Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat daan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul konsep ontology naturalisme .
Melalui tinjauan filsofis dan historis, kebebasan berfikir erat kaitan nya dengan eksistensi
kebudayaan dimana manusia tidak akan terlepas darinya. Oleh karena itu, dalam kebebasan
berfikir guna melakukan pengembangan keilmuan dan teknologi, implementasinya tetap
diperlukan sebuah etika.Etika yang dimaksud adalah sikap rendah hati dari batin dengan
adanya egiosme sempit yang hanya mementingkan diri sendiri. Terbuka terhadap adanya
kebenaran lain, mau mendengarkan dan mempertimbangkannya, serta bersedia menerima
pendapat yang baik. Dengan etika demikian pemikiran nya akan lebih terjaga dari kekeliruan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat berguna bagi kemajuan dalambidang pendidikan dan menambah
pengetahuan serta dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kami mengharapkan kiranya makalah ini dapat brmanfaat bagi seluruh pembaca dan
seluruh mahasiswa fakultas ilmu budaya sastra Indonesia.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang masalah
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret.Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa
adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk
mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat
diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola
berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan
realitas.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan
pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha
membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut.Dengan
demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional.Jadi terdapat runtut yang
jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan berasal.Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu
pengetahuan tidak dapat menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajiannya.
Maka dari pendahuluan ini kami akan merumuskan masalah apa saja yang ada dalam
penjelasan makalah ini.
3. Tujuan
Diharapkan kepada siapapun yang membaca makalah ini, dapat memahami tentang apa
itu konsep dasar ontology, sejarah, ontology, aliran-aliran naturalisme, dan memahami
tokoh-tokoh siapa saja yang ada di konsep ontology.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah munculnya ontology
Istilah ontology muncul sekitar pertengahan abad ke 17.Menurut akar kata yunani,
ontology berarti ‘teori mengenai ada yang berada’.Aristoteles, yang kemudian disebut
sebagai metafisika. Beberapa ahli filsafat mempunyai banyak pengertian yang berbeda satu
sama lain. ada beberapa hubungan yang hampir sama bahwa ontology adalah ilmu tentang
“yang ada” sebagai bagian cabang filsafat yang sama. Baumgarten mendefinisikan ontology
sebagai studi tentang predikat-predikat yang paling umum atau abstrak dari semua hal pada
umumnya.Heideggermemahami ontology sebagai analasis konstitusi “yang ada dari
eksistensi”. Ontology menemukan keterbatansan eksistensi dan bertujuan menemukan apa
yang memungkinkan eksistensi. Ontology merupakan “ilmu pengetahuan”yang paling
universal dan paling menyeluruh.Ontology berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan, dan menjelaskan yang ada meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Ontology adalah teori atau pengetahuan tentang wujud,tentang hakikat yang ada ontology
tidak terlalu berdasar pada alam nyata tetapi berdasar pada logika semata-mata yaitu :
a. Objek formal ontology
Objek formal ontology Adalah hakikat seluruh realitas Bagi pendekatan kuantitatif, realitas
tampil dalam kuantintas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif.
b. Dasar ontology ilmu
Dasar ontology ilmu berbicara tentang apakah yang ingin diketahui ilmu? Atau apa yang bisa
dirumuskan secara eksplisit yang menjadi bidang tentang ilmu ?berbeda dengan agama atau
bentuk pengetahuan yang lainnya, maka ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang
bersifat empiris. secara sederhana objek kajian ilmu ada dalam jangkauan pengalaman
manusia.
c. Metode dalam ontology menurut loren bagus memperkenalkan 3 tingkatan abstraksi
ontology, yaitu
1. abstraksi fisik, yaitu menampilkan keseluruhan sifat khas suatu objek
2. abstraksi bentuk yaitu mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua yang sejenis.
3. dan abstraksi metaphisik yaitu prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
2. Aliran-aliran ontology
Dalam mengkaji ontology, muncul beberapa pertanyaan yang melahirkan aliran-aliran dalam
filsafat.Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai
ontology. Pertanyaan itu berupa : 1. What is being?
Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir 5 aliran dalam filsafat yaitu:
a. aliran monoisme
aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi atau pun berupa ruhani.Tidak
ungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri.
b. Materialisme
aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan ruhani. Aliran ini
sering juga disebut dengan naturalisme.
c. idealisme
idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ni ditemui
dalam ajaran plato (428-348SM) dengan teori idenya.
d. aliran dualisme
aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam itu
masing-masing bebas berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi.aliran ini ditemui oleh
Descartes (1596-1650M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern.
A. Kesimpulan
Filsafat merupakan pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada yang diperoleh dari
ikhtiar secara radikal.Filsafat memiliki beberapa aliran dan salah satunya adalah aliran
naturalism aliran ini beranggapan bahwa manusia lahir dengan pembawaan yang baik, aliran
ini dicetusakan oleh J.J Rosseau pada abad ke-17.Cara berfikir aliran ini yang abstrak
menjadikan peranan keluarga menjadi yang paling penting dalam membekali dan
membimbing seorang anak untuk menjadi lebih baik khususnya dalam dunia pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut paham naturalisme adalah mengamankan kebutuhan hidup;
meningkatkan pengetahuan; memelihara hubungan sosial dan politik; menikmati waktu
luang; serta pemeliharaan diri;
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Loren, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006
Issawi Charles, Filsafat Islam tentang Sejarah Cet. II; Jakarta: Tintamas, 1976
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1996.
Kamaruddin, Kamus Istilah Karya Ilmiah Cet. II; Jakarta: Bani Aksara, 2002
Kattsoff Louis O, Pengantar Filsafat Cet. IX; Yogyakarta: Tiara wacana Yogya, 2004.
Madkour Ibrahim, Fi-Alsafah al-Islamiyah diterjemahkan oleh Drs. Yudian Wahyudi Asmin
dengan judul Aliran dan Tiori Filsafat Islam Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Muhadjir Noeng, Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, 2001.
Nihayah M. Filsafat Ilmu dari Yunani Kuno sampai Modrn Makassar: Berkah Utami, 2002
Nur Ibrãhim Muhammad, Ilmu Mantiq Cet. V; Surabaya: Maktabah Sa’ad Ibnu Nãsyir
Nabhãn, t.th
Sri Suprapto, ”Landasan Penelaah Ilmia” dalam Tim Penyusun Fakultas Filsafat UGM,
filsafat Ilmu Sebagai dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Cet. I; Yogyakarta,: Intan
Priwara, 1997.
Syam, Mohammad Noor, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila Cet.
IV; Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar Cet. I; Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2005.