Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

           
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat daan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul konsep ontology naturalisme .
Melalui tinjauan filsofis dan historis, kebebasan berfikir erat kaitan nya dengan eksistensi 
kebudayaan dimana manusia tidak akan terlepas darinya. Oleh karena itu, dalam kebebasan
berfikir guna melakukan pengembangan keilmuan dan teknologi, implementasinya tetap
diperlukan sebuah etika.Etika yang dimaksud adalah sikap rendah hati dari batin dengan
adanya egiosme sempit yang hanya mementingkan diri sendiri. Terbuka terhadap adanya
kebenaran lain, mau mendengarkan dan mempertimbangkannya, serta bersedia menerima
pendapat yang baik. Dengan etika demikian pemikiran nya akan lebih terjaga dari kekeliruan.
                        Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini.  Kami berharap semoga
makalah ini dapat berguna  bagi kemajuan dalambidang pendidikan dan menambah
pengetahuan serta dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kami mengharapkan kiranya makalah ini dapat brmanfaat bagi seluruh pembaca dan
seluruh mahasiswa fakultas ilmu budaya sastra Indonesia.

Makassar, 9 Maret 2019

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar belakang masalah
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret.Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa
adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk
mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat
diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola
berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan
realitas.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan
pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha
membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut.Dengan
demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional.Jadi terdapat runtut yang
jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan berasal.Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu
pengetahuan tidak dapat menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajiannya.
Maka dari pendahuluan ini kami akan merumuskan masalah apa saja yang ada dalam
penjelasan makalah ini.

2.      Rumusan masalah


1.         Pengertian ontologi menurut para tokoh-tokoh filsafat?
2.         Pengertian filsafat naturalisme?
3.         Bagaimana sejarah dan perkembangan filsafat naturalime?

3.      Tujuan
Diharapkan kepada siapapun yang membaca makalah ini, dapat memahami tentang apa
itu konsep dasar ontology, sejarah,  ontology, aliran-aliran naturalisme, dan memahami
tokoh-tokoh siapa saja yang ada di konsep ontology.
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Sejarah munculnya ontology
Istilah ontology muncul sekitar pertengahan abad ke 17.Menurut akar kata yunani,
ontology berarti ‘teori mengenai ada yang berada’.Aristoteles, yang kemudian disebut
sebagai metafisika. Beberapa ahli filsafat mempunyai banyak pengertian yang berbeda satu
sama lain. ada beberapa hubungan yang hampir sama bahwa ontology adalah ilmu tentang
“yang ada” sebagai bagian cabang filsafat yang sama. Baumgarten mendefinisikan ontology
sebagai studi tentang predikat-predikat yang paling umum atau abstrak dari semua hal pada
umumnya.Heideggermemahami ontology sebagai analasis konstitusi “yang ada dari
eksistensi”. Ontology menemukan keterbatansan eksistensi dan bertujuan menemukan apa
yang memungkinkan eksistensi. Ontology merupakan “ilmu pengetahuan”yang paling
universal dan paling menyeluruh.Ontology berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan, dan menjelaskan yang ada meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Ontology adalah teori atau pengetahuan tentang wujud,tentang hakikat yang ada ontology
tidak terlalu berdasar pada alam nyata tetapi berdasar pada logika semata-mata yaitu :
a.       Objek formal ontology
Objek formal ontology Adalah hakikat seluruh realitas Bagi pendekatan kuantitatif, realitas
tampil dalam kuantintas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif.
b.      Dasar ontology ilmu
Dasar ontology ilmu berbicara tentang apakah yang ingin diketahui ilmu? Atau apa yang bisa
dirumuskan secara eksplisit yang menjadi bidang tentang ilmu ?berbeda dengan agama atau
bentuk pengetahuan yang lainnya, maka ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang
bersifat empiris.  secara sederhana objek kajian ilmu ada dalam jangkauan pengalaman
manusia.
c.       Metode dalam ontology menurut loren bagus memperkenalkan 3 tingkatan abstraksi
ontology, yaitu
1.      abstraksi fisik, yaitu menampilkan keseluruhan sifat khas suatu objek
2.      abstraksi bentuk yaitu mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua yang sejenis.
3.      dan abstraksi metaphisik yaitu prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
2.      Aliran-aliran ontology
Dalam mengkaji ontology, muncul beberapa pertanyaan yang melahirkan aliran-aliran dalam
filsafat.Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai
ontology. Pertanyaan itu berupa :      1. What is being? 
Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir 5 aliran dalam filsafat yaitu:
a.       aliran monoisme
aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu
hakikat saja sebagai sumber asal, baik yang asal berupa materi atau pun berupa ruhani.Tidak 
ungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri.
b.      Materialisme
aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan ruhani. Aliran ini
sering juga disebut dengan naturalisme.
c.       idealisme
idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ni ditemui
dalam ajaran plato (428-348SM) dengan teori idenya.
d.      aliran dualisme
aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan roh, jasad dan spirit. Kedua macam itu
masing-masing bebas berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi.aliran ini ditemui oleh
Descartes (1596-1650M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern.

e.       aliran prularisme


aliran ini berpandangan bahwa berbagai macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme
bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semua nyata.
Aliran ini ditemui oleh William james (1842-1910M) yang mengemukakan bahwa tiada
kebenaran yg mutlak yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan leper
dari akal yang mengenal.
f.       aliran nihilisme
nihilisme berasal dari bahas latin yang berate nothing atau tidak ada. Istilah nihilsme
diperkenalkan oleh ivan turgeniev pada tahun 1862 dirusia. Aliran ini di temui oleh friedrich
nietzche (1844-1900M) dalam pandangan nya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreatifitas
manusia.
g.      aliran agnotisisme
paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda baik hakikat
materi maupun hakikat ruhani. Jadi, agnotisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan
terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.
2. How is being?
Apakah yang ada itu sebagai sesuatu yang tetap, abadi atau berubah-ubah?Dalam hal
ini, zeno (490-430 SM) menyatakan bahwa sesuatu itu sebenarnya khayaan belaka. Pendapat
ini di bantah oleh Bergson dan russel. Seperti yang dikatakan oleh Whitehead bahwa alam ini
dinamis, bergerak, dan merupakan struktur peristiwa yang mengalir secara kreativ.
3  where is being?
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi kodrati,universal, tetap
abadi, dan abstrak. Sementara aliran materilisme berpendapat sebaliknya, bahwa yang ada itu
bersifat fisik, kodrati, individual, berubah-ubah, dan riil.

3.      Manfaat mempelajari ontology


Ontology yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat,
diantara nya sebagai berikut :
a.       Membantu untuk mengemnbangkan dan mengkritisi berbagai bangunan system pemikiran
yang ada .
b.      Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan esisensi
c.       Bisa mengekplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun
masalah , baik sains hingga etika.
Ontology merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang
kuno.Dalam ontology ditemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran aliran yang
berkembang di filsafat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ontology meliputi hakikat kebenaran
dan kenyataan yang sesuai dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas  dariperspektif
filsafat tentang apa dan bagaimana yang “ada” itu. Adapun monoisme, dualisme, pluralisme,
nihilism dan agnotititsme dengan berbagai nuansa nya, merupakan paham ontology yang
pada akhirnya menentukan pendapat serta keyakinan kita masing-masing tentang apa dan
bagaimana yang “ada” itu.
BAB III
ANALISIS ONTOLOGI NATURALISME
1. Pengertian Ontologi
Menurut  bahasa, Ontologi  berasal dari  bahasa  Yunani  yaitu : On/Ontos = ada, dan
Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.Sedangkan menurut istilah
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate
reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Ada beberapa pengertian ontology menurut para tokoh filsafat diantaranya:
1.      Menurut Suriasumantri (1985),
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan :
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti    berpikir,
merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
2.      Menurut Soetriono & Hanafie (2007)
Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang
menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta
penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut
dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan
biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.\
3.      Menurut Pandangan The Liang Gie
Ontologi adalah bagian dari filsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi .
4.      Menurut Ensiklopedi Britannica ( yang  juga diangkat dari konsepsi Aristoteles )
Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujud seperti karakteristik dasar dari
seluruh realitas. Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studi filosofis untuk menentukan
sifat nyata yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti , struktur dan
prinsip benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikan oleh Aristoteles abad ke-4 SM)
Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba
mencari hakikat dari sesuatu.Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri
menurut lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri.Pengertian ontologi ini menjadi sangat
beragam dan berubah sesuai dengan berjalannya waktu.
Sebuah ontologi memberikan pengertian untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep
terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base. Sebuah ontologi juga dapat
diartikan sebuah struktur hirarki dari istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat
digunakan sebagai landasan untuk sebuah knowledge  base”. Dengan demikian, ontologi
merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi
objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan.Ringkasnya, pada
tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada.

2.  Pengertian Filsafat Naturalisme


Filsafat memiliki berbagai macam aliran seperti aliran rasionalisme, empirisme,
idealism, naturalism, dan sebagainya. Pada makalah ini akan difokuskan pembahasan
mengenai salah satu aliran filsafat yaitu aliran naturalisme.
Naturalisme mempunyai beberapa pengertian, Dari segi bahasa, Naturalisme berasal dari 2
kata, yaitu :
Natural               : Alami
Isme                   : Paham
Sehingga, aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai Paham Alami.Maksudnya,
bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau
pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang buruk.
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan
realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari
dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang
dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah
naturalisme adalah kebalikan dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan
dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam
( Harold H. Titus e.al. 1984)

3.   Sejarah dan Perkembangan Filsafat Naturalisme


Aristotalian-Thomistik.Naturalisme lahir pada abad ke 17 dan mengalami
perkembangan pada abad ke 18.Naturalisme berkembang dengan cepat di bidang sains.Ia
berpandangan bahwa “Learned heavily on the knowledge reported by man’s sense”
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau, filsuf Perancis yang hidup pada tahun 1712-
1778.Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik.
Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan.
Pendidikan yang diberikan orang dewasa, justru dapat merusak pembawaan baik anak itu,
sehingga aliran ini sering disebut negativisme.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran (M.Arifin dan Aminuddin R.,
1992 : 9), yaitu :
•         Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi antara
pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di dalam dirinya secara
alami.
•         Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Pendidik
berperan sebagai fasilitator, menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian
anak ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap kebutuhan untuk memperoleh
bimbingan dan sugesti dari pendidik.Serta memberikan tanggung jawab belajar pada diri anak
didik sendiri.
•         Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan bakat dengan
menyediakan lingkungan belajar yang beorientasi pada pola belajar anak didik.  Anak didik
diberi kesemptan menciptalan lingkungan belajarnya sendiri
Dengan demikian, aliran naturalisme menitik beratkan pada strategi pembelajaran yang
bersifat paedosentris, artinya, faktor kemampuan anak didik menjadi pusat kegiatan proses
belajar dan mengajar.
Secara definitif naturalisme berasal dari kata “nature.”Kadang pendefinisian “nature” hanya
dalam makna dunia material saja, sesuatu selain fisik secara otomatis menjadi
“supranatural.”Tetapi dalam realita, alam terdiri dari alam material dan alam spiritual,
masing-masing dengan hukumnya sendiri.Salah satu ciri yang paling menakjubkan dari alam
semesta adalah keteraturan.Benak manusia sejak dulu menangkap keteraturan ini.Terbit dan
tenggelamnya matahari, peredaran planet-planet dan susunan bintang-bintang yang bergeser
teratur dari malam ke malam sejak pertama kali manusia menyadari keberadaannya di dalam
alam semesta, hanya merupakan contoh-contoh sederhana.Ilmu pengetahuan itu sendiri hanya
menjadi mungkin karena keteraturan tersebut yang kemudian dibahasakan lewat hukum-
hukum matematika.Tugas ilmu pengetahuan umumnya dapat dikatakan sebagai menelaah,
mengkaji, dan menghubungkan semua keteraturan yang teramati.Ilmu pengetahuan bertujuan
menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa.Namun khusus untuk kosmologi, pertanyaan
‘mengapa’ ini di titik tertentu mengalami kesulitan yang luar biasa.
Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar yaitu realisme, empirisme dan
rasionalisme.Pada dasarnya, semua penganut naturalisme merupakan penganut realisme,
tetapi tidak semua penganut realisme merupakan penganut naturalisme.Imam Barnadib
menyebutkan bahwa realisme merupakan anak dari naturalisme.Oleh sebab itu, banyak ide-
ide pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme.Salah satunya adalah nilai estetis dan etis
dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
            Filsafat merupakan pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada yang diperoleh dari
ikhtiar secara radikal.Filsafat memiliki beberapa aliran dan salah satunya adalah aliran
naturalism aliran ini beranggapan bahwa manusia lahir dengan pembawaan yang baik, aliran
ini dicetusakan oleh J.J Rosseau pada abad ke-17.Cara berfikir aliran ini yang abstrak
menjadikan peranan keluarga menjadi yang paling penting dalam membekali dan
membimbing seorang anak untuk menjadi lebih baik khususnya dalam dunia pendidikan.
Tujuan pendidikan menurut paham naturalisme adalah mengamankan kebutuhan hidup;
meningkatkan pengetahuan; memelihara hubungan sosial dan politik; menikmati waktu
luang; serta pemeliharaan diri;
                       
DAFTAR PUSTAKA

Bagus Loren, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Bakhtiar Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006
Issawi Charles, Filsafat Islam tentang Sejarah Cet. II; Jakarta: Tintamas, 1976
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1996.
Kamaruddin, Kamus Istilah Karya Ilmiah Cet. II; Jakarta: Bani Aksara, 2002
Kattsoff Louis O, Pengantar Filsafat Cet. IX; Yogyakarta: Tiara wacana Yogya, 2004.
Madkour Ibrahim, Fi-Alsafah al-Islamiyah diterjemahkan oleh Drs. Yudian Wahyudi Asmin
dengan judul Aliran dan Tiori Filsafat Islam Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Muhadjir Noeng, Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, 2001.
Nihayah M. Filsafat Ilmu dari Yunani Kuno sampai Modrn Makassar: Berkah Utami, 2002
Nur Ibrãhim Muhammad, Ilmu Mantiq Cet. V; Surabaya: Maktabah Sa’ad Ibnu Nãsyir
Nabhãn, t.th
Sri Suprapto, ”Landasan Penelaah Ilmia” dalam Tim Penyusun Fakultas Filsafat UGM,
filsafat Ilmu Sebagai dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Cet. I; Yogyakarta,: Intan
Priwara, 1997.
Syam, Mohammad Noor, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila Cet.
IV; Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar Cet. I; Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2005.

Anda mungkin juga menyukai