Anda di halaman 1dari 10

EPISTEMOLOGI ILMU DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Falsafah Kesatuan Ilmu

Dosen Pengampu : Sholihan, M.Ag

Disusun oleh:

1. Maharani Melby Zakina (1901016122)


2. Tita Fatmawati (1901016135)
3. SaffanaMaulidia (1901016138)
4. Yusuf Nurhadi (1901016148)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan yang membahas mengenai bagaimana kita


mendapatkan pengetahuan; Apakah sumber-sumber pengetahuan? Apakah hakikat, jangkauan
dan ruang lingkup pengetahuan? Apakah dimungkinkan bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan apapun? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia
(Suriasumantri, 2003).

Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak
langsung turut memperkaya kehidupan kita. Tidak dengan mudah untuk dibayangkan bagaimana
kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber
jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Setiap jenis pengetahuan
mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi), dan untuk
apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan, sehingga
ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi
ilmu dan seterusnya. Jadi kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus
juga dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Pengertian, Ruang lingkup dan Kedudukan Epistemologi ?


2. Bagaimana Epistemology Ilmu dalam Perspektik Barat ?
3. Bagaimanakah Epistemologi Ilmu dalam Perspektif Islam ?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian, Ruang lingkup dan Kedudukan Epistemologi


2. Mengetahui Epistemologi Ilmu dalam Perspektif Barat
3. Mengetahui Epistemologi Ilmu dalam Perspektif Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Ruang lingkup dan Kedudukan Epistemologi

Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani episteme yang berarti pengetahuan dan
logos yang berarti teori. Dengan demikian, secara etimologis berarti teori tentang pengetahuan.
Dalam bahasa inggris istilah yang sering dipakai adalah theory of knowledge, dalam bahasa
jerman dipergunakan istilah erkennistheorie.

Epistemologi merupakan salah satu dari cabang utama falsafah yang membicarakan tentang
hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses ilmu. Oleh sebab itu bolehlah dikatakan bahawa
epistemologi itu bererti “kajian tentang ilmu pengetahuan”.

Sedangkan menurut Jujun, S. Suriasumantri, epistemologi ialah membahas cara untuk


mendapatkan pengetahuan, yang dalam kegiatan keilmuan disebut dengan metode ilmiah.
Dalam pandangan azizi , epistemologi adalah filsafat islam yang berkecendurungan
berdiri sendiri. Epistemologi seolah membicarakan dirinya sendiri,membedah lebih dalam
tentang dirinya sendiri. Ia berhubungan dengan apa yang perludiketahui dan bagaimana cara
mengetahui pengetahuan. Epistemologi atau teori pengetahuan ini kemudian didefinisikan
sebagai cabang filsafat yang berhubungan denganhakikat dan lingkup pengetahuan, praanggapan
dan dasar-dasarnya serta reliabilitas umumyang dapat digunakan untuk mengakui sesuatu
sebagai ilmu pengetahuan. 
Namun demikian, sebagaimana dinyatakan oleh Gadamer,mengingat subyek ilmuadalah
manusia, dan manusia hidup dalam ruang dan waktu yang terbatas, maka kajianilmu pada
kenyataannya selalu berada dalam batas-batas, baik batas-batas yangmelingkupi hidup manusia,
maupun batas-batas obyek kajian yang menjadi fokusnya, dansetiap batas-batas itu dengan
sendirinya selalu membawa konsekuensi-konsekuensitertentu
Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa epistemologi bersangkutan dengan
persoalan-persoalan menurut Titus yang meliputi;
 Apakah sumber-sumber pengetahuan itu? Dari manakah pengetahuan yang bener
itu dating dan bagaimana kita mengetahui? Ini adalah persoalan tentang “asal”
pengetahuan.
 Apakah watak pengetahuan itu? Apakah ada dunia yang benar-benar diluar
pikiran kita, dan kalau ada, apakah kita dapat mengetahuinya? Ini adalah
persoalan tentang apa yang kelihatan versus hakikat reality
 Apakah pengetahuan kita itu benar-benar valid? Bagaimana kita dapat
membedakan yang benar dari yang salah? Ini adalah soal tentang mengkaji
kebenaran atau verifikasi.

B. Epistemologi Ilmu dalam Perspektif Barat

Perspektif Rene Descartes yang dianggap sebagai pendiri filsafat modern Barat,
mengemukakan pandangannya bahwa organisme hidup merupakan sebuah mesin yang terbangun
atas bagian-bagian yang terpisah yang masih memiliki kerangka konseptual yang dominan. Rene
Descartes menciptakan metode berpikir analitis, yaitu dengan memecah-mecah suatu fenomena
yang rumit kedalam kepingan-kepingan /fragmentasi, untuk mengerti perilaku keseluruhan dari
sifat-sifat bagian-bagiannya. Descartes mendasarkan pandangannya terhadap alam pada
pembagian fundamental antara dua bidang yang bebas dan terpisah menyangkut ranah materi dan
ranah pikiran. Alam semesta material yang meliputi organisme-organisme hidup, bagi Descartes
adalah sebuah mesin yang pada prinsipnya dapat dimengerti seluruhnya dengan menganalisa
bagian-bagiannya yang terkecil.

 Aliran – aliran dalam epistemologi barat


a. Aliran Rasionalisme
Paham ini menyatakan bahwa pada hakikatnya ilmu itu bersumber dari akal budi manusia.
Descartes berpendapat bahwa dalam jiwa manusia terdapat ide bawaan (innate ideas) yang
dinamakan substansi yang sudah tertanam. Ide bawaan tersebut terdiri atas pemikiran, Tuhan,
dan keluasan (ekstensi).
b. Aliran Empirisme
Aliran kedua adalah empirisme yang menekankan pentingnya pengalaman sebagai sarana
pencapaian pengetahuan. Aliran ini dipelopori oleh Francis Bacon, sekalipun dalam pengertian
tertentu pemikiran yang mengutamakan pendekatan empirik. Aliran ini berpandangan bahwa
seluruh isi pemikiran manusia berasal dari pengalaman, yang kemudian diistilahkan dengan
persepsi. Persepsi, kemudian, dibagi menjadi dua macam, yaitu kesan-kesan (impressions) dan
gagasan (ideas). Yang pertama adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung,
sifatnya kuat dan hidup, Yang kedua adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-
kesan.
c. Aliran Kritisisme
Tokoh utama aliran ini adalah Immanuel Kant. Dalam usahanya, Kant berusaha
menunjukkan unsur mana saja dalam pikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur
mana yang berasal dari akal. Berbeda dengan aliran filsafat sebelumnya yang memusatkan
perhatian pada objek penelitian, Kant mengawali filsafatnya dengan memikirkan manusia
sebagai subjek yang berpikir. Dengan demikian fokus perhatian Kant adalah pada penyelidikan
rasio manusia dan batas-batasnya.
d. Aliran Intuisionisme
Aliran lain yang muncul berkenaan dengan persoalan sumber pengetahuan adalah
intuisionisme. Henri Bergson (1859-1941), filsuf prancis yang merupakan tokoh aliran ini
berpendapat, bahwa objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah. Jadi
pengetahuan kita tentang objek-objek itu tak pernah tetap. Dalam hal seperti itu manusia tidak
mengetahui keseluruhan (unique), dan tidak juga dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada
objek.
e. Aliran Subjektivisme
Bahwa subjektivisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa objek dan kualitas yang
kita ketahui dengan perantaraan indra kita tidak berdiri sendiri, lepas dari kesadaran kita
terhadapnya.
f. Aliran objektivisme
Objektivisme berpandangan bahwa objek dan kualitas yang kita persepsikan dengan
perantaraan indra kita itu ada bebas dan bebas dari kesadaran kita.
g. Aliran Positivisme
Menurut pandangan Positivisme, yang disebut kebenaran atau kenyataan adalah
sepanjang dapat ditangkap oleh indra. Apa yang kita ketahui adalah gejalanya, dan gejala inilah
objek yang secara faktual harus kita amati.
h. Aliran Fenomenologi
Suatu aliran yang dipelopori oleh Edmund Husserl (1859-1938), berpendapat bahwa
untuk mendapatkan pemikiran yang benar, seseorang harus kembali kepada “benda-benda”
sendiri. Kembali pada benda-benda dimaksudkan, bahwa benda-benda diberi kesempatan untuk
berbicara mengenai hakikat dirinya.
Sedangkan berkenaan dengan peroalan validitas pengetahuan atau ujian tentang
kebenaran, muncul 3 teori besar, yaitu teori korespondensi,teori koherensi, teori pragmatis.
Menurut teori korespondensi, kebenaran adalah kesetiaan kepada realitas objektif. Kebenaran
adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara
pertimbangan dengan situasi yang pertimbangan berusaha untuk melukiskannya. Teori
korespondensi ini secara luas diterima olem kaum realis. Teori koherensi ini sering disebut juga
dengan teori konsistensi, dan diterima secara luas kaum idealis. Sedangkan teori pragmatis
mengajarkan, bahwa ujian kebenaran adalah manfaat, kemungkinan dikerjakan, dan akibat yang
memuaskan.

C. Epistemologi Ilmu dalam Perspektif Islam

Perbincangan mengenai konsep epistemologi pada kebiasaannya dikaitkan dengan


persoalan falsafah di mana ia menjadi aspek penting dalam pangkajian ilmu pengetahuan.
Sehubungan dengan itu, konsep epistemologi menurut perspektif Islam memainkan peranan
penting dalam masyarakat di mana ia merupakan pandangan hidup (worldview) yang
merangkumi kehidupan di dunia dan akhirat.

 Klasifikasi Ilmu

Klasifikasi ilmu menurut perspektif Islam amat berbeda jika dibandingkan dengan
klasifikasi ilmu oleh pihak Barat di mana dalam klasifikasi ilmu Islam, pembagian ilmu itu
disusun berdasarkan keutamaan dan kepentingan ilmu yang didasari kepada al-Qur’an dan al-
Sunnah. Ini dilihat berbeda dengan klasifikasi ilmu Barat di mana ilmu itu dibagikan berdasarkan
hierarki yang hanya melihat kepada perspektif dunia semata-mata. Berdasarkan kepada
perspektif ini, umat Islam dilihat lebih komprehensif dan teratur dalam mengklasifikasi ilmu
yaitu berjaya menggabungkan antara ilmu wahyu dan ilmu akli.

 Sumber-sumber epistemologi islam

Sumber-sumber epistemologi Islam terdiri dari pada enam saluran yang utama yaitu al-
Qur’an , Hadits, pancaindera (al-hawas al-khamsah), akal fikiran yang sihat (al`aql al-salim),
berita yang benar (al-khabar al-sadiq) dan intuisi (ilham).

1. Al-qur’an

Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT, yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW. Oleh karena itu, Al-Qur’an menempati urutan pertama dalam hierarki sumber ilmu dalam
epistimologi Islam. Tanpa mengecilkan kitab-kitab yang lain, Al-qur’an sendiri ternyata
memiliki keistimewaan daripada kitab-kitab yang terdahulu yang hanya diperuntukkan bagi satu
zaman tertentu. Dengan keistimewaan tersebut AlQur‟an mampu memecahkan problem
kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan yaitu rohani dan jasmani, masalah sosial serta
ekonomi, dan lain sebagainya.

2. Hadits

Hadits adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik ucapan, perbuatan
maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang
disyariatkan kepada manusia. Al-Qur‟an dan hadits, adalah pedoman hidup, sumber hukum,
ilmu dan ajaran islam, serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Al-Qur‟an merupakan sumber primer yang banyak memuat pokok-pokok ajaran islam.
Sedangkan hadits merupakan penjelas (bayan) bagi keumuman isi al-Qur’an.

3. Panca Indera

Pancaindera sebagai salah satu saluran utama yang membekalkan ilmu pengetahuan kepada
manusia, merupakan saluran yang bersifat realiti dan empirikal. Saluran pancaindera ini
merupakan saluran yang membekalkan maklumat berkenaan tentang alam sekeliling manusia.
Sumber-sumber ini adalah data yang bersifat empirikal yang diperoleh dari pada lima fakulti
utama yang melibatkan organ-organ manusia dan hewan seperti melihat (mata), mendengar
(telinga), merasa (lidah), menyentuh (kulit) dan menghirup (hidung). Sumber-sumber yang
diperoleh melalui data ini merupakan maklumat yang diperoleh menurut indera yang
membekalkan maklumat berkenaan tentang alam sekeliling.

4. Akal

Berkenaan dengan kedudukan akal sebagai sumber epistemologi, Islam mengiktiraf


kedudukan akal berdasarkan kepada batasan yang mampu dicapai olehnya. Data-data yang
diperoleh melalui fakulti akal adalah bersifat rasio dan apriori di mana akal akan mentafsirkan
sesuatu maklumat berdasarkan kepada kerangka logikanya.

5. Al-Khabar al-Sādiq (Berita Yang Benar)

Al-Khabar al-Sadiq atau sumber berita yang benar merupakan sumber utama dalam saluran
ilmu menurut perspektif Islam. Sumber utama ini terdiri dari pada dua jenis yaitu sumber yang
berasaskan wahyu (al-Qur’an) dan sumber-sumber mutawatir.

Al-Qur’an sebagai sumber utama ilmu tidak dapat diragukan lagi kerana ia adalah
kebenaran mutlak yang membawa kepada keyakinan. Dalam Surah al-`Alaq jelas menunjukkan
bahwa sumber segala ilmu adalah dari Allah kerana Dia yang mengajar manusia apa yang tidak
diketahui oleh manusia. Para malaikat juga mengakui bahwa mereka tidak mempunyai
sembarang ilmu melainkan apa yang diberikan oleh Allah S.W.T.

6. Intuisi / Ilham

Intuisi atau ilham merupakan sumber ilmu bersifat dalaman yang berkaitan dengan hati,
jiwa dan batin seseorang dalam memberikan sesuatu pengetahuan. Adapun hati yang menjadi
tempat penerimaan ilham ialah hati rohani yaitu hati yang bersifat ketuhanan dan kerohanian.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa epistemologi adalah suatu
disiplin ilmu yang membincang dan menyelidiki tentang asal-usul, sumber, kaedah, proses dan
sesuatu ilmu ataupun pengetahuan sehingga membawa kepada pemahaman terhadap kebenaran
yang hakiki.

Falsafah ilmu dalam tradisi Islam bertujuan untuk melahirkan individu atau masyarakat
yang seimbang antara dunia dan akhirat. Atas dasar inilah ruang lingkup perbincangan
epistemologi menurut perspektif Islam adalah meluas di mana sesuatu hakikat yang dicapai itu
adalah bersumberkan kepada keyakinan. Konsep epistemologi Islam yang berasaskan kepada
worldview tauhid tidak hanya membataskan kepada perolehan sumber kepada al-khabar al-sadiq
dan ilham semata-mata, bahkan juga memberi ruang kepada akal dan pancaindera untuk
memperolehi ilmu berdasarkan kepada ruang lingkup yang mampu dicapai oleh fakulti akal dan
inderawi.
Daftar Pustaka

Basri. 2010. Beberapa Aspek Epistemologi : Konsep, Tabiat, dan Sumber-sumber Ilmu dalam
Tradisi Islam. Jurnal Ushuluddin. September 2010.

Trisnaningsih, Sri. 2011.Epistemologi Modern dalam Tradisi Barat dan Timur . Majalah Api
Pembangunan. Januari 2011.

Akhyar Yusuf Lubis. (2014). Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Pt. Raja
Grafindo Persada.

Zuhairini. Dkk. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

A. Susanto. (2011). Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemolis, dan
Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

Jujun S. Suriasumantri. (2005). Ilmu dalam perspektif filsafat. jakarta: Surya Multi Grafika.

Mujamil Qomar. (2005). Epistemologi pendidikan Islam: dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik. Jakarta: Erlangga

Supriyadi, Dedi. (2013). Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia

Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat: Dari hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal.
Jakarta: Gema Insani Press, 2005.

Anda mungkin juga menyukai