PROPOSAL
Oleh:
Muhammad arief 2101101010139
Raihan Farahiya 2101101010035
Nadia Larissa 2101101010137
Nadia Tursina 2101101010007
asya Alwijar 2101101010126
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
sulit untuk mencapai pembangunan yang lebih baik. Penyebab kemiskinan
seringkali dapat dilacak ke dalam lingkaran kemiskinan itu sendiri. Lingkaran
kemiskinan merupakan pola sebab-akibat yang saling memperkuat suatu kondisi,
di mana suatu negara atau daerah terjebak dalam kemiskinan dan kesulitan untuk
menciptakan perkembangan yang lebih baik.
Kemiskinan sering kali muncul akibat keterbelakangan dan
ketidaksempurnaan pasar, yang menghambat akses modal untuk masuk ke pasar
tenaga kerja, yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan produktivitas.
Penurunan produktivitas ini kemudian berdampak pada pendapatan perkapita
yang rendah dan investasi yang minim, yang pada gilirannya memperkuat
ketidakmerataan pembangunan.
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa di Kota Banda Aceh, pada tahun
2019, jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan sebesar 0,29 persen
dibandingkan dengan tahun 2018. Namun, dalam kurun waktu 2012 hingga
2019, terjadi penurunan signifikan dalam persentase penduduk miskin,
menunjukkan adanya peningkatan pendapatan secara keseluruhan. Penurunan
persentase penduduk miskin mencerminkan peningkatan pendapatan penduduk
secara umum, sedangkan peningkatan persentase penduduk miskin
mengindikasikan penurunan pendapatan penduduk (Badan Pusat Statistik, 2020).
Salah satu upaya yang telah diambil oleh pemerintah untuk mengatasi
tingkat kemiskinan adalah melalui pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Tindakan ini telah dimulai sejak tahun 2005 ketika mantan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memperkenalkan program kredit mikro
sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi kemiskinan. Pengembangan
UMKM memiliki potensi yang besar karena sektor ini menyerap lebih dari 95%
tenaga kerja, yang berkontribusi dalam mengurangi tingkat pengangguran (Badan
Pusat Statistik, 2018).
Selama krisis moneter tahun 1997 di Indonesia, UMKM telah
membuktikan kemampuannya untuk bertahan dan memiliki peran kunci dalam
2
menjaga stabilitas ekonomi nasional selama masa pemulihan. Selain menciptakan
lapangan kerja, UMKM juga berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan berkontribusi dalam upaya pengentasan kemiskinan. UMKM
mampu memanfaatkan sumber daya alam yang belum diolah secara komersial
dan memiliki peran vital dalam pembangunan ekonomi lokal. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah menyatakan
pentingnya pemberdayaan UMKM secara menyeluruh untuk meningkatkan peran
mereka dalam pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, penciptaan
lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.
Kehadiran UMKM di Kota Banda Aceh telah memberikan peluang bagi
masyarakat untuk mencari sumber pendapatan, terutama dalam menghadapi
peningkatan jumlah pengangguran setelah habisnya eksploitasi minyak dan gas
serta penurunan pertumbuhan sektor industri. Pentingnya kontribusi UMKM
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh juga dapat dilihat
dalam berbagai sektor, dengan sektor kuliner menjadi yang paling dominan
diikuti oleh sektor jasa. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki peran
penting dalam menggerakkan perekonomian dan menciptakan lapangan kerja
(Bappenas, 2020).
Namun, keberhasilan UMKM tidak hanya tergantung pada faktor internal
seperti sumber daya manusia, keuangan, pemasaran, dan produksi, tetapi juga
terkait erat dengan faktor eksternal seperti teknologi, lembaga terkait, dukungan
pemerintah, dan aspek sosial-budaya. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan
untuk mengevaluasi dampak Usaha Mikro Kecil Menengah dalam mengatasi
masalah kemiskinan di Kota Banda Aceh.
3
2. Sejauh mana faktor eksternal UMKM mempengaruhi tingkat kemiskinan di
Kota Banda Aceh?
4
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Bagi UMKM: dapat mengambil manfaat dari pengentasan kemiskinan
dapat mengalami peningkatan pendapatan mereka. Ini dapat membantu
pemilik usaha untuk memperbaiki taraf hidup mereka dan mengurangi
tingkat kemiskinan di kalangan mereka.
2. Bagi Masyarakat: UMKM yang berperan dalam pengentasan kemiskinan
dapat menyediakan produk dan layanan yang terjangkau dan relevan bagi
masyarakat. Ini dapat meningkatkan aksesibilitas terhadap barang dan
jasa yang dibutuhkan, terutama di daerah yang mungkin kurang terlayani
oleh bisnis besar
3. Bagi Pemerintah: UMKM yang sukses dalam pengentasan kemiskinan
dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh secara
keseluruhan. Pertumbuhan UMKM akan menciptakan nilai tambah,
meningkatkan pendapatan per kapita, dan merangsang aktivitas ekonomi
di wilayah tersebut.
5
itu, temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan akan dieksplorasi untuk
membangun kerangka pemikiran dan merumuskan hipotesis penelitian.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini, akan menyajikan simpulan dari seluruh penelitian yang telah
dilakukan dalam format yang ringkas. Selain itu, akan memberikan saran kepada
berbagai pihak terkait dan peneliti-peneliti berikutnya yang mungkin tertarik
untuk menyelidiki permasalahan serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang rujukan yang digunkan penelitian dalam bab I sampai dengan
BAB IV.
LAMPIRAN
6
Berisi tentang lembaran konsultasi, lembaran SK (Surat Keputusan), data-
data penelitian, hasil output SPSS, dan daftar riwayat hidup.
7
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Literatur
2.1.1 Kemisikinan
2.1.1.1 Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang menghadapi taraf hidup
yang dianggap di bawah standar kemiskinan atau garis kemiskinan. Garis
kemiskinan dapat ditetapkan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan absolut
dan pendekatan relatif. Secara karakteristik, kemiskinan dapat dibedakan
menjadi dua kategori, yaitu kemiskinan sementara dan kemiskinan kronis.
Kemiskinan sementara merujuk pada kelompok individu yang mengalami
kekurangan dalam pengeluaran rumah tangga mereka, biasanya disebabkan
oleh situasi ekonomi yang buruk yang mengakibatkan pendapatan mereka tidak
mencukupi kebutuhan dasar. Kelompok ini dapat keluar dari status miskin jika
kondisi ekonomi membaik, memungkinkan mereka untuk mendapatkan
pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih layak (Gunawan, 2014).
7
2. Pekerjaan
Bekerja di sektor pertanian memiliki hubungan kuat dengan kemiskinan.
Kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian memiliki tingkat
konsumsi yang lebih rendah dan oleh karena itu lebih berisiko mengalami
kemiskinan dibandingkan dengan mereka yang bekerja di sektor lain.
3. Gender
Meskipun tingkat kemiskinan pada rumah tangga dengan kepala
keluarga perempuan tampaknya lebih rendah, namun kenyataannya rumah
tangga dengan kepala keluarga laki-laki masih lebih beruntung. Rumah tangga
miskin dengan kepala keluarga perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi
menghadapi dampak negatif akibat konflik, masalah kesehatan, dan risiko
ekonomi.
4. Akses terhadap Pelayanan dan Infrastruktur Dasar
Kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan akses terhadap fasilitas
dan infrastruktur dasar. Berbagai indikator lokalitas digunakan untuk mengukur
tingkat akses ini.
5. Lokasi Geografis
Adanya ketidaksetaraan antarwilayah juga berperan dalam timbulnya
kemiskinan di berbagai wilayah (Kuncoro, 2010).
8
menunjukkan terjadinya perbaikan (Kemenkominfo, 2011).
Badan Pusat Statistik meyebutkan bahwa ukuran kemiskinan di
kategorikan dalam empat jenis yaitu (BPS, 2020):
1. Sosial demografis, yaitu di lihat dari profil rumah tangga miskin
berupa rata-rata jumlah anggota rumah tangga, persentase
perempuan sebagai kepala rumah tangga, rata-rata usia kepala rumah
tangga, dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga.
2. Pendidikan yaitu pendidikan berpengaruh terhadap angka
kemiskinan. Lulusan pendidikan tinggi berpeluang rendah menjadi
miskin. Pada karakteristik pendidikan dapat dilihat pada kepala
rumah tangga miskin yang tergolong buta huruf.
3. Ketenagakerjaan yaitu dilihat pada sumber penghasilan utama yang
merupakan indikator kesejahteraan sosial ekonomi rumah tangga.
Karakteristik ketenagakerjaan yang dapat menggambarkan adanya
perbedaan antara rumah tangga miskin dan tidak miskin adalah
lapangan usaha atau sumber penghasilan utama rumah tangga dan
status pekerjaan.
4. Perumahan yaitu karakteristik yang menunjukkan tingkat
kesejahteraan suatu rumahtangga diantaranya yaitu:
a. luas lantai yaitu Menurut Kementerian Kesehatan, salah satu
syarat rumah dikatakan sehat adalah luas lantai rumah per
kapitanya minimal 8 m2
b. jenis lantai yaitu Persentase rumah tangga miskin dengan jenis
lantai tanah (12,63 persen) lebih tinggi dibanding dengan rumah
tangga tidak miskin (3,75 persen).
c. jenis atap yaitu menggunakan jenis atapnya ijuk/rumbia
d. jenis dinding yaitu penggunaan jenis dinding kayu, bambu, dan lainnya
e. jenis penerangan yaitu menggunakan jenis listrik PLN dan Non-PLN
f. sumber air yaitu ketersediaan penggunaan air bersih
9
g. jenis jamban yaitu Ketersediaan jamban menjadi salah satu
fasilitas rumah sehat. Fasilitas jamban dibedakan atas jamban
sendiri, jamban bersama/komunal, dan jamban umum/tidak ada.
h. status pemilik rumah tempat tinggal yaitu status pemilik tempat
tinggal dibedakan menjadi rumah sendiri, kontrak/sewa, dan
lainnya.
Ukuran kemiskinan menurut BKKBN dibagi menjadi 23 bagian
yaitu sebagai berikut (Istijosi, Dkk, 2016):
1. Anggota keluarga belum melaksanakan ibadah menurut agamanya
2. Seluruh anggota keluarga tidak dapat makan minimal dua kali sehari
3. Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di
rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
4. Bagian terluas dari lantai rumah adalah tanah
5. Bila anak sakit, tidak dibawa ke sarana kesehatan
6. Anggota keluarga tidak melaksanakan ibadah agamanya secara
teratur
7. Keluarga tidak makan daging/ikan/telur minimal sekali
seminggu
8. Setiap anggota keluarga tidak memperoleh satu stel pakaian baru
dalam setahun
9. Tidak terpenuhinya luas lantai rumah minimal delapan meter
persegi per penghuni
10. Ada anggota keluarga yang sakit dalam tiga bulan terakhir
11. Tidak ada anggota keluarga berumur 15 tahun ke atas yang
berpenghasilan tetap
12. Ada anggota keluarga berumur 10–60 tahun yang tidak bisa baca-
tulis
13. Ada anak berumur 5–15 tahun yang tidak bersekolah
14. Jika keluarga telah memiliki dua anak atau lebih, tidak memakai
10
kontrasepsi
15. Keluarga dapat meningkatkan pengetahuan agamanya
16. Sebagian penghasilan keluarga ditabung
17. Keluarga minimal dapat makan bersama sekali dalam sehari dan
saling berkomunikasi
18. Keluarga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
19. Keluarga melakukan rekreasi di luar rumah minimal sekalisebulan
20. Keluarga dapat mengakses berita dari surat kabar, radio, televisi
ataupun majalah
21. Anggota keluarga dapat menggunakan fasilitas transportasilokal
22. Keluarga berkontribusi secara teratur dalam aktivitas sosial
23. Minimal satu anggota keluarga aktif dalam pengelolaan lembaga
lokal.
Untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi
Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Sumber data utama yang
dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel
Modul konsumsi dan kor. Berikut rumus perhitungannya:
GK = GKM + GKNM
Dimana:
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan
11
2.1.2 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
2.1.2.1 Pengertian UMKM
Menurut Peraturan Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM), definisi UMKM terdiri dari berikut ini:
1. Usaha Mikro merujuk pada usaha produktif yang dimiliki oleh
individu atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini.
2. Usaha Kecil merujuk pada usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh individu atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang dari Usaha Menengah atau
Usaha Besar dan sesuai dengan kriteria Usaha Kecil yang ditetapkan
dalam peraturan ini.
3. Usaha Menengah merujuk pada usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dijalankan oleh individu atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang dari Usaha Kecil
atau Usaha Besar, dengan nilai kekayaan bersih atau pendapatan
tahunan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah unit-unit usaha
produktif yang berdiri sendiri di sektor ekonomi. Perbedaan di antara mereka
bergantung pada nilai aset awal, omset rata-rata tahunan, atau jumlah
karyawan tetap. UMKM memiliki peran penting dalam pembangunan
ekonomi nasional dengan prinsip demokrasi ekonomi yang adil. Ini
menunjukkan bahwa UMKM adalah alat strategis untuk merangsang dan
memperkuat perekonomian nasional dengan mengikutsertakan sebanyak
mungkin pelaku ekonomi, berdasarkan pada prinsip kesetaraan untuk semua
stakeholder (Wilantara, 2016).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah jenis usaha produktif yang
dijalankan oleh individu atau kelompok dengan modal tertentu dan telah
beroperasi lebih dari satu tahun. Mereka memiliki potensi untuk mempercepat
12
pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja,
mengurangi tingkat pengangguran di berbagai wilayah (Supriyanto, 2016).
13
menjalin kerjasama (menerima pekerjaan sub kontrak) dan ekspor, (iv)
Fast Moving Enterprise adalah UMKM yang mempunyai kewirausahaan
yang cakap dan telah siap bertransformasi menjadi usaha besar (Bank
Indonesia, 2015).
14
Ikbal, M., Mustafa, S. W., Bustami, L. (2018). Peran Usaha Mikro,
Kecil Dan Menengah Dalam Mengurangi Penganggura n Di Kota Palopo.
Metode penelitiannya adalah Metode analisis regresi linear berganda. Hasil
penelitian ini adalah penentuan menunjukkan bahwa UMKM dan Tingkat
Upah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran
kota palopo. Hasil ini dibuktikan dengan nilai FHitung sebesar 158.058.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa UMKM dan tingkat upah
berpengaruh secara simultan terhadap pengangguran. Persamaan penelitian ini
terletak pada variabel penelitiannya dan perbedaannya pada lokasi
penelitainnya.
Setiawa n , R. D., dan Suman, A. (2016). Peran UMKM Dalam Upaya
Pemberantasan Pengangguran Dan Kemiskinan: Pelajaran Dari Penerapan
Jatimnomics Di Blitar. Menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian untuk mendukung UMKM pemerintah Jawa Timur membuat
kebijakan (1) Peningkatan Basis Produksi UMKM, (2) Pembiayaan
Kompetitif, (3)Pengembang an Perdagangan/ Pasar. UMKM ini memliki
dampak yang positif pada lingkungan sekitar karena mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 1 hingga 19 pekerja. Dengan kemampuan UMKM yang
terbukti memang mampu menyerap tenaga kerja hal ini berpengaruh pada
penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Persamaan penelitian ni
terletak pada metode penelitiannya dan perbedaannya pada variabel dan lokasi
penelitainnya.
15
2.3 Kerangka Konseptual
Pengentasan Kemiskinan
Faktor-faktor
Faktor-faktor eksternal UMKM
internal UMKM
Kebijakan
Pemerintah
Aspek SDM Aspek
Aspek Sosial
Keuangan Aspek
Aspek Ekonomi
Oprasional Aspek
Aspek Politik
Pemasaran Aspek Peran
Lembaga
Eksternal
Kesimpulan
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan (Sugiyono, 2017). Hipotesis yang dimaksud merupakan dugaan yang
mungkin benar dan mungkin salah.
Dengan mengacu pada pemikiran yang bersifat teoritis dan studi empiris
yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian ini, maka diajukan
16
hipotesis sebagai berikut:
1. H0: Diduga faktor internal UMKM tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Kota Banda Aceh.
H1: Diduga faktor internal UMKM berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Kota Banda Aceh.
3. H0: Diduga faktor eksternal UMKM tidak berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan di Kota Banda Aceh.
H2: Diduga faktor eksternal UMKM berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Kota Banda Aceh
17
BAB III
METODE PENELITIN
18
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
pada penelitian ini adalah jumlah UMKM di Kota Banda Aceh. Merujuk data
dari Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Banda Aceh, jumlah UMKM per
Agustus 2022 sebanyak 17.308 UMKM.
Sampel adalah bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Pengambilan sampel menggunakan random sample yaitu teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
populasi untuk dipilih menjadi sampel yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada pada populasi itu (Sugiyono, 2017).
Keterangan:
N = Ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilansampel yang
masih bisa ditolerir;
e = 0.1
19
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 17.308 UMKM,
sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10 persen. maka
untuk mengetahui sampel penelitian, denganperhitungan sebagai berikut:
20
3.7.1 Uji Validias
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) yang valid. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner (Sugiyono, 2017). Oleh karena itu, uji
validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun dapat
mengukur objek yang diteliti.
21
diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Metode yang
digunakan yaitu metode P-Plot dengan bantuan aplikasi SPSS statistik
version 22, uji kenormalan data juga bisa dilakukan dengan menggunakan
uji Kolmogrov-Smirnov (Umar, 2011).
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastitas digunkan untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varian dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang memenuhi persayaratan adalah dimana terdapat kesamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau
disebut dengan homoskedastitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
polat tertentu pada grafik scatterplot, regresi yang tidak terjadi
heteroskedastisitas jika :
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0
b. Penyebaran titik-titik data tidak berpola. Jika titik-titik data tidak
berpola yang jelas dan menyebar di atas dan di bawah angka nol pada
sumbu Y, dapat disimpulkan bahwa tidak ada heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas untuk mengetahui apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jadi terjadi
korelasi, terdapat masalah multikolinearitas yang harus diatasi (Umar,
2011). Untuk melihat atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi
dapat diukur dari nilai toleransi value atau variance inflation factor (VIF)
dari masing-masing variabel. Multikolinearitas pada data tidak terjadi
ketika nilai tolerance >0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) <10
(Ghozali, 2011). Model regresi yang baik yaitu tidak terjadi
multinolinearitas, pengujian multikolinearitas dilakukan dengan
menggunakan aplikasi SPSS Statistic version 22.
22
3.7.4 Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi (dapat
digeneralisasi). Untuk memperoleh kesimpulan dari analisis ini maka terlebih
dahulu dilakukan pengujian hipotesis yang dilakukan secara menyeluruh atau
simultan (Uji F) dan secara parsial (Uji t) yang dijelaskan sebagai berikut.
23
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2018). Potensi Usaha Mikro Kecil. Banda Aceh: ISBN 978-
602-438-212-4.
Badan Pusat Statistik. (2020). Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Aceh
Tahun 2020. . Banda Aceh: ISSN. 25027484.
Bank Indonesia. (2015). Profil Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Bappenas. (2020). Pengentasan Kemiskinan Melalui UMKM. Perpustkaan Bappenas.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisi Multivariate Dengan Program IBMSPSS 20, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang
Gunawan, H. M. (2014). Pemberdayaan UMKM dan Upaya Pengentasan
Kemiskinan di Daerah: Sebuah Telaah Konsep. Skripsi.
Istijoso, W., Suryahadi, A., Akhmadi. (2016). Penetapan Kriteria Dan Variabel
Pendataan Penduduk Miskin Yang Komprehensif Dalam Rangka
Perlindungan Penduduk Miskin Di Kabupaten/Kota. SMERU Research
Institude
Kementerian Komunikasi Dan Informatika. (2011). Program Penanggulangan
Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II. Jakarta: Direktur Jenderal
Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika
RI
Kuncoro. (2010). Dasar-Dasar Analisis Kemiskinan. Jakarta: Grapindo Persada.
Munizu, M. (2010). Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Kinerja
Usaha Mikro Dan Kecil (UMK) Di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan. Vol. 12. No. 1.
Salvatorr, D. (2005). Managerial Economic. Salemba Empat.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Supriyanto. (2016). Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Umkm)
Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan. Vol. 3. No. 1.
Syahputra, H. E. (2019). Pengaruh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM),
Penyerapan Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pengentasan
24
Kemiskinan Di Kabupaten Simalungun. Jurnal Akutansi dan Pembelajaran.
Vol. 8. No. 3.
Umar, H. 2011. Metodologi Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta
Wilantara, R. F. (2016). Strategi dan Pebijakan Pengembangan Umkm. Bandung:
Refika Aditama.
25