Anda di halaman 1dari 18

Kebijakan Kesehatan

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan
Publik Dengan Dosen Pengampu Dr.Ir. Abdullah Qiqi Asmara, M.Si

Disusun Oleh :

Bagas Dermawan 22010200049


Afif Ramadhan 22010200055
Fithria Sari Andalas 22010200071
Saila Mahfira 22010200072
Kelas (D)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karunia serta pentunjuk-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kebijakan Kesehatan”. Tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kebijakan publik. Tidak lupa pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang berkontribusi memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Serta
Dr.Ir. Abdullah Qiqi Asmara, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Kebijakan publik yang
sudah memberikan tugas ini kepada penulis sehingga penulis dapat memperdalam tentang
ruang lingkup aspek kebijakan secara menyeluruh.

Dalam pembuataan makalah ini penulis menyadari banyak keterbatasaan dan


kekurangaan yang dirasakan mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih
terbatas. Berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung,
sehingga keterbatasaan dan kekurangaan tersebut dapat diatasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Cirendeu, 25 November 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 3
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................................................... 5
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian........................................................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................................................... 7
2.1 Landasan Teori .............................................................................................................................. 7
1. Konsep Kebijakan Kesehatan ...................................................................................................... 7
2. Perkembangan Kebijakan Kesehatan Sepanjang Sejarah ........................................................... 8
3. Keterlibatan Pemerintah dalam Pembuatan dan Pengimplmentasian Kebijakan Kesehatan .... 9
2.2 Metode Penelitian ...................................................................................................................... 10
BAB III................................................................................................................................................. 11
3.1 Isu-Isu Kontemporer dalam Kebijakan Kesehatan ...................................................................... 11
1. Perubahan Demografi : Dampak perubahan populasi pada kebijakan kesehatan. .................. 11
2. Peran Teknologi dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan. .................................................... 13
3. Kesehatan Global dan Peran Kebijakan Internasional. ............................................................. 14
BAB IV ................................................................................................................................................. 15
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 15
4.2 Saran ........................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat, sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan suatu negara,
mencerminkan kesejahteraan yang tak hanya tergantung pada aspek ekonomi, tetapi juga
kesehatan penduduknya. Dalam era globalisasi, perubahan demografi, perkembangan
teknologi, dan tantangan kesehatan global menjadi pusat perhatian. Perubahan demografi,
khususnya peningkatan harapan hidup, penurunan tingkat kelahiran, dan penuaan populasi,
membawa perubahan dinamis dalam manajemen sistem kesehatan. Untuk memahami
dampaknya terhadap kebijakan kesehatan, diperlukan penelitian mendalam yang fokus pada
penyusunan dan implementasi kebijakan yang dapat merespons perubahan demografi tersebut.
Kemajuan teknologi memberikan dampak signifikan pada layanan kesehatan. (Setyonaluri &
Aninditya, 2019) Salah satu investasi yang krusial untuk memanfaatkan bonus demografi
adalah investasi dalam bidang kesehatan. Berbeda dengan investasi pada sektor pendidikan,
investasi dalam sektor kesehatan membutuhkan upaya dan kebijakan yang terintegrasi karena
kesehatan memiliki dimensi yang beragam dan melibatkan konsep multidimensional. Selain
itu, agar dapat menghasilkan populasi yang sehat dan produktif, investasi dalam kesehatan
harus dilakukan sejak dini hingga memasuki tahap lansia.

Mengulas kembali pada masa Pandemi Covid-19 Kebijakan dibutuhkan untuk memberikan
peraturan dan batasan-batasan kepada masyarakat tentang yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan selama pandemi berlangsung. (Purwaningsih, 2021b) Faktor-faktor seperti
demografi, jenis kelamin, usia, dan keberadaan penyakit penyerta (komorbid) menjadi
determinan risiko yang memengaruhi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Untuk mengatasi hal
ini, diperlukan kebijakan baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis untuk mengatur dan
mengendalikan tingkat penyebaran virus. Pentingnya informasi dan edukasi yang memadai
menjadi kunci agar masyarakat dapat memahami dan patuh terhadap implementasi kebijakan
yang telah dibuat. Kesuksesan dan efisiensi kebijakan pemerintah terkait Covid-19 sangat
bergantung pada kerjasama dari semua pihak.

Transisi demografi juga memberikan dampak pada pola beban penyakit di Indonesia. Dengan
peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, teknologi obat-obatan, dan praktik kedokteran,
terjadi penurunan angka kematian dan peningkatan harapan hidup. Berdasarkan data Global
Burden of Disease (GBD), Umur Harapan Hidup (UHH) atau life expectancy at birth
meningkat sebanyak 8 tahun antara tahun 1990 dan 2016, dari 63,6 tahun menjadi 71,7 tahun.
UHH untuk perempuan juga mengalami peningkatan sebesar 7,4 tahun, dari 62,4 tahun menjadi
69,8 tahun, sementara untuk laki-laki dari 64,9 tahun menjadi 73,6 tahun (15)1990–2016:
Summary Background. Seiring dengan upaya Indonesia untuk menyediakan jaminan kesehatan
bagi seluruh warganya, pemahaman terhadap pola morbiditas dan mortalitas menjadi penting

3
untuk mengalokasikan sumber daya dan mengatasi ketidaksetaraan, sebagaimana terungkap
dalam studi Global Burden of Disease 2016 (GBD 2016). salah satu mekanisme pencapaian
bonus demografi adalah melalui penduduk usia kerja yang bisa bekerja dan beraktivitas secara
produktif. Namun, situasi terkini beban penyakit di Indonesia menunjukkan potensi hambatan
produktivitas yang dihadapi oleh penduduk Indonesia. Penduduk yang terpapar oleh potensi
hambatan tersebut bukan hanya mereka yang sedang bekerja dan dalam usia kerja, namun juga
penduduk usia muda, yaitu calon penduduk usia kerja di masa depan; dan penduduk usia tua,
dengan usia yang semakin panjang. Beban penyakit yang bervariasi menurut kelompok umur
tersebut merefleksikan variasi keterpaparan risiko dan kerentanan di setiap tahapan daur hidup.
Artinya, dalam setiap tahap hidup, terdapat kondisi-kondisi berisiko dan kerentanan yang
memengaruhi kondisi kesehatan dan produktivitas seseorang. Namun terdapat juga risiko-
risiko dan kerentanan yang melampaui batas usia dan tahap hidup namun turut memengaruhi
kesehatan seseorang, seperti kondisi lingkungan, urbanisasi, dan kemiskinan. Upaya untuk
mengatasi berbagai risiko di sepanjang daur hidup merupakan bagian penting dari rangkaian
Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan bagian dari kebijakan kesehatan.

Penelitian akan difokuskan pada peran teknologi dalam meningkatkan akses, efisiensi, dan
efektivitas layanan kesehatan. Serta, perlu diperbincangkan formulasi kebijakan yang
mendukung pemanfaatan teknologi secara maksimal, agar manfaatnya dapat dinikmati secara
merata oleh masyarakat. Tantangan kesehatan global, seperti pandemi, penyebaran penyakit
lintas batas, dan ketidaksetaraan akses terhadap layanan kesehatan, menuntut perhatian
bersama. Dalam konteks ini, peran kebijakan internasional menjadi fokus sentral dalam
menanggapi isu-isu kesehatan global. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggali dampak
kebijakan internasional terhadap isu-isu tersebut serta mencari solusi dan upaya peningkatan
kerjasama internasional untuk mengatasi tantangan kesehatan global.

Penelitian ini bertujuan memberikan wawasan mendalam mengenai kompleksitas kebijakan


kesehatan dalam menghadapi perubahan demografi, kemajuan teknologi, dan tantangan global.
Melalui formulasi rekomendasi kebijakan yang relevan, diharapkan penelitian ini dapat
menjadi dasar untuk pembentukan sistem kesehatan yang responsif, adaptif, dan berkelanjutan
terhadap dinamika masyarakat dan lingkungan global.
1.2 Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:

1. Perubahan demografis, dapat mengakibatkan peningkatan prevalensi penyakit terkait


usia tertentu dan perlu penyesuaian strategi kesehatan.
2. Kesenjangan akses teknologi, kurangnya literasi digital, dan kebijakan yang belum
mendukung bisa menghambat penerapan teknologi dalam meningkatkan kualitas dan
efisiensi layanan kesehatan.
3. Tantangan kesehatan global, seperti pandemi dan penyebaran penyakit lintas batas,
menekankan pentingnya kerjasama internasional dalam menanggapi isu-isu kesehatan
bersifat global.

4
1.3 Batasan Masalah

Konsep kebijakan kesehatan mencakup aspek yang sangat luas dalam praktiknya, pada
makalah ini penulis memfokuskan bahasan mengenai pemahaman yang holistik tentang
dinamika kebijakan kesehatan, mencakup aspek demografi, teknologi kesehatan, dan tantangan
kesehatan global. Maka dari itu, penulis membatasi masalah dalam makalah ini yang diuraikan
sebagai berikut:

1. Fokus pada perubahan demografi dapat memberikan pemahaman mendalam tentang


bagaimana populasi yang semakin berubah memengaruhi kebijakan kesehatan. Ini
dapat membantu dalam menyesuaikan strategi kesehatan sesuai dengan kebutuhan
populasi yang berubah.
2. Pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan menjadi aspek kritis dalam era
modern. Dengan membatasi penelitian pada teknologi kesehatan, dapat diidentifikasi
hambatan dan potensi dalam menerapkan kebijakan yang mendukung perkembangan
ini.
3. Tantangan kesehatan global seperti pandemi memiliki dampak yang signifikan pada
formulasi kebijakan kesehatan. Dengan memfokuskan pada isu-isu ini dan peran
kebijakan internasional, penelitian dapat memberikan wawasan tentang respons dan
kerjasama lintas negara dalam menghadapi tantangan global ini.
1.4 Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan demografi mempengaruhi kebijakan kesehatan?


2. Bagaimana peran teknologi terhadap peningkatan pelayanan kesehatan?
3. Apa peran kebijakan internasional terhadap isu kesehatan yang bersifat global?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyajikan pemahaman komprehensif mengenai


kompleksitas faktor-faktor kunci dalam kebijakan kesehatan. Dengan menguraikan berbagai
aspek yang melibatkan kebijakan kesehatan, diharapkan dapat mendukung perkembangan
kebijakan yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian berdasarkan perumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

Penulisan makalah ini diupayakan untuk memberikan sejumlah manfaat kepada pembaca, agar
pembaca dapat memperluas pemahaman mengenai dinamika dalam proses perumusan,
pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan kesehatan. Dengan memaparkan faktor-faktor kunci ini,
makalah ini memberikan pengetahuan yang terkait perubahan demografi, kemajuan teknologi,
dan tantangan kesehatan global.
Selain itu, manfaat dari penulisan makalah ini adalah kontribusinya terhadap pengembangan
kebijakan yang lebih efektif. Dengan menyediakan wawasan yang mendalam, makalah ini
5
diharapkan bisa menjadi referensi bagi para pembaca dalam merancang dan melaksanakan
kebijakan yang dapat merespons dengan baik terhadap tuntutan serta perubahan dalam bidang
kesehatan. Sebagai hasilnya, makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
signifikan dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan.

6
BAB II
TEORI KONSEP

2.1 Landasan Teori


1. Konsep Kebijakan Kesehatan
Konsep kebijakan kesehatan melibatkan serangkaian langkah dan pertimbangan yang terfokus
pada perumusan, implementasi, dan evaluasi keputusan-keputusan yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat. Dalam tahap perumusan, proses identifikasi, analisis, dan pemilihan
strategi dilakukan dengan cermat, melibatkan pengumpulan data, tinjauan literatur, dan
konsultasi dengan para ahli untuk memahami isu-isu kesehatan yang mendesak. Tujuan
kebijakan kesehatan bervariasi, mulai dari meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan
hingga mengatasi tantangan kesehatan global. Seiring berjalannya waktu, kebijakan kesehatan
terus mengalami perkembangan untuk merespons dinamika masyarakat dan lingkungan global,
dengan mempertimbangkan perubahan demografi, kemajuan teknologi, dan tantangan
kesehatan yang berkembang. Melalui pendekatan ini, konsep kebijakan kesehatan menjadi
landasan krusial dalam memastikan penyediaan layanan kesehatan yang efektif, responsif, dan
berkelanjutan.

Implementasi kebijakan kesehatan melibatkan serangkaian langkah operasional untuk


menjalankan rencana dan strategi yang telah dirumuskan. Hal ini melibatkan alokasi sumber
daya, koordinasi lintas-sektor, dan pelibatan berbagai pihak terkait, termasuk masyarakat.
Evaluasi kebijakan merupakan tahap penting untuk mengukur efektivitas dan dampak
kebijakan yang telah diimplementasikan. Evaluasi ini melibatkan pemantauan indikator
kesehatan, analisis data, dan umpan balik dari pihak-pihak yang terlibat. Konsep kebijakan
kesehatan juga menyoroti pentingnya inklusivitas, keadilan, dan partisipasi masyarakat dalam
seluruh siklus kebijakan, guna memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan tidak hanya
efektif secara teknis, tetapi juga mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat secara
keseluruhan. Dengan demikian, konsep kebijakan kesehatan menjadi panduan integral dalam
upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Konsep kebijakan kesehatan dalam suatu negara melibatkan serangkaian prinsip, strategi, dan
langkah-langkah yang dirancang untuk mengelola aspek kesehatan masyarakat. Fungsi utama
konsep ini adalah memberikan arah strategis untuk perumusan, implementasi, dan evaluasi
langkah-langkah yang berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Selain sebagai panduan
strategis, konsep kebijakan kesehatan juga membimbing alokasi sumber daya dan penentuan
prioritas dalam pelayanan kesehatan. Dengan merumuskan tujuan kesehatan yang dibutuhkan,
kebijakan ini membantu menetapkan prioritas berdasarkan urgensi dan dampaknya terhadap
masyarakat. Aspek-aspek seperti pencegahan penyakit, perawatan, promosi kesehatan, dan
inovasi teknologi menjadi dari kebijakan kesehatan yang mencerminkan usaha sistematis untuk
merespons kebutuhan yang kompleks dalam bidangnya. Keberadaan konsep kebijakan
kesehatan menjadi esensial dalam sistem bernegara karena memberikan dasar untuk
penyelenggaraan layanan kesehatan yang adil, efisien, dan responsif. Kesehatan masyarakat
bukan hanya masalah individu, melainkan juga refleksi dari kondisi sosial, ekonomi, dan

7
lingkungan suatu bangsa. Oleh karena itu, kebijakan kesehatan yang efektif bukan hanya
instrumen penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, tetapi juga
menegaskan komitmen suatu negara terhadap kesejahteraan dan keadilan dalam sistem
bernegara.

2. Perkembangan Kebijakan Kesehatan Sepanjang Sejarah


Perkembangan kebijakan kesehatan di Indonesia mencerminkan evolusi sistem kesehatan yang
responsif terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Berikut adalah gambaran umum
perkembangan kebijakan kesehatan di Indonesia sepanjang sejarah:

Era Kolonial (Abad ke-19 - 1942)


Pada masa kolonial, pelayanan kesehatan di Indonesia terbatas dan lebih ditujukan untuk
kepentingan penjajah. Pemerintah kolonial Belanda mendirikan rumah sakit dan menyediakan
layanan kesehatan terutama untuk penduduk Belanda dan para pejabat kolonial. Masyarakat
pribumi umumnya mendapatkan akses terbatas.

Era Kemerdekaan dan Awal Kemerdekaan (1945 - 1965)


Pasca-kemerdekaan, Indonesia mulai mengembangkan sistem kesehatan yang lebih inklusif.
Pemerintah merumuskan kebijakan dasar dalam Bidang Kesehatan yang mengakui pentingnya
akses pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat. Pembentukan Kementerian Kesehatan pada
tahun 1945 menjadi langkah awal dalam pengorganisasian sistem kesehatan nasional.

Era Orde Baru (1966 - 1998)


Pada masa Orde Baru, pemerintah lebih menekankan program-program pembangunan dan
penguatan infrastruktur kesehatan. Program Keluarga Berencana (KB) menjadi fokus utama
untuk mengendalikan pertumbuhan populasi. Meskipun berhasil menekan laju pertumbuhan
penduduk, upaya-upaya kesehatan masyarakat umumnya masih terpusat di perkotaan.

Reformasi dan Era Pasca-Orde Baru (1998 - Sekarang)


Setelah Reformasi tahun 1998, terjadi transformasi signifikan dalam kebijakan kesehatan.
Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan,
terutama di daerah-daerah terpencil. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
diperkenalkan pada tahun 2014 untuk menyediakan perlindungan kesehatan bagi seluruh
penduduk Indonesia. Program-program kesehatan masyarakat seperti pemberantasan penyakit
menular dan pencegahan stunting juga menjadi fokus utama.

8
3. Keterlibatan Pemerintah dalam Pembuatan dan Pengimplmentasian Kebijakan
Kesehatan
Perumusan kebijakan adalah upaya untuk merumuskan apa sebenarnya masalah yang akan
diatasi. Keterlibatan pemerintah dalam pembuatan dan pengimplementasian kebijakan
kesehatan merupakan pilar fundamental dalam penyelenggaraan sistem kesehatan yang efektif.
Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan atau badan-badan terkait, memainkan peran
penting dalam perumusan kebijakan kesehatan. Proses ini melibatkan analisis mendalam
terhadap kondisi kesehatan masyarakat, identifikasi isu-isu kesehatan yang mendesak, dan
perancangan strategi untuk mencapai tujuan kesehatan nasional. Selanjutnya, pemerintah
menentukan prioritas dan alokasi anggaran yang sesuai untuk layanan kesehatan. Ini mencakup
penentuan alokasi anggaran untuk pembangunan fasilitas kesehatan, program pencegahan
penyakit, promosi kesehatan, dan penyediaan layanan kesehatan dasar. Pemerintah juga
membuat undang-undang dan regulasi kesehatan yang mengatur berbagai aspek, menciptakan
dasar hukum yang mengikat untuk penyelenggaraan sistem kesehatan.
Tahapan proses pembuatan kebijakan kesehatan ada 5 yaitu: (1) Perumusan masalah kebijakan;
adalah upaya untuk merumuskan apa sebenarnya masalah yang akan diatasi, (2) Formulasi
kebijakan; adalah upaya atau tahap menjadikan masalah atau isu menjadi sebuah agenda
pemerintah yang dalam bentuk hukum publik, (3). Implementasi kebijakan, pada prinsipnya
adalah cara yang dilakukan agar sebuah kebijakan mencapai tujuannya, (4) Monitoring
kebijakan, adalah upaya yang dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan atau implementasi
kebijakan, (5) Evaluasi kebijakan, adalah upaya untuk menilai perbedaan keadaan sebelum dan
sesudah kebijakan dilaksanakan. (Purnama et al., 2022) Ragam kebijakan pemerintah yang
diterapkan selama penyebaran wabah COVID-19 untuk mencegah penularan virus Corona di
masyarakat mencakup:
1. Kebijakan untuk tetap berdiam diri di rumah (Stay at Home);
2. Kebijakan Pembatasan Sosial (Social Distancing);
3. Kebijakan Pembatasan Fisik (Physical Distancing);
4. Kebijakan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Masker);
5. Kebijakan Menjaga Kebersihan Diri (Cuci Tangan);
6. Kebijakan Bekerja dan Belajar di rumah (Work/Study From Home);
7. Kebijakan Menunda semua kegiatan yang mengumpulkan orang banyak;
8. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB); hingga yang terbaru,
9. Kebijakan pemberlakuan New Normal.

Kebijakan-kebijakan tersebut terdokumentasi dalam regulasi pemerintah, seperti KEPPRES


No. 11/2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease
2019 (COVID-19), PERPU Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19), PP Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Surat Edaran No. 57/2020
Tanggal 28 Mei 2020 Tentang Perpanjangan Pelaksanaan Kerja dari Rumah/Work From Home
(WFH) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga 4 Juni 2020, Keputusan Presiden
(KEPPRES) No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional, dan sejumlah regulasi lainnya.

Pentingnya peran pemerintah tercermin dalam implementasi program-program kesehatan dan


penyediaan layanan kesehatan melalui jaringan fasilitas kesehatan di berbagai tingkatan.

9
Dalam konteks ini, pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi
kebijakan kesehatan untuk mengukur efektivitas, dampak, dan keberlanjutan program.
Pemerintah juga berperan dalam mendorong partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan kesehatan dan dalam merespons krisis kesehatan. Langkah-langkah tanggap darurat,
alokasi sumber daya, dan koordinasi lintas-sektor menjadi aspek penting dalam penanganan
situasi darurat kesehatan.

Keterlibatan pemerintah dalam kebijakan kesehatan menciptakan landasan yang kuat untuk
penyelenggaraan sistem kesehatan yang merata, efektif, dan responsif terhadap kebutuhan
masyarakat. Ini merupakan komitmen pemerintah menjadikan kesehatan sebagai prioritas
utama untuk memastikan bahwa akses pelayanan kesehatan berkualitas tersedia bagi seluruh
rakyat.

2.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini dengan menggunakan metode
penelitian pustaka (literature review) dari berbagai sumber yang terkait kebijakan kesehatan
yang sumbernya dapat dipercaya.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam
penelitian dapat berupa orang, lembaga. masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Dimana penulis mengumpulkan data
dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, artikel, studi kasus, berita dan sumber informasi
terpercaya lainnya untuk menyelidiki masalah yang disajikan dalam makalah sebagai
pendukung proses penyelesaian makalah ini.

10
BAB III
HASIL (PEMBAHASAN)

3.1 Isu-Isu Kontemporer dalam Kebijakan Kesehatan


1. Perubahan Demografi : Dampak perubahan populasi pada kebijakan kesehatan.
Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Adam Smith dalam Darwis bahwa sesungguhnya ada
hubungan yang harmonis dan alami antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Sehingga untuk mempersiapkan pemanfaatan peluang itu perlu adanya kebijakan peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan perluasan lapangan kerja mulai dari sekarang agar keinginan
untuk memajukan bangsa Indonesia dengan memanfaatkan Bonus Demografi dapat terwujud
dengan nyata. Bonus demografi dapat menjadi masa emas sekaligus bencana besar bagi
Indonesia apabila tidak dapat dikelola secara baik. (Sutikno AN, 2020) Puncak jumlah
penduduk usia produktif di Indonesia diproyeksikan terjadi antara tahun 2020-2035, di mana
persentase penduduk usia tersebut mencapai 70%. Saat ini, kelompok usia produktif (15-64
tahun) di Indonesia memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia
tidak produktif, yang meliputi anak-anak (0-14 tahun) dan orang tua (65 tahun ke atas).
Dampak pertumbuhan penduduk terhadap kebijakan kesehatan di Indonesia merupakan isu
krusial yang memerlukan penanganan secara matang. Perubahan demografis, seperti populasi
yang menua dan peningkatan jumlah pemuda, memberikan implikasi signifikan terhadap
strategi kesehatan di negara ini.

Bonus Demografi, yang seharusnya menjadi potensi pertumbuhan ekonomi, dapat menjadi
tantangan serius karena berpotensi meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan memberikan
tekanan pada sumber daya yang terbatas. Pertumbuhan penduduk yang pesat, terutama di
kalangan pemuda dan lansia, memiliki dampak multidimensional pada sektor kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi. Pemerataan pembangunan ekonomi dan sosial merupakan syarat
untuk meredakan laju pertumbuhan penduduk dan mengantarkan suatu negara untuk lebih
maju. Melihat kondisi tersebut, perencanaan kebijakan kesehatan di Indonesia harus
memperhitungkan distribusi usia penduduk yang berubah. Penekanan pada pencegahan,
perawatan kesehatan reproduksi, dan program kesehatan masyarakat yang menyasar berbagai
kelompok usia menjadi esensial. Diperlukan juga upaya untuk meningkatkan aksesibilitas dan
kualitas layanan kesehatan, terutama mengingat disparitas usia penduduk yang semakin
melebar. Oleh karena itu, strategi dan kebijakan kesehatan yang terintegrasi dan adaptif perlu
diterapkan untuk menghadapi dinamika pertumbuhan penduduk yang kompleks ini secara
berkelanjutan. Kompleksitas pertumbuhan penduduk dan mendorong pembangunan kesehatan
yang berkelanjutan.

Penanganan dampak pertumbuhan penduduk terhadap kebijakan kesehatan di Indonesia perlu


mempertimbangkan adanya kebutuhan yang semakin meningkat untuk pelayanan kesehatan
yang efektif, khususnya dalam menghadapi penyakit-penyakit yang umumnya terkait dengan
populasi yang menua. Selain itu, perlu diperkuat upaya pencegahan dan pendidikan kesehatan
yang lebih luas guna mengurangi beban penyakit dan mempromosikan gaya hidup sehat di
tengah dinamika struktur demografis yang berubah. Penting juga untuk melibatkan sektor

11
kesehatan secara menyeluruh, termasuk pendidikan dan ekonomi, dalam perumusan kebijakan.
Kolaborasi lintas-sektor ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung
kesehatan, memastikan adanya sumber daya yang memadai, dan mengurangi ketidaksetaraan
dalam akses pelayanan kesehatan.

Dengan demikian, kebijakan kesehatan di Indonesia harus terus berkembang dan beradaptasi
dengan perubahan demografis untuk menghadirkan solusi yang efektif. Langkah-langkah
strategis seperti peningkatan infrastruktur kesehatan, peningkatan kapasitas sumber daya
manusia di bidang kesehatan, dan penguatan sistem pemantauan kesehatan nasional dapat
menjadi landasan yang kuat untuk mengatasi dampak pertumbuhan penduduk secara holistik.
Melalui pendekatan ini, Indonesia dapat menjawab tantangan kesehatan yang berkaitan dengan
dinamika pertumbuhan penduduk yang berkelanjutan dan inklusif. Selain itu, diperlukan upaya
konkret dalam memperkuat sistem kesehatan primer, termasuk pelatihan tenaga kesehatan dan
pengembangan infrastruktur di tingkat lokal. Penguatan kapasitas ini penting untuk
meningkatkan ketersediaan layanan kesehatan dasar, terutama di daerah-daerah yang mungkin
mengalami tekanan tambahan akibat pertumbuhan penduduk yang cepat.

Tidak seperti di negara-negara maju yang mengalami transisi demografi setelah pembangunan
ekonomi, industrialisasi, dan modernisasi, Indonesia berhasil mengalami transisi tersebut
dengan cepat melalui intervensi kesehatan dan pengaturan jumlah anggota keluarga. Program
keluarga berencana di Indonesia dijalankan sejalan dengan pembangunan ekonomi,
memungkinkan transisi demografi terjadi lebih cepat. Pentingnya pendekatan preventif juga
memunculkan kebutuhan untuk kampanye edukasi kesehatan yang lebih agresif. Hal ini
mencakup penyuluhan mengenai perencanaan keluarga, pola hidup sehat, dan pemahaman atas
risiko penyakit tertentu yang mungkin lebih umum terjadi pada kelompok usia tertentu.
Perlibatan masyarakat dalam upaya pencegahan ini adalah kunci, untuk mendorong perubahan
perilaku yang lebih baik. Selanjutnya, penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam
layanan kesehatan dapat menjadi solusi inovatif untuk meningkatkan aksesibilitas dan
efisiensi. Penggunaan sistem informasi kesehatan terintegrasi, dan aplikasi kesehatan dapat
memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi kesehatan, konsultasi, serta
pemantauan kondisi kesehatan mereka ataubissa disebut sebagai efisiensi pelayanan.

Penting juga untuk memastikan bahwa kebijakan kesehatan bersifat inklusif dan
mengakomodasi keberagaman populasi. Hal ini melibatkan pertimbangan khusus terhadap
kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan kelompok masyarakat dengan kebutuhan
kesehatan khusus. Pemberdayaan masyarakat, khususnya perempuan, dalam pengambilan
keputusan terkait kesehatan juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Dengan menggabungkan strategi ini, Indonesia dapat merancang kebijakan kesehatan yang
holistik, berkelanjutan, dan responsif terhadap perubahan dinamika pertumbuhan penduduk.
Melalui kolaborasi antar-sektor, penguatan infrastruktur, peningkatan kapasitas sumber daya
manusia, dan pemanfaatan teknologi, Indonesia dapat menjawab tantangan kesehatan secara
yang terencana dan terarah, memberikan manfaat jangka panjang bagi kesejahteraan
masyarakat.

12
2. Peran Teknologi dalam Peningkatan Pelayanan Kesehatan.
(Mulyani et al., 2019) Peran teknologi dalam meningkatkan layanan kesehatan telah
menciptakan transformasi signifikan dalam metode kita mengakses, menyampaikan, dan
menerima perawatan kesehatan. Peningkatan aksesibilitas menjadi salah satu aspek utama yang
telah dihadirkan oleh teknologi. Secara teoretis dan konseptual, disebutkan bahwa pelayanan
publik adalah peran penentu tingkat daya saing, oleh karena itu, peningkatan terus-menerus
dalam mutu sektor pelayanan sangat diperlukan. Penggunaan dan pemanfaatan teknologi
diidentifikasi sebagai salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi tantangan dalam pelayanan
publik. Setidaknya, implementasi teknologi dapat mengatasi masalah geografis, waktu, dan
sosio-ekonomis yang mungkin muncul. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui
penerapan dan eksploitasi teknologi juga dianggap dapat meningkatkan kinerja layanan publik,
menciptakan manajemen yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Penggunaan
teknologi digital dalam konteks pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif terhadap efektivitas pelayanan kesehatan. Namun, penerapan teknologi dalam
pelayanan menghadapi berbagai hambatan dan kendala seperti keterbatasan sumber daya
manusia, aspek finansial, kebijakan, dan masalah keamanan.

(Yani, 2018) Dalam ranah kesehatan, kemajuan Teknologi Informasi telah secara signifikan
mendukung pelayanan, terutama dalam dunia medis. Seiring dengan pertumbuhan
pengetahuan yang sangat cepat, di mana sekitar 750.000 artikel terbaru dalam jurnal
kedokteran dipublikasikan setiap tahun, para tenaga medis dapat dengan cepat tertingal jika
tidak menggunakan berbagai alat untuk memperbarui diri dengan perkembangan terbaru.
Teknologi memang bukan satu-satunya solusi untuk permasalahan di berbagai instansi pemberi
jasa layanan kesehatan. Pentingnya komimen dan koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah dalam membuat perubahan sistem kesehatan yang lebih baik ke depannya. Konsep obat
yang dipersonalisasi menjadi kemajuan lainnya yang membawa dampak positif. Teknologi
memungkinkan pengembangan pengobatan yang dipersonalisasi, mempertimbangkan faktor
genetik dan lingkungan individu. Hal ini membuka pintu menuju perawatan yang lebih efektif
dan bertarget, sesuai dengan kebutuhan spesifik setiap pasien. Pemantauan jarak jauh menjadi
solusi efektif terutama untuk pasien dengan kondisi kronis atau risiko tinggi. Melalui perangkat
wearable dan sensor medis, pasien dapat dipantau secara kontinu, memungkinkan intervensi
cepat dan efisien ketika diperlukan. Analisis data adalah aspek lain yang memanfaatkan
teknologi.

Data kesehatan besar dianalisis untuk mengidentifikasi tren, memprediksi penyebaran


penyakit, dan merancang strategi intervensi yang lebih efektif. Ini membantu penyedia layanan
kesehatan dan pembuat kebijakan dalam pengambilan keputusan berbasis bukti. Tidak hanya
itu, teknologi juga memainkan peran kunci dalam mendukung kesehatan mental melalui
aplikasi dan platform daring. Robotika mempercepat proses operasional, kecerdasan buatan
meningkatkan akurasi diagnosis, dan perangkat medis pintar memungkinkan pasien untuk
mengelola kondisi kesehatan mereka sendiri dengan lebih efektif. Dalam praktiknya, keamanan
data dan privasi menjadi aspek yang begitu penting. Sistem kesehatan perlu memastikan bahwa
data pasien aman dan hanya diakses oleh pihak yang berwenang. Secara keseluruhan, peran
teknologi dalam meningkatkan layanan kesehatan menciptakan perubahan dalam paradigma

13
perawatan kesehatan. Dengan terus menggali potensi inovasi teknologi, sistem kesehatan dapat
terus meningkatkan efisiensi, kualitas, dan ketersediaan layanan, menjadikan kesehatan yang
lebih baik dapat diakses oleh semua.

3. Kesehatan Global dan Peran Kebijakan Internasional.


Kesehatan global adalah konsep yang melibatkan upaya bersama secara internasional untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Lebih daripada hanya memfokuskan
pada kondisi kesehatan dalam satu negara, kesehatan global mengakui bahwa tantangan
kesehatan tidak terbatas oleh batas-batas nasional. Kerjasama antar negara, organisasi
internasional, dan sektor swasta menjadi kunci dalam mengatasi isu-isu kesehatan global,
termasuk penyebaran penyakit menular, krisis kesehatan, dan faktor-faktor penentu kesehatan
di tingkat global. Pendekatan kesehatan global mengakui bahwa dampak kesehatan dapat
melintasi batas-batas negara dan bahwa kerjasama internasional memegang peranan utama
dalam menanggapi tantangan ini. Ini mencakup pertukaran pengetahuan, sumber daya, dan
teknologi, serta usaha bersama untuk meningkatkan akses global terhadap layanan kesehatan
yang berkualitas. Kesehatan global mencerminkan kesadaran bahwa kesehatan adalah hak
asasi manusia yang membutuhkan tanggung jawab bersama untuk mencapai kesejahteraan
global.

Ide dasar kesehatan global menyoroti bahwa isu-isu kesehatan tidak terbatas oleh batas-batas
nasional dan dapat memiliki dampak yang meluas di seluruh dunia. Oleh karena itu, dalam
merancang kebijakan kesehatan, negara perlu mempertimbangkan faktor-faktor global yang
mungkin mempengaruhi kesehatan masyarakatnya. Kerjasama internasional dalam bidang
kesehatan global menjadi landasan penting dalam membentuk kebijakan kesehatan suatu
negara. Pertukaran informasi, sumber daya, dan teknologi antarnegara dapat memberikan
wawasan penting yang mendukung perumusan kebijakan yang efektif dan responsif terhadap
tantangan kesehatan global. Sebaliknya, kebijakan kesehatan nasional yang baik juga dapat
berkontribusi pada upaya kesehatan global dengan berbagi praktik terbaik, pengetahuan, dan
sumber daya. (Purwaningsih, 2021a) Analisis kebijakan, dalam konsepsi yang luas, melibatkan
pemanfaatan pengetahuan tentang proses kebijakan. Sejarah mencatat bahwa tujuan utama dari
analisis kebijakan adalah menyediakan informasi yang dapat menjadi dasar pertimbangan
rasional bagi pembuat kebijakan dalam menemukan solusi untuk masalah kebijakan. Analisis
kebijakan ini melibatkan berbagai disiplin ilmu dengan fokus pada tujuan deskriptif, evaluatif,
dan normatif.

Dalam konteks ini, kesehatan global menyoroti bahwa tantangan kesehatan tidak dapat diatasi
secara terisolasi oleh satu negara. Kolaborasi dan partisipasi aktif dalam forum internasional
adalah kunci utama untuk menciptakan kebijakan kesehatan yang komprehensif dan efektif.
Dengan demikian, mengintegrasikan dimensi global dalam perumusan kebijakan kesehatan
suatu negara menjadi langkah yang esensial untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara
luas dan berkelanjutan.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah di analisis dari pemaparan materi yang sudah dijelaskan, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan :

1. Perubahan demografi menjadi isu sentral dalam kebijakan kesehatan Indonesia,


terutama mengingat proyeksi puncak jumlah penduduk usia produktif antara tahun
2020-2035. Bonus demografi, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menjadi bencana
besar. Perencanaan kebijakan kesehatan harus mempertimbangkan distribusi usia
penduduk yang berubah, dengan penekanan pada pencegahan, perawatan kesehatan
reproduksi, dan program kesehatan masyarakat yang menyasar berbagai kelompok
usia. Langkah-langkah strategis, seperti peningkatan infrastruktur kesehatan dan
peningkatan kapasitas sumber daya manusia, diperlukan untuk mengatasi dampak
pertumbuhan penduduk secara holistik. Penguatan sistem kesehatan primer juga
menjadi kunci untuk menyediakan layanan kesehatan dasar di daerah yang mungkin
mengalami tekanan tambahan.
2. Peran teknologi dalam meningkatkan layanan kesehatan menciptakan transformasi
signifikan dalam aksesibilitas dan efisiensi perawatan. Pemanfaatan teknologi dapat
mengatasi masalah geografis, waktu, dan sosio-ekonomis dalam pelayanan publik.
Implementasi teknologi diakui dapat meningkatkan kinerja layanan publik,
menciptakan manajemen yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Dalam
konteks kesehatan, kemajuan Teknologi Informasi mendukung pelayanan medis,
memastikan bahwa tenaga medis tetap terkini dengan perkembangan terbaru.
3. Kolaborasi antar-negara dan partisipasi aktif dalam forum internasional adalah kunci
utama untuk menciptakan kebijakan kesehatan yang komprehensif dan efektif. Analisis
kebijakan, melalui pendekatan deskriptif, evaluatif, dan normatif, menjadi landasan
untuk menyediakan informasi bagi pembuat kebijakan. Integrasi dimensi global dalam
perumusan kebijakan kesehatan suatu negara menjadi langkah esensial untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat secara luas dan berkelanjutan.

15
4.2 Saran
Adapun saran oleh penulis mengenai pemaparan materi yang telah dijelaskan, terkait
hal tersebut:

1. Pemerintah perlu konsisten menerapkan kebijakan kependudukan yang berperspektif


jangka panjang dan berkelanjutan untuk menyambut Bonus Demografi. Perencanaan
pembangunan juga harus mempertimbangkan aspek kependudukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Dalam menciptakan
lapangan pekerjaan produktif, penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia tanpa memandang gender, mengingat jumlah penduduk usia produktif yang
tinggi.
2. Para pengusaha diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
dengan usia yang masih produktif.
3. Masyarakat sebagai faktor utama pendukung keberhasilan bonus demografi diharapkan
mampu berkontribusi aktif dalam kebijakan yang nantinya akan dirumuskan
pemerintah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, I., Zamzami, E. M., & Zendrato, N. (2019). Pengaruh Sistem Teknologi Informasi
Pada Manajemen Data Dan Informasi Dalam Layanan Keperawatan: Literature Review.
Inspiration: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 9(2), 137–142.
https://doi.org/10.35585/inspir.v9i2.2526
Purnama, N. P., Manesanulu, R. S., & Sibarani, E. F. (2022). Proses Perumusan Kebijakan
Kesehatan : Perumusan Masalah, Formulasi, Implementasi, Monitoring, dan Evaluasi :
Literature Review. JARSI: Jurnal Administrasi RS Indonesia, 1(1), 43–50.
https://www.jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/jarsi/article/view/611
Purwaningsih, E. (2021a). ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN untuk
Kesehatan Masyarakat (Issue April).
https://www.researchgate.net/publication/352006319_Administrasi_dan_Kebijakan_Kes
ehatan_untuk_Kesehatan_Masyarakat
Purwaningsih, E. (2021b). Analisis Kebijakan Kesehatan Berdasarkan Analisis Kelompok
Risiko Terhadap Persebaran Kasus Covid-19 di Indonesia Tahun 2020. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, 10(2), 86–93.
https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/61663
Setyonaluri, D., & Aninditya, F. (2019). Transisi Demografi Dan Epidemiologi : Di
Indonesia Transisi Demografi Dan Epidemiologi : Di Indonesia (Issue July 2020).
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.23355.44325
Sutikno AN. (2020). Bonus Demografi di Indonesia. VISIONER: Jurnal Pemerintahan
Daerah Di Indonesia, 12(2), 421–438.
Yani, A. (2018). Utilization of Technology in the Health of Community Health. PROMOTIF:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 97. https://doi.org/10.31934/promotif.v8i1.235

17

Anda mungkin juga menyukai