Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

KETIMPANGAN EKONOMI DAN KEMISKINAN

Dosen Pengampu : Charles Fransiscus Ambarita, M.Si

Oleh :

KELOMPOK 12

Melvin Alroy Lumbantobing ( 7183240032 )

Taufik Hidayat ( 7203540006 )

Sinta Rahmawati ( 7201240009 )

Sophia Hanum ( 7201240013 )

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar dapat membantu penulis dalam menyelesaikan makalah dalam
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia dan tidak lupa, penulis berterima kasih Kepada bapak
Charles Fransiscus Ambarita, M.Si selaku Dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia di
Universitas Negeri Medan yang telah memberikan penulis tugas yang bermanfaat ini.

Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai “ Ketimpangan Ekonomi dan Kemiskinan ”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan
berupa kritikan dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang.

Medan, 17 Mei 2021

Penulis

Kelompok 12
DAFTAR ISI

PEREKONOMIAN INDONESIA ......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta
kemiskinan atau jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line),
kurangnya tingkat pendidikan, kecenderungan dari kenaikan harga-harga secara umum dan
terus-menerus, serta bertambanhnya pengangguran, yang merupakan faktor terjadinya
kemiskinan. Dimana faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan adanya keterkaitan.
Tujuan terpenting dari pembangunan adalah pengurangan kemiskinan, yang dapat dicapai
melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan atau dengan distribusi pendapatan yang lebih
merata. Jadi, terdapat hubungan segitiga antara pertumbuhan ekonomi, ketidakmerataan
pendapatan dan kemiskinan. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan
pendapatan merupakan hubungan dua arah. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
upaya di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun upaya tersebut belum
menammpakkan hasil yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin yang dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan (BKKBN, 2013). Masalah kemiskinan belum dapat
teratasi secara optimal juga diakibatkan karena faktor penyebab kemiskinan yang beragam
dan kompleks. Faktor yang mempengaruhi kemiskinan bukan hanya faktor ekonomi saja.
Dengan melihat 2 faktor kemiskinan maka dapat diketahui cara untuk meminimalisir
kemiskinan tersebut. Beberapa diantaranya adalah produk domestik regional bruto (PDRB),
pengangguran, dan modal manusia dapat dilihat dari pendidikan (Chandra, 2010; Mahsunah,
2011; Budhi, 2013; Rusdiarti, 2013; Leasiwal, 2013; Abebe, 2014; Cholili, 2014;
Marmujiono; 2014).

B. Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini, penulis yang membahas mengenai kemiskinan dan
ketimpangan ekonomi ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1.Apa yang menjadi penyebab ketimpangan maupun kemiskinan ?
2.Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengentaskan masalah kemiskinan dan
kesenjangan?
C. Tujuan Masalah
Tujuannya sebagai pemenuhan tugas salah satu mata kuliah yaitu Perekonomian
Indonesia dan juga bertujuan untuk membuat kesadaran akan kemiskinan yang terjadi
kepada mas yar akat di I ndo nes ia, me mber ikan infor mas i kepada pembaca
mengenai kemisk inan dan ket impangan ekono mi, me nget ahui upa ya
pemerint ah untuk mengat asi kemiskinan dan kesenjangan, serta menget ahui
dampak dari kemiskinan dan ketimpangan ekonomi terhadap perekonomian Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya berkaitan
dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan
rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidak berdayaannya untuk berpartisipasi dalam
pembangunan serta berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia.
Dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air,
perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang
rendah.
Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan tidak mudah untuk mengukurnya.
Arsyad [2004] mengelompokan ukuran kemiskinan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absoulut dikaitkan dengan
perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinan seseorang untuk
dapat hidup secara layak. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum,
maka seseorang dapat dikategorikan miskin. Sedangkan kemiskinan relatif Kemiskinan
lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, daripada keadaan orang yang
bersangkutan.
Orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang memenuhi kebutuhan
dasar minimum tidak selalu berarti "tidak miskin". Walalupun pendapatan sudah mencapai
tingkat kebuthan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin
(Miller, 1971; dalam Arsyad (2004).
Badan Pusat Statistik (BPS, 2007), mendefinisikan kemiskinan ke dalam beberapa
terminologi seperti, kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan
kemiskinan kultural.
 Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang ditentukan berdasarkan ketidakmampuan
untuk mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat sehingga
proses penentuannya sangat subjektif. Biasanya kemiskinan relatif ini difokuskan
kepada distribusi pendapatan. Dalam menentukan sasaran penduduk miskin, maka
garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap
tingkat pembangunan negara secara keseluruhan
 Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang ditentukan berdasarkan
ketidakmampuan untuk mencapai kebutuhan pokok minimum. Kebutuhan pokok
minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai
kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis
kemiskinan. Garis kemiskinan absolut ini berguna dalam menilai efek dari
kebijakan anti kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu
proyek terhadap kemiskinan.
 Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur atau tatanan
kehidupan yang tidak menguntungkan. Yang dimaksud tidak menguntungkan di sini
karena tatanan sosial yang tidak adil sehingga melanggengkan kemiskinan. Tatanan
kehidupan ini yang menyebabkan masyarakat tidak mempunyai peluang dan/atau
akses untuk mengembangkan dirinya.
 Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh adat dan budaya suatu
daerah tertentu yang membelenggu sesorang tetap melekat dengan indikator kemiskinan.
Indikator kemiskinan ini sebenarnya bisa dikurangi dan dihilangkan secara bertahap
dengan mengabaikan adat dan budaya tertentu yang menghalangi seseorang
melakukan perubahan-perubahan ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik.
Bank Dunia menghitung garis kemiskinan absolut dengan menggunakan
pengeluaran konsumsi yang di konversi ke dalam US$ PPP (Purchasing power parity
/paritas daya beli], bukan nilai tukar US$ resmi. Tujuannya adalah untuk
membandingkan tingkat kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan
kemana menyalurkan sumber daya finansial (Dana) yang ada, juga dalam menganalisis
kemajuan dalam memerangi kemiskinan. Angka konversi PPP menunjukan banyaknya
rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa dimana
jumlah yang sama tersebut dapat dibeli seharga US$1 di Amerika. Angka konversi ini
dihitung berdasarkan harga dan kualitas di masing-masing negara yang dikumpulkan
dalam suatu survei yang biasanya dilakukan setiap lima tahun sekali. Pada umumnya ada
dua ukuran yang digunakan oleh Bank dunia, yaitu :
a) US$ 1 PPP Perkapita per hari; b) US$ 2 PPP Perkapiata perhari. Ukuran tersebut direvisi
menjadi US$ 1,25 PPP dan US$ 2 PPP per kapita perhari.
Pendapatan per kapita yang tinggi sama sekali bukan merupakan jaminan tidak
adanya kemiskinan absolut dalam jumlah yang besar. Hal ini mengingat besar atau kecilnya
porsi atau bagian pendapatan yang diterima oleh kelompok- kelompok penduduk yang
paling miskin tidak sama untuk masing-masing negara, sehingga mungkin saja suatu
negara dengan pendataan per kapita yang tinggi justru memepunyai presentase penduduk
yang berbeda di bawah garis kemiskinan internasional yang lebih besar dibandingkan
dengan suatu negara yang pendapatan per kapitanya lebih rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan tersebut antara lain struktur pertumbuhan ekonomi yang
berlangsung di negara yang bersangkutan, berbagai pengaturan politik dan kelembagaan
yang dalam prakteknya ikut menentukan pola-pola distribusi pendapatan nasional (BPS,
2012).

2.1.1 Faktor Penyebab Kemiskinan


faktor penyebab kemiskinan, yaitu :
1).Pendidikan yang Rendah. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang
mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan
pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan
kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
2).Malas Bekerja. Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib)
menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
3).Keterbatasan Sumber Alam. Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber
alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan
masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin.
4). Terbatasnya Lapangan Kerja. Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi
kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan
kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat
miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5). Keterbatasan Modal. Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk
melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki
dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6). Beban Keluarga. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak
diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena
semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup
yang harus dipenuhi.
2.1.2 Upaya pemerintah dalam mengurangi kemiskinan
Dalam sistem kapitalistik yang berlaku di Indonesia, penetapan pajak
pendapatan/penghasilan merupakan solusi untuk mengurangi terjadinya ketimpangan.
Dengan mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya tinggi, sebaliknya subsidi
akan membantu penduduk yang pendapatannya rendah, asalkan tidak salah sasaran dalam
pemberiannya. Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan sistem tarif progresif
(semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase tarifnya), oleh pemerintah digunakan
untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi dan proyek pembangunan. Namun kenyataanya
tidaklah demikian. Pajak tidak hanya dibebankan pada orang kaya tetapi semua komponen
masyarakat tanpa pandang kaya atau miskin semua dikenai pajak. Inilah yang menyebabkan
permasalahan kemiskinan tak kunjung selesai.
Secara lebih rinci langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah
kemiskinan adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan Sektor Pertanian, Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam
pembangunan karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
pendapatan masyarakat dipedesaan berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin.
Terutama sekali teknologi disektor pertanian. Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan
dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi sehingga menjadi leading
sector (rural – led development) proses ini akan mendukung pertumbuhan seimbang dengan
syarat, kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi serta dengan
menciptakan pola permintaan yang kondusif pada pertumbuhan.
b. Pembangunan Sumber Daya manusia, Sumberdaya manusia merupakan investasi insani
yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga
pendidikan, kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh
pemerintah. Bila dikaitkan pada sektor pertanian, akan lebih berkembang jika kebijakan
pemerintah bisa menitikberatkan pada transfer sumber daya dari pertanian ke industri melalui
mekanisme pasar.
c. Redistribusi Pendapatan secara lebih baik, Negara akan ikut bertanggungjawab terhadap
mekanisme distribusi dengan mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan
kelompok, atau golongan lebih-lebih kepentingan perorangan. Dengan demikian, sektor
publik yang digunakan untuk kemaslahatan umat jangan sampai jatuh ke tangan orang yang
mempunyai visi kepentingan kelompok, golongan dan kepentingan pribadi.
d. Pembangunan Infrastruktur, Negara akan menyediakan fasilitas-fasilitas publik yang
berhubungan dengan masalah optimalisasi distribusi pendapatan. Seperti sekolah, rumah
sakit, lapangan kerja, perumahan, jalan, jembatan dan lain sebagainya.

2.1.3 Dampak Dari Kemiskinan


Banyak dampak yang terjadi yang disebabkan kemiskinan diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Penganguran merupakan dampak kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan
merupakan hal yang sulit diraih masyarakat. Maka masyarakat sulit untuk berkembang dan
mencari pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan, dikarenakan sulit untuk bekerja.
b. Tingkat kematian meningkat, masyarakat Indonesia banyak mengalami kematian karena
kelaparan atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan
yang alami.
c. Putus sekolah Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang rendah) ini membuat rakyat
Indonesia tidak mempunyai ilmu yang cukup untuk memperoleh pendapatan. Biaya
pendidikan penyebab rakyat miskin putus sekolah karena tidak lagi mampu membiayai
sekolah, putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat
rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita mimpi mereka. Ini
memyebab kemiskinan yang dalam kareana hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan
global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.Buruknya generasi
penerus adalah dampak yang berbahaya akibat kemiskinan.Jika anak-anak putus sekolah dan
berkerja karena terpaksa, maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti
gangguan pada perkembangan mental dan fisik dan cara berfikir mereka. Contoh anak-anak
jalanan yang tak mempunyai tempat tinggal, tidur di jalanan, tidak sekolah, mengamen untuk
mencari makan dan lainnya. Generasi penerus merupakan dampak panjang dan buruk karena
anak-anak seharusnya mendapatkan hak mereka untuk bahagia, mendapatkan pendidikan,
mendapatkan nutrisi baik. Ini dapat menyebabkan mereka terjebak dalam kesulitan hingga
dewasa dan dampak pada generasi penerus.
d. Tingkat kejahatan meningkat, masyarakat Indonesia jadi terdesak untuk memperoleh
pendapatan dengan cara kejahatan karena dengan cara yang baik mereka tidak mempunyai
modal yaitu ilmu dan keterampilan yang cukup.
2.2. Ketimpangan Ekonomi
Ketimpangan ekonomi adalah perbedaan pembangunan ekonomi antar suatu wilayah
dengan wilayah lainnya secara vertikal dan horizontal yang menyebabkan disparitas atau
ketidak pemerataan pembangunan. Salah satu tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah
untuk mengurangi ketimpangan (disparity). Peningkatan pendapatan per kapita memang
menunjukkan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah. Namun meningkatnya
pendapatan per kapita tidak selamanya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan lebih
merata. Seringkali di negara-negara berkembang dalam perekonomiannya lebih menekankan
penggunaan modal dari pada tenaga kerja sehingga keuntungan dari perekonomian tersebut
hanya dinikmati sebagian masyarakat saja. Apabila ternyata pendapatan nasional tidak
dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa telah
terjadi ketimpangan.
Analisis ketimpangan ekonomi antar daerah yang paling umum digunakan adalah
analisis Indeks Ketimpangan Williamson yakni analisis yang digunakan sebagai indeks
ketimpangan regional (regional inequality). Dengan indikator bahwa apabila angka indeks
ketimpangan Williamson yang diperoleh terletak antara 0 sampai dengan 1, jika mendekati 0
berarti ketimpangan (disparitas) pendapatan antar provinsi di Indonesia semakin rendah atau
dengan kata lain pertumbuhan ekonomi regional terjadi secara merata, tetapi jika bila
angka indeks menunjukkan semakin jauh dari nol atau mendekati 1 maka disparitas
pendapatan provinsi di Indonesia semakin tinggi serta mengidentifikasikan adanya
pertumbuhan ekonomi regional yang tidak merata.

2.2.1 Penyebab ketimpangan ekonomi


Faktor penyebab ketimpangan ekonomi beragam antar negara. Berikut adalah beberapa
alasannya:
 Tingkat pengangguran tinggi. Itu menunjukkan ke anda banyak orang tidak
memperoleh pekerjaan dan pendapatan. Peningkatan tingkat pengangguran
memperlemah permintaan terhadap barang dan jasa. Itu mengakibatkan aktivitas
produksi lesu. Bisnis mengurangi pekerja. Itu mengarah pada lebih banyak
pengangguran dan semakin sedikit pendapatan bagi rumah tangga.
 Kondisi pekerjaan yang buruk. Upah di bawah standar internasional atau nasional
masih terjadi. Itu membuat orang tidak bisa memperoleh pendapatan yang layak.
Sehingga, mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau mengakses
layanan penting seperti pendidikan dan kesehatan.
 Pendidikan dan keterampilan rendah. Itu membatasi orang untuk memperoleh
pekerjaan dan pendapatan yang lebih layak. Orang miskin sulit untuk mengakses
pendidikan atau pelatihan karena mereka tidak memiliki uang. Jadi, memberikan lebih
banyak akses terhadap fasilitas semacam itu adalah salah satu solusi untuk keluar dari
kemiskinan.
 Diskriminasi ekonomi. Menjadi minoritas atau imigran seringkali membuat orang
mendapat perlakuan tidak adil ketika mereka mengejar kesempatan ekonomi atau
mengakses layanan penting.
 Infrastruktur yang buruk. Orang yang tinggal di daerah terpencil sulit untuk
mengakses barang esensial dari daerah lain. Selain itu, buruknya infrastruktur
meningkatkan biaya logistik dan harga barang, membuat daya beli orang miskin
semakin jatuh. Orang juga tidak mudah berpindah ke wilayah lain untuk mengejar
kesempatan ekonomi yang lebih baik.
 Ukuran keluarga. Lebih banyak anggota keluarga, lebih banyak kebutuhan yang harus
dipenuhi. Jika hanya mengandalkan kepala keluarga untuk mencari nafkah,
pendapatan seringkali tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka.
 Konsentrasi kekayaan. Orang kaya memiliki sumber daya yang lebih baik daripada
orang miskin. Mereka menguasai sebagian besar dari perekonomian. Jika mereka
harus bersaing, sebagaimana pasar bebas anjurkan, orang miskin berada pada posisi
yang tidak unggul. Mereka sulit berhadapan dengan orang kaya. Hasilnya, orang kaya
semakin kaya dan orang miskin semakin miskin.

2.2.2 Upaya Pemerintah menekan ketimpangan Ekonomi


Upaya pemerintah untuk menekan angka ketimpangan, antara lain :
1) adanya pelayanan dasar seperti akses sanitasi dan air bersih.
2) pemerintah menyediakan perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan berupa BPJS.
3) menciptakan kesempatan kerja dengan mendorong pendidikan vokasi dan meningkatkan
data saing UMKM.
4) optimalisasi pemanfaatan alokasi Dana Desa, sehingga diharapkan dana tersebut mampu
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan dasar, serta pengembangan usaha ekonomi
produktif bagi masyarakat berpendapatan rendah.
5) penguatan pendidikan vokasi untuk memperkirakan kesempatan kerja, redistribusi aset
salah satunya berupa lahan yang menganggur.

2.3. Kemiskinan, Ketimpangan dan Pertumbuhan


Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan
seluruh komponen masyarakat mengelolaberbagai sumber daya yang ada dan membentuk
suatu pola kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Tolok ukur keberhasilan
pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin
kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor.Suatu
ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan yang berkembang apabila tingkat kegiatan
ekonominya lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada masa sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Disini, proses
mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis (Arsyad, 2004).
Disparitas antar daerah tidak dapat dihindari akibat tidak terjadinya efek
perembesan ke bawah (trickle down effect) dari output secara nasional terhadap
masyarakat mayoritas bahkan sampai saat sekarang (reformasi). Kenikmatan hasil output
nasional hanya dinikmati oleh segelintir golongan minoritas. Angka kemiskinan absolut
justru meningkat karena semakin lebarnya jurang perbedaan antara golongan kaya dengan
golongan miskin. Disparitas pendapatan antar daerah merupakan topik yang perlu dikaji
dengan memperhitungkan beberapa alasan. Dasar utama menariknya hal ini untuk diteliti
karena disparitas merupakan suatu hal yang dapat menghambat pembangunan daerah
khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.Ravallion (2005), melihat
pengalaman dari 70 negara berkembang dan transisi pada 1990-an, menemukan ada
tanda-tanda terjadinya trad e-off yang sistematis antara kemiskinan dan ketimpangan.
Argumen teoritis klasik yang percaya terjadi trade-off antara kemiskinan dan
ketimpangan di negara berkembang didasarkan pada Hipotesis Kuznets (teori
Kuznets). Hubungan antara ketimpangan (sumbu vertikal) dengan pendapatan (sumbu
horisontal), pada saat awal pertumbuhan, ketimpangan akan mengalami peningkat;
mencapai titik balik, dan kemudian mengalami penurunan sehingga menyerupai huruf U
terbalik.
Sedangkan Tulus (2006) menyatakan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi
pendapatan mempunyai hubungan yang khas. Bentuk hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dan distribusi pendapatan di tingkat dunia adalah semakin tinggi pertumbuhan ekonomi,
semakin besar pendapatan per kapita dan semakin besar perbedaan antara kaum miskin
dan kaum kaya. Namun, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan mempunyai hubungan
yang tidak mudah untuk dijelaskan dan menimbulkan kontroversi. Kemiskinan selain
dipengaruhi oleh pertumbuhan pendapatan, juga oleh pendidkan tenaga kerja dan struktur
ekonomi. Secara umum pertumbuhan ekonomi (peningkatan output) akan meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan upah, yang selanjutnya akan mengurangi
kemiskinan.
Elastisitas ketidakmerataan distribusi pendapatan terhadap pertumbuhan pendapatan
adalah komponen kunci dari perbedaan ketimpangan konstan dan efek perubahan
ketimpangan dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan Wodon (1999).
Menurut Simon Kuznets (dalam Ravallion, 2005) terdapat korelasi positif atau
negatif dalam jangka panjang antara tingkat pendapatan per kapita dengan tingkat
pemerataan distribusi pendapatan. Hubungan antara kesenjangan pendapatan dan
tingkat pendapatan perkapita berbentuk U terbalik. Pada awal proses pembangunan,
ketimpangan distribusi pendapatan naik sebagai akibat proses urbanisasi dan
industrialisasi. Ketimpangan menurun karena sektor industri di kota sudah menyerap
tenaga kerja dari desa atau produksi atau penciptaan pendapatan dari pertanian lebih
kecil. Hubungan tersebut memberikan arti bahwa terjadi evolusi distribusi pendapatan
dalam proses transisi dari ekonomi pedesaan (pertanian) ke ekonomi perkotaan (industri).
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kemiskinan dan ketimpangan ekonomi merupakan masalah sosial serius yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia. Meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk membebaskan diri
dari kemiskinan dan ketimpangan ekonomi, kenyataan memperlihatkan bahwa sampai saat
ini Indonesia belum bisa melepaskan diri dari belenggu masalah kemiskinan dan
ketimpangan ekonomi ini. Dalam hal ini sekelompok anggota masyarakat dikatakan berada di
bawah garis kemiskinan apabila pendapatan kelompok anggota masyarakat tersebut tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal.
Sedangkan, di Indonesia, salah satu landasan yang digunakan untuk menentukan menentukan
apakah seseorang termasuk kategori miskin atau tidak adalah dengan mengacu pada kriteria
yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

3.2 Saran

Berdasarkan kajian materi yang telah dilakukan ada beberapa saran yang dapat diberikan
yaitu :

1. Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius dan bertanggung jawab
agar dapat segera mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia

2. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua program pemerintah
dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan negara Indonesia terbebas dari
kemiskinan.

3. Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu saudara kita yang
masih mengalami kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=563915&val=6149&title=ANALI
SIS%20KETIMPANGAN%20EKONOMI%20DAN%20PENGARUHNYA%20TERHADA
P%20TINGKAT%20KRIMINALITAS%20%20DI%20PROPINSI%20SUMATERA%20UT
ARA#:~:text=Ketimpangan%20ekonomi%20adalah%20perbedaan%20pembangunan,untuk
%20mengurangi%20ketimpangan%20(disparity).

https://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal/index.php/kek/article/view/41/32

Anda mungkin juga menyukai