PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Muhamad Aldi
NIM 11190540000089
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak sekali
nikmat kepada kita semua, mulai dari nikmat sehat, panjang umur serta nikmat yang
paling utama yaitu nikmat iman dan Islam yang sempurna hingga saat ini. Sholawat
teriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
dan semoga kita mendapatkan syafa’atnya beliau kelak di akhirat.
Ucapan syukur juga saya ucapkan kepada orang tua serta dosen pembimbing
yang selalu memberikan support sehingga skripsi yang bertemakan “Evaluasi
Program Kampung Batik oleh LPEM BAZNAS di Kelurahan Cibuluh Kota Bogor”
dapat terselesaikan dengan baik saat ini.
Kritik, saran serta masukan mengenai skripsi ini sangat diharapkan oleh penulis
dengan tujuan karya tulis berikutnya bias lebih baik lagi. Semoga dengan adanya
skripsi ini juga dapat menjadi manfaat khususnya bagi penulis serta umumnya bagi
para pembaca.
Muhamad Aldi
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1. Pendahuluan........................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................23
KAJIAN TEORI..........................................................................................................23
A. Evaluasi Program...........................................................................................23
C. Batik.................................................................................................................30
D. Kerangka Berfikir..........................................................................................34
BAB III........................................................................................................................35
GAMBARAN UMUM................................................................................................35
iii
A. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Cibuluh...............................................35
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................41
A.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah memajukan
kapabilitas perekonomian agar mampu menciptakan berbagai lapangan
pekerjaan dan menata kehidupan yang lebih layak bagi seluruh rakyat agar
dapat menciptakan kesejahteraan penduduk Indonesia, salah satu sasaran dari
pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan
menjadi salah satu dari sekian banyak masalah dalam ekonomi, sehingga
harus diberantas atau setidaknya dikurangi. Kemiskinan ekonomi secara
umum merupakan suatu keadaan kesulitan dan kekurangan di berbagai
keadaan hidup. (Suryawati, 2005)
Berdasarkan Undang-undang No.24 tahun 2004, kemiskinan adalah
suatu kondisi ekonomi individu atau kelompok orang yang hak-hak dasarnya
tidak terpenuhi guna mempertahankan kehidupan yang bermartabat.
Kebutuhan-kebutuhan dasar yang merupakan hak individu atau sekelompok
orang meliputi kebutuhan pangan, pekerjaan, pendidikan, kesehatan,
perumahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, air bersih, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman dari tindak kekerasan serta hak untuk mengikuti
dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.
Menurut Kuncoro (1997) kemiskinan didefinisikan sebagai
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan standar hidup minimum.
Adapun Kartasmita (1997) mengatakan bahwa kemiskinan merupakan
masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan
keterbelakangan yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Hal
tersebut senada dengan yang dikatakan Friedman (1992) bahwa kemiskinan
sebagai akibat dari ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis
kekuatan sosialnya. (Rustanto, 2015)
v
Berdasarkan data dari Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian
Keuangan, angka kemiskinan per Maret 2022 mencapai angka 9,45%. Angka
tersebut bisa tentu bisa dikatakan tinggi di tengah goyahnya perekonomian di
Indonesia saat ini. Kemiskinan juga memunculkan berbagai masalah baru
seperti pengangguran, kelaparan, kesenjangan social, kesehatan, bahkan
kriminalitas. Dampak lain yang ditimbulkan oleh kemiskinan bukan hanya
masalah pemenuhan kebutuhan pokok semata, tetapi demand akan
pendidikan juga ikut terabaikan. Hal itu dibuktikan dengan angka putus
sekolah yang meningkat, bahkan masyarakat miskin sampai tidak mampu
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga menimbulkan
pengangguran. Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-
kelompok tertentu dan kaum perempuan pada umumnya merupakan pihak
yang dirugikan. Demikian pula dengan anak-anak, mereka juga menderita
akibat adanya ketidakmerataan, selain itu kualitas hidup masa depan mereka
terancam, karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan kesehatan, maupun
pendidikan.
Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya
dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang saja, tetapi juga
menimpa sejumlah negara maju yang ada diberbagai belahan dunia. Kondisi
kemiskinan dari berbagai sudut pandang dan implikasinya adalah salah satu
bentuk masalah sosial yang menggambarkan kondisi kesejahteraan yang
rendah. Karenanya, apabila kemiskinan menjadi inspirasi bagi tindakan
perubahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Aarraiyyah,
2007). Masalah lain yang timbul akibat kemiskinan adalah sindrom inertia
(lamban dan statis) sebagai sebab akibat dari kualitas sumber daya manusia
yang rendah. Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia nyatanya tidak
mudah untuk dilakukan, di sisi lain meskipun berbagai upaya telah banyak
dilakukan oleh berbagai pihak, tetapi hasilnya masih kurang optimal.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi salah satu permasalahan
yang erat kaitannya dengan kemiskinan.
vi
Pada hakikatnya sumber daya manusia dituntut tidak hanya
memperhatikan masalah keahlian saja, sebagaimana yang telah telah umum
dipahami dan diterima, tetapi juga sangat penting untuk diperhatikan adalah
masalah akhlak atau etika serts keimanan-keimanan pribadi yang
bersangkutan. Jadi sebagaimana benar bahwa sumber daya manusia yang
bermutu adalah yang memiliki tingkat keahlian yang tinggi, juga tak kurang
benarnya adalah bahwa sumber daya manusia tidak akan mencapai tingkat
yang diharapkan jika tidak memiliki pandangan dan tingkah laku yang etis
serta moral yang tinggi berdasarkan keimanan yang kokoh. Kuantitas sumber
daya manusia sebenarnya banyak, tetapi tanpa kualitas atau dengan kualitas
rendah, merupakan beban. Untuk itu perlu diupayakan pengembangan
sumber daya manusia yang ada saat ini.
Bertitik tolak dari kemiskinan yang ada, perlu dilakukan langkah-
langkah inspiratif, inovatif, dan sekaligus melakukan tindakan nyata dalam
penanggulangan kemiskinan. Pada umumnya kemiskinan itu terjadi
dikarenakan berbagai hal, salah satu diantaranya disebabkan karakter atau
tipologi orang miskin. Ada empat karakteristik yang dimiliki orang miskin
yaitu; (1) mereka memiliki kemauan akan tetapi tidak memiliki kemampuan;
(2) memiliki kemampuan akan tetapi tidak memiliki kemauan; (3) memiliki
kemampuan akan tetapi tidak memiliki kemauan dalam arti kata malas; (4)
memiliki kemampuan dan kemauan akan tetapi tidak memiliki peluang.
(Mulyono, 2017)
Saat ini, sebenarnya pemerintah telah berupaya membenahi dan
menyusun berbagai macam strategi serta kebijaksanaan pelatihan yang
diharapkan dapat memacu pengembangan sumber daya manusia.
Kebijaksanaan itu meliputi berbagai usaha peningkatan keterampilan teknis
melalui pendidikan kejuruan dan peningkatan keahlian. Peningkatan itu
antara lain dilakukan melalui pendekatan perluasan sarana dan mutu
pendidikan dalam semua sektor, serta upaya peningkatan produktivitas
tenaga kerja. (Usman S. , 2012)
vii
Berbagai macam upaya pelatihan dan pendidikan dalam peningkatan
kapasitas dan kualitas sumber daya manusia tentu saja seringkali dikerahkan
baik oleh pemetintah maupun lembaga-lembaga tertentu. Sifatnya pun ada
yang komersial serta non komersial. Upaya ini dianggap memiliki dampak
positif bagi masyarakat, selain untuk memberikan ilmu pengetahuan juga
adanya upaya agar masyarakat menjadi lebih terampil dalam berbagai hal.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu lembaga yang mengusung
akan perlunya pelatihan keterampilan bagi masyarakat, terkhusus
masyarakat yang kurang mampu ialah Lembaga Pemberdayaan Ekonomi
Mustahik (LPEM) Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mencanangkan
program pelatihan dan pemberdayaan bagi para masyarakat.
Perintisan Kampung Batik Cibuluh yang diprakarsai oleh LPEM
BAZNAS dimulai pada tanggal 16 juli tahun 2019. Saat itu LPEM BAZNAS
melihat adanya potensi budaya local yang dimiliki oleh Kampung Batik
Cibuluh. Tujuan awal dari perintisan kampung batik adalah memberdayakan
serta menambah softkill dan hardskill masyarakat sekitar, agar kedepanya
dapat mandiri untuk mengembangkan dan memproduksi batik yang
mempunyai nilai jual tinggi di pasar global. Program ini pun beriringan
dengan upaya untuk meminimalisir keluarga prasejahtera yang ada di
Kampung Batik Cibuluh. Adapun kegiatan awal yang dilakukan oleh LPEM
BAZNAS yaitu proses sosialisasi, pelatihan, pendampingan serta pemberian
modal awal bagi masyarakat Kampung Batik Cibuluh.
Progress Kampung Batik Cibuluh saat ini bisa dibilang sangat baik,
terbukti dengan banyaknya bantuan dan pendampingan dari berbagai pihak,
seperti dari Kementerian Pariwisata, Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Bogor, Universitas IPB, serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Bogor. Pada saat ini, ada kurang lebih 24 perajin di kampung Batik Cibuluh.
Dari 24 perajin tersebut, terbagi menjadi 6 kelompok besar diantaranya Batik
Pancawati, Batik Sadulur, Batik Gaziseri, Batik Bumiku, Batik Melangit,
dan Batik Melinda.
viii
Dalam menjalankan setiap program, pastinya terdapat kendala yang
menjadi penghambat berlangsungnya program tersebut. Sama halnya dengan
program Kampung Batik Cibuluh. Kendala dalam konteks, input, proses dan
produk seringkali tidak sesuai dengan tujuan awal. Oleh karena itu perlu
dilakukan evaluasi dan monitoring mulai dari awal pembuatan sampai akhir
dari suatu program.
Berdasarkan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Evaluasi Program Kampung Batik oleh LPEM
BAZNAS di Kelurahan Cibuluh Kota Bogor”.
a. Perumusan Masalah
Bagaimana evaluasi program kampung batik oleh LPEM
BAZNAS di Kelurahan Cibuluh Kota Bogor?
b. Pembatasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang yang dipaparkan di atas,
maka untuk membatasi masalah, peneliti hanya meneliti evaluasi
program kampung batik oleh LPEM BAZNAS di Kelurahan Cibuluh
Kota Bogor. Tujuan pembatasan agar penggalian data hanya berfokus
ix
kepada proses evaluasi program dan tidak melebar fokus penelitian
diluar konteks.
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, dapat diketahui
bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana proses evaluasi program kampung batik,
apakah benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang
ditetapkan oleh lembaga pelaksana (LPEM BAZNAS)
b. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan
informasi yang bisa dimanfaatkan bagi para pengelola program
yang terkait pada program-program LPEM BAZNAS,
khususnya bagi pengelola kampung batik. Informasi ini berupa
feedback perencamaan program, untuk dapat membantu
memperbaiki dan mengembangkan kegiatan-kegiatan program.
b. Manfaat Akademis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah kontribusi
keilmuan yang dapat dijadikan bahan dokumentasi Perguruan
Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, untuk dijadikan sebagai rujukan bagi para mahasiswa
yang berkonsentrasi pada bidang social dan dalam dimensi
pemberdayaan masyarakat serta evaluasi program-program sosial
c. Rekomendasi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan
rekomendasi bagi LPEM BAZNAS dalam upaya mengevaluasi
program kampung batik yang terdapat pada program kampung
batik Cibuluh.
x
3.2. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu metode studi melalui penyelidikan yang hati-
hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan
yang tepat terhadap masalah tersebut. (Hilway, 1956) penelitian umumnya
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu
pengetahuan. Menemukan berarti berusaha mendapatkan sesuatu untuk
mengisi kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan berarti memperluas
atau menggali lebih dalam apa yang sudah ada. Menguji kebenaran berarti
dilakukan jika apa yang sudah ada masih atau menjadi diragukan
kebenarannya.
a. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang
menekankan kepada analisis non numeric dan analisis interpretatif
terhadap fenomena social. Metode penelitian kualitatif menggunakan
epistemologi fenomenologi dan hermeneutik dalam mencari
pengetahuan baru. Epistemologi fenomenologi mempelajari situasi-
situasi dalam dunia sehari-hari dari sudut pandang orang yang
mengalaminya. (Sulistyaningsih, 2012)
b. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian deskripitf yaitu sebuah penelitian yang mendeskripsikan
sebuah peristiwa, gejala, serta kejadian yang terjadi saat sekarang.
Penelitian deskriptif memfokuskan perhatian pada masalah terbaru
sebagaimana adanya saat penelitian dilakukan. Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian
khusus terhadap peristiwa tersebut. (Noor, 2003)
xi
c. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah elemen benda, individu ataupun
organisasi yang dijadikan sebagai sumber informasi yang diperlukan
untuk mendapatkan data penelitian. Adapun subjek dalam penelitian
ini adalah LPEM BAZNAS. Adapun objek dalam penelitian ini adalah
Kampung Batik Cibuluh.
xii
dalam perencanaan program seperti karakteristik dan perilaku
masyarakat, sarana dan juga yang lainnya. (Sudjana, 2006)
2. Evaluasi Masukan
Pada yahap ini, segala sesuatu yang mempunyai
hubungan pada pelaksanaan proses harus dipertimbangkan
secara matang. Adapun komponen itu meliputi sarana dan
peralatan pendukung, sumber daya manusia, serta berbagai
prosedur atau aturan yang diperlukan. Evaluasi ini akan
memberikan gambaran guna menentukan sebuah keputusan dan
menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan, serta mencati
strategi yang akan dilakukan dengan tetap memperhatikan
prosedur kerja dalam mencapainya.
3. Evaluasi Proses
Pada evaluasi proses akan menjabarkan sejauh mana
sebuah program terlaksana, shufflebeam mengusulkan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan evaluasi proses ini.
Adapun pertanyaan-pertanyaan itu sebagai berikut:
Apakah sebuah program telah terlaksana sesuai dengan
jadwal?
Selama program berlangsung, apakah staf yang terlibat
dalam pelaksanaan program akan bisa melanjutkan
sebuah program dan kemudian dilanjutkan?
Apakah sarana dan prasarana yang ada telah
dimanfaatkan secara maksimal?
4. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil terdiri dari semua komponen evaluasi yang
berkaitan dengan evaluasi konteks, masukan dan proses.
Evaluasi ini digunakan untuk menentukan sebuah keputusan
yang akan diambil selanjutnya. Dengan kata lain, evaluasi ini
mengarah kepada keseluruhan dampak dari suatu program
xiii
terhadap penerima program dalam hal ini masyarakat. Adapun
pertanyaan umum dari evaluasi ini adalah:
Kapan sebuah program dikatakan telah berhasil
mencapai tujuannya?
Bagaimana kondisi masyarakat sebelum dan sesudah
menerima program tersebut?
xiv
yang berkaitan dengan evaluasi program Kampung Batik
Cibuluh.
b. Wawancara (Interview)
Selain dengan observasi, agar memperoleh data yang valid
dan akurat, penulis melakukan pengumpulan data melalui
wawancara mendalam (indepth interview) dengan maksud
memperoleh data kualitatif serta beberapa keterangan dan
informasi dari informan. Wawancara mendalam ini dilakukan
terhadap narasumber yang memiliki pengetahuan luas tentang
Program Kampung Batik Cibuluh. Adapun narasumber untuk
pengambilan data wawancara yaitu ibu Dina Ayu, selaku perintis
Program Kampung Batik Cibuluh.
c. Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan salah satu metode pengumpulan
data dalam metodologi penelitian sosial. Tujuan utama studi
dokumen adalah menelusuri data historis. Sebagian besar data
yang ada berbentuk catatan harian, surat-surat, laporan dan lain
sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang serta
waktu, sehingga memberikan peluang kepada penulis guna
mengetahui serta memperoleh data yang lebih banyak di waktu
yang akan mendatang.
xv
kemampuan serta pemahaman yang baik terkait Evaluasi Program di
Kampung Batik Cibuluh
Tabel 1.1
Teknik
Informasi
No Informan pengumpula Jumlah
yang dicari
n data
Sejarah
Pencetus dan
berdirinya
Pendiri
1 Kampung Wawancara 1
Kampung Batik
Batik
Cibuluh
Cibuluh
Gambaran
Ketua Program Umum
2 Kampung Batik Kampung Wawancara 1
Cibuluh Batik
Cibuluh
Proses
Ketua Program
Pelaksanaan
Setiap
Program
3 Kelompok 6
Kampung
Kampung Batik
Batik
Cibuluh
Cibuluh
Efektivitas
Masyarakat Program
4 Kampung Batik Kampung Wawancara 5
Cibuluh Batik
Cibuluh
xvi
menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola,
serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
(Moleong, 2007)
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pendekatan analisis model Miles dan Huberman sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah sebuah proses perbaikan data, baik
dengan mengurangi data yang dianggap kurang relevan,
maupun menambah data yang dianggap masih kurang. Reduksi
data.
Reduksi data memiliki arti merangkum, memilah dan
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal penting,
serta mencari tema dan pola yang relevan. Dengan demikian
data yang akan direduksi mendeskripsikan data yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, serta mencarinya apabila
diperlukan. (Sugiyono, 2007)
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah sebuah proses pengumpulan
informasi yang disusun berdasarkan kelompok atau kategori-
kategori yang diperlukan. Pada tahapan ini, peneliti membuat
rangkuman yang menyajikan data secara deskriptif dan
sistematis, sehingga menjadi sebuah tema sentral dalam
penelitian ini yaitu Evaluasi Program Kampung Batik oleh
LPEM BAZNAS di Kelurahan Cibuluh Kota Bogor.
3. Verifikasi Data
Verifikasi merupakan langkah terakhir dalam teknis
analisis data. Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan
awal yang dikemukakan yang bersifat sementara, dan aka nada
xvii
perubahan-perubahan bila ada bukti-bukti pendukung yang
valid. Pada penelitian kualitatif, kesimpulan bisa saja
menjawab fokus penelitian yang dirancang sejak awal
penelitian. Tetapi, ada juga kesimpulan yang tidak dapat
digunalan untuk menjawab permasalahan. Hal ini sejalan
dengan penelitian kualitatif itu sendiri yaitu masalah yang
timbul dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan masih
dapat berkembang setelah peneliti terjun ke lapangan.
xviii
penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi
terdahulu.
Ada sepuluh Karya Ilmiah yang penulis jadikan sebagai bahan
peninjauan pustaka, dimana kesepuluh karya ilmiah tersebut penulis anggap
sebagai bahan referensi serta berhubungan dengan permasalahan yang akan
penulis angkat, yakni diantaranya:
1. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia, tahun 2019 yang berjudul
“Kampung Batik Manding Siberkasi Sebagai Model Pelestarian
Pendidikan Karakter”disusun oleh Azi Wansaka, Hernia Nur Hidayah
dan Hizma Arum Bakhittah. Dalam pembahasannya ia menjelaskan
bahwa batik adalah warisan bangsa Indonesia yang harus dilestarikan,
maka dengan itu melalui Kampung Batik Manding diharapkan dapat
melestarikan sekaligus memperkenalkan batik kepada seluruh
masyarakat, terutama anak-anak dengan tujuan menghindari kepunahan
dari batik itu sendiri.
2. Prapanca Jurnal Abdimas, tahun 2021 yang berjudul “Pengembangan
Pemasaran Desa Batik Jetis di Era Digital” disusun oleh Mucholil. Ia
menjelaskan bahwa di tengah kemajuan zaman yang semakin modern,
pengrajin batik mau tidak mau harus mengikuti kemajuan tersebut,
diantaranya seperti pemasaran produk batik melalui platform digital.
Tujuannya agar segmen konsumen yang terjangkau lebih luas serta
mengikuti trend yang sedang digandrungi oleh para masyarakat. Ada
beberapa media sosial yang digunakan untuk pemasaran produk,
diantaranya Facebook, Instagram, dan juga Shopee. Terbukti, setelah
melakukan strategi marketing di media sosial ini, ada kenaikan omset
sebesar 30%.
3. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, yang memiliki judul “Pengaruh
Desain Produk, Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Pada Kampung Batik Wiradesa Kabupaten Pekalongan”,
disusun oleh Made Laksmi Saraswati. Ari Pradhanawati dan Wahyu
xix
Hidayat. Dalam jurnal itu dijelaskan bahwa desain, kualitas dan harga
produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pembelian
oleh konsumen. Sebagian besar konsumen membeli produk yang
memiliki kualitas bagus, desain yang menarik tetapi dengan harga yang
terjangkau. Kesimpulannya, para pengrajin batik di Kampung Batik
Wiradesa dituntut untuk terus berinovasi terhadap desain serta
keberagaman batik, tetapi disisi lain harganya masih bisa dijangkau oleh
para calon konsumen.
4. Jurnal tahun 2022 yang berjudul “Pelatihan Pengenalan Digital
Marketing dan Management Binsis Terhadap Pemuda Kampung Batik
Arsojih Desa Pagedingan Kecamatan Galis Pamekasan” yang ditulis
oleh Lutfiyanto, Akh. Fawaid, Masdukil Makhruf, Helman Suprapto.
Dalam jurnal itu mereka menjelaskan bahwa pelatihan pengenalan
digital marketing haruslah dilakukan kepada para pemuda yang berada
di Batik Arsojih Desa Pagedingan Kecamatan Galis Pamekasan.
Tujuannya agar penjualan produk bisa menjangkau pasar yang lebih luas
serta menambah penghasilan yang lebih besar dari penjualan produk
batik itu sendiri. Selain pelatihan, perlu juga proses evaluasi program
agar pelaksanaan selaras dengan tujuan program.
5. Jurnal tahun 2020 yang memiliki judul “Penguatan Manajemen Usaha
Kampung Batik Jatipelem Guna Menghadapi Persaingan Globa”
disusun oleh Chusnul Rofiah dan Nuri Purwanto. Dalam jurnal itu
memetakan analisis SWAT yaitu sebagai berikut: Kekuatan (lokasi desa
dekat dengan wisata Gusdur, mempunyai galeri batik yang menarik),
Kelemahan (batik belum memiliki corak yang khas, kualitas batik masih
grade 2), Peluang (lokasi dekat wisata Gusdur, batik menjadi muatan
lokal anak sekolah (SD, SMP, SMA) sehingga bisa menjadi wisata
edukasi batik), Ancaman (Harga operasional yang tinggi, persaingan
batik dengan kualitas premium sangat banyak). Dari analisis SWOT
xx
diatas maka penulis menyusun strategi menggunakan pendekatan 4P
yaitu Product, Price, Place, Promotion.
6. Jurnal Tata Kelola Seni tahun 2022 yang memiliki judul “Studi
Manajemen Produksi Batik Kampung Kriyan sebagai Museum Hidup di
Cirebon dalam Menghadapi Pandemi Covid-19”. Disusun oleh Sherlyta
Program Pacasarjana Institut Seni Yogyakarta. Dalam jurnalnya itu ia
menjelaskan bahwa fungsi manajemen dalam produksi batik di
Kampung Batik Kriyan terdiri atas perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan. Manajemen produksi pada Kampung
Batik Kriyan telah beperan dalam melestarikan budaya batik sebagai
museum hidup.
7. Jurnal Optimalisasi Kampung Batik Dalam Mengembangkan Industri
Batik Semarangan di Kota Semarang, disusun oleh Anindita M. Dalam
jurnal itu dijelaskan bahwa strategi mengembangkan batik di Kampung
Batik Semarang berjalan kurang optimal. Adapun penyebabnya adalah
tidak adanya pemberdayaan, kendala dalam pemasaran serta kurangnya
permodalan. Adapun beberapa upaya yang dilakukan guna mengatasi
masalah ini diantaranya peningkatan sumber daya manusia dengan cara
mengikuti pelatihan, serta melakukan kerjasama kepada pihak terkait
seperti dinas perdagangan, serta peningkatan sarana dan prasarana
kepada pihak terkait.
8. Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial tahun 2018 yang memiliki judul
“Program Pemberdayaan Wisata Kampung Batik di Desa Ngabab
Kabupaten Malang Melalui Pendekatan CIP00”, disusun oleh Najmah
Zahiroh. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa program
pemberdayaan wisata kampung batik di Desa Ngabab sudah berjalan
dengan baik, hal ini dikarenakan antusias masyarakat yang tinggi serta
kekompakan yang terjalin sangatlah baik antar masyarakat. Terlepas
dari itu, ada satu kekurangan yang masih harus dibenahi dari program
ini, yaitu kurangnya partisipasi perempuan dalam program ini.
xxi
Mayoritas struktur pemberdayaan program kampung batik diisi oleh
laki-laki, sehingga perempuan kurang dilibatkan dalam pengambilan
keputusan.
9. Jurnal yang berjudul “Evaluasi ProgramPemberdayaan Masyarakat
Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kelurahan Meteseh Kecamatan
Tembalang Kota Semarang” disusun oleh Nur Fitria Arini dan Dewi
Rostyaningsih. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa konsep
pemberdayaan dapat dikaitkan dengan dua indikator, yaitu efektivitas
dan efisiensi. Hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa pelaksanaan
program pelatihan pembuatan batik di Sanggar Batik Semarang dapat
dikatakan berhasil, karena diterima baik oleh masyarakat. Harapannya
program ini dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya dalam
penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Meteseh Kecamatan
Tembalang Kota Semarang.
10. Jurnal RIPTEK tahun 2019 yang berjudul “Strategi Peningkatan
Sumber Daya Manusia Kreatif dan Inovatif pada UKM Batik
Semarangan (Studi Kasus di Kampung Batik Semarang) disusun oleh C
Tri Widiastuti, Rahmatya Widyawati, Rita Meiriyanti. Dalam jurnal ini
dibahas bahwa untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
pada UKM Batik Semarangan, dapat dilakukan beberapa upaya
diantaranya peningkatan kompetensi dengan cara pelatihan dan
menambah pengalaman kerja, sertifikasi keahlian membatik, dan juga
best practice, yaitu sharing pengalaman dari pengusaha-pengusaha batik
yang telah sukses untuk memberikan motivasi lebih kepada para UKM
Batik Semarangan.
Berdasarskan beberapa literatur diatas, terdapat persamaan dan
berbedaan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan.
Persamaannya terletak pada objek penelitian, yaitu kampung batik.
Adapun perbedaanya terletak pada fokus penelitian. Mayoritas literatur
xxii
berfokus kepada pemberdayaan kampung batik, sedangkan penelitian
yang sedang penulis lakukan berfokus kepada evaluasi program.
3.4. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab yang memaparkan tentang jawaban apa
dan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Bagian pendahuluan terdiri dari
latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
serta manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan teoritis adalah penegasan dari latar belakang penelitian, yang
didalamnya meliputi pengertian evaluasi program, model-model evaluasi
program, tujuan evaluasi program, fungsi evaluasi program, tahapan evaluasi
program, pengertian kampung batik.
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Gambaran umum penelitian membahas tentang semua informasi dari
objek penelitian yaitu Kampung Batik Cibuluh serta segala sesuatu yang
berhubungan mengenai keadaan objektif di wilayah Kampung Batik Cibuluh.
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis data adalah semua proses yang berkaitan dengan pengolahan
data serta segala bentuk informasi sehingga karakteristik data dapat
dimengerti dan memberikan manfaat sebagai solusi dari suatu permasalahan.
Analisis data pada penelitian ini adalah tentang evaluasi program Kampung
Batik Cibuluh yang dilakukan oleh LPEM BAZNAS.
BAB V PENUTUP
Penutup merupakan bagian akhir dari penelitian yang telat dibuat yang
meliputi kesimpulan serta saran yang dijabarkan oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka adalah daftar dari semua sumber bacaan yang digunakan oleh
penulis pada saat melakukan penelitian dan sebagai acuan pada penulisan
xxiii
karya ilmiah.
LAMPIRAN
Di dalam lampiran, berisi tentang semua dokumen-dokumen yang digunakan
penulis pada saat melaksanakan penelitian serta hasil-hasilnya menjadi
sebuah karya ilmiah, analisis data menjadi karya ilmiah serta analisis data
yang tidak diccantumkan dalam naskah.
xxiv
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Evaluasi Program
4. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi adalah proses atau kegiatan sistematis dan berkelanjutan untuk
menggambarkan atau menentukan mutu (nilai dan arti/manfaat) daripada sesuatu,
berdasarkan pertimbangan (judgement) dan kriteria tertentu untuk membuat
keputusan (Arifin, 2019)
Ada beberapa tahapan atau proses berjalannya sebuah evaluasi yang perlu
diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
Pertama, yaitu memantau atau memonitoring program penilaian apakah sebuah
program dilaksanakan sebagaimana direncanakan. Hasil monitoring ini akan
memberikan umpan balik yang berkelanjutan pada program yang dilaksanakan
dan mengidentifikasikan masalah begitu muncul.
Kedua, evaluasi proses yaitu penilaian bagaimana suatu program dijalankan,
yang berfokus pada pelaksanaan program kepada peserta (service delivery).
Ketiga, evaluasi dampak yaitu sebuah penilaian apakah sebuah program telah
menghasilkan pengaruh terhadap individu-individu, rumah tangga atau
lingkungan hidup dan apakah dampak itu dapat secara ilmiah disalurkan kepada
pelaksanaan intervensi program tersebut.
Keempat, cost-benefit atau effectiveness merupakan sebuah penilaian dari segi
biaya serta manfaat program yang dihasilkan oleh biaya tersebut, juga untuk
menetukan apakah manfaatnya cukup bernilai dibandingkan biaya yang
digunakan.
Dalam tahapan atau proses yang dipaparkan diatas, evaluasi dapat berjalan
secara sistematis serta terukur akan keberhasilan dalam menilai suatu kegiatan
atau program, sehingga mampu melihat apa saja kekurangan yang ada di dalam
program tersebut dan apa yang harus dilakukan kedepannya dalam memperbaiki
program tersebut (Kirkpatrick, 1999)
xxv
Secara umum “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Pengertiaan
program yaitu suatu unit atau sebuah kesatuan kegiatan merupakan system, yaitu
rangkaian kegiatan yang dilakukan berkelanjuntan. (Suharsimi, 2010)
Apabila secara umum program diartikan sebagai sebuah rencana, dalam
kajian khusus evaluasi program memiliki makna yang lebih spesifik. Jika
dikaitkan dengan evaluasi, program didefinisikan sebagai suatu unit atau
kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari sebuah
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Kerena program merupakan
suatu unit atau suatu kesatuan kegiatan maka dapat dikatakan bahwa program
merupakan suatu system yang terdiri dari kumpulan sub-sub system yang bekerja
dalam mencapai suatu tujuan kegiatan dalam sebuah organisasi. Agar program
dapat tetap terlaksana dengan baik dan mengarah kepada tujuan organisasi, maka
perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan dengan sasaran suatu program
disebut evaluasi program.
Berdasarkan pengertian evalusi dan pengertian program diatas, dapat
diartikan bahwa evaluasi program adalah sebuah kegiatan atau upaya untuk
memperoleh informasi mengenai suatu program yang dilaksanakan untuk menilai
sejauh mana program, tersebut telah terlaksana sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan kemudia mengetahui keputusan apa yang dapat diambil terkait dengan
penilaian yang telah dilakukan (Muharika, 2019)
xxvi
b. Kontinuitas atau Berkelanjutan. Dalam evaluasi program, tidak boleh
dilakukan secara insidental, tetapi harus dilakukan secara berkelanjutan,
karena hasil evaluasi yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa
dihubungkan dengan hasil evaluasi-evaluasi sebelumnya agar diperoleh
gambaran yang komprehensitf dan utuh tentang program yang
dilaksanakan.
c. Komprehensif. Evaluator harus mengambil seluruh objek sebagai bahan
evaluasi. Misalnya objek evaluasi itu adalah program kampung batik, maka
seluruh hal yang berkaitan dengan kampung batik harus dievaluasi, baik
pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.
d. Adil dan Objektif. Dalam proses evaluasi, harus mengedepankan prinsip
adil dan objektif tanpa pilih kasih. Setiap program yang dievaluasi harus
diberlakukan sama tanpa pandang bulu, implikasinya adalah evaluator
program harus bertindah adil dan objektif , proporsional, professional, dan
apa adanya sesuai dengan objektif program. Evaluator harus menghindari
sikap like dan dislike, perasaan, keinginan, dan prasangka yang bersifat
negatif (Arifin, 2019)
6. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program
xxvii
2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis proses perencanaan dan
pengembangan program. Untuk itu, evaluator perlu melakukan evaluasi
terhadap semua komponen program dengan mempertimbangkan hasil
analisis kebutuhan dan studi kelayakan.
3. Untuk memantau pelaksanaan program, yaitu apakah program dapat
berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan rencana program. Jika ada
hambatan atau kesulitan evaluator dapat menanggulanginya, sehingga
kemungkinan pemborosan dapat dihindari sedini mungkin.
4. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis tingkat efisiensi pelaksanaan
program, baik yang berkenaan tenaga, biaya, maupun waktu yang
digunakan.
5. Untuk menganalisis dampak yang ditimbulkan dari suatu program
terhadap populasi sasaran dan semua stakeholders.
6. Untuk menyediakan informasi secara komprehensif guna membantu para
penyusun kebijakan dalam membuat keputusan dan simpulan yang tepat
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
xxviii
Berdasarkan hasil dari suatu evaluasi maka hadirlah rekomendasi terhadap
program yang dilaksanakan untuk pengambilan keputusan. Terkait dengan
keputusan terdapat empat macam kemungkinan yang dapat dilakukan para
pemangku kebijakan terkait dengan program yang telah dievaluasi, yakni:
1. Keputusan untuk menghentikan program karena program tidak memiliki
faedah atau manfaat
2. Keputusan untuk merevisi program karena program tersebut memiliki
kelemahan di beberapa bagian, namun dapat memberikan manfaat bagi
pengguna program.
3. Keputusan untuk melanjutkan program karena program telah berjalan
sesuai dengan tujuan dan target yang ditetapkan.
4. Keputusan untuk menyebarluaskan program karena keberhasilan dari
pelaksanaan program dan manfaat-manfaat yang diperoleh oleh pengguna
program.
B. Model-Model Evaluasi Program
Menurut Kufman dan Thomas yang dikutip oleh (Arikunto dan Abdul Jabar
2010. 40-47), membedakan model evaluasi program menjadi delapan, yaitu:
1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler. Pada mode
ini evaluator melaksanakan monitoring atau pemantauan secara terus
menerus terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Adapun aspek
keberlanjutan berorientasi kepada kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh
sebuah program.
2. Goal Free Evaluation Model. Dikemukakan oleh Scriven. Pada model
evaluasi ini, Scriven menjelaskan bahwa evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu
diperhatikan dalam evaluasi tersebut adalah bagaimana kinerja dari suatu
program, dengan cara mengidentifikasi pengaruh-pengaruh terhadap
program, baik pengaruh yang memberikan efek positif maupun pengaruh
negatif.
xxix
3. Formatif Sumatif Evaluation Model. Model ini dikembangkan oleh
Michael Scriven. Ia menjelaskan bahwa model ini menunjukan adanya
tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan
pada program yang masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika sebuah
program selesai dilaksanakan (evaluasi sumatif)
4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake dan
Fernandes. model ini menekankan pada dua hal utama yaitu deskripsi
(description) dan pertimbangan (judgement).
5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Robert Stake. Model
ini disarankan untuk mengevaluasi program yang banyak menimbulkan
konflik di masyarakat, karena keputusan evaluasi program berorientasi
kepada klien atau pengguna program.
6. CSE-UCLA Evaluation Model. Metode ini menekankan kepada “kapan”
evaluasi dilakukan. Model evaluasi ini mempunyai lima tahapan dalam
mengevaluasi program, yaitu tahap perencanaan, implementasi, hasil, dan
dampak.
7. Discrepancy Model, dikemukakan oleh Provus. Model ini memfokuskan
pada pandangan kesenjangan dalam pelaksanaan program. Adapun
evaluasi program yang dilakukan yaitu mengukur besarnya kesenjangan
yang ada disetiap komponen.
8. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Shufflebeam. Model
evaluasi ini terdiri dari Context Evaluation (evaluasi terhadap konteks),
Input Evaluation (evaluasi terhadap input), Process Evaluation (evaluasi
terhadap proses), Product Evaluation (evaluasi terhadap hasil).
a. Context evaluation (evaluasi terhadap konteks)
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang
berhubungan dengan lingkungan program atau kondisi objektif yang
akan dilaksanakan. Memaparkan tentang analisis kekuatan serta
kelemahan objek tertentu. Stufflebeam menjelaskan evaluasi konteks
sebagai fokus institusi yang menganalisis peluang dan menilai
xxx
kebutuhan. Sebuah kebutuhan dirumuskan pada suatu kondisi
kesenjangan (discrepancy view), kondisi nyata (reality) dengan
kondisi yang diharapkan (ideality). Evaluasi konteks memaparkan
informasi bagi pengambil keputusan dalam sebuah perencanaan suatu
program yang akan dilaksanakan.
b. Input evaluation: evaluasi terhadap masukan
Evaluasi input mencakup analisis personal yang berhubungan
dengan bagaimana pemanfaatan sumber-sumber yang ada, alternatif-
alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu
program. evaluasi masukan ini akan memberikan bantuan agar dapat
memberikan bantuan dalam memberi keputusan, menentukan
sumber-sumber yang dibutuhkan.
c. Process evaluation: evaluasi terhadap proses
Evaluasi proses dilakukan guna menilai bagaimana proses
kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai rencana dengan yang
dirumuskan. (Irawan, 1995)
Evaluasi ini mempunyai fokus pada aktivitas program yang
melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staff. Evaluasi
proses diawali dengan analisis terhadap sistem pemberian bantuan
atau kegiatan program. Kunci utama dari evaluasi proses adalah apa
yang dilakukan serta seberapa baik itu dilakukan. Dengan kata lain
apakah kegiatan-kegiatan yang ada di dalam program dapat mudah
diaplikasikan oleh sasaran kegiatan program (peserta program)
d. Product evaluation: evaluasi terhadap hasil
Evaluasi produk merupakan kumpulan deksripsi dalam
hubungannya dengan konteks, input dan proses, yang menunjukan
dan mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Aktivitas evaluasi
produk yaitu mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai.
Kemudian, hasil analisis tersebut akan menjadi bahan penarikan
kesimpulan dari suatu program.
xxxi
C. Batik
a. Pengertian Batik
Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang
berarti lebar, , luas, kain; dan “titik” yang berarti titik atau matik (kata
kerja membuat titik) yang kemudain berkembang menjadi istilah “batik”
yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain
yang luas atau lebar. Batik juga mempunyai pengertian segala sesuatu
yang berhubungan dengan membuat titik-titik tertentu pada kain mori.
Dalam bahasa Jawa, “batik” ditulis dengan “bathik” mengacu pada
huruf Jawa “tha” yang menunjukan bahwa batik adalaha rangkaian dari
tirik-titik yang membentuk gambaran tertentu. Bersdasarkan etimologi
tersebut, sebenarnya batik tidak dapatdiartikan sebagai satu atau dua kata,
maupun satu padanan kata tanpa penjelasan lebih lanjut. Batik juga sangat
identik dengan suatu teknik (proses) mulai dari penggambaran motif
hingga pewarnaan. Salah satu ciri khas batik yaitu cara penggambaran
motif pada kain yang menggunakan proses pemalaman, yaitu
menggoreskan malam (lilin) yang ditempatkan pada sebuah wadah yang
dinamakan canting dan cap. (Wulandari, 2011)
xxxii
yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain
yang luas atau lebar.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
definisi kampung batik yaitu kelompok rumah, dusun, atau desa yang
menjadi sentra pusatt kerajinan batik, mulai dari kegiatan pengenalan dan
pembuatan batik, jual beli produk batik, tempat edukasi untuk belajar
membuat batik serta saranan dan prasaranan penunjang lainnya.
Gambar 3.1
xxxiii
2. Motif Talas
Gambar 3.2
Salah satu buah tangan yang tersohor dari Kota Bogor adalah
buah talas. Talas menjadi salah satu makanan tradisional
masyarakat Bogor sejak jaman dahulu. Cara penyajiannya pun
bisa digoreng ataupun direbus. Terinspirasi dari makanan khas
Kota Bogor, talas pun menjadi salah satu motif khas yang ada di
Kampung Batik Cibuluh Kota Bogor.
3. Motif Bunga Raflesia Arnoldi
Gambar 3.3
xxxiv
4. Motif Hujan Gerimis
Gambar 3.4
xxxv
D. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1
LPEM BAZNAS
xxxvi
BAB III
GAMBARAN UMUM
xxxvii
B. Gambaran Umum Kampung Batik Cibuluh
xxxviii
1. Mengurangi angka kemiskinan sekaligus meminimalisir keluarga
prasejahtera.
Dengan dibentuknya Kampung Batik Cibuluh, masyarakat
yang sebelumnya tidak mempunyai penghasilan dan hidup
kekurangan, kini bisa mempunyai penghasilan tambahan dengan
cara membuat batik dan kemudian menjualnya kepada pengunjung
ataupun melalui online shop. Dengan cara ini, tentu saja dapat
meminimalisir angka keluarga prasejahtera yang ada di Kampung
Batik Cibuluh.
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Kampung Batik
Cibuluh.
Pelatihan membatik yang diberikan oleh LPEM BAZNAS
kepada masyarakat Kampung Batik Cibuluh nyatanya dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dibuktikan
dengan bertambahnya hardskill yang bisa dijadikan modal oleh
masyarakat untuk berwirausaha batik. Hal ini tentu merupakan
sebuah progress yang sangat baik untuk membentuk sumber daya
manusia yang mandiri dan berkualitas.
3. Membuka lapangan pekerjaan baru sekaligus menambah
penghasilan masyarakat.
Salah satu penyebab masih banyaknya keluarga prasejahtera di
Kampung Batik Cibuluh, yaitu masyarakatnya yang masih
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak guna
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Hal ini tak mengherankan
karena persaingan di dunia kerja saat ini sangatlah ketat, apabila
sumber daya manusianya tidak memiliki keterampilan dan kualitas
yang baik, maka akan sangat susah untuk mendapatkan sebuah
pekerjaan yang layak. Dengan hadirnya Kampung Batik Cibuluh,
diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan baru sekaligus
memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat.
xxxix
4. Menjadi tempat wisata edukasi
Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui
oleh dunia dan patut untuk dilestarikan. Salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan di Kampung Batik Cibuluh yaitu belajar untuk
membuat batik serta melihat hasil produk dari kain batik ini
sendiri. Hal ini tentu menjadi daya tarik bagi para wisatawan
untuk berkunjung ke Kampung Batik Cibuluh
xl
kampung batik untuk belajar membatik langsung pada kain.
Nantinya kain yang telah dilukis batik bisa dibawa pulang
sebagai cenderamata dari Kampung Batik Cibuluh.
2. Forum Group Discussion (FGD)
Forum Group Discussion (FGD) adalah diskusi yang
dilakukan secara sistematis serta terarah dari suatu grup atau
kelompok tertentu guna membahas suatu masalah dalam
suasana informal serta dilaksanakan dengan panduan dari
seorang moderator. FGD yang dilakukan di Kampung Batik
Cibuluh yaitu melibatkan pihak dari akademisi, seperti dari
IPB University guna pemetaan potensi Kampung Batik
Cibuluh agar kedepannya program-program yang direncanakan
dapat dilaksanakan dengan optimal.
3. Promosi Kampung Batik Cibuluh.
Promosi Kampung Batik Cibuluh dilakukan dengan
cara memposting segala kegiatan yang ada guna menarik para
wisatawan untung dating berkunjung. Promosi ini dilakukan
melalui berbagai platform digital seperti Facebook dan
Instagram. Selain itu, Kampung Batik Cibuluh juga telah
beberapa dilirik oleh berbagai media digital seperti televisi.
Terbaru, pada tanggal 8 Juni 2022 Kampung Batik Cibuluh
dikunjungi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, yaitu
Bapak Prof. Dr. K.H Ma’ruf Amin.
4. Benah kampung
Kegiatan benah kampung merupakan sebuah kegiatan
untuk mempercantik serta menambah daya tarik wisata
Kampung Batik Cibuluh. Ada berbagai kegiatan dari
pelaksanaan benah kampung ini, diantaranya pembuatan seni
mural di tembok-tembok rumah warga, serta gang-gang jalan.
Diharapkan setelah kegiatan benah kampung ini, menambah
xli
daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kampung Batik
Cibuluh. Context Evaluation (evaluasi terhadap konteks), Input
Evaluation (evaluasi terhadap input), Process Evaluation
(evaluasi terhadap proses), Product Evaluation (evaluasi
terhadap hasil).
xlii
DAFTAR PUSTAKA
xliii
Usman, S. (2012). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wulandari, A. (2011). Batik Nusantara. Yogyakarta: CV Andi Offset.
xliv