Anda di halaman 1dari 30

USULAN PROPOSAL

PENGARUH BELANJA PENDIDIKAN, BELANJA KESEHATAN, DAN DAYA


BELI TERHADAP PENGURANGAN KEMISKINAN MELALUI PENINGKATAN
PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA 2007-2021

CHAIRATUL DJANNAH
A032221009

PROGRAM MAGISTER
EKONOMI PEMBANGUNAN DAN PERENCANAAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... i


DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1. Tinjauan Konseptual .............................................................................. 7
2.1.1. Tinjauan Teoretis Tentang Pengeluaran Pemerintah ...................... 7
2.1.2. Tinjauan Teoretis Tentang Daya Beli .............................................. 9
2.1.3. Tinjauan Teoretis Tentang Indeks Pembangunan Manusia .......... 10
2.1.4. Tinjauan Teoretis Tentang Kemiskinan ......................................... 11
2.2. Keterkaitan Teoretis dengan Variabel Penelitian ................................. 12
2.1.5. Hubungan Antara Belanja Pendidikan dan Indeks Pembangunan
Manusia Terhadap Kemiskinan................................................................... 12
2.1.6. Hubungan Antara Belanja Kesehatan dan Indeks Pembangunan
Manusia Terhadap Kemiskinan................................................................... 13
2.1.7. Hubungan Antara Daya Beli dan Indeks Pembangunan Manusia
Terhadap Kemiskinan ................................................................................. 14
2.1.8. Hubungan Antara Indeks Pembangunan Manusia Terhadap
Kemiskinan ................................................................................................. 15
2.3. Tinjauan Empiris yang Terkait dengan Penelitian Sebelumnya ............ 15
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ....................... 17
3.1. Kerangka Konseptual Penelitian .......................................................... 17
3.2. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 18
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 19
4.1. Lokasi Penelitian ................................................................................. 19
4.2. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 19
4.3. Populasi dan Sampel ........................................................................... 19
4.4. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 19
4.5. Metode Analisis Data ........................................................................... 19
4.6. Definisi Operasional............................................................................. 21

i
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Koefisien Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Baik Variabel


Eksogen Maupun Endogen terhadap Variabel Kemiskinan (𝐘𝟐) .................... 21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Tren Perkembangan Belanja Pendidikan dan Kesehatan, Daya


Beli, IPM, dan Kemiskinan di Indonesia Tahun 2007-2021 ................................. 4
Gambar 2. 1 Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty) . 12
Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual Penelitian...................................................... 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu negara dapat dikatakan maju apabila terdapat peningkatan


pada pembangunannya. Salah satu indikator keberhasilan
pembangunan adalah dengan meningkatnya indeks pembangunan
manusia (IPM), diharapkan dengan IPM yang tinggi mampu mengurangi
tingkat kemiskinan di suatu wilayah (Rustam, 2010). Tingkat kemiskinan
suatu negara atau wilayah juga sebagai cerminan seberapa sejahtera
penduduk negara atau wilayah tersebut (Christianto, 2013). Kemiskinan
penting diangkat sebagai isu pembangunan karena (1) penurunan
tingkat kemiskinan merupakan prioritas dalam pembangunan, sehingga
perlu adanya pengukuran kemiskinan diukur secara akurat, agar
eksistensi masyarakat miskin dapat dijangkau dengan mudah, dan (2)
sebagai bahan evaluasi terhadap program dan lembaga pemerintah
dalam penanganan kemiskinan. (World Bank, 2019). Kemiskinan dapat
diartikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, papan, tidak mampu mengakses kesehatan,
pendidikan, sanitasi yang buruk, serta tidak memiliki kebebasan dalam
politik (World Bank, 2004).
Dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dicermati
dari besar kecilnya indeks pembangunan manusia. Apabila IPM suatu
wilayah meningkat maka dapat dikatakan kesejahteraan masyarakatnya
ikut meningkat, sehingga berdampak terhadap penurunan tingkat
kemiskinan. Walaupun isu kemiskinan akan terus muncul karena sifat
dasar kemiskinan adalah relatif, tetapi apabila suatu negara atau wilayah
mengalami peningkatan taraf hidup, maka standar hidup
masayarakatnya akan berubah. Penyebab kemiskinan dapat dilihat pada
teori lingkaran setan kemiskinan (vicious cyrcle of poverty) yang
dikemukakan oleh Ragnar Nurkse. Pokok utama pada teori ini dikatakan
bahwa negara-negara yang sedang berkembang tetap miskin, karena
produktivitasnya yang rendah. Produktivitas rendah akan berdampak
pada penghasilan seseorang yang juga rendah. Agar kesejahteraan

1
2

dapat tercipta dengan baik, maka lingkaran setan harus diputus, yakni
pada titik lingkaran rendahnya produktivitas, dengan cara memberi
modal kepada masyarakat. Sehingga, salah satu hal yang dapat
dilakukan oleh pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan
dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
peningkatan kualitas pembangunan manusia.
Peran pemerintah dalam hal ini sebagai penyedia kewajiban
publik di bidang kesehatan dan pendidikan. Menurut Usman (2004)
pendidikan adalah suatu elemen penting untuk menurunkan kemiskinan,
menyalamatkan anak-anak dari upaya eksploitasi, serta
memberdayakan perempuan. Investasi di bidang kesehatan dan
pendidikan akan memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan
yang lebih merata sehingga modal manusia semakin bertambah.
Sehingga, dengan harapan kondisi tersebut akan mampu memajukan
perekonomian masyarakat dengan meningkatnya kesempatan kerja
serta menurunnya kemiskinan. Peranan pemangku kebijakan dalam hal
ini pemerintah terhadap perekonomian mulai dianggap penting oleh
Keynes setalah memasukkan sektor pemerintah dalam analisis ekonomi
makronya. Dimana teori Keynes ini dilatarbelakangi pendapat umum
yakni pengangguran terus menerus berasal dari penurunan total sektor
swasta. Keynes memandang bahwa pengeluaran pemerintah yang tinggi
akan meningkatkan permintaan agregat, dan pada gilirannya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta menurunkan tingkat
kemiskinan.
Seperti halnya masalah yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah
dimana rendahnya pembangunan manusia dan besarnya angka
kemiskinan disebabkan pendanaan yang terbatas. Pendanaan yang
terbatas menyebabkan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk
memfasilitasi sektor publik. Investasi pada sektor kesehatan dan
pendidikan yang krusial untuk membangun kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang tercermin pada IPM (Widodo et al., 2011a). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Widodo et al., (2011) menunjukkan bahwa
alokasi pengeluaran pemerintah pada sektor publik dan IPM dapat
mempengaruhi kemiskinan secara simultan. Berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Misdawati & Sari (2013) yang menunjukkan
3

bahwa pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan efektif dalam


mengurangi angka kemiskinan, namun berbeda dengan pengeluaran
pemerintah di bidang kesehatan yang tidak efektif mengurangi angka
kemiskinan karena penggunaan subsidi di lapangan tidak tepat sasaran.
Selain akses pendidikan dan kesehatan yang sulit, daya beli juga
menjadi salah satu faktor terjadinya kemiskinan. daya beli sangat
berkaitan dengan pendapatan yang memperlihatkan tingkat
kesejahteraan suatu individu, sehingga semakin tinggi tingkat daya beli
seseorang semakin tinggi juga tingkat pendapatannya. Pendapatan yang
tinggi menandakan seseorang ada pada kondisi mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya atau dengan kata lain orang
tersebut tidak masuk ke dalam kategori penduduk miskin. Seperti
menurut Isdjoyo (2010) penyebab kemiskinan disebabkan karena
ketidakberdayaan, kemiskinan material, rendahnya kualitas angkatan
kerja, skill yang rendah terhadap teknologi, penggunaan sumber daya
yang tidak efisien, dan akses yang sulit untuk memperoleh modal.
Penyebab kemiskinan tersebut juga dijelaskan dalam teori
lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) Nurkse (1953)
mengatakan adanya keterbelakangan, kurangnya modal, dan
ketidaksempurnaan pasar yang mengakibatkan rendahnya pendapatan
masyarakat. Rendahnya pendapatan berdampak pada rendahnya
tabungan dan juga investasi. Rendahnya tabungan menyebabkan
keterbelakangan, dan seterusnya. Hal tersebut selaras dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Maulani (2019) menunjukkan bahwa
pengeluaran per kapita yang menjadi indikator daya beli masyarakat
berpengaruh negatif terhadap kemiskinan di Kalimantan Barat. Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanah & Rosmeli (2021)
menunjukkan bahwa pengeluaran per kapita berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan di Kabupaten/Kota Provinsi Jambi.
Pengalokasian anggaran atau subsidi yang tepat menjadi poin
penting dalam pengelaran pemerintah di bidang kesehatan dan
pendidikan, daya beli masyaarakat juga sangat penting untuk diketahui
karena merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi
perekonomian masayarakat, serta daya beli masyarakat mampu
mempresentasikan perekonomaian negara secara menyeluruh, untuk itu
4

perlu diketahui bagaimana tren perkembangan belanja pemerintah di


bidang kesehatan dan Pendidikan, serta tingkat daya beli masyarakat,
IPM dan kemiskinan di Indonesia yang dapat dilihat pada gambar 1.1
berikut:

Chart Title
400,000,000 80
350,000,000 70
300,000,000 60
250,000,000 50
200,000,000 40
150,000,000 30
100,000,000 20
50,000,000 10
0 0

Belanja Pendidikan (Rp Miliar) Belanja Kesehatan (Rp Miliar)


Penduduk Miskin (%) IPM (%)
Daya Beli (%)

Sumber: Sulsel BPS, 2022

Gambar 1. 1 Tren Perkembangan Belanja Pendidikan dan


Kesehatan, Daya Beli, IPM, dan Kemiskinan di Indonesia Tahun
2007-2021

Berdasarkan data pada gambar 1.1 dapat dilihat


bahwa anggaran belanja pendidikan masih terlihat fluktuatif selama
kurun waktu dari tahun 2007-2021. Lain halnya, dengan tren belanja
kesehatan yang tergambarkan konsisten meningkat dari tahun ke
tahun. Sedangkan, tren daya beli masih tergambarkan secara fluktuasi.
Berbeda dengan tren perkembangan IPM yang cenderung meningkat
tiap tahunnya walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun
2010 lalu kembali meningkat dari tahun ke tahun, tetapi dapat dilihat
bahwa untuk tren perkembangan kemiskinan masih tergambarkan
secara fluktuatif. Penduduk di suatu negara atau wilayah tentunya harus
dilengkapi dengan pengetahuan dan kesehatan yang baik dan memadai
agar dapat melakukan program pembangunan dengan sebaik-baiknya
sesuai yang diharapkan serta daya beli menjadi salah satu faktor
pembangunan manusia karen hal tersebut mencerminkan bagaimana
kondisi perekonomia masyarakat. Apakah masyarakat mampu
5

memenuhi kebutuhan dasarnya dan terlepas dari kemiskinan. Sehingga


anggaran belanja pendidikan, belanja kesehatan, dan daya beli yang
akan dikaji hubungannya dengan IPM dan kemiskinan yang ada di
Indonesia. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti memilih judul penelitian: “PENGARUH BELANJA
PENDIDIKAN, BELANJA KESEHATAN, DAN DAYA BELI
TERHADAP PENGURANGAN KEMISKINAN MELALUI
PENINGKATAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA 2007-
2021”

1.2. Rumusan Masalah

Beradasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah:
“Seberapa besar pengaruh belanja Pendidikan, belanja
Kesehatan, dan daya beli terhadap pengurangan kemiskinan
melalui peningkatan pembangunan manusia di Indonesia?”

1.3. Tujuan Penelitian

Melihat pada rumusan masalah sebelumnya, penelitian ini


dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana besarnya pengaruh
belanja Pendidikan, belanja Kesehatan, dan daya beli terhadap
pengurangan kemiskinan melalui peningkatan pembangunan
manusia di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun harapan manfaat dari penelitian ini yaitu:


1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi manfaat
bagi pengembangan ilmu dari segi teori yang dipakai peneliti
pada penelitian ini, dan juga dapat memperkaya ilmu
pengetahuan bagi orang-orang yang membaca penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dari hasil penelitian ini menjadi bahan
pertimbangan untuk pemerintah dalam memecahkan
6

masalah yang ada dan juga hasil penelitian diharapkan


bisa menjadi rujukan bagi pemerintah untuk membuat
kebijakan guna menurunkan tingkat kemiskinan di
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Konseptual

2.1.1. Tinjauan Teoretis Tentang Pengeluaran


Pemerintah

Pengeluaran pemerintah menggambarkan kebijakan


atau program pemerintah. Disaat pemerintah telah
menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah menggambarkan biaya yang
dikeluarkannya untuk melaksanakan program, hal tersebut
diperjelas dalam teori ekonomi makro, pengeluaran
pemerintah dibagi menjadi tiga hal utama, yaitu (1) untuk gaji
pegawai, (2) untuk pembelian barang dan jasa, dan (3) untuk
transfer payment. Di dalam transfer payment inilah mencakup
pembayaran pensiun, subsidi yang disalurkan kepada
masyarakat, dan pembayaran bunga untuk pinjaman
pemerintah kepada masyarakat (Prasetya, 2012).
Prasetya (2012) menjelaskan sedangkan dalam teori
ekonomi mikro dijelaskan bahwa jumlah barang publik yang
akan disediakan oleh pemerintah akan menimbulkan
permintaan akan barang lain. Sehingga dengan kata lain
perkembangan pengeluaran pemerintah adalah untuk
menganalisis faktor-faktor yang akan menimbulkan
permintaan barang publik dan faktor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan barang-barang publik itu.
Pelayanan publik adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
penyedia pelayanan publik dalam hal ini adalah pemerintah,
untuk melayani kebutuhan masyarakat yang telah ditetapkan
di dalam perundang-undangan (Mahmudi, 2007). Menurut
Widodo et al., (2011) pelayanan publik pemerintah kepada
masyarakat, digolongkan menjadi dua kategori utama, yaitu
(1) pendidikan, dan (2) kesehatan.

7
8

Pendidikan adalah bentuk investasi sumber daya


manusia yang mana sangat menentukan masa depan baik
individu itu sendiri maupun negara. Dengan pendidikan yang
berkualitas, suatu negara dapat keluar dari tingkat
kemiskinan yang tinggi. Di Indonesia sendiri, kemiskinan
telah menjadi sebuah lingkaran setan kemiskinan yang mana
dari waktu ke waktu permasalahannya belum dapat
terselesaikan dengan baik. Di dalam permendagri sendiri
dalam pedoman penyusunan APBD, anggaran untuk belanja
pendidikan itu minimal 20% dari dana negara wajib
dialokasikan ke sektor pendidikan, hal ini untuk memastikan
bahwa seluruh masyarakat di Indonesia dapat memperoleh
pendidikan yang layak sebagaimana mestinya yang telah
difokuskan oleh pemerintah melalui program-program
pendidikan (Misdawati & Sari, 2013). Salah satu program
pemerintah di bidang pendidikan ialah program Bantuan
Dana Operasional Sekolah (BOS). Program dana BOS ini
merupakan salah satu bentuk pendanaan pendidikan yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Program ini guna mengurangi beban masyarakat
kurang mampu (miskin) dalam membiayai pendidikannya
serta guna peningkatan mutu pendidikan dalam rangka wajib
belajar pendidikan dasar sembilan tahun (Erwantosi, 2010).
Seperti halnya pendidikan, sektor kesehatan juga
menjadi salah satu kebutuhan dasar masyarakat. Kesehatan
juga menjadi salah satu faktor untuk melihat kesejahteraan
masyarakat. Dengan adanya alokasi ke sektor kesehatan
secara maksimal diharapkan seluruh masyarakat dapat
memperoleh akses kesehatan dengan baik. Adapun
beberapa program yang telah dilakukan oleh pemerintah
yaitu program penggunaan Kartu Indonesia Sehat (KIS),
asuransi kesehatan, dan kesehatan gratis (Misdawati & Sari,
2013). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Brata (2005) mengenai pengeluaran pemerintah daerah
khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan terhadap IPM
9

antar provinsi di Indonesia, hasil penelitian menunjukkan


bahwa pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan
kesehatan memberikan pengaruh yang positif terhadap
pembangunan manusia. Di mana semakin besar alokasi
pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan
semakin baik pula IPM yang dicapai.

2.1.2. Tinjauan Teoretis Tentang Daya Beli

Daya beli masayarakat dapat diukur melalui


pengeluaran per kapita. Pendapatan per kapita dapat dapat
menyebabkan peningkatan pembangunan manusia dalam
jangka Panjang. Pengeluaran per kapita adalah biaya yang
dikeluarkan untuk konsumsi seluruh anggota keluarga
selama satu bulan lalu dibagi dengan banyaknya anggota
keluarga. Menurut (Patriotika, 2011) pengeluaran per kapita
dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan
penduduk pada suatu wilayah pada tahun tertentu. Melihat
pada penggunaan pengeluaran per kapita tersebut, maka
pengeluaran per kapita ini dapat digunakan sebagai alat ukur
daya beli masyarakat juga berkaitan dengan tingkat
kesejahteraan yang dicapai dalam suatu wilayah.
Pengeluaran per kapita digunakan sebagai pengukur
standar hidup masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh
pengetahuan atau kemampaun seseorang dalam
merealisasikannya ke dalam bentuk kegiatan produktif yang
menghasilkan output baik berupa jasa maupun barang
sebagai pendapatan. Kemudian pendapatan yang ada
menciptakan konsumsi atau pengeluaran. Pengeluaran per
kapita ini lalu memberikan gabaran mengenai tingkat daya
beli/PPP (Purchasing Power Parity) masyarakat, dan juga
sebagai komponen yang digunakan untuk melihat tingkat
pembangunan manusia di suatu daerah (Ambarwati & Sari,
2011).
10

Hal tersebut dijelaskan oleh Keynes di dalam teori


konsumsi yang dianggap sebagai keberhasilan empiris di
zamannya. Di mana teori yang dikemukakan bahwa bila
seseorang mendapatkan tambahan pendapatan, maka dia
secara alamiah akan menambah konsumsi namun besarnya
tambahan konsumsinya tidak akan sebesar tambahan
pendapatannya (Mankiw, 2007). Kenaikan pendpatan
tersebut digambarkan ke dalam besarnya Marginal
Propensity to Consume (MPC), di mana besarnya MPC yakni
diantara 0 hingga 1. MPC sendiri sering disebut sebagai
kecenderungan berkonsumsi masyarakat, yang merupakan
persentase dari pendapatan yang digunakannya untuk
berkonsumsi. dengan kata lain, jika terjadi kenaikan
pendapatan, maka akan terjadi kenaikan jumlah konsumsi.

2.1.3. Tinjauan Teoretis Tentang Indeks


Pembangunan Manusia

Human Development Index (HDI)/Indeks


Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran dari aspek-
aspek pengembangan kualitas manusia secara lebih
komperhensif daripada pendapatan per kapita seperti yang
digunakan untuk menunjukkan atau menentukan apakah
negara itu belum berkembang, berkembang, atau maju,
HDI/IPM juga merupakan salah satu indikator untuk
membahas atau meneliti ukuran-ukuran kualitas manusia di
sebuah wilayah secara beragam dan luas (Widodo et al.,
2011a). Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah
untuk menurunkan tingkat kemiskinan dengan meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan
kualitas pembangunan manusia.
Teori pertumbuhan baru menekankan bahwa
pentingnya peranan dari pemerintah dalam meningkatkan
IPM, faktanya dapat dilihat melalui investasi dibidang
pendidikan dimana peningkatan kualitas SDM yang
11

diperlihatkan dengan peningkatan pengetahuan dan


keterampilan individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin tinggi keahlian dan
pengetahuannya, yang akan mendorong peningkatan
produktivitas kerjanya dan terlepas dari kemiskinan (Dewi,
2017). Begitu pula dengan (Todaro & Smith Stephen, 2003)
yang mengatakan bahwa pembangunan manusia merupakan
tujuan dari pembangunan itu sendiri. Dimana pembangunan
manusia yang memainkan peranan dalam membentuk
kemampuan suatu negara dalam menyerap teknologi modern
agar kapasitas dapat terbangun sehingga tercipta
pembangunan dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

2.1.4. Tinjauan Teoretis Tentang Kemiskinan

Kemiskinan ada ketika seseorang tidak mampu


dalama memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan
standar hidup yang ada atau tingkat kemakmuran ekonomi
yang ada di masyarakat. Menurut (Badan Pusat Statistik
(BPS), 2016), kemiskinan dicirikan sebagai keadaan yang
dialami oleh seorang atau sekelompok orang yang tidak
mampu hidup sesuai dengan taraf yang dianggap layak.
Banyak faktor yang menyebabkan penduduk tidak mampu
hidup sesuai dengan standar hidup yang ada. Hal ini
dijelaskan dalam Teori Chambers yang menjelaskan bahwa
terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebab timbulnya
kemiskinan yaitu faktor anggaran pemerintah,
makroekonomi, dan indikator-indikator kesejahteraan yang
mengakibatkan rendahnya taraf pendidikan dan kualaitas
kesehatan (Chambers, 1983).
Dalam Teori Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious
Circle of Poverty) yang dicetus oleh Nurkse (1953)
digambarkan rangkaian yang secara kuat saling
berpengaruh, sehingga terjadi situasi dimana masyarakat di
negara berkembang menghadapi banyak masalah untuk
12

dapat mewujudkan pembangunan yang lebih baik. Skema


dari lingkaran setan kemiskinan dapat dilihat pada gambar
2.1 berikut:

Gambar 2. 1 Lingkaran Setan Kemiskinan (The


Vicious Circle of Poverty)

2.2. Keterkaitan Teoretis dengan Variabel Penelitian

2.1.5. Hubungan Antara Belanja Pendidikan dan


Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan

Pendidikan baik formal maupun non formal merupakan salah satu


hal penting untuk menurunkan tingkat kemiskinan dalam jangka panjang.
Semakin tinggi pendidikan seseorang yang akhirnya akan meningkatkan
pendapatan seseorang tersebut. Todaro (2006) mengatakan bahwa
pendidikan merupakan salah satu cara untuk bisa menyelamatkan diri
dari jerat kemiskinan. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam
pembentukan kemampuan sebuah negara untuk menyerap teknologi
modern, agar dapat mengembangkan kapasitas dan menjadi individu
yang lebih baik lagi. Hukum Wagner juga menjelaskan bahwa dengan
meningkatnya pengeluaran pemerintah per kapita dapat meningkatkan
pendapatan per kapita yang dimana jika pendapatan meningkat tingkat
kemiskinan akan menurun yang juga tergambarkan dalam teori lingkaran
setan kemiskinan (vicious circle of poverty) (Nurjihadi & Dharmawan,
2002).
(Josep, 2018) mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah
satu penyebab tinggi rendahnya tingkat kemiskinan. Negara yang
13

menyediakan pendidikan baik akan memiliki SDM yang berkualitas.


Sehingga, dapat dikatakan bahwa pendidikan mempunyai peran yang
cukup penting untuk suatu bangsa dan memiliki tujuan guna
meningkatkan keterampilan dan kecerdasan seseorang. Dengan kata
lain, program-program di sektor pendidikan memiliki peranan yang
besar terhadap kemajuan sosial, bangsa, serta ekonomi.

2.1.6. Hubungan Antara Belanja Kesehatan dan


Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan

Kesehatan merupakan unsur yang paling penting dalam


pengembangan manusia, oleh sebab itu kesehatan adalah hak
seluruh masyarakat. Dimana kualitas kesehatan yang meningkat
mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Pengeluaran
pemerintah memiliki pengaruh yang penting terhadap penurunan
tingkat kemiskinan. berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Mehmood & Sadiq, 2010) hasil penelitian menunjukkan bahwa antara
pengeluaran pemerintah dengan tingkat kemiskinan memiliki
hubungan pada jangka panjang begitu pula jangka pendek. Teori
mengenai pengeluaran pemerintah dijelaskan dalam Teori
Perkembangan Pemerintah oleh Rostow dan Musgrave.
Teori Perkembangan Pemerintah ini mengembangkan model
pembangunan yang menghubungkan perkembangan pengeluaran
pemerintah terhadap tahap-tahap pembangunan ekonomi yang
dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu: (1) Tahap awal dalam
perkembangan ekonomi, dibutuhkan persentase yang besar dalam
investasi pemerintah terhadap total investasi yang ada, karena dalam
tahap ini pemerintah perlu menyediakan prasarana, seperti
Kesehatan, Pendidikan, dan sebagainya. (2) Tahap menengah,
Rostow berpendapat bahwa investasi pemerintah masih diperlukan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi pada tahap ini
peran investasi swasta lebih besar, (3) Tahap lebih lanjut, Rostow
berpendapat bahwa aktivitas pemerintah beralih dari menyediakan
prasarana ke pengeluran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti
14

program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya


(Mangkoesoebtoro, 2010).
Menurut Hossain (2014) pengeluaran pemerintah dibidang
kesehatan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan.
Sehingga, program-program kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat miskin harus teralokasikan secara merata dengan
meningkatkan meningkatkan pelayanan ke masyarakat miskin.
Semua itu dapat tercapai jika pengalokasian dana kesehatan berjalan
dengan baik sehingga masyarakat dapat menerima akses fasilitas
kesehatan dengan layak.

2.1.7. Hubungan Antara Daya Beli dan Indeks


Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan

Menurut (Hasanah & Rosmeli, 2021) pengeluaran per kapita


pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan, karena
semakin tinggi pengeluaran hal tersebut menunjukkan semakin tinggi
juga tingkat konsumsi/daya beli penduduk yang menandakan
kesejahteraan masyarakat semakin pulih. Pengeluaran per kapita
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk semua konsumsi anggota
rumha tangga baik makanan ataupun non-makanan selama sebulan
dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga (BPS, 2018). Hal
tersebut sejalan dengan penjelasan Ananda (2015) bahwa
pendapatan keluarga yang tinggi condong akan mengalokasikan
sedikit pendapatannya untuk belanja kebutuhan pangan, sedangkan
pendapatan keluarga yang masuk golongan rendah akan lebih
condong mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan pokok.
Apabila dilihat dari berapa banyak jumlah anggota keluarganya,
semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit tanggungan
yang harus dipenuhi keluarga, begitupun sebaliknya. Sehingga
dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti dengan
banyaknya kebutuhan yang harus terpenuhi, hal tersebut yang pada
akhirnya membuat masyarakat sulit terlepas dari belenggu
kemiskinan.
15

2.1.8. Hubungan Antara Indeks Pembangunan


Manusia Terhadap Kemiskinan

Kurangnya sumber daya yang berkualitas bisa menimbulkan


permasalahan kemiskinan. Syarat penting bagi berlangsungnya
pembangunan ekonomi yang berkesinambungan yaitu
tersedianyan SDM yang berkualitas (Sjafi’i & Hidayati, 2009).
Selanjutnya, penyebab lain dari terjadinya kemiskinan karena
kurangnya sumber daya manusia. Jika manusia tidak memiliki
keterampilan yang cukup, nantinya akan berdampak kepada
pendapatannya yang pada akhirnya berdampak terhadap daya
belinya dan masuk ke dalam lingkaran setan kemiskinan. hal
tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah bahkan negara (Prasetyoningrum & Sukmawati, 2018).
Manusia merupakan salah satu kekayaan suatu negara. Menurut
Kuncoro, yang peningkatan kualitas manusia adalah fokus utama
dalam pembangunan (Kuncoro, 2010).
Pembentukan modal manusia merupakan upaya guna
mendapatkan dan meningkatkan jumlah individu yang memiliki
skill atau keahlian, pengalaman dan pendidikan yang akan
menentukan pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Yang
mana peningkatan pembangunan diawali dengan meningkatkan
pendidikan yang akan berdampak pada kesempatan kerja yang
terbuka yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas
sehingga jumlah pendapatan seseorang juga akan meningkat
(Jhingan, 2012).

2.3. Tinjauan Empiris yang Terkait dengan Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian Widodo et al (2011), menemukan bahwa


alokasi pengeluaran pemerintah di sektor publik tidak secara
langsung mempengaruhi IPM dan kemiskinan, namun secara
simultan pengeluaran sektor publik dan IPM mampu
mempengaruhi kemiskinan.
16

Lain halnya Misdawati & Sari (2013) yang menemukan bahwa


pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan efektif dalam
mengurangi angka kemiskinan, namun berbeda dengan
pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan yang tidak efektif
mengurangi angka kemiskinan karena penggunaan subsidi di
lapangan tidak tepat sasaran.
Selanjutnya hasil penelitian Naue (2015), menemukan
bahwa: (1) Variabel belanja pendidikan dan kesehatan secara
signifikan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan
kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo, (2) Sedangkan untuk
variabel belanja infrastruktur tidak berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo
Ropikatul Hasanah, Syaparuddin, dan Rosmeli melakukan
penelitian pada tahun 2021 dengan menganalisis pengaruh angka
harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita
terhadap tingkat kemiskinan pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Jambi. Hasil penelitian menemukan bahwa angka harapan hidup
dan pengeluaran per kapita berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan. Sedangkan rata-rata lama sekolah tidak
berpengaruh signifikan. Secara simultan angka harapan hidup,
lama-lama rata sekolah dan pengeluaran per kapita secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
17

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seberapa besar


pengaruh belanja pendidikan dan kesehatan terhadap pengentasan
kemiskinan melalui peningkatan pembangunan manusia di Provinsi
Sulawesi Selatan. Agar pembangunan manusia dapat terbentuk dapat
dilihat dari SDM yang berkualitas, suatu negara atau wilayah perlu
memperhatikan bahwa penduduk yang besar harus juga diimbangi
dengan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas. Pendidikan dan
kesehatan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pengeluaran
pemerintah dengan memberikan subsidi kepada masyarakat. Didala
Hukum Wagner juga dijelaskan bahwa dengan meningkatnya
pengeluaran pemerintah per kapita dapat meningkatkan pendapatan
per kapita yang dimana jika pendapatan meningkat tingkat kemiskinan
akan menurun yang juga tergambarkan dalam teori lingkaran setan
kemiskinan (vicious circle of poverty) (Nurjihadi & Dharmawan, 2002).
Salah satu indikator yang dapat mengukur pembangunan manusia
yaitu IPM.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Naue (2015), hasil penelitian
tersebut menunjukkan adanya pengaruh antara belanja pendidikan
dan kesehatan terhadap tingkat kemiskinan. Menurut (Hasanah &
Rosmeli, 2021) pengeluaran per kapita pada akhirnya berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan, karena semakin tinggi pengeluaran hal
tersebut menunjukkan semakin tinggi juga tingkat konsumsi/daya beli
penduduk yang menandakan kesejahteraan masyarakat semakin
pulih. Pengeluaran per kapita merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
semua konsumsi anggota rumha tangga baik makanan ataupun non-
makanan selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah
tangga (BPS, 2018).
Dalam penelitian ini digunakan variabel terikat berupa kemiskinan
dan IPM kemudian belanja pendidikan dan kesehatan, serta daya beli
sebagai variabel bebas. Dari struktur tersebut akan diketahui
18

bagaimana pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat,


dengan harapan pengeluaran pemerintah di sektor publik (kesehatan
dan pendidikan) dan daya beli mampu meningkatkan pembangunan
manusia yang dapat menurunkan tingkat kemiskinan di Sulawesi
Selatan. Berikut dapat dilihat pada gambar 2.2 kerangka konseptual
penelitian ini:

Gambar 3. 1 Kerangka Konseptual Penelitian

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir pada gambar 3.1, maka dapat


dirumuskan hipotesis sementara sebagai berikut:
1. Belanja pendidikan secara langsung berpengaruh negatif
terhadap kemiskinan dan secara tidak langsung berpengaruh
positif melalui IPM.
2. Belanja kesehatan secara langsung berpengaruh negatif
terhadap kemiskinan dan secara tidak langsung berpengaruh
positif melalui IPM.
3. Daya beli secara langsung berpengaruh negatif terhadap
kemiskinan dan secara tidak langsung berpengaruh positif
melalui IPM.
4. IPM berpengaruh langsung secara negatif terhadap kemiskinan.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penilitian ini dilaksanakan di Indonesia dikarenakan objek


penelitian berada di Indonesia dan penelitian ini menggunakan data
time series 2007-2021.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder


berupa dokumen-dokumen yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) dan DJPK Kemenkeu.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi yang dipakai dalam penelitian ini berupa seluruh data


penelitian berupa belanja pendidikan dan kesehatan, pengeluaran per
kapita, IPM, dan kemiskinan Indonesia. Sedangkan untuk sampel
penelitian sebanyak 15.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik pengumpulan


data yaitu studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data ini dengan
cara mengumpulkan data dengan tinjauan Pustaka ke perpustakaan
dan pengumpulan buku-buku, bahan-bahan tertulis serta referensi-
referensi yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

4.5. Metode Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hubungan antara


variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel
perantara. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kemiskinan, variabel independent dalam penelitian ini adalah belanja
pendidikan, kesehatan, daya beli, dan variabel perantara yaitu IPM.
Metode analisis yang digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis
yaitu Structural Equation Model (SEM)/ Analisis Jalur.

19
20

Berdasarkan kerangka konseptual (Gambar 3.1), maka dapat


dibentuk persamaan fungsional dalam model persamaan struktural
dengan reduced form sebagai berikut:
Y1 = f(X1 , X 2 , X 3 ) (1.1)
Y2 = f(Y1 , X1 , X 2 , X 3 ) (2.1)
Dimana kedua fungsi tersebut dapat dijabarkan:
Y1 = α0 X1 α1 X2 α2 eα3X3+μ1 (1.2)
Y2 = β0 Y1 β1 X1 β2 X2 β3 eβ4X3+μ2 (2.2)
Persamaan (1.2) dan (2.2) dapat dinyatakan ulang dalam bentuk
persamaan simultan yang telah ditransformasikan menjadi linear
dalam bentuk logaritma natural (ln) berdasarkan persamaan
sebaagai berikut:
lnY1 = ln α0 + α1 lnX1 + α2 lnX2 + α3 lnX 3 + μ1 (1.3)
lnY2 = ln β0 + β1 lnY1 + β2 lnX1 + β3 lnX2 + β4 lnX3 + μ2 (2.3)
Subtitusi persamaan (1.3) ke persamaan (2.3)
Y2 = ln β0 + β1 (ln α0 + α1 lnX1 + α2 lnX2 + α3 lnX3 + μ1 ) + β2 lnX1
+ β3 lnX 2 + β4 lnX 3 + μ2
= lnβ0 + β1 lnα0 + β1 α1 lnX1 + β1 α2 lnX 2 + β1 α3 lnX 3 + β1 μ1 +
β2 lnX1 + β3 lnX2 + β4 lnX3 + μ2
= (ln β0 + β1 lna0 ) + (β1 α1 + β2 )lnX1 + (β1 α2 + β3 )lnX2 + (β1 α3 +
β4 )lnX3 + (β1 μ1 + μ2 )
= 𝑙𝑛𝑌0 + 𝑌1 𝑙𝑛𝑋1 + 𝑌2 𝑙𝑛𝑋2 + 𝑌3 𝑙𝑛𝑋3 + 𝜇4 (2.4)
Dimana:
𝑌1 = Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
𝑌2 = Kemiskinan
𝑋1 = Belanja Pendidikan (Rupiah)
𝑋2 = Belanja Kesehatan (Rupiah)
𝑋3 = Daya Beli
21

Tabel 4. 1 Koefisien Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung


Baik Variabel Eksogen Maupun Endogen terhadap
Variabel Kemiskinan (𝐘𝟐 )

No Arah Pengaruh Simbol Koefisien Estimasi untuk


Antar Variabel/ Pengaruh Variabel
Hipotesis Langsung Tidak Total
Penelitian Langsung Pengaruh
1 Hipotesis 1
a) X1 → Y2 β1 (β4 α1 + β1 )

Melalui Y1 β4 α1

b) X1 → Y1 α1 α1

2 Hipotesis 2
a) X 2 → Y2 β2 (β4 α2 + β2 )

Melalui Y1 β4 α2

b) X 2 → Y1 α2 α2

3 Hipotesis 3
a) X 3 → Y2 β3 (β4 α3 + β3 )

Melalui Y1 β4 α3

b) X 3 → Y1 α3 α3

4 Hipotesis 4
a) Y1 → Y2 β4 β4
Sumber: Simbol koefisien dari kedua persamaan reduced form
(Persamaan1.1 dan 2.1) dan Gambar 3.1.

4.6. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk menjelaskan masing-


masing variabel agar tercapai kesatuan pemahaman/pengertian
dalam penelitian ini. Berikut ini uraian definisi operasional dari tiap-
tiap variabel yang digunakan:

1. Kemiskinan (Y2 ) adalah individu yang ada di bawah garis


kemiskinan. Data kemiskinan ini yang lalu dimasukkan sebagai
suatu variabel dalam bentuk satuan persentase. Lebih jelasnya
persentase penduduk miskin adalah persentase penduduk
melalui pengukuran kemiskinan absolut yang berada di bawah
garis kemiskinan (GK), yang disebut dengan istilah tingkat
22

kemiskinan yang telah dihitung berdasarkan kriteria BPS. Data


yang digunakan pada penelitian ini adalah kemiskinan pada
periode 2007 sampai 2021, dalam bentuk satuan persen.
2. IPM (Y1 ) mengukur pencapaian pembangunan manusia yang
berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Data IPM ini
yang lalu dimasukkan sebagai suatu variabel dalam bentuk
satuan persentase. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah IPM pada periode 2007 sampai 2021.
3. Belanja Pendidikan (X1 ) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan atau untuk penyelenggaraan pendidikan,
diantaranya seperti biaya investasi, bantuan biaya pendidikan,
dan biaya operasional. Data yang digunakan oleh peniliti dalam
penelitian ini ialah data belanja pendidikan pada periode 2007
sampai 2021.
4. Belanja Kesehatan (X 2 ) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk keperluan atau untuk sektor kesehatan, diantaranya seperti
biaya program penggunaan Kartu Indonesia Sehat (KIS),
asuransi kesehatan, dan kesehatan gratis. Data yang digunakan
oleh peniliti dalam penelitian ini ialah data belanja kesehatan
pada periode 2007 sampai 2021.
5. Daya Beli (X 3 ) adalah kemampuan seseorang dalam membeli
barang ataupun jasa. Alat ukur variabel daya beli dalam
penelitian ini menggunakan pengeluaran per kapita pada periode
2007 sampai 2021.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, & Sari, Y. (2011). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Keberhasilan Usaha Pedagang Kaki Lima Di GALABO(Gladag Langen
Bogan) Solo Tahun 2011.
Ananda, F. R. (2015). Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Pengeluaran
Konsumsi Keluarga Miskin (Studi pada Masyarakat Pesisir di Desa
Gisikcemandi dan Desa Tambakcemandi Kecamatan Sedati Kabupaten
Sidoarjo).
Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Perhitungan dan Analisis Kemiskinan Makro
Indonesia Tahun 2010-2015.
BPS. (2018). Konsumsi dan Pengeluaran.
Brata, A. G. (2005). Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan
Kemiskinan. Jurnal Lembaga Penelitian-Universitas Atma Jaya.
Chambers, R. (1983). Rural Development, Putting the Last FIrst. Longman.
Christianto, T. (2013). Determinan dan karakteristik kemiskinan di provinsi Riau.
VII(2).
Dewi, N. (2017). PENGARUH KEMISKINAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI RIAU. JOM
Fekon, 4(1), 870–882.
Erwantosi. (2010). Analisis Efektifitas, Akuntabilitas dan Transparansi Bantuan
Operasional Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama di Kota Padang.
Universitas Andalas.
Hasanah, R., & Rosmeli, S. (2021). Pengaruh angka harapan hidup, rata-rata lama
sekolah dan pengeluaran perkapita terhadap tingkat kemiskinan
pada Kabupaten /Kota di Provinsi Jambi. Jurnal Perspektif Ekonomi Dan
Pembangunan Daerah, 10(3), 223–232.
Hossain, M. I. (2014). Impacts of Public Expenditure On Poverty In Bangladesh:
An Empirical Analysis. Journal of Developing Areas.
Isdjoyo, W. (2010). Kemiskinan di Perkotaan: Masukan untuk Rencana Kebijakan
dan Strategi Perkotaan Nasional.
Jhingan, M. L. (2012). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Erlangga.
Josep. (2018). Konsep dan Strategi Pemerintah Dalam Penanggulangan
Kemiskinan. Indocamp.
Kuncoro, M. (2010). Otonomi dan Pembangunan Daerah. Fokusmedia.
Mahmudi. (2007). Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN.
Mangkoesoebtoro, G. (2010). Ekonomi Publik. BPFE UGM.
Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi (Keenam). Erlangga.

23
24

Maulani, T. A. (2019). Pengaruh Kesehatan, Pendidikan dan Pengeluaran


Perkapita Terhadap Kemiskinan di Kalimantan Barat. Jurnal Pembangunan
Dan Pemerataan, 8(2).
Mehmood, R., & Sadiq, S. (2010). The Relationship between Government
Expenditure and Poverty: A Cointegration Analysis. Romanian Journal of
Fiscal Policy (RJFP), 1(1), 29–37.
Misdawati, & Sari, A. P. (2013). ANALISIS DAMPAK PENGELUARAN
PEMERINTAH DI BIDANG PENDIDIKAN, KESEHATAN, DAN
PENGELUARAN SUBSIDI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA.
Naue, T. F. (2015). Pengaruh Belanja Publik di Bidang Pendidikan, Kesehatan,
dan Infrastruktur terhadap Kemiskinan di Provinsi Gorontalo.
Nurjihadi, M., & Dharmawan, A. H. (2002). Lingkaran Setan Kemiskinan dalam
Masyarakat Pedesaan, Studi Kasus Petani Tembakau di Kawasan Pedesaan
Pulau Lombok.
Nurkse, R. (1953). Problems of Capital Formation in Underdeveloped Countries.
Patriotika, P. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia di Jawa Barat. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Prasetya, F. (2012). “Modul Ekonomi Publik Bagian V”, Teori Pengeluaran
Pemerintah. In Ekonomi Publik (p. 5). Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya.
Prasetyoningrum, A. K., & Sukmawati, U. S. (2018). Analisis Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengagguran
Terhadap Kemiskinan di Indonesia. Ekonomi Syariah, 6(2), 217–240.
Rustam. (2010). Perencanaan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Dalam
Rangka Mengurangi Angka Pengangguran Dan Kemiskinan. 6(1).
Sjafi’i, A., & Hidayati, N. A. (2009). Genjot anggaran pendidikan-
rendam kemiskinan, dalam gemari (101st ed.).
Todaro, M. P. (2006). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Keempat. Jilid
satu).
Todaro, M. P., & Smith Stephen, C. (2003). Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga (Kedelapan. Jilid 2). Erlangga.
Usman, S. (2004). Keuangan mikro untuk masyarakat miskin : pengalaman Nusa
Tenggara Timur. Lembaga Penelitian SMERU.
Widodo, A., Waridin, & Maria, J. (2011a). ANALISIS PENGARUH
PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN
KESEHATAN TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN
MELALUI PENINGKATAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI
JAWA TENGAH.
Widodo, A., Waridin, & Maria, J. (2011b). Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap
25

Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia di


Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 1(1), 25–
42.
World Bank. (2004). Definisi Kemiskinan.
World Bank. (2019). The World Bank Annual Report 2019 : Ending Poverty,
Investing in Opportunity.

Anda mungkin juga menyukai