Anda di halaman 1dari 34

Analisis Pengaruh Pajak, Subsidi, dan Zis (Zakat, Infaq, Shadaqah)

Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia


(Periode 2010-2020)

Proposal
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Metode Penelitian
Dosen Pengampu: Tri Wahyono, M.E.

Disusun Oleh:
Antika Permatasari
63020190190

PROGRAM STUDI S1 EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah SWT, berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan karunia-Nya proposal ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri tauladan,
beliau Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari kegelapan menuju cahaya
yang terang benderang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari segi bahasa maupun penyusunan. Maka dari itu penulis meminta
maaf apabila dalam penulisan proposal ini masih banyak kesalahan dan kekeliruan. Semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Permasalahan..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................8
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................................................8
E. Sistematika Penulisan......................................................................................................................9
BAB II.......................................................................................................................................................10
LANDASAN TEORI................................................................................................................................10
A. Telaah Pustaka...............................................................................................................................10
B. Kerangka Teori..............................................................................................................................11
C. Kerangka Penelitian.......................................................................................................................17
D. Hipotesis........................................................................................................................................17
BAB III......................................................................................................................................................20
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................20
A. Jenis Penelitian..............................................................................................................................20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................................................20
C. Populasi dan Sampel......................................................................................................................20
D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................................................21
E. Definisi Konsep dan Operasional..................................................................................................22
F. Instrumen Penelitian......................................................................................................................23
G. Uji Instrumen Penelitian................................................................................................................23
H. Alat Analisis..................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................28

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan


Permasalahan kemiskinan merupakan suatu hal yang menjadi sorotan utama dalam
permasalahan suatu negara di hampir seluruh belahan dunia. Dalam sebuah negara
berkembang, kemiskinan menjadi prmasalahan yang komplek dan memerlukan penanganan
khusus karena masalah kemiskinan ini mampu menjadi penghambat bagi perkembangan
suatu negara menuju tahap kemajuan selanjutnya. Kemiskinan terus menjadi permasalahan
yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah. Dalam suatu negara yang bermasalah,
kemiskinan menjadi persoalan yang sangat besar dan sulit untuk dientaskan.

Dalam Negara yang salah urus, tidak ada persoalan yang lebih besar selain persoalan
kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan
yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya akses ke pelayanan publik, dan
yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan,
sandang dan papan secara terbatas. Masalah kemiskinan ini bukan hanya dialami oleh
negara yang sedang berkembang saja, bahkan sebuah negara yang maju pun memiliki
permasalahan ini, namun tidak separah yang dialami oleh negara yang sedang berkembang
(Ramadhan & Mariyanti, 2013).

Kemiskinan diukur dari kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar


(basic needs approach). Pendekatan ini memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan
dari sisi ekonomi sehingga status kemiskinan diukur menurut garis kemiskinan (GK), yakni
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Dengan
demikian, pendapatan yang menentukan daya beli dan harga barang konsumsi menjadi
faktor penting dalam menentukan jumlah dan posisi kemiskinan (Tarigan et al., 2020).

1
Gambar 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2010-2020

Sumber: BPS (diolah)

Secara umum, pada periode 2010–September 2020, tingkat kemiskinan di Indonesia


mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase, perkecualian pada
September 2013, Maret 2015, Maret 2020, dan September 2020. Kenaikan jumlah dan
persentase penduduk miskin pada periode September 2013 dan Maret 2015 dipicu oleh
kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar
minyak. Sementara itu, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode
Maret 2020 dan September 2020 disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang melanda
Indonesia (BPS, 2020).

Sejak Maret 2015 tren perubahan angka kemiskinan nasional konsisten menurun dan
menunjukkan pencapaian prevalensi kemiskinan angka satu digit 9,82% pada tahun 2018.
Pencapaian ini pertama sekali dalam sejarah Indonesia dan secara politis dinilai sebagai
prestasi pembangunan yang luar biasa. Perlambatan penurunan tingkat kemiskinan
menunjukkan bahwa penurunan kemiskinan semakin lama semakin sulit (the last mile
problem), tetapi strategi pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan pemerintah dinilai
berhasil (Tarigan et al., 2020). Namun demikian, jumlah penduduk Indonesia yang

2
menderita kemiskinan masih cukup besar, mencapai 25,67 juta jiwa atau 9,66% dari jumlah
penduduk pada September 2018.

Pada akhir tahun 2019, China pertama kali mengonfirmasi kasus positif COVID-19
yang kemudian menjadi permasalahan global karena penyebarannya yang sangat cepat.
Hingga pada bulan Maret 2020 kasus positif COVID-19 pertama kali terkonfirmasi di
Indonesia. Kemudian untuk meredam penyebarannya pemerintah menetapkan peraturan
PSBB di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dampak dari kebijakan ini meningkatkan
persentase penduduk miskin yang sempat menurun hingga naik menjadi 10,19% pada
september 2020.

Dalam upaya pengentasan kemiskinan, perlu adanya pembangunan dan pengelolaan


ekonomi secara tepat. Seperti yang kita tahu bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia
sendiri yang terdapat pada alinea keempat dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu
“Untuk memajukan kesejahteraan umum”, maka dengan adanya pengelolaan dan
pembangunan di sector ekonomi potensial diharapkan bisa memberikan pembangunan yang
adil, terstruktur dan merata bagi seluruh warga Negara Indonesia.

Guna mempercepat pertumbuhan ekonomi, pemerintah dituntut harus bisa


merealisasikan modal yang ada secara tepat. Modal untuk pembagunan haruslah digunakan
sebagai biaya pengelolaan dari kegiatan-kegiatan yang seharusnya diperlukan dalam
menggerakan sector perekonomian Negara. Salah satu cara untuk mendapatkan modal
tersebut yaitu dengan adanya penerimaan pajak, PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak),
dan penerimaan dana hibah. Pajak merupakan komponen penting dalam penerimaan negara
dan memiliki kontribusi yang besar dalam pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Begitu besarnya kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara
dalam pembiayaan pembangunan sehingga penerimaan pajak dapat mempengaruhi jalannya
roda pemerintahan (Sihaloho, 2020).

3
Sumber: BPS (diolah)
Grafik 1.2 Penerimaan Pajak Indonesia Tahun 2010-2020

Berdasarkan grafik di atas, terlihat dalam 10 tahun terakhir bahwa penerimaan


pajak relatif selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2020 yang diperkirakan
menurun karena dampak dari adanya pandemi Covid-19 di Indonsia sejak bulan Maret
2020. Kemudian jika kita melihat kenaikan penerimaan pajak, maka akan menambah
pendapatan dan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi sehingga mampu
menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Dalam proses dan penanggulangan masalah kemiskinan, peran pemerintah sangat


penting dan dibutuhkan. Peran dan kebijakan pemerintah dapat dilihat dari sisi pengeluaran
pemerintah. Jika pemerintah telah menentukan kebijakan agar masyarakat membeli barang
jasa, pemerintah harus mengeluarkan biaya untuk menerapkan kebijakan tersebut. Salah satu
pengeluaran pemerintah yaitu subsidi. Subsidi adalah bantuan pemerintah kepada
perusahaan atau masyarakat yang bertujuan pemberian subsidi ini dapat mendorong
produksi dan konsumsi yang lebih tinggi atau mendorong harga menjadi lebih rendah
(Kristinawati et al., 2018).

Menurut data dari BPS Indonesia, setiap tahun realisasi pengeluaran anggaran
pemerintah untuk belanja subsidi semakin naik, hal ini tentunya akan membantu masyarakat.

4
Belanja pemerintah berada di posisi yang sangat strategis untuk mendukung percepatan
pembangunan berkelanjutan dan dimensi teritorial untuk mencapai dan meningkatkan
kesejahteraan populasi. Melalui kebijakan dan alokasi anggaran negara, pemerintah
memiliki peran untuk dimainkan dalam mencapai berbagai tujuan dan sasaran dari agenda
pembangunan, mendukung stabilitas ekonomi, dan mempromosikan distribusi pendapatan
yang lebih adil (Puja Delvia, 2020).

Penurunan kemiskinan akan diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sebagai dampak


adanya peningkatan pada daya beli masyarakat dan terpenuhinya kebutuhan pangan dalam
kehidupan sehari-hari (Yudha et al., 2020). Dengan adanya subsidi ini diharapkan mampu
meningkatkan daya beli masyarakat sehingga mampu menunkan tingkat kemiskinan seiring
berjalannya waktu.

Dalam menanggulangi kemiskinan sudah dilakukan berbagai upaya diantaranya


dengan menyediakan kebutuhan dasar, pelatihan kerja, pelayanan kesehatan masyarakat,
pendidikan, dan sebagainya. Islam telah memberikan berbagai solusi dalam mengentaskan
kemiskinan, diantaranya adalah dengan anjuran untuk bekerja bagi umat muslim, redistribusi
pendapatan berupa ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) dan lainnya. Dalam perspektif ekonomi
Islam salah satu upaya mengatasi kemiskinan adalah dengan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah).
Salah satu instrumen fiskal dalam ekonomi islam adalah zakat yang sangat strategis
berpengaruh terhadap perekonomian (Widiastuti, 2021).

Dalam Islam, setiap muslim diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, karena dapat
membersihkan jiwa dengan tujuan untuk memperoleh berkah, menunaikan kewajiban serta
dapat memberikan berbagai kebaikan (Hidayatulloh, 2019). Zakat yang dihimpun, dikelola
dan didistribusikan dengan baik dan tepat akan mampu memberikan potensi yang cukup
besar untuk mendorong turunnya tingkat kemiskinan (Multifah, 2011). Zakat ini berfungsi
mendorong seseorang mengeluarkan hartanya untuk dimanfaatkan secara produktif.

Sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar, dan tergolong dalam 10
negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi kemajuan
yang sangat besar dalam berbagai aspek salah satunya dalam bidang perzakatan. Berbagai
penelitian tentang potensi zakat telah banyak dilakukan. Meskipun terdapat perbedaan angka

5
potensi pengumpulan zakat, namun keseluruhan kajian menyebutkan bahwa potensi zakat
Indonesia nilainya di atas Rp.200 Triliun (Pusat Kajian Strategis BAZNAS, 2020). Berikut
data statistik pertumbuhan ZIS di Indonesia periode tahun 2002 hingga 2019.

Sumber : Statistik ZIS (BAZNAS)


Gambar 1.3 Penerimaan ZIS Indonesia Tahun 2002-2019

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penghimpunan dana ZIS sertiap tahunnya
terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pengumpulan zakat
sudah optimal sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dan mendorong peningkatan
tumbuhnya ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dikatakan dapat mempengaruhi
tingkat kemiskinan. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari aktifitas
perkembangan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dapat terjadi apabila pertumbuhan
ekonomi meningkat yang berdampak pada peningkatan pendapatan di masyarakat
(Munandar et al., 2020). Maka dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pendapatan berdampak pada laju penurunan penduduk miskin.

6
Fungsi dan peran zakat dalam rangka mengatasi permasalahan kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi mdi masyarakat telah menjadi bagian dalam masterplan arsitektur
keuangan syariah indonesia (MAKSI). Program tersebut digagas oleh Kementrian
PPN/BAPPENAS yang secara eksplisit menyatakan bahwa zakat merupakan kontributor
besar dalam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat muslim. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Puskas Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada
tahun 2018 yang menyebutkan bahwa zakat mampu mmpersempit kesenjangan pendapatan
(income gap) mustahuk sebesar 78% (Pusat Kajian Strategis BAZNAS, 2020).

Gambar 1.4 Penyaluran ZIS berdasarkan Asnaf di Indonesia Tahun 2002-2019

Sumber : Statistik ZIS (BAZNAS)

Berdasarkan data penyaluran ZIS berdasarkan Asnaf, terlihat bahwa bagian terbesar
dari penyaluran ZIS adalah untuk golongan fakir miskin. Tentunya dengan meningkatnya
pertumbuhan ZIS dengan diiringi pemerataan penyaluran ZIS kepada masyarakat yang
membutuhkan, maka ke depannya diharapkan potensi penerimaan ZIS di Indonesia mampu
turut menurunkan tingkat kemiskinan.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik melakukan


penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Pajak, Subsidi, dan Zis (Zakat, Infaq,
Shadaqah) Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia (Periode 2010-2020).

7
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan


beberapa masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh Penerimaan Pajak terhadap Tingkat Kemiskinan di
Indonesia pada periode tahun 2010-2020?
2. Bagaimana pengaruh Pengeluaran Subsidi Pemerintah terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia pada periode tahun 2010-2020?
3. Bagaimana pengaruh ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia pada periode tahun 2010-2020?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini berdasarkan rumusan permasalahan diatas


adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji bagaimana pengaruh Penerimaan Pajak terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia pada periode tahun 2010-2020.
2. Untuk menguji bagaimana pengaruh Pengeluaran Subsidi Pemerintah terhadap
Tingkat Kemiskinan di Indonesia pada periode tahun 2010-2020.
3. Untuk menguji bagaimana pengaruh ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) terhadap
Tingkat Kemiskinan di Indonesia pada periode tahun 2010-2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan
bagi penulis mengenai pengaruh penerimaan pajak, pengeluaran subsidi pemrintah, dan
ZIS (zakat, infaq, dan shadaqah) terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Selain itu,
dengan penelitian ini diharapkan mampu untuk berkontribusi dalam upaya penurunan
dan pengentasan kemiskinan di Indonesia.

2. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah acuan ataupun referensi
terkait pembahasan mengenai pengaruh penerimaan pajak, pengeluaran subsidi

8
pemrintah, dan ZIS (zakat, infaq, dan shadaqah) terhadap tingkat kemiskinan di
indonesia apabila ada yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi dalam menganalisa
masalah sebelum mengambil kebijakan, sehingga hasil dari kebijakan tersebut
nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran dan mempermudah penjelasan dari awal hingga
akhir penulisan, maka dibutuhkan sistematika penulisan secara runtut. Adapun sistematika
penulisan pada penelitan ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan
masalah, tujuan, dan manfaat serta sistematika dalam penulisan penelitian ini. Dalam
latar belakang diuraikan permasalahan permasalahan yang mendasari judul dari
penelitian, diuraikan pula data empiris dari variabel yang akan diteliti. Selain itu, diuraikan
pula rumusan masalah, tujuan serta manfaat yang akan dilakukan dalam penelitian.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini, berisi mengenai penjabaran teori-teori dari setiap variabel yang akan
diteliti dalam sub bab kajian pustaka, hal ini sebagai acuan yang dapat mendukung dalam
perumusan hipotesis. Pada bab ini juga dibahas mengenai research gap atau penelitian
terdahulu sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Dijelaskan pula mengenai kerangka
penelitian dan hipotesis dari penulis.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini membahas mengenai jenis penelitian, lokasi, waktu, populasi, sampel,
teknik pengumpulan data, definisi konsep variabel, instrumen penelitian, uji instrumen
penelitian, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian.

9
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu adalah kumpulan dari beberapa hasil penelitan yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu, yang mana hasil penelitian akan berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Penelitian terdahulu adalah salah satu acuan
atau landasan yang akan digunakan oleh peneliti untuk mencari perbandingan dan
menemukan sebuah inspirasi baru untuk peneliti selanjutnya. Berdasarkan penusuran dari
penulis, terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan referensi dan memperkuat
penelitian:

Tabel 2.1 Research Gap Pengaruh Penerimaan Pajak Terhadap Tingkat Kemiskinan

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian


Penerimaan Pajak (X1),
(Ramadhan & Berpengaruh (-) dan tidak
1. Subsidi (X2), Zakat (X3),
Mariyanti, 2013) signifikan
Tingkat Kemiskinan (Y)
(RatnaSari & Zakat (X1), Infaq (X2), Pajak Berpengaruh (-) dan
2.
Firdayetti, 2019) (X3), Tingkat Kemiskinan (Y) signifikan
PDRB (X1), Rasio Gini (X2),
(Hardinandar, PAD (X3), Penerimaan Pajak
3. Berpngaruh (-) dan signifikan
2020) (X4), DAU (X5), Tingkat
Kemiskinan (Y)

Tabel 2.2 Research Gap Pengaruh Pengeluaran Subsidi Terhadap Tingkat Kemiskinan

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian


Penerimaan Pajak (X1),
(Ramadhan & Berpengaruh (+) dan tidak
1. Subsidi (X2), Zakat (X3),
Mariyanti, 2013) signifikan
Tingkat Kemiskinan (Y)
2. (Kristinawati et Pendidikan (X1), Tingkat Berpengaruh (-) dan

10
Pengangguran Terbuka (TPT)
al., 2018) (X2), Pengeluaran Subsidi signifikan
(X3), Tingkat Kemiskinan (Y)
Belanja Pemerintah (X1),
(Puja Delvia, Berpengaruh (-) dan tidak
3. Subsidi (X2), Inflasi (X3),
2020) signifikan
Tingkat Kemiskinan (Y)

Tabel 2.3 Research Gap Pengaruh ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) Terhadap
Tingkat Kemiskinan

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian


ZIS (X1), Inflasi (X2),
(Dina Islamiyati, Berpengaruh (-) dan
1. Pertumbuhan GDP (X3),
2020) signifikan
Tingkat Kemiskinan (Y)
ZIS (X1), Pertumbuhan
(Munandar et al., Berpengaruh (-) dan
2. Ekonomi (X2), Tingkat
2020) signifikan
Kemiskinan (Y)
ZIS (X1), GDP (X2),
Berpengaruh (-) dan tidak
3. (Widiastuti, 2021) Pengangguran (X3), Inflasi
signifikan
(X4), Tingkat Kemiskinan (Y)

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, masih menunjukkan hasil yang tidak


konsisten dan kesimpulan yang berbeda-beda sehingga mendorong peneliti untuk
mengkaji ulang dengan harapan hasil yang didapatkan mampu memperkuat teori yang
sudah ada.

B. Kerangka Teori

1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu
tingkat kekuarangan materi pada sekelompok orang yang dibandingkan dengan standar
kehidupan umum berlaku dalam kehidupan masyarakat (Ahmadi, 2009). Teori Adam

11
Smith yang dikutip dalam buku Todaro menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang
makmur dan bahagia, jika sebagian besar penduduknya berada dalam kemiskinan dan
penderitaan. Adam Smith dalam bukunya yang berjudul The Wealth Of Nations
menyatakan bahwa kebutuhan dasar bukan hanya hal-hal yang bersifat alamiah saja,
namun juga yang telah ditetapkan oleh norma umum tentang kelayakan (Todaro &
Smith, 2011).
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut,
menurut sejarah keadaan kaya dan miskin secara berdampingan bukan merupakan
masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya
nilai-nilai sosial yang baru (Suryawati, 2005). Kemiskinan muncul sebagai masalah
sosial pada waktu individu sadar akan kedudukan ekonominya sehingga mereka mampu
untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. Kemiskinan diangap sebagai
masalah sosial apabila perbedaan kedudukan ekonomi para masyarakat ditentukan
secara tegas pada masyarakat modern yang rumit, kemiskinan menjadi suatu masalah
sosial karena sikap yang membenci kemiskinan tersebut (Soekanto, 1982).
Faktor internal yang menyebabkan kemiskinan adalah: (1) sifat malas (tidak mau
bekerja), (2) lemah mental, (3) cacat fisik, dan (4) cacat psikis (kejiwaan). Sedangkan
secara eksternal faktor penyebab kemiskinan yaitu: (1) ekonomi, (2) geografi, (3) sosial,
(4) pendidikan, (5) budaya, (6) sosialisasi, (7) kurangnya pemahaman beragama.
Kemiskinan juga berarti ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan
basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial itu meliputi: (1) modal produktif seperti
tanah, alat produksi, perumahan, kesehatan, (2) sumber keuangan, (3) organisasi sosial
dan politik digunakan untuk kepentingan bersama seperti koperasi, partai politik,
organisasi sosial, (4) jaringan sosial, (5) pengetahuan dan keterampilan, (6) informasi
yang berguna untuk kemajuan hidup (Erwan Agus Purwanto, 2007).
Terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor penyebab
kemiskinan (asal mula kemiskinan) seperti kemiskinan natural, kemiskinan kultural, dan
kemiskinan struktural.

12
a. Kemiskinan natural, adalah kemiskinan yang disesbabkan oleh faktor-faktor alamiah
seperti sakit, cacat, lanjut usia atau bencana alam. Kemiskinan natural merupakan
kondisi kronis atau turun temurun (Rustanto, 2015). Keadaan kemiskinan natural
dari awal memang sudah miskin, kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin
karena tidak memiliki sumber daya yang memadai baik dari alam, sumber daya
manusia maupun sumber daya pembangunan.
b. Kemiskinan kultural, adalah kemiskinan yang mengacu kepada sikap hidup
seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan
hidup seta budaya di mana merka hidup dengan tidak berkecukupan dan selalu
merasa kekurangan. Dalam diri manusia ada sifat yang membuat ia kaya dan ada
juga yang membuat ia miskin. Ada sifat inheren yang membuat orang itu kaya
demikian juga sifat yang membuat orang itu menunjang untuk miskin. Dalam
lingkup yang lebih luas, ada sifat atau karakter bangsa yang membuat bangsa itu
selalu terbelit dalam kemiskinan, demikian pula ada karakter bangsa yang membuat
bangsa itu cepat bangkit dari suatu kemiskinan (Muhammad Istan, 2017).
c. Kemiskinan struktural, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan
oleh faktor-faktor buatan manusia, seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil,
distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi
suatu negara yang cenderung hanya menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.

2. Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara guna
untuk mensejahterakan rakyat (Abdullah, 2018).
Pajak menurut perspektif ekonomi adalah beralihnya sumber daya sektor
privat ke sektor publik. Pajak menyebabkan perubahan dalam dua situasi yaitu
berkurangnnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya. Penerimaan
negara menurut UU No. 17 tahun 2003 pasal 1 huruf 9 pasal 11 ayat 3, bahwa
penerimaan negara adalah semua penerimaan kas yang masuk ke negara terdiri
penerimaan pajak dan bukan pajak serta hibah.

13
Pajak merupakan instrumen yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
dalam pelaksaan pembangunan pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan yang
digunakan untuk membiayai semua anggaran pembangunan. Tak hanya itu pajak juga
sangat penting perannya dalam mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan
pajak. Beberapa fungsi pajak bagi Negara yaitu:
a. Fungsi Anggaran
Pajak dijadikan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke dalam
kas Negara berdasarkan undang-undang yang berlaku. Pajak berperan dalam
membiayai seluruh anggaran pengeluaran yang berkaitan dalam kegiatan
pemerintahan. Contoh lain penggunaan pajak yaitu seperti: belanja pegawai,
belanja barang, pemeliharaan dll.
b. Fungsi Mengatur
Pajak sebagai alat untuk mencapai tujuan dan pelengkap tertentu dari fungsi
anggaran oleh pemerintah. pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi
melalui sebuah kebijkan. Contoh kebijakannya seperti: dalam rangka penan
aman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri,
pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi Stabilitas
Dengan pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan sebuah kebijakan
yang berutujuan dalam stabilitasi harga, sehingga dengan adanya kebijkan
tersebut inflasi dapat dikendalikan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi Retribusi Pendapatan
Pajak digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum. Termasuk untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Subsidi

14
Belanja subsidi merupakan anggran pemerintah yang dialokasikan kepada
pabrikan dengan maksud membantu biaya produksi supaya harga jual terjangkau oleh
masyarakat. Anggaran ini terutama untuk Public Service Obligation yang harga jualnya
diintervensi oleh pemerintah (Aulia et al., 2021).
Menurut Kementrian Kuangan, belanja subsidi adalah alokasi anggaran yang
diberikan kepada perusahaan atau lembaga untuk memproduksi, menjual, mengekspor,
atau mengimpor barang dan jasa, yang memnuhi hajat hidup orang banyak sedemikian
rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja subsidi diberikan
oleh menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Subsidi terdiri dari:
a. Subsidi Energi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang
menyediakan dan mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) jenis tertentu,
liquified petroleum gas (LPG) konsumsi rumah tanga dan usaha mikro serta tenaga
listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.
b. Subsidi Non Energi
Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga yang
menyediakan dan mendistribusikan barang publik yang bersifat non energi sehingga
harga jualnya terjagkau oleh msyarakat.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dalam subsidi termasuk semua bantuan
dalam bentuk uang atau barang yang diberikan pemerintah pada perusahaan swasta
maupun perusahaan pemerintah. Yang dimaksud dengan subsidi dalam bentuk barang
adalah subsidi untuk barang-barang yang habis dipakai dalam satu kali proses produksi,
sehingga bantuan berupa barang modal dan dalam bentuk uang untuk pembentukan
modal tidak termasuk. Tujuan pemberian subsidi, antara lain, adalah menjaga kestabilan
harga, menutupi kerugian yang diderita perusahaan dan lain-lain. Data yang tercakup
dalam perincian subsidi ini adalah subsidi bahan bakar dan subsidi pupuk.

4. ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah)


Zakat merupakan salah satu rukun Islam, bagi seorang muslim adalah suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan semata-mata pengabdian seorang hamba kepada Zat
Maha Agung. Perintah melaksanakan zakat tertuang dalam Al-Qur’an surat At-Taubah

15
ayat 103 sebagai berikut: “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.”
Zakat sebagai sebuah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap muslim yang
mampu (muzakki) untuk didistribusikan kepada muslim lainnya yang kurang mampu
(mustahik). Secara etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa),
mensucikan (at-thaharatu) dan berkah (al barakatu). Sedangkan secara terminologis,
zakat mempunyai arti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan tertentu untuk
diberikan kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan persyaratan tertentu pula.
Secara harfiah zakat juga bermakna “tumbuh dan berkembang”, sehingga dapat
difahami sebagai pertumbuhan kekayaan dalam arti 'nyata', pertumbuhan masyarakat
secara keseluruhan atau pertumbuhan jiwa yang dimurnikan.
Zakat merupakan rukun Islam yang merefleksikan tekad untuk menyucikan
masyarakat dari penyakit kemiskinan. Zakat juga menyucikan harta orang kaya dan
menyucikan masyarakat dari melakukan pelanggaran terhadap ajaran Islam akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan pokok. Kemiskinan yang merupakan problem kultural
diharapkan dapat teratasi dengan semakin meningkatnya kesadaran individu yang
beragama Islam dalam membayar zakat (Hidayatulloh, 2019).
Islam mendorong setiap individu untuk berperan aktif dalam meningkatkan
kualitas hidup dan menumbuhkan proses kebersamaan sosial melalui zakat, infaq dan
shadaqah. Filantropi islam adalah istilah yang digunakan utuk menyebutkan praktik
seperti Zakat Infak dan sedekah dimana istilah ini merupakan sebuah kedermawanan
sosial yang bertujuan untuk menurunkan masalah masalh sosial seperti halnya
kesenjangan dan kemiskinan di sebuah negara dalam jangka panjang. Dalam istilah
syariat islam shadaqah sama dengan pengertian infak, termasuk uga hukum dan
ketentuan-ketentuanya, hanya saja sisi perbedaanya terletak pada objeknya. Infak
berhubungan dengan materi akan tetapi berbeda dengan shadaqah, dimana shadaqah
tidak hanya dalam bentuk materi akan tetapi dapat dilaksanakan dalam bentuk non
materi (Dina Islamiyati, 2020).

16
C. Kerangka Penelitian
Berdasarkan teori-teori di atas, latar belakang permasalahan, dan research
gap dari penelitian sebelumnya, maka digambarkan kerangka teori penelitian sebagai
berikut:

Penerimaan Pajak
(X1)
H1

H2 Tingkat Kemiskinan
Subsidi (X2)
(X1)
H3

ZIS (Zakat, Infaq,


Shadaqah) (X3)

Keterangan :
Variabel Dependen : Tingkat Kemiskinan (Y)
Variabel Independen : Penerimaan Zakat (X1)
Subsidi (X2)
ZIS (Zakat, infaq, dan shadaqah) (X3)

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang bisa jadi benar ataupun salah,
sehingga dapat dianggap sebagai kesimpulan dari sifatnya yang sementara. Hipotesis
dapat diambil dari pemikiran ataupun penelitian terdahulu yang relevan serta teori yang
telah ada. Berdasarkan penelitian terdahulu maka didapatkan hipotesis sebagai berikut:

1. Pengaruh Penerimaan Pajak Terhadap Tingkat Kemiskinan

17
Pajak menjadi salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting
dalam pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat (Pohan, 2013). Penerimaan
pajak sangat berperan penting dalam menopang Anggaran Pengeluaran Belanja
Negara dan tujuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan penerimaan pemerintah melalui pajak memiliki hubungan
terhadap tingkat kemiskinan. Meningkatnya pendapatan pajak dalam suatu Negara
akan mendorong dan meningkatkan belanja pemerintah, yang mana dengan belanja
tersebut timbul adanya pembangunan yang membantu kegiatan perekonomian
masyarakat di dalamnya. Penerimaan pajak memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi apabila digunakan dalam membiayai aktivitas dan kegiatan
produktif yang kemudian akan turut menurunkan tingkat kemiskinan.
H1: Penerimaan Pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan.

2. Pengaruh Subsidi Terhadap Tingkat Kemiskinan


Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembaga
untuk memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa, yang
memnuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat
dijangkau oleh masyarakat.
Dengan adanya subsidi maka diharapkan akan adanya akses masyarakat
terutama berpenghasilan rendah untuk menjangkau kebutuhan pokok atau kebutuhan
minimalnya. Di Indonesia pemberian subsidi bertujuan untuk menjaga harga kebutuhan
pokok agar tetap stabil, pengurangan ketimpangan dan membantu masyarakat miskin,
peningkatan produktivitas, menjaga ketersedian kebutuhan pokok dengan harga
terjangkau serta peningkatan kualitas produk yang berdayasaing dan permodalan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) (Kristinawati et al., 2018). Sehingga dapat
dikatakan bahwa subsidi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia, dan
meningkatnya subsidi diharapkan mampu menurunkan tingkat kemiskinan.
H2 : Subsidi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

3. Pengaruh ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) Trhadap Tingkat Kemiskinan

18
Zakat merupakan instrumen terpenting dalam islam yang menjadi salah satu
rukun islam. Dimana zakat ini menjadi alat redistribusi kekayaan sehingga dapat
mewujudka sebuah kesejahterahan pada umat. Dalam istilah syariat islam shadaqah
sama dengan pengertian infak, termasuk uga hukum dan ketentuan-ketentuanya, hanya
saja sisi perbedaanya terletak pada objeknya. Infak berhubungan dengan materi akan
tetapi berbeda dengan shadaqah, dimana shadaqah tidak hanya dalam bentuk materi
akan tetapi dapat dilaksanakan dalam bentuk non materi (Dina Islamiyati, 2020).
Kesejahterahan dapat dilihat dengan pemenuhan kebutuhan dasar atau dhoruriyat
seseorang seperti sandang, pangan, dan papan yang sebenarnya pada suatu negara dapat
berperan dalam pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya secara tidak lagsung, kecuali
jika individu tersebut sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Akan tetapi
kebutuhan rakyat seperi keamanan, kesehatan dan pendidikan negara berperan secara
langsung. Dengan meningkatnya jumlah ZIS maka akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan masyarakat dan akan menurunkan tingkat kemiskinan.
H2 : ZIS berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan menggunakan data sekunder.


Data sekunder diperoleh dari berbagai macam literature seperti jurnal, buku, data statistic,
maupun internet. Data yang digunakan diperoleh melalui lembaga yang berkaitan dengan
penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Keuangan Republik
Indonesia dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang diakses melalui laman resmi
dari lembaga tersebut.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Di dalam penelitian ini tidak terdapat lokasi penelitian, karena peneliti


menggunakan data sekunder sehingga hanya menggunakan objek penelitian saja. Peneliti
mengambil objek penelitian di Negara Indonesia. Waktu yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lembaga-lembaga pusat yang terdiri dari
Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Data yang digunakan merupakan data tahunan
menggunakan data time series yang diambil dalam kurun waktu sebelas tahun terakhir.
Jumlah data yang terkumpul sebanyak 11 series data.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penlitian ini adalah seluruh anggota populasi,
yaitu seluruh data penerimaan pajak, subsidi, dan ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah)

20
dalam kurun waktu 2010 hingga 2020. Didapatkan sbanyak 11 data dari tahun 2010-
2020 dikarenakan terbatasnya informasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang sudah siap untuk diolah, yang bersumber dari publikasi oleh
lembaga atau instasi terkait dan langsung bisa dimanfaatkan oleh peneliti. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari masing-masing lembaga dalam laporan
statisik. Adapun data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementerian Keuangan Republik Indonesia dan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pnelitian ini menggunakan dat sekunder yang
mana data diambil dari lembaga seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian
Keuangan Republik Indonesia dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Data-data
tersebut diambil melalui laman resmi dari masing-masing lembaga, yang antara lain
sebagai berikut:
a. Tingkat Kemiskinan
Data tingkat kemiskinan dari tahun 2010-2020 dapat diambil dari Badan Pusat
Statistik (BPS) yang diunduh melalui laman www.bps.go.id
b. Penerimaan Pajak
Data penerimaan pajak dari tahun 2010-2020 dapat diambil dari Badan Pusat
Statistik (BPS) yang diunduh melalui laman www.bps.go.id
c. Subsidi
Data subsidi dari tahun 2010-2020 dapat diambil dari Kementerian Keuangan
Republik Indonesia yang diunduh melalui laman www.data-apbn.kemenkeu.go.id
d. ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah)

21
Data ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) dari tahun 2010-2020 dapat diambil dari
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang diunduh melalui laman
www.baznas.go.id

E. Definisi Konsep dan Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam pnelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variable bebas tidak terikat, yang mempengaruhi
variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Penerimaan Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara guna untuk mensejahterakan rakyat (Abdullah, 2018).
b. Subsidi
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dalam subsidi termasuk semua bantuan
dalam bentuk uang atau barang yang diberikan pemerintah pada perusahaan swasta
maupun perusahaan pemerintah. Yang dimaksud dengan subsidi dalam bentuk
barang adalah subsidi untuk barang-barang yang habis dipakai dalam satu kali
proses produksi, sehingga bantuan berupa barang modal dan dalam bentuk uang
untuk pembentukan modal tidak termasuk.
c. ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah)
Zakat merupakan instrumen terpenting dalam islam yang menjadi salah satu rukun
islam. Dimana zakat ini menjadi alat redistribusi kekayaan sehingga dapat
mewujudka sebuah kesejahterahan pada umat. Dalam istilah syariat islam shadaqah
sama dengan pengertian infak, termasuk uga hukum dan ketentuan-ketentuanya,
hanya saja sisi perbedaanya terletak pada objeknya. Infak berhubungan dengan
materi akan tetapi berbeda dengan shadaqah, dimana shadaqah tidak hanya dalam

22
bentuk materi akan tetapi dapat dilaksanakan dalam bentuk non materi (Dina
Islamiyati, 2020).

2. Variabel Dependen
Variabel depnden adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen
dan variabel dependen brsifat terikat. Dalam penelitian ini menggunakan Tingkat
Kemiskinan sebagai variabel dependennya.
Kemiskinan merupakan standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu
tingkat kekuarangan materi pada sekelompok orang yang dibandingkan dengan standar
kehidupan umum berlaku dalam kehidupan masyarakat (Ahmadi, 2009). Kemiskinan
diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya
sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan
tenaga, mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut, menurut sejarah keadaan
kaya dan miskin secara berdampingan bukan merupakan masalah sosial sampai saatnya
perdagangan berkembang dengan pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru
(Suryawati, 2005).

F. Instrumen Penelitian
Analisis yang digunakan secara kuantitatif dengan alat bantu statistic, yaitu analisis
regresi linear berganda. Analisis linear berganda digunakan untuk mengetahui variable
terikat. Model regresi linear berganda ini dilakukan guna menunjukkan adanya hubungan
yang sistematis Antara satu variable dependent dengan lebih dari satu variable
independent. Alat statistic yang digunakan untuk menguji penelitian ini yaitu E-Views 9.

G. Uji Instrumen Penelitian


Uji instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji stasioner
untuk menguji data sekunder. Sebuah data dikatakan stasioner apabila terpenuhinya asumsi
rata-rata, variansi konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua data runtut waktu

23
tergantung pada kelambanan antara dua periode. Pengambilan hasil uji stasioner
dikatakan bersifat stasioner apabila nilai probabilitas kurang dari atau lebih kecil dari 0,05
(Winarno, 2015).

H. Alat Analisis
1. Statistik Deskriptif
Statistika deskirptif akan memberikan sebuah interprestasi deskipsi suatu
data yang dilihat dari inlai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, nilai maksimum,
nilai minimum, sum, range, kurtois, dan skewness.
2. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen
(variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat), analisis regresi
digunakan terutama untuk tujuan peramalan model yang ada pada variabel dependen
dan variabel dependen. Adapun persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + Ɛ
Keterangan:
Y : Tingkat Kemiskinan
β0 : Konstanta dari persamaan regresi
X1 : Penerimaan Pajak
X2 : Subsidi
X3 : ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah)
Ɛ : error term
3. Uji Statistik
a. Uji t (Uji Individual)
Uji statistik t adalah uji yang menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen atau variabel penjelas secara individual dalam
menerangkan variabel dependen (Sujarweni, 2015). Pengambilan keputusan
dalam pengujian ini sebagai berikut:
1) Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang

24
signifikan.
2) Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh yang
signifikan.
3) Selain membandingkan t hitung dengan t tabel agar dapat menentukan
H0 ditolak atau diterima dapat dilihat dari nilai signifikan apakah kurang
atau lebih dari 5%.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk adanya pengaruh antara variabel independen
dengan variabel dependen secara serentak (Sujarweni, 2015:228). Pengambilan
keputusan uji F adalah dengan melihat signifikansi model regresi secara simultan
yang diuji dengan nilai signifikansi (sig). Dalam uji F variabel independen
dikatakan berpengaruh terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansi di
bawah 0,05. Adapun pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
2) Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
3) Jika p < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
4) Jika p > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak

c. Uji Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui sejauh mana


kecocokan garis regresi yang terbentuk dalam mewakili kelompok hasil
pengamatan. Koefisien determinasi menggambarkan bagian ddari variasi total
yang dapat diterangkan oleh model. Kecocokan atau ketepatan dikatakan baik

apabila nilai koefisien determinan (R2) mendekati angka 1.

4. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik adalah analisis yang dilakukan untuk menilai apakah terdapat
masalah-masalah di dalam model regresi linear Ordinary Least Square (OLS). Adapun
uji asumsi klasik meliputi:
a. Uji Normalitas

25
Uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk
mengetahui adanya pelanggaran dalam asumsi normalitas, maka dapat dilakukan
uji Kolmogorov- Smirnov dan Uji Jarque-Bera. Pengambilan keputusan pada
uji normalitas dengan enilai nilai signifikannya. Variabel dikatakan berdistribusi
normal jika nilai signifikan (sig) > 0,05. Begitupun sebaliknya variabel dikatakan
tidak berdistribusi normal jika nilai signifikan (sig) < 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah asumsi yang menunjukkan adanya hubungan
linear yang kuat diantara beberapa atau semua variabel bebas dalam model
regresi berganda (Bawono & Shina, 2018). Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas. Regresi
dikatakan baik apabila tidak ada korelasi diantara variabel bebas.
Indikasi dalam multikolinieritas biasanya ditunjukkan sebagai berikut:

1) Nilai R2 tinggi atau mendekati angka 1, akan tetapi banyak variabel


yang tidak signifikan.
2) Menghitung koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila
koefesien yang dihasilkan rendah, maka tidak terjadi multikolinieritas.
3) Melakukan regresi auxiliary untuk mengetahui hubungan atntara dua
atau lebih variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi satu
variabel independen yang lain.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan yang menunjukkan komponen ero berkorelasi
dengan dirinya sendiri menurut urutan waktu untuk model data time series dan
urutan ruang untuk model data cross section (Bawono & Shina, 2018). Uji
autokorelasi bertujuan Ujuntuk mengetahui ada atau tidaknya variabel pengganggu
pada suatu periode dengan periode sebelumnya. Untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dapat dilakukam dengan uji Durbin-Watson (DW test) dengan
kriteria du < dw < 4 - du.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana model regresi

26
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan dengan pengaatan
yang lain. Pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas yaitu dengan
merespon variabel (x) sebagai variabel independen dengan nilai absolut
unstandardized residual regresi sebagai variavel-variabel dependen.

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan


dengan berbagai uji. Diantaranya adalah dengan model grafik, uji Glajser, Uji
Goldfeld-Quant, uji Bruesch-Pagan-Godfery, dan Uji White (Bawono & Shina,
2018). Hasil uji dikatakan mengandung heteroskedastisitas apabila signifikansi
dari nilai probabilitas lebUih kecil dari 0,05 dan sebalikya hasil uji dikatakan
tidak mengandung heteroskedastisitas apabila signifikansi dari nilai probabilitas
lebih besar dari 0,05 (Winarno, 2015).

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. (2018). Kamus Pajak. Garuda Mas Sejahtera.

Ahmadi, A. (2009). Ilmu Sosial Dasar. Rinka Cipta.

Aulia, C., Bunda, P., Helbawanti, O., & Faqihuddin, D. (2021). Dampak Subsidi Terhadap Harga
Gabah Dan Kesejahteraan Petani the Impact of Subsidy on the Prices of Rice and Farmer
Welfare. Jurnal AGRISTAN, 3(1), 71–83.

Bawono, A., & Shina, A. F. I. (2018). Ekonometrika Terapan Untuk Ekonomi dan Bisnis Islam
Aplikasi dengan EVIEWS.

Dina Islamiyati, I. H. H. (2020). Pengaruh ZIS dan Faktor Makro Ekonomi Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi, 25(1), 118.
https://doi.org/10.24912/je.v25i1.631

Erwan Agus Purwanto. (2007). Mengkaji Potensi Usaha Kecil dan Menegah (UKM) Untuk
Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
UGM, 10(3).

Hardinandar, F. (2020). Peran kebijakan fiskal terhadap trade-off antara ketimpangan dan
kemiskinan di Indonesia. Economic and Businessness, 16(1), 1–10.

Hidayatulloh, M. H. (2019). Peran Zakat dan Pajak dalam Menyelesaikan Masalah


Perekonomian Indonesia Pendahuluan Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana sumber
pemenuhan kebutuhan dasar baik sandang , pangan , papan , maupun kurang . 1 Bila
melihat data kemiskinan 15 tahun terakhir. 1(2), 102–121.

28
Kristinawati, A., Sarfiah, S. N., & Destiningsih, R. (2018). Analisis Pengaruh Pendidikan,
Tingkat Pngangguran Terbuka Dan Pengeluaran Subsidi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia Tahun 1998-2018 Analysis of the Influence of Education , Open Unemployment
Rate and Expenditure of Subsidy on Poverty. Directory Journal of Economic (DINAMIC),
2(4), 985–1004.

Muhammad Istan. (2017). Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Ekonomi Umat


Menurut Perspektif Islam. Al-Falah: Journal Of Islamic, 2(1), 80–99.

Multifah. (2011). ZIS Untuk Kesejahteraan Ummat. Universitas Brawijaya Press.

Munandar, E., Amirullah, M., & Nurochani, N. (2020). Pengaruh Penyaluran Dana Zakat , Infak
dan Sedekah ( ZIS )……. Al-Mal : Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Lecturer STEI Ar
Risalah Ciamis Eris Munandar dkk Pengaruh Penyaluran Dana Zakat , Infak dan Sedekah
( ZIS )……. Eris Munandar dkk. Al-Mal: Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Islam, 01(01),
25–38.

Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan: Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis. PT


Gramedia Pustaka Utama.

Puja Delvia, A. (2020). PENURUNAN SUBSIDI ENERGI DAN KEMISKINAN DI


INDONESIA. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 5(3), 136–145.

Pusat Kajian Strategis BAZNAS. (2020). Outlook Zakat Indonesia 2020. PUSKAS BAZNAS.

Ramadhan, H., & Mariyanti, T. (2013). Pengaruh Pajak, Subsidi Dan Zis Terhadap Penurunan
Kemiskinan Di Indonesia. Media Ekonomi, 22(2), 123.
https://doi.org/10.25105/me.v22i2.3170

RatnaSari, E., & Firdayetti, F. (2019). Analisis Pengaruh Zakat, Infak, Sedekah Dan Usyr (Pajak
Impor) Terhadap Kemiskinan Di Indonesia. Media Ekonomi, 26(1), 39.
https://doi.org/10.25105/me.v26i1.5161

Rustanto, B. (2015). Menangani Kemiskinan. PT Remaja Rosdakarya.

Sihaloho, E. D. (2020). Analisis pengaruh penerimaan pajak terhadap pertumbuhan ekonomi

29
indonesia : pendekatan vektor autoregressive Analisis pengaruh penerimaan pajak
terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia : pendekatan vektor autoregressive. 22(2), 202–
209.

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo.

Sujarweni, A. W. (2015). Metode Penelitian Bisnis dan Eknomi.

Suryawati, C. (2005). Memahami kemiskinan secara multidimensional. 08(03), 121–129.

Tarigan, H., Sinaga, J. H., & Rachmawati, R. R. (2020). Dampak pandemi covid-19 terhadap
kemiskinan di indonesia. 3, 457–479.

Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2011). Pembangunan Ekonomi. Erlangga.

Widiastuti, A. S. (2021). Pengaruh ZIS , Pertumbuhan Ekonomi , Pengangguran dan Inflasi


Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia The Effect Of Zis , Economic Growth ,
Unemployment And Inflation On Poverty Levels In Indonesia. 4(1).

Winarno, W. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.

YUDHA, R. S., Marwa, T., & Sukanto, S. (2020). Kausalitas Antara Subsidi Pangan Dan
Kemiskinan Di Indonesia. https://repository.unsri.ac.id/37630/

30

Anda mungkin juga menyukai