggambarkan dan filsafat bertugas untuk menjelaskan fenomena alam semesta
dan kebenarannya berasal dari hasil pemikiran sepanjang pengalaman yang
dialami. Dengan demikian, perkembangan ilmu juga memperkuat keberadaan
filsafat dimana tujuan dari berfilsafat itu sendiri adalah untuk menemukan
kebenaran yang sebenarnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Pengetahuan
2. Pengertian ilmu
3. Pengertian filsafat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pengetahuan


Bila ditinjau dari jenis katanya 'pengetahuan' termasuk dalam kata
benda, yaitu kata benda jadian yang tersusun dari kata dasar 'tahu' dan
memperoleh imbuhan 'pe - an', yang secara singkat memiliki arti 'segala hal
yang berkenaan dengan kegiatan tahu atau mengetahui. Pengertian
pengetahuan mencakup segala kegiatan dengan cara dan sarana yang
digunakan maupun segala hasil yang diperolehnya. Untuk memahami lebih
mendalam tentang pengertian 'pengetahuan', seseorang perlu memamahi
tindakan 'mengetahui'.
Kegiatan mengetahui merupakan kegiatan mental, yaitu kegiatan akal
pikir. Untuk memperoleh pengetahuan, pertama-tama menusia berusaha
mencerap berbagai hal yang dialaminya, yang diindera, yang dirasakannya,
yang dikehendakinya, dan yang dipikirkannya. Berbagai hal yang dicerap
tersebut dipilah-pilahkan dalam kerangka ruang dan waktu; perlu dibedakan
keterkaitan dan kedekatan hubungan antara yang satu dengan yang lain, perlu
dilihat kronologi atau keberurutannya dalam waktu antara yang satu dengan
yang lain.
Tujuan manusia memiliki pengetahuan adalah
 Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup
 Mengembangkan arti kehidupan
 Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri
 Mencapai tujuan hidup

Kejelasan akan lebih tercapai dan kesimpangsiuran bisa terhindar bilamana


dibedakan secara tegas pembagian pengetahuan ilmiah berdasarkan dua hal
berikut ini, yaitu: ragam pengetahuan dan jenis pengetahuan.

Kehidupan manusia pada dasarnya berpangkal pada sifat dasar tersebut:


pengetahuan teoretis akan memuaskan hasrat mengetahui, sedangkan
pengetahuan praktis dapat memenuhi keinginan berbuat. Dengan demikian,
menurut konsep ini ilmu akan dibedakan pertama-tama dalam dua ragam,
yaitu: ilmu teoretis (theoretical science) dan ilmu praktis (practical science).

2.2 Pengertian Ilmu


Sebagai proses, ilmu pengetahuan merupakan suatu rangkaian kegiatan
ilmiah yang menggunakan rasio atau pikiran dan diusahakan secara rasional,
kognitif, serta bersifat teleologis (memiliki tujuan). Untuk melakukan kegiatan
ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Penguasaan sarana berpikir
ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Ciri-ciri ilmu:
a. Empiris
b. Sistematis
c. Objektif
d. Analitis
e. Verikatif

Sebuah kategori penggolongan ilmu yang banyak dikemukakan para


ahli ialah pembedaan segenap pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang
istilahnya saling berlawanan. Penggolongan ini tampak sederhana sehingga
mudah dipahami, tetapi pada umumnya tidak memerinci berbagai cabang
ilmu. Biasanya hanya diberikan contoh-contoh ilmu apa yang termasuk dalam
masing-masing kelas. Di bawah ini dapat didaftar aneka dikotomi itu (The
Liang Gie, 1997: 156-158) :

- Karl Pearson : Abstract sciences dan Concrete sciences


- William Kneale : a priori sciences dan Empirical sciences
- Hal Kibbey : Basic science dan Applied science
- Herbert Searles : Descriptive sciences dan Normative sciences
- Wilson Gee : Exact sciences dan Inexact sciences
- Rudolf Carnap : Formal sciences dan Factual science

Pembedaan ini didasarkan pada prosedur nomotetik dari ilmu


kealaman yang berusaha menyusun kaidah-kaidah umum, dan prosedur
idiografik dari sejarah yang mengarah pada penyajian mengenai apa yang
terjadi hanya sekali dan dalam suatu cara yang khusus. Metode historis
memiliki martabat ilmiah yang sama seperti metode rumpun ilmu fisik. Ilmu
nomotetik merupakan suatu disiplin ilmu yang pertama-tama berminat
mempelajari hal yang umum daripada hal yang khusus dan kurang berminat
pada deskripsi-deskripsi, tetapi lebih pada pengembangan kaidah-kaidah
ilmiah. Sosiologi dan ilmu-ilmu fisis dipandang sebagai ilmu-ilmu nomotetik
sebab tujuan pertama mereka adalah menyarikan generalisasi-generalisasi dari
kejadian-kejadian spesifik dan fakta-fakta individual. Sedangkan ilmu
idiografik merupakan suatu disiplin ilmu yang pertama-tama bersifat deskriptif
dan berminat pada fakta-fakta unik, individual. Sejarah dipandang sebagai
suatu ilmu idiografik sebab sejarah lebih berminat mempelajari kejadian-
kejadian khusus dan konfigurasi-konfigurasi kejadian-kejadian dalam latar-
latar yang spesifik daripada menurunkan asas-asas umum dan kaidah-kaidah
ilmiah. Suatu klasifikasi lain yang terkenal ialah dari filsuf

2.3 Pengertian Filsafat

Filsafat selain dilihat sebagai suatu pandangan hidup dan cara berpikir,
filsafat juga dapat dilihat sebagai ilmu. Filsafat berupaya untuk mencari
tentang suatu hakikat atau inti dari suatu hal sebagai sebuah ilmu. Inti dari
suatu hal itu sendiri sifatnya sangat mendalam dan hanya dapat dimengerti
oleh akal manusia. Karenanya dalam mencari pengetahuan tantang suatu
hakikat, mesti dilakukan dengan abstraksi yaitu suatu perbuatan atau suatu
kerja akal untuk menghilangkan keadaan, sifat tertentu sehingga muncul
substansi atau sifat mutlak. Kemudian pada perkembangan berikutnya, ilmu
itu sendiri terbagi menjadi beberapa disiplin ilmu, yang semuanya
membutuhkan suatu pendekatan, sifat, objek, tujuan serta ukuran yang
berbeda-beda antar suatu disiplin ilmu.

Beberapa para ahli memaparkan mengenai definisi filsafat ilmu


diantaranya: Liang Gie, mengatakan bahwa filsafat ilmu merupakan segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan tentang segala hal yang menyangkut
landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segi segala kehidupan manusia.
Jujun S. Suriasumantri, mengatakan bahwa filsafat ilmu bertujuan untuk
membahas serta mengevaluasi dari metode-metode pemikiran ilmiah dan
mencoba menemukan suatu nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan.

Filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai proses kegiatan untuk


memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Dengan kata lain, apapun yang
tergolong ilmu disebut sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu yaitu akumulasi
pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sehingga memenuhi
asas pengaturan secara prosedural, metodologis, teknis, dan normatif
akademis. Dengan demikian, ilmu telah teruji kebenaran ilmiahnya dan telah
memenuhi kesahihannya karena diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, jelas
prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, dan telah
diuji kebenarannya.

Setiap disiplin ilmu pengetahuan membutuhkan filsafat, sehingga pada


hakikatnya jumlah filsafat tentang berbagai disiplin ilmu itu sebanyak jumlah
disiplin ilmu yang ada, misalnya: Filsafat Politik, Filsafat Hukum, Filsafat
Sosial, Filsafat Bahasa.
BAB III

KESIMPULAN

Ilmu pengetahuan telah menjadi bagian penting bagi kehidupan sosial


masyarakat. Ilmu pengetahuan dapat menjadi tolok ukur untuk melihat maju
atau mundurnya suatu bangsa. Suatu bangsa yang memiliki tingkat ilmu
pengetahuan yang sempurna maka semakin modern juga kehidupan
masyarakatnya. Sebaliknya, jika ilmu pengetahuannya rendah maka kualitas
masyarakat di suatu bangsanya juga rendah. Hal tersebut yang menjadi ilmu
pengetahuan sangat penting dan berpengaruh di suatu bangsa dan menjadikan
masyarakatnya bersungguh-sungguh untuk mempelajari ilmu pengetahuan.

Pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia menjadikan


para filosof berupaya membangun pola pikir yang logis dan sistematis terkait
dengan kajian suatu ilmu pengetahuan. Kajian tersebut kemudian mendorong
lahirnya filsafat ilmu yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas
ilmu itu sendiri. Dengan demikian, lahirlah berbagai cabang ilmu pengetahuan
tanpa terkecuali dalam bidang ilmu sosial dengan berbagai cabang ilmu di
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Rokhmah Dewi, Ilmu dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan


Aksiologi,Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7, No.2, 2021.

Wahana Paulus, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Pustaka Diamond, 2016.

Putri, Amalia, Tugas Filsafat Ilmu: Filsafat Ilmu, Filsafat Pengetahuan,


Pengetahuan Ilmiah, 2015.

Anda mungkin juga menyukai