Anda di halaman 1dari 18

KONSTRUKSI EPISTEMOLOGI ILMU PENGETAHUAN

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Program Studi Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam

Oleh

NAMA : SUMIYATI

NIM : 214120500013

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAIZU PURWOKERTO

2021

1
KONSTRUKSI EPISTEMOLOGI ILMU PENGETAHUAN

A. Pendahuluan

Manusia pada dasarnya ialah makhluk pencari kebenaran.

Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu

mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-

tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban itu juga selalu

memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk

mengukur apakah yang dimaksud di sini bukanlah kebenaran yang bersifat

semu, melainkan kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa

diukur dengan cara-cara ilmiah. Perkembangan pengetahuan yang semakin

pesat sekarang ini, tidak lah menjadikan manusia berhenti untuk mencari

kebenaran. Justru seba liknya, semakin menggiatkan manusia untuk terus

mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teori yang sudah ada

sebelumnya untuk menguji suatu teori baru atau menggugurkan teori

sebelumnya. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi melakukan

penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dan setiap

permasalahan yang dihadapinya. Karena itu bersifat statis, tidak kaku,

artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung

seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya

terhadap dunianya.1

1
Bintacecilia.Filsafat Ilmu dan Logika.Jurnal.2018.Hlm.1.

2
Epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu episteme dan logos.

Kata episteme berarti pengetahuan dan logos adalah ilmu. Jadi dari silsilah

Bahasa epistemology dapat diartikan sebagai ilmu atau teori pengetahuan.

Sedangkan secara terminologis menurut Milton D Hunnex espistemologi

adalah cabang filsafat yang membahas sifat dasar, sumber dan validitas

pengetahuan. Hamex menjabarkan lebih lanjut bahwa focus pembahasan

epistemilogi meliputi pokok-pokok persoalan seperti dari mana manusia

memperoleh pengetahuan atau apa sumber-sumber pengetahuan,

bagaimana hubungan antara subyek yang mengetahui dan obyek yang

diketahui, dan beberapa pertanyaan lainnya2. Jadi dapat kita simpulkan

bahwa epistemologi merupakan suatu upaya memaknai secara kritis

dengan memahami poses tentang pengetahuan manusia.

Sumber lain menyebutkan bahwa epistemology adalah ilmu yang

membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya.Epistemologi

disebut juga teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang membahas

tentang cara memperoleh pengetahuan, hakekat pengetahuan dan sumber

pengetahuan3.

Jadi epistemology merupakan bagian dari ilmu fislafat yang

mempelajari bagaimana memperoleh pengetahuan apa sumber-sumber

pengetahuan, bagaimana hubungan antara subyek yang mengetahui dan

2
Akhyar Yusuf Lubis. Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer.PT Grafindo Persada.2020.Hlm.31-
32.
3
Suhartono Taat Putra. Filsafat Ilmu Ontologi, epistemology, aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan.Pustaka Pelajar.2014.Hlm.72

3
obyek yang diketahui atau merupakan suatu upaya memaknai secara kritis

dengan memahami poses tentang pengetahuan.

B. Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam sejarah filsafat, Plato dan Aristoteles adalah dua filsuf yang

memiliki pandangan yang berbeda terkait sumber pengetahuan. Plato

disebut juga sebagai seorang rasionalisme klasik (sementara tokoh

rasionalisme Modern adalah Descrates, Spinoza, Leibniz). Tokoh

rasionalisme ini berpandangan bahwa sumber pengetahuan itu adalah

rasio. Dengan kata lain, rasionalisme menempatkan posisi rasio (akal)

sebagai sumber terpercaya dan utama bagi pengetahuan. Kaum rasionalis

percaya bahwa proses pemikiran abstrak (rasional) dapat mencapai

pengetahuan dan kebenaran fundamental yang tidak dapat

disangkal  tentang (a) apa yang “ada” (tentang realitas) dan strukturnya

serta (b) tentang alam semesta pada umumnya.

Menurut kaum rasionalis, realitas dan beberapa kebenaran tentang realitas

dapat dicapai tanpa tergantung pada  pengamatan (pengalaman) atau tanpa

penggunaan metode empiris. Karena itu, pengetahuan seperti ini sering

disebut pengetahuan apriori (apriori knowledge, necessary

knowledge) yang mendahului, berarti tidak tergantung atau mendahului

pengalaman. Jadi pengetahuan apriori artinya pengetahuan yang diperoleh

tanpa melalui pengalaman. Adapun cara kerja kaum rasionalisme adalah

berdasarkan penalaran deduktif, logis, dan matematis.

4
Sementara itu, Aristoteles berpandangan bersebrangan dengan gurunya,

Plato. Baginya, sumber pengetahuan adalah pengalaman. Aristoteles

adalah tokoh empiris klasik (sementara itu tokoh-tokoh empiris Modern

seperti Francis Bacon, John Locke, Berkeley, David Hume). Tokoh

empirisme ini menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus didasarkan atas

metode empris eksperimental, sehingga kebenarannya dapat dibuktikan.

Empirisme dalam ilmu pengetahuan ini dalam perkembangan berikutnya

kelak berkembang menjadi aliran positivisme, yang merumuskan

pembedaan antara ilmu pengetahuan (science) dengan non-ilmu melalui

kriteria verifikasi.

Dalam epistemologi Barat, dua pandangan ini, yakni rasionalisme dan

empirisme, merupakan dua aliran yang paling banyak diterima dan paling

dominan di antara sumber pengetahuan lainnya. Namun, di samping dua

pandangan tersebut, ada juga beberapa pandangan yang menyebutkan

sumber pengetahuan di luar rasionalisme dan empirisme tersebut. Bertrand

Russell, misalnya, membedakan 2 macam pengetahuan. yaitu pertama

adalah pengetahuan melalui pengalaman (knowledge by

acquaintance) diantaranya yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui (a)

data indrawi (sense data), (b) benda-benda memori (objects of

memory), (c) keadaan internal (internal states) dan (d) diri kita sendiri

(ourselves). Adapun yang kedua adalah pengetahuan yang diperoleh

melalui (a) orang lain dan (b) benda-benda fisik, namun bukan hasil

pengamatan akan tetapi konstruksi.

5
Di tulisan ini akan diterangkan sebisa mungkin menyangkut sumber-

sumber pengetahuan yang dicantumkan baik oleh Hospers maupun oleh

Honderich tersebut.

1.      Perception (Persepsi/Pengamatan Indrawi)

Persepsi adalah hasil tanggapan indrawi terhadap fenomena alam. Adapun

istilah yang lebih umum untuk istilah persepsi ini adalah empiri atau

pengalaman (empeira; experiential). Pengalaman merupakan sumber

pengetahuan yang diterima dalam epistemologi.

2.      Memory (Ingatan)

Pengetahuan, baik secara teoritis maupun praktis, banyak sekali

mengandalkan ingatan. Pengalaman langsung atau tidak langsung harus

didukung oleh ingatan agar hasil pengalaman itu dapat disusun secara

logis dan sistematis (menjadi pengetahuan).

3.      Reason (Akal, Nalar)

Akal diterima sebagai salah satu sumber pengetahuan. adapun pikiran atau

penalaran adalah hal yang paling mendasar bagi kemungkinan adanya

pengetahuan. Penalaran adalah proses yang harus dilalui dalam menarik

kesimpulan. Ada hubungan yang erat antara metode (metodologi) dengan

logika (penalaran)

4.      Intropection (introspeksi)

Introspeksi juga dianggap sebagai sumber pengetahuan di mana manusia

mendapatkan pengetahuan (pengenalan atau pemahaman terhadap sesuatu)

ketika ia mencoba melihat ke dalam dirinya.

6
5.      Intuition (intuisi)

Intuisi adalah “tenaga rohani”, suatu kemampuan yang mengatasi rasio,

kemampuan untuk menyimpulkan serta memahami secara mendalam.

Intuisi adalah pengenalan terhadap sesuatu secara langsung dan bukan

melalui inferensi logis (deduksi-induksi).

6.      Authority (otoritas)

Otoritas mengacu kepada individu atau kelompok yang dianggap memiliki

pengetahuan sahih dan memiliki legitimasi sebagai sumber pengetahuan.

otoritas juga dapat berasosiasi atau berarti negatif bila otoritas itu justru

bersifat dominasi, menindas dan otoritasnya tidak absah. Otoritas ini dapat

memasuki dunia politik, kehidupan religius dan moral. Dalam kehidupan

masyarkat pra ilmiah dan pada masa abad pertengahan otoritas ini

memegang peran penting sebagai sumber pengetahuan. sedangkan pada

masa modern otoritas itu kemudian beralih melalui justifikasi ilmiah.

7.      Prekognition (Prakognisi)

Prakognisi ialah kemampuan untuk mengetahui sesuatu peristiwa yang

akan terjadi. Misalnya Nosradamus, seorang yang terkenal karena

memiliki kemampuan ini, mampu memberi peringatan akan terjadinya

gempa bumi di San Francisco, dan mengemukakan akan terjadinya

pembunuhan pada Presiden Kennedy jauh sebelum kejadian tersebut.

8.      Clairvoryance

Clairvoryance adalah kemampuan mempersepsi suatu peristiwa tanpa

menggunakan indra. Seseorang ahli nujum yang mampu mengetahui

7
barang anda yang hilang beberapa hari lalu, maka orang ini memiliki

kemampuan clairvoyence.

9.      Telephaty (Telepati)

Telepati adalah kemampuan berkomunikasi tanpa menggunakan suara atau

tanpa menggunakan bentuk simbolik lain, namun hanya dengan

menggunakan kemampuan mental. Misalnya jika seseorang dapat

mengetahui pikiran orang lain tanpa menggunakan salah satu bentuk

komunikasi.4

C. Metode Memperoleh Pengetahuan

Ada beberapa metode untuk memperoleh pengetahuan antara lain induksi,

deduksi, abduksi, dialektika, dan lain-lain. Namun disini akan dipaparkan

tentang kempt model penalaran.

1. Metode Induktif

Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pertanyaan-

pertanyaan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang

lebih umum. Dan menurut suatu pandangan yang luas diterima, ilmu-

ilmu empiris ditandai oleh metode induktif seperti gambaran

mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang sampai pada

pernyataan-pernyataan universal. Dalam induksi, setelah diperoleh

pengetahuan, maka akan dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu

mengajarkan kita bahwa kalau logam dipanasi, ia mengembang,

bertolak dari teori ini kita akan tahu bahwa logam lain yang jika
4
Akhyar Yusuf Lubis. Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer.PT Grafindo Persada.2020.Hlm.32-
41.

8
dipanasi juga akan mengembang. Dari contoh di atas bisa diketahui

bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut

juga dengan pengetahuan sintetik.

2.  Metode Deduktif

Deduksi ialah suatu metode dengan menganalisis kesimpulan umum yang

diuraikan menjadi contoh-contoh yang menjelaskan kesimpulan. Hal-hal

yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan logis

antara kesimpulan-kesimpulan yang ada. Ada penyelidikan bentuk logis

teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau

ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori

dengan jalan menerapkan secara empiris kesimpulan yang bisa diambil

dari teori tersebut.

3. Metode Abduksi

Abduksi adalah sebuah bentuk pembuktian berdasarkan silogisme.

Pembuktian ini berbeda dengan pembuktian berdasarkan deduktif dan

induktif. Menurut Pierce, abduksi merupakan satu model penalaran ilmiah

atau cara pembuktian yang memungkinkan hipotesa-hipotesa dibentuk.

Penalaran abduksi ini tidak memberikan kepastian mutlak

4. Metode Dialektis

Dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai

kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates namun Plato

mengartikan sebagai diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika,

yang mengajarkan  kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga

9
analisa sistematik tentang ide-ide mencapai apa yang terkandung dalam

pandangan kebenaran. Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti

kecakapan untuk melakukan perdebatan.

D. Perkembangan Epistemologi Ilmu Pengetahuan di Barat.

Secara umum sejarah pengetahuan di Barat dapat dibagi menjadi tiga

periode besar yaitu periode klasik, periode peralihan dan periode modern.

Periode klasik atau kuno terjadi antara tahun 4000 SM – 400 M; periode

pertengahan antara tahun 400 M – 1500 M, setelah itu mulai masuk

periode modern.5

1. Periode Klasik.

Periode klasik atau kuno dimulai dari zaman prasejarah yaitu suatu

zaman yang tidak tercatat gambaran peninggalannya. Dengan

ditemukannya dua pusat peradaban penting di Lembah sungai Nil dan

peradaban Babilonia di sungai trigis, terdapat gambaran peninggalan

yang menggambarkan saat itu pengetahuan telah berkembang

berdasarkan prinsip apa dan bagaimana yang diperoleh melalui

kemampuan mengamati, membedakan, memilih, mengadakan

percobaan tanpa kesengajaan.

2. Periode Peralihan

Dalam sejarah filsafat abad peralihan terbentang antar tahun 500

M-1500 M. abad ini lebih tepat sebagai jembatan penghubung antara

abad klasik dan abad modern. Abad gelap Eropa dikenal beberapa

ilmuwan Boetius ( 480-524 ) yang menekuni bidang aritmetika dan


5
Nunu Burhanudin.Filsafat Ilmu.Jakarta.2018.hlm.19-48.

10
menerjemahkan karya Eucides ke dalam bahas latin. Ilmuwan lain

adalah Matianus Capella yang menyusun dasar-dasar pendidikan

melalui tujuh kecakapan atau dikenal dengan the seven liberar arts

yaitu kecakapan grammar, dialektika, retorika, geometri, aritmatika,

astronomi dan musik. Kemudian muncul ilmuwan lain bernama

Bishop Isidore yang menulis ensiklopedia sains secara lengkap. Selain

tiga nama tersebut, nama-nama besar di era pertengahan lebih

menonjolkan sisi keyakinan daripada berpikir logis. Garis pemikiran

mereka berpijak pada Credo ut intellegum atau percaya supaya

mengerti. Pertama mereka percaya pada doktrin dan ajaran gereja

untuk kemudian mereka membuat rasionalisasi dari-ajaran-ajaran

tersebut. Disis lain dapat dipahami bahwa perkembangan ilmu

pengetahuan masyarakat barat pada era ini nyaris terbelenggu oleh

doktrin-doktrin gereja.

3. Periode Modern

Kelahiran filsafat modern yang dirintis sejak sejak renaissance dimana

pemikiran filsafat pada abad pertengahan bersifat teologis. Gereja

sebagai institusi satu-satunya otoritas yang mengakui kebenaran dan

keabsahan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Padahal

perkembangan ilmu pengetahuan diluar kontrol gereja sudah sangat

pesat, sehingga upaya mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di

dalam sekat-sekat agama mengalami kegagalan, terjadilah sekularisasi

ilmu yaitu pemisahan aktivitas ilmiah dan aktivitas agama.

11
Masa modern dikenal dengan nama masa renaissance tokoh

filosof zaman ini adalah Cristoper Colombus, Nicolas Copernicus,

Galilea Galilei, Johanes Keppler dan masih banyak ilmuwan lain.

Zaman renaissance sering juga disebut sebagai zaman humanism

karena pada masa peralihan manusia kurang dihargai sebagai manusia,

kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja, bukan menurut yang

dibuat oleh manusia. Humanisme menghendaki manusia sebagai

ukuran, karena manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir,

berkreasi, memilih dan menentukan maka humanism menganggap

manusia mampu mengukur dirinya dan mengatur dunianya. Ciri utama

renaissance adalah humanisme, individualism dan lepas dari agama.

Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman

(empirisme) dalam merumuskan pengetahuan.

E. Perkembangan Epistemologi Ilmu Pengetahuan Islam

Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan

“misteri” pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami.

Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi

mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya,

sehingga didapatkan pengertian yang berbedabeda, bukan saja pada

redaksinya, melainkan juga pada subtansi persoalannya.

Menengok kejayaan Islam masa lalu perlu diketengahkan kembali

perkembangan epistemologi zaman kalsik Islam. Namun satu hal yang

perlu dibenahi bahwa tradisi pemikiran klasik Islam-ortodok tidak

12
mengenal tradisi kritik epistemologis dalam artian yang sesungguhnya.

Tradisi kritik ini penting, sebab pada dasarnya epistemologi adalah cara

untuk mendapatkan yang benar, nilai kebenaran akan lebih baik dan lebih

tepat jika dilandasi dengan upaya pemahaman kritis. Dalam penerapannya

epistemologi Islam memiliki dua jalur yang menghubungkan dengan

pengetahuan, yakni pertama, jalur luar (lahiriyyah) dengan tetap

memanfaatkan realitas atau data-data empirik sebagai pijakan dalam

menarik kesimpulan mengenai suatu pengetahuan. Jalur kedua, jalur ke

dalam (batiniyyah) yakni mencoba “menterjemahkan” realitas atau data-

data non empirik untuk memperkaya dan melengkapi capaian ilmu

pengetahuan.

Menurut Ziauddin Sardar menyebutkan bahwa perbedaan yang

mencolok antara epistemologi Barat dengan epistemologi Islam adalah

bahwa epistemologi Islam memiliki sandaran teologis berupa kerangka

pedoman mutlak. Dengan demikian epistemologi Islam sebenarnya telah

menekankan totalitas pengalaman dan kenyataan serta menganjurkan

banyak cara untuk mempelajari alam, sehingga ilmu bisa diperoleh dari

wahyu maupun akal, dari observasi maupun intuisi, dari tradisi maupun

spekulasi teoritis. Maka epistemologi Islam menekankan pencarian semua

bentuk ilmu pengetahuan dalam kerangka nilai-nilai abadi yang

merupakan landasan utama peradaban muslim. Dengan pengertian lain,

epistemologi Islam merupakan alat yang fleksibel dalam memperoleh

banyak pengetahuan, baik pengetahuan yang berdasarkan data-data

13
empirik, pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan spekulatif

terhadap persoalan-persoalan metafisika, pengetahuan melalui intuisi,

maupun pengetahuan yang diperoleh dari informasi wahyu (al-Qur’an dan

Hadits) Islam pada dasarnya tidak pernah mempertentangkan antara satu

macam pengetahuan dengan pengetahuan lainnya. Begitu juga Islam tidak

memperhadapkan satu macam pendekatan keilmuan berikut aneka ragam

pengetahuan yang dihasilkannya. Penerimaan Islam terhadap berbagai

macam pendekatan keilmuan dan hasil-hasilnya sekaligus, karena Islam

memandang bahwa semua pengetahuan berasal dari Allah.

Menurut Al- Jabiri, epistemologi Islam memiliki tiga

kecenderungan, yaitu bayāni, irfāni, dan burhāni. Epistemologi bayāni

adalah epistemologi yang beranggapan bahwa sumber ilmu adalah teks

(nash) atau penalaran dari teks. Epistemologi irfāni adalah epistemologi

yang beranggapan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah ilham.

Epistemologi ini memiliki mertode yang khas dalam mendapatkan

pengetahuan, yakni metode kasyf. Metode ini sangat unik karena tidak

dapat dirasionalkan selamanya, diverifikasi atau diperdebatkan.

Epistemologi ini sangat sulit dijelaskan, karena seseorang harus

mengalami sendiri kalau ingin mengetahui. Epistemologi ini dianut oleh

para sufi. Epistemologi burhāni adalah epistemologi yang berpandangan

bahwa sumber pengetahuan adalah akal. Ibn Khaldun menyebut

epistemologi ini dengan knowledge by intellect (al-ulum al-aqliyyah).

Epistemologi ini disebut juga epistemologi falsafah, karena merujuk pada

14
tradisi intelektual Yunani. Tokoh pendiri epistemologi ini adalah

Aristoteles6

Contoh filosofis Islam pada zaman ini Abu Ya’kub al-Kindi

merupakan filosof Arab pertama yang mempelajari folsafat. Buku yang

ditulis berisi uraian tentang geometrid an ilmu optic yang mengacu pada

pendapat Euclides, Heron dan Ptolomeus. Abu Nasr al-Farabi juga sangat

berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan cara berpikir logis

(logika) pada dunia Islam, selain itu juag mengklasifikasikan ilmu

pengetahuan yang berkembang pada zamannya. Selanjutnya Ibnu Sina

menuliskan pengetahuan dalam bidang kedokteran.

Sumber pengetahuan Islam memandang bahwa sumber utama ilmu

pengetahuan adalah Allah. Selanjutnya Allah memberikan kekuatan-

kekuatan kepada manusia. Menurut Nquib sumber ilmu adalah datangnya

dari Alloh sebagai karunia-Nya yang diberikan kepada manusia. Ilmu

tersebut hanya dapat diterima oleh insan dengan daya usaha kerja, amal

ibadah serta kesucian hidupnya yaitu dengan keikhlasannya dan hikmah

sejati ibadah kepada Tuhan dengan ridha-Nya.

Sumber epistemology Islam yang ke dua adalah Al-Qur’an. Al-

Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang berfungsi sebagai petunjuk

juga menjadi pembeda atau tolak ukur kebaikan dan kebenaran. Sumber

epistemologi Islam ketiga adalah sunah. Sunah menurut para ulama

dipandang dari segi keberadaannya wajib diamalkan dari sumbernya, dari

wahyu sederajat dengan al-Qur’an. Ia berada pada posisi setelah al-Qur’an


6
Agus Toni. Epistemologi Barat dan Islam.Jurnal.Hlm.19-23

15
dilihat dari kekuatannya, karena al-Qur’an berkualitas qhat’iy baik secara

global maupun rinci. Sedangkan sunah berkualitas qhat’iy secara global

saja tidak secara rinci. Di samping itu al-Qur’an merupakan pokok,

sedangkan sunnah merupakan cabang, karena posisinya menjelaskan dan

menguraikan

Sumber keempat adalah indera. Irfan Ahmad Khan mengatakan

bahwa menurut anjuran al-Qur’an sumber-sumber pengetahuan dapat

ditemukan melalui tiga jalan yakni al-sama’ (pendengaran), al-bashar

(penglihatan) dan hati. Pendengaran dan penglihatan mendapatkan

perhatian sebagai sumber pengetahuan dari unsur indera barangkali karena

kedua kemampuan itulah yang paling cepat menangkap fakta-fakta

dibanding unsur lainnya. Apa yang didengar manusia, jika ia sebagai

informasi baru, maka merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi

kepentingan ilmu pengetahuan. Hasil pendengaran ini jika memungkinkan

akan ditindak lanjut melalui kemampuan penglihatan. Di samping itu,

penglihatan juga bisa menangkap fakta-fakta secara mandiri, terlepas dari

hasil pendengaran, ketika penglihatan langsung berhubungan dengan

fakta-fakta pengetahuan. Pengetahuan yang dihasilkan melalui indera

tersebut biasanya disebut dengan pengetahuan empiric.

Sumber pengetahuan yang keempat adalah akal yang sehat. Akal

adalah daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia yang dengannya

segala sesuatu dapat diserap. Ia merupakan anugerah Allah yang tidak

dimiliki oleh makhluk lain di luar manusia. Di bawah pancarannya

16
manusia dapat membedakan yang benar dan yang batil, bersih dan kotor,

bermanfaat dan madharat, serta baik dan buruk. Akal dapat menarik

benang merah konsep yang saling berhubungan. Yang kelima adalah

intuisi. Pemanfaatan intuisi sebagai sumber penemuan bagi pengetahuan

telah biasa dilakukan oleh para pemikir Islam dalam merumuskan ilmu

pengetahuan mereka. Menurut Kartanegara disebut dengan al-qalbu (hati),

dapat menjadi pelengkap bagi manusia ketika akal tidak lagi mampu

memahami wilayah kehidupan emosional manusia, hati kemudian dapat

memahaminya. Hati (intuisi) yang terlatih akan dapat memahami perasaan

seseorang hanya, misalnya, dengan mendengar suara atau memandang

matanya.

F. Kesimpulan

Konstruksivisme epistemolog merupakan proses mempelajari

bagaimana memperoleh pengetahuan apa sumber-sumber pengetahuan,

bagaimana hubungan antara subyek yang mengetahui dan obyek yang

diketahui atau merupakan suatu upaya memaknai secara kritis dengan

memahami poses tentang pengetahuan.

Yang membedakan sumber epistemology pengetahuan di dunia barat

dan Islam adalah pada epistemology Islam bersumber pada Alloh SWT,

Al-Qur’an, Sunah sedangkan pada dunia barat hanya bersumber pada

persepsi, memory, akal,intuisi dan instrospeksi.

17
Konstrukstivisme epistemology pengetahuan mengalami

perkembangan dari zaman klasik, peralihan dan modern baik di dunia

barat maupun Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Toni Agus. 2018. Epistemologi Barat dan Islam. Jurnal Filsafat.


Burhanudin Nunu.2018. Filsafat Ilmu.Jakarta.Prenada Media.
Taat Suhartono.2014. Filsafat Ilmu.Yogyakarta.Pustaka Pelajar.
Lubis Akhyar Yusuf.2020. Filsafat Ilmu Klasik hingga
Kontemporer.Depok.Raja Grafindo Persada.

18

Anda mungkin juga menyukai