BERBASIS PELAYANAN/JASA
Oleh :
Kelompok 12
2020
KATA PENGANTAR
1
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ekonomi Pembangunan
yang berjudul “Implementasi Ekonomi Rakyat Pada Usaha Berbasis Agribisnis Dan Berbasis
Pelayanan/Jasa”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat lebih memahami dan menambah
pengetahuan tentang Implementasi Ekonomi Rakyat Pada Usaha Berbasis Agribisnis Dan
Berbasis Pelayanan/Jasa. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari
berbagai sumber informasi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai Implementasi Ekonomi Rakyat
Pada Usaha Berbasis Agribisnis Dan Berbasis Pelayanan/Jasa ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca meskipun dengan segala kekurangannya.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang.......................................................................................................4
b. Rumusan Masalah..................................................................................................4
c. Tujuan....................................................................................................................5
d. Manfaat..................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
BAB 1
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badan Pusat Statistik (BPS, 2000) dengan menggambarkan, usaha kecil jika jumlah
tenaga kerja yang dimiliki antara 5-19 orang. Usaha menengah berkisar antara 20-99 orang.
Lebih besar dari 100 tenaga kerja suatu usaha dikategorikan sebagai usaha besar. Istilah usaha
kecil menengah (UKM) diambil dari Small Medium Enterprise (SME) yang belum tentu sesuai
struktur dan sistemnya dengan ekonomi rakyat Oleh karena itu perlu dipertegas batasan jeris
usaha, baik usaha kecil maupun menengah yang dapat dikategorikan sebagai ekonomi rakyat,
termasuk bagaimana halnya dengan usaha mikro. Menurut Biro Pusat Statistik di atas, di
Indonesia terdapat 39 121.350 usaha kecil (90 persen adalah usaha mikro), namun belum
dipertegas batasan atau perbedaan antara jenis usaha kecil dan usaha mikro.
Dalam uraian berikut, usaha ekonomi rakyat yang pada usaha berbasis agribisnis dan
usaha berbasis pelayanan/jasa, dalam menghadapi krisis ekonomi adalah pengamatan untuk
memperoleh informasi tentang kondisi Usaha Kecil Menengah (UKM). Dari pengamatan
diperoleh informasi bahwa tingkat resistensi UKM terhadap goncangan krisis lebih baik
dibandingkan usaha besar. Oleh karena itu, UKM merupakan tulang punggung ekonomi rakyat.
Penelitian menunjukkan bahwa usaha pelayanan jasa biro perjalanan dan perhotelan yang
termasuk usaha kecil dan menengah bahwa dampak dari nilai tukar rupiah yang melemah tidak
terlalu besar, namun ada masalah permodalan karena tidak pernah meminjam dengan bank.
Dampak krisis bagi perhotelan adalah berkurangnya jumlah pengunjung.
B. Rumusan Masalah
4
C.Tujuan
D. Manfaat
Agar dapat mengetahui usaha ekonomi rakyat pada usaha berbasis agribisnis dan usaha berbasis
pelayanan/jasa serta pengamatan untuk memperoleh informasi tentang kondisi Usaha Kecil
Menengah (UKM) dalam menghadapi krisis ekonomi.
BAB II
5
PEMBAHASAN
6
Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskinan tidak hanya terkait dengan
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan material dasar, tetapi kemiskinan juga
terkait erat dengan berbagai dimensi lain kehidupan manusia, misalnya kesehatan,
pendidikan, jaminan masa depan, dan peranan sosial. Oleh sebab itu, kemiskinan hanya
dapat dipahami secara utuh apabila dimensi-dimensi lain dari kehidupan manusia juga
diperhitungkan
Ekonomi rakyat bukanlah sebatas jargon-jargon populis dan bukan pula ekonomi
dari kelompok rakyat yang terpinggirkan (miskin). Ekonomi kerakyatan merupakan
sistem ekonomi adalah strategi pembangunan ekonomi yang berbasis pada
pendayagunaan kemampuan rakyat banyak (membangun perekonomian yang memiliki
local content yang tinggi) di mana pertumbuhan dan pemerataan ekonomi terwujud
sekaligus.
Ekonomi rakyat haruslah memerankan rakyat sebagai subjek (pelaku) ekonomi
tersebut, sementara itu potensi yang belum digali merupakan peluang untuk memerankan
rakyat sebagai pelaku dalam ceruk tersebut. Keunggulan komperatif dan kompetitif
merupakan modal utama untuk mengangkat sebuah wilayah sebagai master
pembangunan saat ini.
7
(1) Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yang meliputi
pembibitan/pembenihan, agrootomotif (mesin dan peralatan pertanian), agrokimia
(pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak).
(2) Subsistem usaha tani pertanian primer (on-farm agribusiness) mencakup usaha tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.
(3) Subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness) meliputi industri-industri
pengolahan pertanian termasuk food service industri dan perdagangannya.
(4) Subsistem agribisnis jasa (kegiatan yang menyediakan jasa bagi agribisnis) seperti
perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan,
penyuluhan-konsultasi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah.
Jadi sektor agribisnis mencakup pertanian dan industri serta jasa boga terkait
dengannya. Pada dasarnya daerah-daerah yang berada di Indonesia tumbuh dari kota
tradisional yang berbasiskan sumber daya pertanian (agropolitan) yang hanya menuhi
kebutuhan lokal saja, kemudian meningkat memenuhi kebutuhan di luar wilayahnya.
Kebijakan pemerintah yang selama ini menganaktirikan pengembangan agribisnis
menjadikan keseimbangan pembangunan di Indonesia menjadi goyah. Bukan rahasia lagi
kebijakan yang mengarah pada pemenuhan ambisi konglomerat dengan pembangunan
fisiknya, malah mendatangkan krisis dengan multiplier effect yang mengerikan.
Sementara itu negara-negara yang menerapkan kebijakan agribisnis sebagai basis
pembangunannya justru masih bertahan dan dapat keluar dari krisis ekonomi ini.
Kebijakan pengembangan agribisnis sebagai mata rantai ekonomi rakyat harus
mendapat dukungan yang jelas dari pemerintah, apalagi untuk saat ini diterapkannya
otonomi daerah merupakan peluang yang tepat bagi pemerintah daerah untuk kembali
menggali potensi daerahnya dengan pemanfaatan sektor agribisnis.
Pengembangan agribisnis harus diupayakan seoptimal mungkin, untuk saat ini
pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan membangun jaringan kerja (network
system) yang dilaksanakan dengan mengembangkan pola kerja sama dan kemitraan dari
berbagai komponen dan kekuatan swadaya masyarakat (LSM), dunia usaha maupun
unsur perguruan tinggi (PT) yang memiliki komitmen dan konsistensi serta kepedulian
untuk membangun secara berkesinambungan (sustainable development).
8
Sementara itu, peran pemerintah dalam hal ini, bertindak selaku fasilitator yang
menfasilitasi berbagai prakarsa masyarakat, dengan memberikan stimulasi dana, sesuai
dengan kemampuan anggarannya. Selain itu, sesuai dengan fungsi penyelenggaraan
pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan, juga memberikan contoh nyata untuk
mengembangkan berbagai komoditi unggulan, yang diharapkan berdampak positif untuk
menghela kesadaran motivasi masyarakat, dengan berusaha mengembangkan dan
meningkatkan produksi komoditi pertanian unggulan tersebut, sesuai dengan potensi dan
minat masing-masing anggota masyarakat di wilayahnya. Baik daerah kecamatan
maupun kelurahan. Sehingga setiap wilayah memiliki satu jenis komoditi unggulan, yang
mampu dipasarkan untuk memenuhi ebutuhan pasar lokal, nasional maupun
internasional.
Strategi kebijakan tersebut, pada dasarnya diimplementasikan untuk menciptakan
dan meningkatkan daya tarik daerah yaitu tertatanya sentra-sentra ekonomi secara merata
di seluruh wilayah, dengan menghasilkan produk-produk unggulan, sekaligus dalam
membangun masyarakat produktif dengan memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.
Dengan pengembangan agribisnis seperti ini, dalam pertumbuhannya diharapkan
akan mampu menghela aktivitas dinamika perekonomian yang berbasis pertanian di
daerah periferal dan penyangga, yang kemudian pada gilirannya akan mengeliminasi
perkembangan arus urbanisasi dari daerah-daerah tersebut. Begitu pula dengan kebijakan
ini, dalam proses pertumbuhannya akan membangun sistem ekonomi formal, dengan
mengembangkan sistem perbankan regional atau lokal (regional banking system), yang
akan memperkuat struktur keuangan dan permodalan daerah. Kebijakan ini juga
sekaligus dalam upaya mengembalikan dan meningkatkan kepercayaan diri kita, untuk
mengolah sumber daya alam yang kita miliki dengan menerapkan kecanggihan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang pertanian, yang secara historik empirik, pada
dasarnya hasil-hasil produk agribisnis tersebut, tidak mengalami goncangan, walaupun
diterjang badai krisis multidimensi. Ia mampu bertahan dengan kukuh. Bahkan pasar
internasional komoditi agribisnis masih menjadi primadona yang sangat prospektif.
Apalagi komoditi agribisnis organik yang memiliki nilai lebih dan sangat dibutuhkan
oleh masyarakat dunia yang sedang "kembali kepada alam" (back to nature).
9
Untuk itu pengembangan agribisnis ini, terutama dalam upaya pengadaan pupuk,
dapat dikembangkan dengan memanfaatkan sampah organik atau kotoran hewan. Dengan
memanfaatkan sampah organik, yang diolah dan diproses. Misalnya dengan
menggunakan sistim Efektif Mikroba (EM) misalnya, dalam jangka empat hari, sampah
organik itu bisa menjadi pupuk alam (bokasi) yang bisa meningkatkan kesuburan lahan.
Begitu juga halnya kotoran hewan seperti hanya yang dilakukan oleh rekan kita di
Yayasan Sendiri - Sumbawa. Tinggal masalahnya, bagaimana upaya kita secara terpadu
dan simultan untuk menjadikan kebijakan ini, sebagai gerakan massal. Dengan gerakan
massal ini diharapkan akan tumbuh kesadaran motivasi masyarakat untuk melakukan
berbagai kegiatan usaha agribisnis, dengan mengoptimalkan penggunaan ruang atau
lahan yang dimilikinya Mengingat pengoptimalan dari fungsi ekonomi maka kita harus
memilih agribisnis yang memiliki nilai ekonomi tinggi, serta mudah dibudidayakan dan
dikembangbiakkan. Yang pada akhirmya akan dibudidayakan secara massal dan
prospektif untuk dijadikan komoditi unggulan.
Untuk mewujudkan keinginan ini, selain kita harus membangun komitmen yang
sama, juga di dalam kebijakan operasional, kita harus membangun kekuatan kesisteman
dan kelembagaan yang mampu mendorong motivasi masyarakat, untuk menjadi bagian
berarti dalam proses dinamika kehidupan perekonomian Oleh karena itu adanya LSM
yang profesional akan semakin strategis untuk melakukan kegiatan advokasi atau
pendampingan terhadap aktivitas produksi kelompok-kelompok masyarakat, sehingga
masyarakat dengan kesadaran keswadayaan dan kemandiriannya, berusaha untuk
meningkatkan produktivitasnya.
10
sudah memanfaatkan dana pinjaman bank sebesar 2,3 juta (BPS, Profil UKM Tidak
Berbadan Hukum, Jakarta, 2000).
Badan Pusat Statistik (BPS, 2000) dengan menggambarkan, usaha kecil jika
jumlah tenaga kerja yang dimiliki antara 5-19 orang. Usaha menengah berkisar antara 20-
99 orang. Lebih besar dari 100 tenaga kerja suatu usaha dikategorikan sebagai usaha
besar. Istilah usaha kecil menengah (UKM) diambil dari Small Medium Enterprise
(SME) yang belum tentu sesuai struktur dan sistemnya dengan ekonomi rakyat. Oleh
karena itu perlu dipertegas batasan jenis usaha, baik usaha kecil maupun menengah yang
dapat dikategorikan sebagai ekonomi rakyat, termasuk bagaimana halnya dengan usaha
mikro. Menurut Biro Pusat Statistik di atas, di Indonesia terdapat 39.121.350 usaha kecil
(90 persen adalah usaha mikro), namun belum dipertegas batasan atau perbedaan antara
jenis usaha kecil dan usaha mikro.
Saat ini, peranan negara masih memegang kendali utama dalam penentuan
berbagai kebijakan ekonomi. Itu terlihat dari berbagai kebijakan yang menyangkut hajat
hidup orang banyak yang masih ditentukan oleh negara. Misalnya kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM), tarif listrik, dan tarif telepon. Peran negara yang amat besar itulah
yang menyebabkan logika pasar terlampaui (Amartya Zen: 2001), rakyat menjadi
termiskinkan akibat kebijakan sepihak negara yang kurang peka akan kebutuhan rakyat
yang sesungguhnya. Konsep ekonomi kerakyatan merupakan suatu sistem ekonomi di
mana rakyat dan usaha-usaha ekonomi kerakyatan berperan integral dalam perekonomian
nasional.
Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah kepemimpinan atau
kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Artinya, rakyat mempunya hak penuh atas
usaha-usaha yang ditekuninnya serta segala hal yang berkenaan dengan usahanya itu.
Dan peran negara hanya sebagai mediator atas berbagai transaksi ekonomi yang terjadi.
Terdapat dua sistem ekonomi secara ekstrem yaitu, sistem ekonomi pasar (SEP)
dan sistem ekonomi negara (SEN). Sistem ekonomi pasar bersumbu pada pasar dengan
minimalnya peran negara dalam aktivitas ekonomi. Sedangkan SEN kebalikan dari SEP,
yaitu berpusat pada negara. Di antara dua ekstrem tersebut, muncul sitem ekonomi
kerakyatan (SEK), sehingga berdasar logika yang ada wajar bila banyak ahli berdebat
mengenai keberadaan ekonomi kerakyatan (EK).
11
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan contoh konkret dari usaha ekonomi
kerakyatan. UKM merupakan lumbung penyerap tenaga kerja. Hal ini dinyatakan Badan
Pusat Statistik (BPS, 2000) dengan menggambarkan, usaha kecil jika jumlah tenaga kerja
yang dimiliki antara 5-9 orang. Usaha menengah berkisar antara 20-99 orang. Lebih besar
dari 100 tenaga kerja suatu usaha dikategorikan sebagai usaha besar. Nilai investasi yang
mampu dihasilkan dapat berdampak pada total kegiatan ekonomi dalam produk domestic
reginaonal bruto (PDRB). Dengan itu hendaknya pemerintah memberi prioritas
pengembagan ekonomi, tanpa menempatkan UKM sebagai anak emas. Tujuannya agar
UKM mempunyai dasar kebijakan yang jelas sebagai aturan main pada lingkungan bisnis
di negeri sendiri. UKM sebagai bisnis ekonomi kerakyatan bisa eksis dalam
perekonomian nasional, yakni dengan meperhatikan bebeapa hal sebagai berikut:
Diperlukan kemitraan pada koridor dan definisi yang jelas. Pada saat proses kemitraan ini
ada proses pembelajatran oleh pengusah kecil dari para pengusaha besar. Di samping itu,
membentuk jalinan kerja sama yang harmonis serta saling menguntungkan kedua belah
pihak.
Perlunya penanganan yang lebih Arif dari pemerintah mengenai kredit macet yang
diderita oleh UKM bagaimanapun UKM dalam berusaha butuh modal dan modal yang
didapat ada yang berasal dari pinjaman bank tetapi karena manajemen kurang bagus
menyebabkan perputaran uangnya yang tidak stabil sehingga beban utang UKM menjadi
tinggi yang akhirnya mengalami kesulitan dalam pengembaliannya Untuk itu perlu
restrukturisasi utang UKM agar usaha yang digelutinya selama ini tidak tenggelam.
Pemberian manajemen sederhana bagi UKM pendidikan manajemen sederhana harus
diberikan kepada pelaku usaha kecil dan menengah agar mampu mengembangkan
usahanya dan memasarkan hasil produksinya manajemen sederhana ini diantaranya
berupa cara penjualan dan administrasi keuangan.
Pengenalan teknologi walaupun sifatnya sederhana, untuk bisa mencoba menjadi
profesional pada bidangnya. dan hal ini harus dilakukan secara bertahap agar mereka
tidak minder untuk alih teknologi yang lebih mendukung.
Diperlukan juga kemampuan asosiasi di antara mereka untuk kepentingan bersama titik
karena diduga saat ini banyak UKM yang masih bekerja sendiri sendiri dan tidak
12
terorganisasi. akibatnya, usaha mereka tidak berkembang dengan baik, karena segala
sesuatunya nya dikerjakan sendiri mulai dari mempersiapkan produk, mencari pasar,
sampai melakukan promosi.
Permasalahan struktural yang dihadapi oleh dunia usaha umumnya adalah rendahnya
mobilitas vertikal. Usaha-usaha kecil menghadapi tembok-tembok tebal untuk menerobos
menjadi usaha menengah. tembok penyekat semakin berlapis-lapis bagi usaha menengah
untuk menjadi usaha besar. Selain itu berdasarkan data yang tersedia mayoritas UKM
sebetulnya adalah usaha rumah tangga atau mikro usaha kecil. tingkat resistensi UKM
terhadap guncangan krisis lebih baik dibandingkan usaha besar lain. itu lebih disebabkan
karena:
Sebagian besar usaha kecil menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer
goods), khususnya yang tidak tahan lama(non durable consumer goods). kelompok
barang ini dicirikan oleh eh keanjalan permintaan terhadap perubahan pendapatan
(income elasticity of demand) yang relatif rendah artinya seandainya terjadi
peningkatan pendapatan masyarakat permintaan atas kelompok barang ini tak akan
meningkat banyak dan sebaliknya. dengan demikian secara rata-rata tingkat
kemunduran usaha kecil tak separah yang dialami oleh kebanyakan usaha besar
terutama usaha yang selama ini bisa bertahan karena ditopang proteksi, fasilitas
istimewa, dan praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Mayoritas usaha kecil lebih mengandalkan pada non banking financing dalam aspek
pendanaan usaha. hal ini terjadi karena akses usaha kecil pada fasilitas perbankan
sangat terbatas.
Terbentuknya usaha-usaha kecil baru, terutama di sektor informal sebagai akibat
pemutusan hubungan kerja di sektor formal karena krisis yang berkepanjangan.
Melihat prospek yang dipunyai UKM, seharusnya pemerintah mempunyai jurus
pengendali tepat guna Untuk menggarap UKM lebih sungguh-sungguh sehingga tidak
hanya terkesan retorika politik saja. untuk itu langkah pemerintah yang harus us
segera diambil adalah mengoreksi pola yang telah berlangsung lama sebagai akibat
dari dicampakkan nya mekanisme pasar. uluran tangan pemerintah tidak berarti
memanjakan mereka, melainkan upaya ya untuk menyingkirkan kan segala
rintangan yang membuat usaha kecil tak bisa berhimpun di dalam suatu jalinan
13
Sinergi dengan sesamanya untuk mencapai economies of scale. Jadi di usaha kecil tak
bersaing bukan karena malas, melainkan karena karakter kekecilan nya itu.
Keberadaan sejenis trading house atau business development center khusus untuk
UKM misalnya, aku saya membantu membantu untuk mewujudkan potensi daya
saing usaha kecil.
Permasalahan yang dihadapi UKM tersebut tentu saja harus mendapat perhatian
dari berbagai pihak baik dari pihak pemda, instansi terkait maupun kalangan perbankan
14
karena hal itu merupakan tanggung jawab bersama. Perekonomian nasional tidak tumbuh
berdasarkan kekuatan atau potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, dari
dalam negeri sendiri. Beban krisis ekonomi yang berkepanjangan selama ini dirasakan
semakin berat. Belum lagi tingginya ketergantungan terhadap utang luar negeri, terutama
melalui negara-negara penyandang dana internasional seperti IMF. Betapa tidak, ongkos
krisis (utang luar negeri dan dalam negeri) yang harus ditanggung ini hampir mencapai
Rp700 triliun. Kemudian bunga yang harus dibayar dari jumlah itu hampir Rp80 triliun
pertahun.
Di era persaingan bebas nanti, akan terbuka peluang bagi pertumbuhan ekonomi
Indonesia karena semakin terbukanya peluang usaha untuk mengakses pasar. Selain itu,
membuka kesempatan munculnya pemain-pemain baru dalam dunia usaha. Peluang
tersebut merupakan tantangan yang harus diantisipasi oleh pengusaha sehingga mampu
menangkap dan menangkan persaingan. Oleh karena itu, para pengusaha di Indonesia
harus mampu meningkatkan profesionalisme dan memperkuat daya saing produk yang
dihasilkan. Jika tidak segera diantisipasi, tantangan dan peluang tadi akan berubah
menjadi ancaman bagi pengusaha daerah.
15
perusahaan tersebut, seperti: bus wisata, hotel, dan restoran. Bisnis ini memiliki
jaringan pasar yang luas atau internasional dan telah memiliki track record yang
panjang bisnis berskala sedang memiliki jenis usaha yang relatif lebih terbatas
dibandingkan dengan yang berskala besar dan sebagian kegiatannya dilakukan melalui
kerjasama dengan pihak lain, seperti dengan pengusaha hotel atau bus wisata bagi
usaha biro perjalanan berskala kecil, seperti Bitra Eko Wisata diversifikasi usaha
sangat terbatas dan hampir seluruh kegiatannya dilakukan bahkan tergantung dengan
pihak lain atau hanya memiliki jaringan saja. Dari sisi akumulasi keuntungan bisnis
berskala besar memiliki keuntungan yang paling tinggi yang diperoleh melalui seluruh
diversi kan usaha yang dilakukan. Pada sisi lain, bisnis berskala besar memiliki
tingkat risiko yang paling tinggi, terutama bila dihadapkan dengan permintaan wisata
yang menurun seperti pada krisis moneter. Pada umumnya perusahaan tumbuh
menjadi skala menengah atau besar melalui sebuah proses yang cukup panjang.
b. Permodalan
Modal operasional untuk usaha biro perjalanan dapat dibedakan dalam dua
macam, yaitu modal “real” dan modal normatif. Modal real adalah modal minimum
yang sesungguhnya dapat atau cukup digunakan untuk menjalankan roda perusahaan.
Modal Normatif adalah modal minimum yang dinyatakan oleh Undang-Undang No.
29/1995 tentang perseroan terbatas. Besar modal untuk perusahaan berskala menengah
dan besar sangat tergantung dengan diversifikasi usaha yang telah dilakukan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Semakin besar perusahaan melakukan diversifikasi
usaha semakin besar pula modal yang dibutuhkan. Sebagian besar perusahaan biro
perjalanan belum pernah melakukan proses peminjaman modal dari bank dengan
alasan risiko bisnis dan tingkat suku bunga pinjaman yang sangat tinggi dalam 1 tahun
terakhir ini.
c. Proses Pemasaran
Bagi perusahaan berskala kecil, pasar internasional yang dapat dicapai relatif
terbatas. Sebagai contoh, Bitra Eko Wisata hanya dapat membidik wisatawan dari
Belanda dan Inggris. Pasar wisatawan yang berasal dari ASEAN pun belum tergarap.
Hanya travel besar yang sanggup mengambil pasar ASEAN, karena mereka dapat
16
menekan ongkos melalui diversifikasi usaha yang telah dilakukan dan jaringan
internasional yang telah terbentuk.
Pangsa pasar dalam negeri kurang begitu dilirik karena mayoritas wisatawan
dalam negeri cenderung berwisata tanpa jasa biro perjalanan , tetapi dilakukan secara
mandiri. Terdapat dua alasan utama mengapa pihak perusahaan kurang membidik
pasar dalam negeri. Pertama, terdapat anggapan masyarakat dalam negeri (stereotype)
yang menilai biro perjalanan sebagai usaha yang terkait dengan turis mancanegara,
sehingga dari sisi permintaan jumlah wisatawan dalam negeri yang menggunakan biro
perjalanan relatif sedikit. Kedua, Berdasarkan pengalaman mengelola perusahaan
selama ini menunjukkan bahwa mengorganisir wisatawan dalam negeri lebih sulit
daripada wisatawan luar negeri. Hal dalam beberapa segi, seperti kebersihan,
ketertiban, padahal armada yang di sewa oleh biro perjalanan tergolong mewah yang
membutuhkan perawatan dan keindahan.
Teknik pemasaran yang digunakan hingga saat ini masih sangat terbatas.
Promosi melalui pameran belum pernah dilakukan. Para turis yang pernah
mendapatkan pelayanan perusahaan diupayakan dapat berfungsi sebagai perpanjangan
tangan perusahaan dalam pemasaran melalui informasi yang mereka berikan kepada
orang lain. Di samping itu, e-mail merupakan media yang cukup efektif dalam
menjaring turis dan memperkenalkan perusahaan.
17
usaha yang berada dalam biro tersebut., seperti ongkos pemeliharaan bus, hotel, restoran.
Pada sisi lain, usaha berskala kecil lebih relative lebih fleksibel dalam merespon krisis
ekonomi sebagai akibat overhead cost yang relative rendah.
Dampak krisis moneter lebih berpengaruh pada pangsa pasar dalam negeri yang
turun hamper 50%. Dampak krisis moneter terasa pada pengeluaran perusahaan-
perusahaan seperti listrik, telepon, dan barang habis (naik sekitar 50%, setelah melalui
upaya penghematan). Walaupun informasi kerusuhan berdampak kuat terhadap pangsa
pasar luar negeri, tetapi pada kenyataannya, masih terdapat turis yang secara individu
tidak terpengaruh oleh isu-isu tersebut. Cara mereka dating ke Indonesia biasanya secara
individu dan tidak kolektif(grup). Bagi perusahaan berskala kecil krisis moneter belum
berdampak terhadap tenaga kerja. Bagi perusahaan besar dampak krisis moneter ini
sangat terasa yang dicirikan dengan penjualan asset dan pemutusan hubungan kerja
(PHK).
18
g. Kebijakan Usaha Kecil
a) Peingkat Perhotelan
Usaha skala besar dan menengah, dilengkapi oleh restoran tersendiri, dan
memiliki jaringan dengan berbagai travel biro, hotel, diberbagai lokasi. Khusus untuk
skala besar dilengkapi pula dengan fasilitas kapal “Kataraman” dan perahu yang
digunakan untuk diving. Usaha kecil tidak memiliki fasilitas tersebut, yang hanya berupa
cottage.
Usaha perhotelan yang dijalankan dipulau bunaken kebanyakan tidak hanya memiliki
jasa penginapan saja. Dampak krisis yang jelas terlihat adalah ( studi kasus perhotelan):
Penurunan keuntungan
Sulit mengembangkan jumalah kamar
Pada dasarnya tidak terdapat satu kebijakan pemerintahpun yang berkaitan langsung
dengan permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha hotel. Namun terdapat beberapa
kebijakan yang dampaknya sangan terasa pada saat krisis moneter, antara lain:
19
Kebijakan keringanan pajak
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
20