Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAKEKAT ILMU

Di Ajukan Sebagai Syarat Memenuhi Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

OLEH:

Moh Abdillah Hasan 193121022

Dani Ramadhan 193121024

Nur Ain Al Mahdaly 193121021

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISALM

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu dan manusia merupakan suatu yang sangat erat kaitannya. Oleh karena itu
Berpikir mencirikan hakikat manusia dan karena berpikirlah dia menjadi manusia.
Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan
atau pun ilmu. Ilmu dan pengetahuan mempunyai hubungan yang sangat erat.
Sementara pengetahuan merupakan logika konseptual (conceptual logic),atau
sekumpulan ilmu-ilmu yang belum terhimpun dalam sebuah metode tertentu, sedang
ilmu secara sederhana bisa dimaknai sebagai semua pengetahuan yang terkonstruk
melalui beberapa metode-metode keilmuan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan
merupakan salah satu dari pengetahuan manusia yang harus benar-benar dihargai.
Untuk dapat menghargai ilmu pengetahuan tersebut, seseorang dituntut untuk
mengerti hakikat ilmu pengetahuan. karena ilmulah yang akan menunjukkan sebuah
kebenaran hakiki. Dari latar belakang diatas maka dalam pembahasan makalah ini
akan menjelaskan tentang hakikat ilmu pengetahuan dalam perspektif modern dan
islam (al-Qur’an dan Hadits).

RUMUSAN MASALAH :

1.Pengertian Ilmu ?

2.Istrumen Merai Ilmu?

3.Sumber” Ilmu Pengetahuan ?

4.Klasifikasi Atau Pembidangan Ilmu Pengetahuan ?

5.Karakterisitik Ilmuan Muslim ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu

Kata Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan (dalam bahasa Inggris: science; dalam
bahasa Arab: ‫ )الِع ْلـُم‬memiliki pengertian “usaha-usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia”.

Ilmu adalah pengetahuan, pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan telah


disusun dengan baik. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi
merangkumi sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan
dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu.

Pengertian secara ilmiah yang paling sering digunakan, ilmu adalah kumpulan
pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan
metode ilmiah. Pengetahuan merupakan akuisisi terendah yang diperoleh dari
rangkaian pengalaman tanpa melalui kegiatan penelitian yang lebih intensif. Namun,
pada dasarnya ilmu dan pengetahuan itu berbeda. Perbedaan terlihat dari sifat
sistematisnya dan cara memperolehnya. Dalam perkembangannya, pengetahuan
dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material keduanya mempunyai
perbedaan. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-
ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
B. Intrumen Meraih Ilmu

Instrumen pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiyah


dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Perkembangan sain didorong oleh
paham humanisme,119 yaitu paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia
mampu mengatur dirinya dan alam. Menurut mereka aturan itu harus dibuat
berdasarkan dan bersumber pada sesuatu yang ada pada manusia. Alat itu ialah akal,
karna akal dianggap mampu dan akal pada setiap orang bekerja berdasarkan aturan
yang sama. Aturan itu ialah logika alami yang ada pada akal setiap manusia.

a) Rasionalisme

Aliran ini terlahir dari paham humanisme, yang mengatakan bahwa akal itulah alat
pencari dan pengukur pengetahuan. Manusia memperoleh pengetahuan melalui
kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Rene Descartes (1596-1650).
Akan tetapi, paham ini sudah ada jauh sebelumnya dia mencetuskan tentang paham
ini, yaitu orang-orang Yunani kuno, lebih-lebih pada Aristoteles

b) Empirisme

Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos dari kata empeiria, artinya pengalaman.
Manusia mengetahui pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman indrawi.121

Pengetahuan Indrawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara
indera yang satu dengan yang lainnya, berhubungan dengan sifat khas fisiologis
indera dan dengan objek yang dapat ditangkap sesuai dengannya. Jadi pengetahuan
indrawi berada menurut perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ
tertentu. Jadi dalam aliran empirisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan
adalah data empiris yang diperoleh dari panca indra.

c) Positivisme
Aliran ini merupakan lanjutan dari rasionalisme dan empirisme dalam filsafat
pengetahuan. Tokoh aliran ini ialah August Compte (1798-1857). Ia penganut
empirisme yang mengatakan bahwa indra itu amat penting dalam memperoleh
pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen.

C. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan

Sebelum kita membahas mengenai sumber-sumber pengetahuan dalam filsafat


ilmu, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa sih itu filsafat ilmu?

Nah, dalam arti sederhananya filsafat ilmu itu adalah berfilsafat mengenai ilmu.
Artinya, seseorang yang berfilsafat harus mengkaji, mendalami, mengkritisi, dan
mempersoalkan atau mempermasalahkan tentang ilmu tersebut.

1.PENALARAN

Manusia mengetahui segala sesuatu yang ada di muka bumi ini karena
memiliki akal untuk melakukan penalaran. Tetapi, ada perspektif lain mengatakan
bahwa yang membuat manusia mengetahui segala ilmu pengetahuan adalah melalui
indera manusia bukan akal, seperti mata kita dapat mengamati, mata dapat
mendengar, tangan dapat meraba atau memegang. Dengan itu, manusia dapat
menyerap dan memperoleh suatu ilmu pengetahuan dan sampai pada pemikiran
penalaran. Jadi, segala sesuatu yang diketahui oleh manusia itu berasal dari indera
manusia (di luar dari diri manusia) bukan berasal dari dalam pemikiran manusia itu
sendir

Adapun tokoh-tokoh dalam sumber ini antara lain: Rene Descartes, Baruch Spinoza,
dan Gottfried Leibniz.
2. PENGALAMAN

Sumber pengetahuan bisa didapat dari pengalaman, baik pengalaman lahiriah


maupun batiniah. Pada prinsip awalnya akal manusia ini bersifat tabula rasa (kertas
kosong/tidak memiliki pengalaman) seperti bayi yang baru lahir. Tersebut diajarkan
oleh ibunya maupun orang sekitarnya mengenai pengetahuan, seperti bagaimana cara
merangkak, berjalan, membaca buku dan seterusnya. Dengan adanya beberapa
pengalaman yang di alaminya tersebut sehingga kertas kosong tadi telah terisi oleh
banyak pengalaman pengetahuan.

3. OTORITAS

Sumber pengetahuan otoritas ini berdasarkan konsep kepercayaan. Sumber


otoritas ini sangat banyak digunakan atau didapat oleh manusia daripada sumber
melalui penalaran maupun pengalaman.

Sejak manusia lahir sudah diajarkan kepercayaan, seperti jangan mendekati


kucing karena dia akan mencakar dan akan berdarah serta terasa sakit, sehingga
timbullah kepercayaan pada diri manusia bahwa kucing itu sangat berbahaya. Jadi,
menurut dari sumber otoritas ini, manusia memperoleh ilmu pengetahuan melalui
kepercayaan orang lain bukan berasal dari penalaran atau pengalaman manusia itu
sendiri.

4. INTUISI

Sumber pengetahuan intuisi ini tidak didapat dari proses penalaran tetapi
bersifat ilhami. Tetapi, intuisi orang Islam (religius) dan Barat (non-religius) berbeda.
Kalau dari perspektif orang Islam, intuisi sama dengan wahyu yakni pengetahuan
yang diperoleh dari Tuhan kepada para nabi dan rasul-Nya, sedangkan dari perspektif
Barat, intuisi ini adalah suatu pengetahuan yang dianggap tiba-tiba muncul dari diri
seseorang karena seseorang tersebut memiliki keistimewaan kecerdasan yang
pengetahuannya itu sangat bermanfaat pada masa ke depannya.
Misalnya, ada manusia sedang bersantai dan merenung di danau, tiba-tiba ada buah
mangga jatuh ke tanah. Dan manusia tersebut tiba-tiba terfikir akan suatu ide lalu
menemukan jawaban terhadap kejadian tersebut, sehingga memiliki teori bahwa
kenapa, dan bagaimana buah mangga itu bisa jatuh ke tanah.

D. Klarifikasi Atau Pembidangan Ilmu Pengetahuan

Klasifikasi ilmu disatu sisi memperlihatkan perkembangan ilmu sampai dengan


masa pembuatnya, disisi lain mencerminkan konsep pembuatnya sendiri yang hidup
dalam konteks budaya tertentu tentang hakikat ilmu. Ini berlaku, baik dalam
klasifikasi yang berbasis ontologis (berdasarkan objekilmu), maupun epistemologis
(berdasarkan sumber dan metode pencapaian ilmu), dan aksiologis fungsionalis
(berdasarkan fungsi dan tujuan ilmu). Secara umum, ilmu pengetahuan dapat
dikatagorikan menjadi empat; Pertama, ilmu-ilmu alamiyah (Natural Science) yang
terdiri atas ilmu biologi, fisika, kimia dan matematika. Berangkat dari keempat ilmu
ini yang selanjutnya disebut sebagai ilmu dasar atau ilmu murni (Pure Science),
kemudian berkembang ilmu-ilmu yang lebih bersifat terapan, seperti ilmu kedokteran,
ilmu pertanian, ilmu kelautan, ilmu pertambangan, ilmu teknik, informatika, dan
ilmu-ilmu lain yang jumlahnya semakin hari semakin bertambah. Kedua, ilmu-ilmu
sosial yang terdiri atas ilmu sosiologi, ilmu psikologi, ilmu sejarah, dan ilmu
antropologi.

E. Karakteristik Ilmuan Muslim

1.Rasa Ingin Tahu yang Tinggi. ...

2. Skeptis Terhadap Sesuatu. ...

3. Jujur Mengungkapkan Fakta. ...

4. Objektif Melakukan Penilaian. ...

5.Dapat Membedakan Fakta dan Opini. ...


6. Berpikir secara Kritis dan Teliti. ...

7. Terbuka dan Rendah Hati. ...

8.Disiplin dan Tekun…


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Secara etimologis hakikat berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam


filsafat, hakikat diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat
padanya dapat berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari.
Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan,
dan menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu
dalam akal. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Alqur’an,
dan digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan.
Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya mempunyai ciri kejelasan. Jadi dalam batasan ini faktor kejelasan merupakan
bagian penting dari ilmu.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat
tertentu yaitu sistematis, rasional, empiris, umum dan komulatif (bersusun timbun)
serta lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang di
studinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan pemikiran dan pengindraan
manusia.

Anda mungkin juga menyukai