MAKALAH
Disusun oleh:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak
langsung turut memperkaya kehidupan kita. Tidak dengan mudah untuk dibayangkan bagaimana
kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber
jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Setiap jenis pengetahuan
mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi), dan untuk
apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan, sehingga
ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi
ilmu dan seterusnya. Jadi kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus
juga dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani episteme yang berarti pengetahuan dan
logos yang berarti teori. Dengan demikian, secara etimologis berarti teori tentang pengetahuan.
Dalam bahasa inggris istilah yang sering dipakai adalah theory of knowledge, dalam bahasa
jerman dipergunakan istilah erkennistheorie.
Epistemologi merupakan salah satu dari cabang utama falsafah yang membicarakan tentang
hakikat, makna, kandungan, sumber dan proses ilmu. Oleh sebab itu bolehlah dikatakan bahawa
epistemologi itu bererti “kajian tentang ilmu pengetahuan”.
Perspektif Rene Descartes yang dianggap sebagai pendiri filsafat modern Barat,
mengemukakan pandangannya bahwa organisme hidup merupakan sebuah mesin yang terbangun
atas bagian-bagian yang terpisah yang masih memiliki kerangka konseptual yang dominan. Rene
Descartes menciptakan metode berpikir analitis, yaitu dengan memecah-mecah suatu fenomena
yang rumit kedalam kepingan-kepingan /fragmentasi, untuk mengerti perilaku keseluruhan dari
sifat-sifat bagian-bagiannya. Descartes mendasarkan pandangannya terhadap alam pada
pembagian fundamental antara dua bidang yang bebas dan terpisah menyangkut ranah materi dan
ranah pikiran. Alam semesta material yang meliputi organisme-organisme hidup, bagi Descartes
adalah sebuah mesin yang pada prinsipnya dapat dimengerti seluruhnya dengan menganalisa
bagian-bagiannya yang terkecil.
Klasifikasi Ilmu
Klasifikasi ilmu menurut perspektif Islam amat berbeda jika dibandingkan dengan
klasifikasi ilmu oleh pihak Barat di mana dalam klasifikasi ilmu Islam, pembagian ilmu itu
disusun berdasarkan keutamaan dan kepentingan ilmu yang didasari kepada al-Qur’an dan al-
Sunnah. Ini dilihat berbeda dengan klasifikasi ilmu Barat di mana ilmu itu dibagikan berdasarkan
hierarki yang hanya melihat kepada perspektif dunia semata-mata. Berdasarkan kepada
perspektif ini, umat Islam dilihat lebih komprehensif dan teratur dalam mengklasifikasi ilmu
yaitu berjaya menggabungkan antara ilmu wahyu dan ilmu akli.
Sumber-sumber epistemologi Islam terdiri dari pada enam saluran yang utama yaitu al-
Qur’an , Hadits, pancaindera (al-hawas al-khamsah), akal fikiran yang sihat (al`aql al-salim),
berita yang benar (al-khabar al-sadiq) dan intuisi (ilham).
1. Al-qur’an
Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT, yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW. Oleh karena itu, Al-Qur’an menempati urutan pertama dalam hierarki sumber ilmu dalam
epistimologi Islam. Tanpa mengecilkan kitab-kitab yang lain, Al-qur’an sendiri ternyata
memiliki keistimewaan daripada kitab-kitab yang terdahulu yang hanya diperuntukkan bagi satu
zaman tertentu. Dengan keistimewaan tersebut AlQur‟an mampu memecahkan problem
kemanusiaan dalam berbagai segi kehidupan yaitu rohani dan jasmani, masalah sosial serta
ekonomi, dan lain sebagainya.
2. Hadits
Hadits adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW baik ucapan, perbuatan
maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentuan-ketentuan Allah yang
disyariatkan kepada manusia. Al-Qur‟an dan hadits, adalah pedoman hidup, sumber hukum,
ilmu dan ajaran islam, serta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Al-Qur‟an merupakan sumber primer yang banyak memuat pokok-pokok ajaran islam.
Sedangkan hadits merupakan penjelas (bayan) bagi keumuman isi al-Qur’an.
3. Panca Indera
Pancaindera sebagai salah satu saluran utama yang membekalkan ilmu pengetahuan kepada
manusia, merupakan saluran yang bersifat realiti dan empirikal. Saluran pancaindera ini
merupakan saluran yang membekalkan maklumat berkenaan tentang alam sekeliling manusia.
Sumber-sumber ini adalah data yang bersifat empirikal yang diperoleh dari pada lima fakulti
utama yang melibatkan organ-organ manusia dan hewan seperti melihat (mata), mendengar
(telinga), merasa (lidah), menyentuh (kulit) dan menghirup (hidung). Sumber-sumber yang
diperoleh melalui data ini merupakan maklumat yang diperoleh menurut indera yang
membekalkan maklumat berkenaan tentang alam sekeliling.
4. Akal
Al-Khabar al-Sadiq atau sumber berita yang benar merupakan sumber utama dalam saluran
ilmu menurut perspektif Islam. Sumber utama ini terdiri dari pada dua jenis yaitu sumber yang
berasaskan wahyu (al-Qur’an) dan sumber-sumber mutawatir.
Al-Qur’an sebagai sumber utama ilmu tidak dapat diragukan lagi kerana ia adalah
kebenaran mutlak yang membawa kepada keyakinan. Dalam Surah al-`Alaq jelas menunjukkan
bahwa sumber segala ilmu adalah dari Allah kerana Dia yang mengajar manusia apa yang tidak
diketahui oleh manusia. Para malaikat juga mengakui bahwa mereka tidak mempunyai
sembarang ilmu melainkan apa yang diberikan oleh Allah S.W.T.
6. Intuisi / Ilham
Intuisi atau ilham merupakan sumber ilmu bersifat dalaman yang berkaitan dengan hati,
jiwa dan batin seseorang dalam memberikan sesuatu pengetahuan. Adapun hati yang menjadi
tempat penerimaan ilham ialah hati rohani yaitu hati yang bersifat ketuhanan dan kerohanian.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa epistemologi adalah suatu
disiplin ilmu yang membincang dan menyelidiki tentang asal-usul, sumber, kaedah, proses dan
sesuatu ilmu ataupun pengetahuan sehingga membawa kepada pemahaman terhadap kebenaran
yang hakiki.
Falsafah ilmu dalam tradisi Islam bertujuan untuk melahirkan individu atau masyarakat
yang seimbang antara dunia dan akhirat. Atas dasar inilah ruang lingkup perbincangan
epistemologi menurut perspektif Islam adalah meluas di mana sesuatu hakikat yang dicapai itu
adalah bersumberkan kepada keyakinan. Konsep epistemologi Islam yang berasaskan kepada
worldview tauhid tidak hanya membataskan kepada perolehan sumber kepada al-khabar al-sadiq
dan ilham semata-mata, bahkan juga memberi ruang kepada akal dan pancaindera untuk
memperolehi ilmu berdasarkan kepada ruang lingkup yang mampu dicapai oleh fakulti akal dan
inderawi.
Daftar Pustaka
Basri. 2010. Beberapa Aspek Epistemologi : Konsep, Tabiat, dan Sumber-sumber Ilmu dalam
Tradisi Islam. Jurnal Ushuluddin. September 2010.
Trisnaningsih, Sri. 2011.Epistemologi Modern dalam Tradisi Barat dan Timur . Majalah Api
Pembangunan. Januari 2011.
Akhyar Yusuf Lubis. (2014). Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta: Pt. Raja
Grafindo Persada.
A. Susanto. (2011). Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemolis, dan
Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Jujun S. Suriasumantri. (2005). Ilmu dalam perspektif filsafat. jakarta: Surya Multi Grafika.
Mujamil Qomar. (2005). Epistemologi pendidikan Islam: dari Metode Rasional hingga Metode
Kritik. Jakarta: Erlangga
Supriyadi, Dedi. (2013). Pengantar Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia
Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat: Dari hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal.
Jakarta: Gema Insani Press, 2005.