PEREKONOMIAN INDONESIA
Oleh :
KELOMPOK 12
FAKULTAS EKONOMI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang begitu besar dapat membantu penulis dalam menyelesaikan makalah dalam
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia dan tidak lupa, penulis berterima kasih Kepada bapak
Charles Fransiscus Ambarita, M.Si selaku Dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia di
Universitas Negeri Medan yang telah memberikan penulis tugas yang bermanfaat ini.
Penulis berharap agar makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai “ Ketimpangan Ekonomi dan Kemiskinan ”. Penulis
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masukan
berupa kritikan dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang.
Penulis
Kelompok 12
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta
kemiskinan atau jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line),
kurangnya tingkat pendidikan, kecenderungan dari kenaikan harga-harga secara umum dan
terus-menerus, serta bertambanhnya pengangguran, yang merupakan faktor terjadinya
kemiskinan. Dimana faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi dan adanya keterkaitan.
Tujuan terpenting dari pembangunan adalah pengurangan kemiskinan, yang dapat dicapai
melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan atau dengan distribusi pendapatan yang lebih
merata. Jadi, terdapat hubungan segitiga antara pertumbuhan ekonomi, ketidakmerataan
pendapatan dan kemiskinan. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketidakmerataan
pendapatan merupakan hubungan dua arah. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
upaya di dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun upaya tersebut belum
menammpakkan hasil yang signifikan terhadap jumlah penduduk miskin yang dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan (BKKBN, 2013). Masalah kemiskinan belum dapat
teratasi secara optimal juga diakibatkan karena faktor penyebab kemiskinan yang beragam
dan kompleks. Faktor yang mempengaruhi kemiskinan bukan hanya faktor ekonomi saja.
Dengan melihat 2 faktor kemiskinan maka dapat diketahui cara untuk meminimalisir
kemiskinan tersebut. Beberapa diantaranya adalah produk domestik regional bruto (PDRB),
pengangguran, dan modal manusia dapat dilihat dari pendidikan (Chandra, 2010; Mahsunah,
2011; Budhi, 2013; Rusdiarti, 2013; Leasiwal, 2013; Abebe, 2014; Cholili, 2014;
Marmujiono; 2014).
B. Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini, penulis yang membahas mengenai kemiskinan dan
ketimpangan ekonomi ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1.Apa yang menjadi penyebab ketimpangan maupun kemiskinan ?
2.Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mengentaskan masalah kemiskinan dan
kesenjangan?
C. Tujuan Masalah
Tujuannya sebagai pemenuhan tugas salah satu mata kuliah yaitu Perekonomian
Indonesia dan juga bertujuan untuk membuat kesadaran akan kemiskinan yang terjadi
kepada mas yar akat di I ndo nes ia, me mber ikan infor mas i kepada pembaca
mengenai kemisk inan dan ket impangan ekono mi, me nget ahui upa ya
pemerint ah untuk mengat asi kemiskinan dan kesenjangan, serta menget ahui
dampak dari kemiskinan dan ketimpangan ekonomi terhadap perekonomian Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks. Kemiskinan tidak hanya berkaitan
dengan masalah rendahnya tingkat pendapatan dan konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan
rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, ketidak berdayaannya untuk berpartisipasi dalam
pembangunan serta berbagai masalah yang berkenaan dengan pembangunan manusia.
Dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air,
perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang
rendah.
Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan tidak mudah untuk mengukurnya.
Arsyad [2004] mengelompokan ukuran kemiskinan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absoulut dikaitkan dengan
perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya dibatasi pada
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinan seseorang untuk
dapat hidup secara layak. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum,
maka seseorang dapat dikategorikan miskin. Sedangkan kemiskinan relatif Kemiskinan
lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, daripada keadaan orang yang
bersangkutan.
Orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang memenuhi kebutuhan
dasar minimum tidak selalu berarti "tidak miskin". Walalupun pendapatan sudah mencapai
tingkat kebuthan dasar minimum, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan
keadaan masyarakat sekitarnya, maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin
(Miller, 1971; dalam Arsyad (2004).
Badan Pusat Statistik (BPS, 2007), mendefinisikan kemiskinan ke dalam beberapa
terminologi seperti, kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan
kemiskinan kultural.
Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang ditentukan berdasarkan ketidakmampuan
untuk mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat sehingga
proses penentuannya sangat subjektif. Biasanya kemiskinan relatif ini difokuskan
kepada distribusi pendapatan. Dalam menentukan sasaran penduduk miskin, maka
garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan, dan perlu disesuaikan terhadap
tingkat pembangunan negara secara keseluruhan
Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang ditentukan berdasarkan
ketidakmampuan untuk mencapai kebutuhan pokok minimum. Kebutuhan pokok
minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai
kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis
kemiskinan. Garis kemiskinan absolut ini berguna dalam menilai efek dari
kebijakan anti kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu
proyek terhadap kemiskinan.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur atau tatanan
kehidupan yang tidak menguntungkan. Yang dimaksud tidak menguntungkan di sini
karena tatanan sosial yang tidak adil sehingga melanggengkan kemiskinan. Tatanan
kehidupan ini yang menyebabkan masyarakat tidak mempunyai peluang dan/atau
akses untuk mengembangkan dirinya.
Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh adat dan budaya suatu
daerah tertentu yang membelenggu sesorang tetap melekat dengan indikator kemiskinan.
Indikator kemiskinan ini sebenarnya bisa dikurangi dan dihilangkan secara bertahap
dengan mengabaikan adat dan budaya tertentu yang menghalangi seseorang
melakukan perubahan-perubahan ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik.
Bank Dunia menghitung garis kemiskinan absolut dengan menggunakan
pengeluaran konsumsi yang di konversi ke dalam US$ PPP (Purchasing power parity
/paritas daya beli], bukan nilai tukar US$ resmi. Tujuannya adalah untuk
membandingkan tingkat kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan
kemana menyalurkan sumber daya finansial (Dana) yang ada, juga dalam menganalisis
kemajuan dalam memerangi kemiskinan. Angka konversi PPP menunjukan banyaknya
rupiah yang dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan jasa dimana
jumlah yang sama tersebut dapat dibeli seharga US$1 di Amerika. Angka konversi ini
dihitung berdasarkan harga dan kualitas di masing-masing negara yang dikumpulkan
dalam suatu survei yang biasanya dilakukan setiap lima tahun sekali. Pada umumnya ada
dua ukuran yang digunakan oleh Bank dunia, yaitu :
a) US$ 1 PPP Perkapita per hari; b) US$ 2 PPP Perkapiata perhari. Ukuran tersebut direvisi
menjadi US$ 1,25 PPP dan US$ 2 PPP per kapita perhari.
Pendapatan per kapita yang tinggi sama sekali bukan merupakan jaminan tidak
adanya kemiskinan absolut dalam jumlah yang besar. Hal ini mengingat besar atau kecilnya
porsi atau bagian pendapatan yang diterima oleh kelompok- kelompok penduduk yang
paling miskin tidak sama untuk masing-masing negara, sehingga mungkin saja suatu
negara dengan pendataan per kapita yang tinggi justru memepunyai presentase penduduk
yang berbeda di bawah garis kemiskinan internasional yang lebih besar dibandingkan
dengan suatu negara yang pendapatan per kapitanya lebih rendah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan tersebut antara lain struktur pertumbuhan ekonomi yang
berlangsung di negara yang bersangkutan, berbagai pengaturan politik dan kelembagaan
yang dalam prakteknya ikut menentukan pola-pola distribusi pendapatan nasional (BPS,
2012).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemiskinan dan ketimpangan ekonomi merupakan masalah sosial serius yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia. Meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk membebaskan diri
dari kemiskinan dan ketimpangan ekonomi, kenyataan memperlihatkan bahwa sampai saat
ini Indonesia belum bisa melepaskan diri dari belenggu masalah kemiskinan dan
ketimpangan ekonomi ini. Dalam hal ini sekelompok anggota masyarakat dikatakan berada di
bawah garis kemiskinan apabila pendapatan kelompok anggota masyarakat tersebut tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal.
Sedangkan, di Indonesia, salah satu landasan yang digunakan untuk menentukan menentukan
apakah seseorang termasuk kategori miskin atau tidak adalah dengan mengacu pada kriteria
yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
3.2 Saran
Berdasarkan kajian materi yang telah dilakukan ada beberapa saran yang dapat diberikan
yaitu :
1. Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius dan bertanggung jawab
agar dapat segera mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia
2. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua program pemerintah
dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan negara Indonesia terbebas dari
kemiskinan.
3. Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu saudara kita yang
masih mengalami kemiskinan.
DAFTAR PUSTAKA
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=563915&val=6149&title=ANALI
SIS%20KETIMPANGAN%20EKONOMI%20DAN%20PENGARUHNYA%20TERHADA
P%20TINGKAT%20KRIMINALITAS%20%20DI%20PROPINSI%20SUMATERA%20UT
ARA#:~:text=Ketimpangan%20ekonomi%20adalah%20perbedaan%20pembangunan,untuk
%20mengurangi%20ketimpangan%20(disparity).
https://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal/index.php/kek/article/view/41/32