Disusun oleh :
Nur Muhammad Barokah
17312024
PRODI ARSITEKTUR
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI CITEBON
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia,
petunjuk, limpahan rahmat, dan hidayah dari-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah pembangunan berkelanjutan dengan judul “Upaya Mengurangi Kemiskinan Di
Indonesia”.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mandiri sebagai salah satu
penilaian akhir semester 7. Disamping itu, juga bertujuan untuk melatih diri penulis agar
bisa membuat tugas makalah lain di masa depan. Makalah ini ditulis agar pembaca lebih
mengetahui tentang Upaya yang dilakukan untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat
penulis harapkan dari semua pihak demi makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan...................................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan..............................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................................5
2.1 Konsep.....................................................................................................................5
2.2 Definisi....................................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................6
3.1. Kemiskinan..............................................................................................................6
3.2. Pengangguran..........................................................................................................8
3.3 Pendidikan.............................................................................................................12
3.4 Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Kemiskinan di Indonesia............................14
BAB IV PENUTUP.....................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan............................................................................................................21
4.2 Saran......................................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang
dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,
pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, terhadap ancaman tindak kriminal,
ketidak berdayaannya dalam menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati, 2005). Selain
itu kemiskinan juga disebabkan karena banyaknya penduduk yang mempunyai
keterbatasan akan akses terhadap pelayanan dasar seperti keterbatasan akses modal, sarana
produksi, pemasaran, peningkatan kuantitas dan kulitas produk, sanitasi, pengaruh
eksternal seperti fluktuasi harga BBM, tarif dan regulasi lain yang menyebabkan kenaikan
harga barang dan jasa serta semakin terbatasnya kemampuan penduduk untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. Jika dilihat dari segi ekonomi penyebab kemiskinan seperti rendahnya
pendapatan, keterbatasan lapangan pekerjaan, lambatnya pertumbuhan ekonomi dan
rendahnya tingkat pendidikan.Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu
muncul dalam kehidupan masyarakat. Implikasi dari permasalahan kemiskinan dapat
melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia, walaupun kehadirannya seringkali tidak
disadari oleh manusia yang bersangkutan (Suparlan, 1995). Kemiskinan merupakan salah
satu masalah yang menghambat dari pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan digambarkan
sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok atau
kebutuhan hidup yang minimum yaitu sandang, pangan, papan, Pendidikan dan kesehatan.
Dalam definisi yang lebih luas, kemiskinan bersifat multidimensional, artinya kemiskinan
adalah ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam yang
selanjutnya dapat dipandang melalui berbagai aspek. Ditinjau dari aspek primer
kemiskinan meliputi miskin terhadap aset, rendahnya partisipasi organisasi sosial politik,
serta terbatasnya pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan aspek sekunder mencakup
miskin terhadap jaringan sosial, rendahnya sumber-sumber keuangan dan terbatasnya
informasi. Indikasi dari kemiskinan dapat dilihat dari kenyataan seperti ketidak
tersediaannya air bersih, gizi buruk, rendahnya pendidikan, banyaknya pengangguran dan
lain-lain. Permasalahan kemiskinan diberbagai negara, khususnya negara sedang
berkembang, telah menarik perhatian khusus bagi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
1
2
Kemiskinan menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu
fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Sudah lebih dari setengah abad Indonesia
dalam kemiskinan. Dibandingkan dengan negara lain Indonesia masih jauh dari harapan
kemakmuran dan kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan di Indonesia masih belum merata
dan tergolong tinggi. Selain itu faktor lainnya yang mempengaruhi kemiskinan adalah
pengangguran, jika dilihat semakin berlangsungnya waktu kesempatan kerja bagi tenaga
kerja berkurang. Sempitnya kesempatan kerja menyebabkan semakin bertambahnya angka
pengangguran, Sehingga menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan. Selain itu faktor
lainnya yang mempengaruhi kemiskinan adalah pendidikan. Tingkat pendidikan di
Indonesia dalam kondisi baik dibandingkan dengan angka nasional. Selanjutnya faktor
yang mempengaruhi kemiskinan adalah angka harapan hidup Kemiskinan suatu daerah
dipengaruhi oleh tingkat kesehatan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup saat lahir adalah
rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun
tertentu. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat
kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus
diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program social lainnya termasuk
program pemberantasan kemiskinan.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya
untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut,
berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah khususnya
daerah yang relatif mempunyai kemiskinan yang terus naik dari tahun ke tahun.
3
Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan
kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan sasaran pembangunan nasional yang
telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek.Oleh karena itu,
salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan
tingkat kemiskinan penduduk. Efektivitas dalam menurunkan tingkat kemiskinan
merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen pembangunan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis merumuskan masalah pokok yang
diteliti untuk memudahkan dalam pengkajian dan sebagai pembatasan permasalahan
supaya lebih terfokus kedalam pertanyaan sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :
Ruang lingkup dari makalah ini merupakan masalah kemiskinan di Indonesia secara
menyeluruh. Mulai dari factor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan dan upaya
pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia.
1. Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini membahas tentang latar belakang adanya sebuah masalah, rumusan masalah,
tujuan permasalahan, manfaat penulisan, gambaran umum isi tulisan, dan sistematika
penulisan.
Dalam bab ini membahas tentang konsep dan definisi dari kemiskinan itu sendiri,
kemudian maksud dan tujuan sebenarnya dari SDG’s No Proverty (Tanpa Kemiskinan).
Dalam bab ini membahas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi kemiskinan dan
upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia.
4. BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini dibahas tentang kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab terakhir dan
penutup.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep
Langkah selanjutnya adalah menentukan garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang
diperlukan untuk dapat bertahan hidup layak. Seseorang dengan pendapatan/pengeluaran
kurang dari garis kemiskinan tersebut dikategorikan sebagai miskin.
.2 Definisi
Garis kemiskinan nasional pada dasarnya adalah sejumlah uang yang dibutuhkan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum untuk hidup layak. Garis kemiskinan dihitung
berdasarkan data pengeluaran/konsumsi terdiri dari Garis Kemikinan Makanan yaitu harga
dari 2.100 kkal/kapita/hari ditambah dengan Garis Kemiskinan non-makanan yang
dihitung dengan metode budget share dari komoditas dalam keranjang non-makanan
terhadap kelompok komoditas non-makanan yang dikumpulkan Susenas modul konsumsi.
1. Pesentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan internasional menurut jenis
kelamin, umur, status pekerjaan dan wilayah tempat tinggal (perkotaan/pedesaan)
2. Persentase pekerja yang hidup dibawah garis kemiskinan internasional menurut jenis
kelamin, umur, status pekerjaan dan wilayah tempat tinggal (perkotaan/pedesaan).
5
BAB III
PEMBAHASAN
Kemiskinan adalah salah satu masalah utama dalam bidang sosial ekonomi di seluruh
dunia. Ketidakseimbangan distribusi pendapatan menimbulkan jurang besar dengan
korbannya adalah mereka yang masuk kelompok di bawah sejahtera, baik karena faktor
keterpaksaan dalam keadaan maupun kesalahan pengelolaan diri. Kondisi kemiskinan ini
menimbulkan permasalahan yang kompleks di berbagai bidang dan tidak hanya merusak
prestasi negara secara statistik, tetapi juga melahirkan risiko-risiko baru seperti di
antaranya tindak pidana kejahatan.
Dilihat dari table diatas tingkat kemiskinan di Indonesia tiap tahunnya menurun. Tetapi
angka tersebut tidak mencapai sasaran nasional RPJMN 2015-2019 yaitu Menurunnya
tingkat kemiskinan pada tahun 2019 menjadi 7-8%.
3.1. Kemiskinan
Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas
hingga kedimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik. Menurut Badan Pusat Statistik,
kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang
meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Ada dua kondisi yang menyebabkan
kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah
terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang
6
7
rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada
di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana
ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah
sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang melulu
terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.
Menurut pendapat Mudrajat Kuncoro dalam Dian Adi Wibowo (skripsi, 2013) mengatakan
bahwa kemiskinan merupakan ketidak mampuan untuk memenuhi standar hidup minimum.
Dalam pengertian tersebut perlu adanya pemahaman terkait standar hidup minimum.
Definisi menurut UNDP dalam Cahyat (2004), kemiskinan adalah ketidak mampuan untuk
memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya
partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik sebagai salah satu indikator kemiskinan.
Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
2. Kemiskinan relatif, kemiskinan yang dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada
orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh
lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar
ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka
akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga
kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan
Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1995) pola kemiskinan ada empat yaitu, Pertama
adalah persistent poverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Pola
kedua adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi
secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti
dijumpai pada kasus nelayan dan petani tanaman pangan. Pola keempat adalah accidental
poverty, yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana alam atau dampak dari suatu
kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu
masyarakat.Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber
daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap
kekuasaan yang mempunyai pengertian tentang system politik yang dapat menentukan
kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara
sosial psikologi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur
sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.
3.2. Pengangguran
Definisi pengangguran secara teknis adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu,
yaitu pada usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan upah atau
bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan aktif dalam
mencari kerja tersebut. Selain definisi di atas masih banyak istilah arti definisi
pengangguran diantaranya: Menurut Sadono Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan
9
dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Menurut Payman J. Simanjuntak Pengangguran adalah
orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor tersebut
sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta mana yang
berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan :
Definisi pengangguran berdasarkan istilah umum dari pusat dan latihan tenaga kerja
Pengangguran adalah orang yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan
uang meskipun dapat dan mampu melakukan kerja. Definisi pengangguran menurut
Menakertrans Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak
bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik
terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan
menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini
terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti
yang dijelaskan di bawah ini:
3.3 Pendidikan
Keberadaan pendidikan merupakan khas yang hanya ada pada dunia manusia, dan
sepenuhnya ditentukan oleh manusia, tanpa manusia pendidikan tidak pernah ada, human
life is just matter of education (Suparlan Suhartono, 2008). Keberadaan kegiatan mendidik
tersebut tidak hanya menembus dimensi waktu akan tetapi juga menembus dimensi tempat,
dalam arti pendidikan telah berlangsung di segala waktu dan tempat. Oleh karenanya,
kegiatan pendidikan dapat dikatakan bersifat fundamental, universal, dan
fenomenal.Fundamentalitas pendidikan ini dapat ditentukan dari kedudukan pendidikan
sebagai salah satu instrumen utama dan penting dalam meningkatkan segenap potensi anak
menjadi sosok kekuatan sumberdaya manusia (human resources)yang berkualitas bagi
suatu bangsa. Tanpamelalui pendidikan seorang anak diyakini tidak akan menjadi sosok
manusia utuh (a fully functioning person).
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Jenjang pendidikan formal:
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
2. Pendidikan menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah
(MA), Sekolah Menengah Kejuruan(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan
bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan ini meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, dan lain-lain.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan formal diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan setandar nasional
Pendidikan.
Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan
meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah
juga membatasi kemampuan seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.
Pendidikan (formal dan non formal) bisa berperan penting dalam menggurangi kemiskinan
14
dalam jangka panjang, baik secara tidak langsung melalui perbaikan produktivitas dan
efesiensi secara umum, maupun secara langsung melalui pelatihan golongan miskin
dengan ketrampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka.(Arsyad, 2016).
Secara istilah, kata kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang berarti tidak berharta
benda atau serba kekurangan. Sedangkan kemiskinan berarti keadaan miskin.
(DEPDIKBUD, 1990) Secara definitif, Komite Penanggulangan Kemiskinan dalam buku
pedomannya menggunakan definisi kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS),
yaitu: “ketidak mampuan untuk memenuhi standar tertentu dari kebutuhan dasar, baik
makanan maupun bukan makanan. Standar ini disebut garis kemiskinan, yaitu nilai
pengeluaran konsumsi kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100 kalori energi per
kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang
paling pokok.” (Komite Penanggulangan Kesmikinan, 2002).
Pada masa Indonesia mencapai kemerdekaan, pemerintah pada masa itu sebenarnya telah
memberikan perhatian pada kemiskinan dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat dengan
adanya peraturan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (sebagai dasar hukum utama dalam
bidang peraturan perundang-undangan di Indonesia) Pasal 34 dan Pasal 27 ayat (2). Pasal
34 berisi “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.” Dan Pasal
27 ayat (2) berisi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.” Atas dasar pasal-pasal tersebut, kemudian pemerintah
15
Adanya ketentuan dalam Pasal 33, 34 dan 27 ayat (2) UUD 1945 mewajibkan pemerintah
untuk mencegah dan menanggulangi kemiskinan. Sejumlah peraturan telah dikeluarkan
berkaitan dengan hal ini. Pada tahun 1974, baru terbentuk UU yang mengatur secara
khusus mengenai kesejahteraan sosial (UU No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Kesejahteraan Sosial). Dalam Pasal 2 ayat (1) UU ini disebutkan bahwa kesejah-
teraan sosial ialah: “suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual
yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir bathin, yang
memungkinkan bagi setiap Warga-negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebu-
tuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai
dengan Pancasila.”UU ini antara lain mengatur mengenai tugas dan usaha yang harus
dilakukan pemerintah di bidang kesejahteraan sosial. Tugas pemerintah adalah:
1. Bantuan sosial kepada warganegara baik secara perseorangan maupun dalam kelompok
yang mengalami kehilangan peranan sosial atau menjadi korban akibat terjadinya
bencana-bencana, baik sosial maupun alamiah, atau peristiwa-peristiwa lain;
2. pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial melalui penyelenggaraan suatu sistim jaminan
sosial;
3. bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial, termasuk di dalamnya penyaluran ke
dalam masyarakat, kepada warganegara baik perora-ngan maupun dalam kelompok,
16
yang terganggu kemampuannya untuk mempertahankan hidup, yang terlantar atau yang
tersesat;
4. pengembangan dan penyuluhan sosial untuk meningkatkan peradaban,
perikemanusiaan dan kegotong-royongan.
Selain itu, UU ini pun memberikan kesem-patan kepada masyarakat untuk mengadakan
usaha kesejahteraan sosial yang sesuai dengan kebijakan pemerintah. Sebelum adanya UU
tentang Kesejah-teraan Sosial, pada tahun 1965 telah terlebih dulu terbit UU No. 4 Tahun
1965 tentang Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo. UU yang berdasar pada
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 ini bertujuan untuk memberikan bantuan penghidupan kepada
orang-orang jompo dalam rangka penyem-purnaan susunan masyarakat yang adil dan
makmur. Yang dimaksud dengan orang jompo dalam Pasal 1 disebutkan ialah “setiap
orang yang berhubung dengan lanjutnya usia, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah untuk keperluan pokok bagi hidupnya sehari-hari.” Bantuan penghidupan yang
diberikan kepada orang jompo ini adalah berupa tunjangan (berupa pemberian bahan-
bahan keperluan hidup atau uang) dan perawatan (yang diberikan di rumah sendiri, rumah
peristirahatan atau pengasuhan pada suatu keluarga). Bantuan ini tidak hanya dilakukan
oleh pemerintah, tetapi dapat juga dilakukan oleh organisasi swasta atau perseorangan
yang diawasi langsung oleh pemerintah (di bawah menteri sosial).
adalah berupa penyuluhan dan bimbingan sosial, pembinaan sosial, bantuan sosial,
perluasan kesempatan kerja, pemukiman lokal, dan peningkatan derajat kesehatan. Usaha
represif yang bertujuan untuk mengurangi dan/atau meniadakan gelandangan dan
pengemis adalah berupa razia, penampungan sementara untuk diseleksi, dan pelim-pahan.
Dan usaha rehabilitasi yang bertujuan agar fungsi sosial dari para gelandangan dan
pengemis dapat berperan kembali dalam masyarakat adalah berupa penampungan, seleksi,
penyantunan, penya-luran dan tindak lanjut yang kesemuanya itu dilak-sanakan melalui
panti sosial.
1. Penghapusan tata niaga hasil produksi rakyat di NTT yang harus melalui KUD;
2. Penghapusan tata niaga jeruk di Kalbar yang diwajibkan melalui konsorsium
tertentu;
3. Pencabutan penunjukkan satu assosiasi untuk menarik retribusi perdagangan ikan
di Bengkalis; dan
Salah satu agama yang dianut dan diakui oleh masyarakat Indonesia adalah Islam. Tidak
hanya beralasan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam, tetapi juga
dalam Islam diajarkan seluruh bidang kehidupan, termasuk bidang sosial dan hukum.
Zakat dan wakaf meru-pakan salah satu ajaran yang ada dalam Islam untuk menanggulangi
masalah kemiskinan. Zakat adalah pengeluaran sejumlah harta yang wajib dilakukan oleh
orang Islam dengan syarat-syarat tertentu untuk orang-orang tertentu. Sedangkan wakaf
adalah menahan suatu benda yang bertujuan untuk diman-faatkan dalam waktu lama yang
sesuai dengan ajaran Islam. Dalam bidang zakat, umat Islam yang telah memiliki sejumlah
19
harta dengan ukuran tertentu diwajibkan untuk mengeluarkan sebagian hartanya tersebut
untuk orang-orang tertentu saja (disebut mustahiq).
Mustahiq ini terdiri dari golongan fakir (orang yang tidak berpenghasilan [tetap] dan tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup utamanya), miskin (orang yang berpenghasilan tetapi
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup utamanya), amil (pengelola zakat), muallaf (orang
baru masuk Islam), riqab (hamba sahaya), gharim (orang yang berhutang), sabilillah (orang
yang berusaha untuk kepentingan ajaran Islam), dan ibnussabil (orang yang berada dalam
perjalanan). Adanya potensi yang besar pada zakat dalam menangani masalah kemiskinan
atau dalam upaya mencapai kesejah-teraan sosial ini maka dibentuk Undang-undang
tentang Pengelolaan Zakat pada tahun 1999. Dalam bidang wakaf, adanya benda yang
diwakafkan bersifat kekal dan bermanfaat dalam waktu lama yang dapat dirasakan oleh
banyak orang juga memberikan peluang untuk mencapai kesejah-teraan sosial. Pada tahun
1977, baru terbentuk peraturannya berupa PP (Peraturan Pemerintah) sebagai tindak lanjut
dari UU tentang Pokok-pokok Agraria atas peraturan mengenai tanah wakaf. Dengan
berkembangnya kebutuhan masyarakat dan tidak terbatas pada tanah sebagai benda yang
dapat diwakafkan, maka pada tahun 2004 (sekitar bulan September atau Oktober) baru saja
dikeluarkan UU tentang Wakaf yang telah mengatur benda wakaf baik yang bergerak
maupun tidak bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Kebijakan-kebijakan
pemerintah yang telah disebutkan di atas tentunya tidak akan berarti apabila pemerintah
tidak mewujudkannya.
Dalam hal ini, penulis tidak memberikan uraian secara mendetail atas pelaksanaan
kebijakan tersebut dalam prakteknya. Karena hal tersebut tentunya membutuhkan
penelitian yang mendalam dan penulis tidak (atau belum) melakukan penelitian atasnya.
Namun berdasarkan pengetahuan dan yang telah diketahui secara umum, berikut ini
merupakan sedikit uraian mengenai pelaksanaan atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang
telah disebutkan di atas. Adanya rumah-rumah singgah, panti-panti sosial berupa panti
asuhan dan panti jompo yang didirikan oleh pemerintah maupun organisasi swasta
menunjukkan pelaksanaan atas kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai perlindungan
terhadap orang jompo, pelayanan terhadap fakir miskin, dan penanggulangan terhadap
gelandangan dan pengemis.
BKPK ini dipimpin oleh anggota IMF. Karena memang pada saat itu, IMF mendesak
pemerintah untuk segera melakukan penanggulangan terhadap kemiskinan. Kemudian
badan ini berubah menjadi KPK yang diketuai oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan
Sosial. KPK dibentuk oleh Presiden RI (yang menjabat pada saat itu adalah Megawati)
berda-sarkan Keputusan Presiden RI Nomor 124 Tahun 2001 jo. Nomor 8 Tahun 2002 jo.
Nomor 34 Tahun 2002 tentang Komite Penanggulangan Kemiskinan. Komite ini sengaja
dibentuk khusus untuk menyelenggarakan upaya penanggulangan kemiski-nan di
Indonesia dengan melibatkan forum lintas pelaku yang meliputi forum nasional dan forum
regional dan/atau forum nasional-regional, yang terdiri dari semua unsur bangsa mulai dari
Pemerintah Pusat sampai Pemerintah Propinsi dan pemerintah kabupaten/kota, lembaga
keuangan dan perbankan, usaha nasional, dan kelompok swadaya masyarakat dalam
menggalang kontribusi gagasan dan saran implementasi yang konstruktif dan maju yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin dan menurunkan populasi
penduduk miskin dalam ukuran yang signifikan. (Komite Penanggulangan Kemiskinan,
2002). Fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan adalah sebagai berikut:
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Penulis berharap kepada para pembaca khususnya masyarakat luas dapat teredukasi dan
mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari untuk kehidupan yang lebih sejahtera.
Seperti dapat mengetahui bagaimana cara mengatasi jumlah kemiskinan, dan pembaca di
harapkan dapat menjadikan makalah ini sebagai pedoman umum untuk menuju indonesia
sejahtera dengan mengurangi kemiskinan.
21