Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

MANAJEMEN KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH


“Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ni Luh Putu Wiagustini, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. I Gusti Ayu Nita Utamy (1907521030)


2. Dewa Ayu Putu Mas Wiadnyani (1907521091)
3. Nyoman Devi Novita Sri Jayati (1907521109)
4. Ni Md Chintya Pramudya Kusumarini (1907521125)
5. Gede Apriawan (1907521145)
6. Kadek Bagus Krishna Dwipayana (2007521186)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen
Kemitraan Pemerintah Daerah” ini dengan baik tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Ni Luh Putu
Wiagustini, S.E., M.Si., yang telah memberikan banyak bimbingan rasa terima kasih juga
hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan kelompok satu yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktu yang telah ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan
makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami
berharap agar makalah ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca.

Denpasar, 8 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kemitraan Pemerintah Daerah Menghemat APBD 2
2.2 Pola Kemitraan Pemerintah Daerah 2
2.3 Kemitraan Pemerintah dan New Public Management 3
2.4 Bentuk – Bentuk Kemitraan 4
2.5 Kriteria dan Bidang Kegiatan untuk Kemitraan 10
2.6 Biaya Transaksi dalam Kontrak 11
2.7 Kemitraan dan Efektivitas Pelayanan Publik 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih las bagi pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengeola sendiri urusan daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan,pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta
peeningkatan daya saing daerah.untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah daerah dapat
mengembangkan kerja sama melalui program kemitraan baik dengan pemerintah daerah
lainnya atau dengan sektor swasta dan sektor ketiga. Kemitraan pemerintah daerah dengan
pihak swasta (public-private
partnership) juga penting dilakukan dan dapat memberikan banyak manfaat,antara lain
dapat menghemat APBD, meningkatkan pendapaatan daerah, meningkatkan kualitas
pelayanan,mempercepat pembangunan daerah,mendorong pertumbuhan sektor swasta,dan
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kemitraan pemerintah daerah menghemat apbd ?
2. Bagaimana pola kemitraan pemerintah daerah ?
3. Bagaimana kemitraan pemerintah dan new public management ?
4. Bagaimana bentuk – bentuk kemitraan ?
5. Apa yang dimaksud kriteria dan bidang kegiatan untuk kemitraan?
6. Apa yang dimaksud dengan biaya transaksi dalam kontrak?
7. Apa yang dimaksud dengan kemitraan dan efektivitas pelayanan public?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kemitraan pemerintah daerah menghemat apbd
2. Untuk mengetahui pola kemitraan pemerintah daerah
3. Untuk mengetahui kemitraan pemerintah dan new public management
4. Untuk mengetahui bentuk – bentuk kemitraan
5. Untuk mengetahui kriteria dan bidang kegiatan untuk kemitraan
6. Untuk mengetahui biaya transaksi dalam kontrak
7. Untuk mengetahui kemitraan dan efektivitas pelayanan public

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kemitraan Pemerintah Daerah Menghemat APBD


Kemitraan pemerintah daerah (local government partnership) merupakan program
strategis yang penting dilakukan daerah sebab tidak mungkin seluruh permasalahan
pembangunan masyarakat dapat diselesaikan oleh pemerintah daerah sendiri. Berbagai
permasalahan daerah berupa kemiskinan, pengangguran, pendidikan, kesehatan, social
dan kemasyarakatan, sarana prasarana dan sebagainya tidaklah mampu diatasi melalui
APBD saja. Oleh karena itu,perlu dikembangkan kemitraan antara pemerintah daerah
dengan berbagai pihak,baik sektor swasta dan sektor ketiga melalui skema kemitraan
pemerintah daerah.sebenarnya,pemerintah daerah tidak harus berorientasi untuk
meningkatkan volume anggaran setinggi-tingginya, karena yang terpenting bagi
pemerintah daerah bukanlah memperbesar volume APBD setinggi-tingginya tetapi
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah daerah harus mampu mendorong dan menggerakkan sektor swasta dan
masyarakat daerah untuk melakukan pembangunan di daerah.hal itu disamping akan
mendorong meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan juga akan
menumbuhkembangkan sektor swasta. dampak selanjutnya adalah meningkatnya
kemandirian perekonomian daerah,perbaikan infrastruktur pelayanan publik,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan terbentuknya masyarakat yang berdikari
(self help community).
2.2 Pola Kemitraan Pemerintah Daerah
Jika mengacu pada teori barang publik, maka pada dasarnya pelayanan publik
merupakan tanggungjawab pemerintah dalam menyediakannya, sedangkan barang privat
murni sektor swastalah yang lebih tepat menyediakan.namun dalam kenyataannya terdapat
beberapa barang campuran yaitu barang semi publik (quasi public goods). Pelayanan
publik meliputi penyediaan barang publik murni, semi publik, dan semi privat.

Kemitraan pemerintah-swasta (public privat partnership) merupakan suatu model


kemitraan yang didasarkan pada rerangka penyedia terbaik (best sourcing). Dengan
kerangka tersebut pemerintah daerah dapat mendorong sektor swasta untuk terlibat dalam
memberikan pelayanan publik tertentu yang hal itu akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelayanan (value for money) dan memberikan win-win solution baik bagi

2
pemerintah maupun pihak swasta. Bentuk kerjasama pemerintah dengan swasta bisa
berupa kontrak kerja, tender penyediaan barang atau jasa atau bisa juga berupa business
process outsourcing. Model kemitraan yang dapat diadopsi antara lain:

1. Kontrak pelayanan (service contract)


2. Kontrak pengelolaan (management contract)
3. Kontrak sewa (lease contract)
4. Bangun-kelola -alih milik (build,operate and transfer)
5. Bangun -kelola-miliki-alih milik (build,operate,own,and transfer)
6. Konsesi (concession)
Hubungan kemitraan sektor publik,sektor swasta,dan sektor ketiga

Variasi bentuk kemitraan pemerintah-swasta (KPS) dapat dilihhat dalam 3 (tiga ) hal,yaitu:

1. Tingkat alokasi risiko antara pemerintah dan swasta


2. Tingkat kebutuhan tenaga ahli pada masing-masing pihak,dan
3. Implikasi potensial terhadap tingkat pembayaran
Selain itu,berbagai pilihan model kemitraan juga dipengaruhi oleh:

1. Aturan hukum dan ketentuan perundangan


2. Struktur pasar penyedia (supplier) barang dan jasa
3. Persyaratan kualitas dan efisiensi, dan
4. Factor politik
2.3 Kemitraan Pemerintah dan New Public Management
Salah satu doktrin New Public Management (NPM) menyatakan organisasi sektor
publik perlu mengadopsi mekanisme pasar untuk menciptakan persaingan di lingkungan
internalnya. Tujuan menciptakan persaingan di sektor publik tersebut adalah untuk
menghemat biaya (efisiensi) dan meningkatkan kualitas. Salah stu bentuk pengadopsian
mekanisme pasar itu adalah dilakukan mekanisme kontrak, tender kom-petitif dalam
rangka penghematan biaya dan peningkatan kualitas serta privatisasi. Untuk organisasi

3
pemerintah, kontrak bisa dilaku-kan dengan pihak swasta, LSM, atau rela-wan (volunteer).
Beberapa tugas pelayanan publik tertentu yang menjadi tanggung jawab pemerintah
sebenarnya bisa di-kontrakkan ke pihak swasta atau pihak ketiga untuk menanganinya,
seperti pe-mungutan sampah, penarikan pajak, pe-rawatan dan pemeliharaan aset
pemerintah, dan sebagainya. Pertimbangan yang perlu dilakukan adalah apabila dengan
dikontrak-kan pemerintah bisa menghemat pengeluar-an dan memperoleh hasil yang lebih
berkualitas, maka pengontrakan kerja adalah lebih baik. Selain itu, manfaat lainnya adalah
mendorong sektor swasta dan sektor ketiga untuk berkembang (Mahmudi, 2005).
2.4 Bentuk – Bentuk Kemitraan
Terdapat beberapa bentuk kemi-traan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah.
Masing-masing bentuk mengandung kelebihan dan kelemahan yang harus diper-
timbangkan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk memilih
skema kemitraan tertentu pemerin-tah daerah perlu melakukan penilaian dan perencanaan
secara mendalam, memper-hitungkan keuntungan dan risiko yang akan timbul, serta
menyesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Bentuk kemitraan tersebut antara
lain (OECD, 1997) :
A. Operasi – Pemeliharaan (Operation – Maintenance)
Kemitraan bentuk Operasi-Peme-liharaan merupakan kontrak pemerintah
daerah dan swasta untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas pelayanan publik.
Kemitraan bentuk ini dapat dilakukan pada fasilitas layanan publik umum seperti air,
pengolahan limbah, pemeliharaan jalan, arena parkir, dan beberapa fasilitas rekreasi
umum.
Kelebihannya:
1. Berpotensi meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan
2. Penghematan biaya
3. Strukturisasi kontrak yang fleksibel
4. Kepemilikan proyek oleh Pemda

Kekurangannya:
1. Perjanjian Kolektif tidak mengizinkan pembatalan kontrak
2. Adanya biaya masuk kembali dalam pasar jika terjadi pailit terhadap partner swasta.
3. Dengan kata lain pemerintah harus meneruskan operasi dan mungkin harus
memberikan subsidi.
4. Kurangnya kontrol kepemilikan dan kemampuan untuk merespon perubahan
permintaan publik

4
B. Desain-Bangun (Design-Build)
Kemitraan bentuk Desain-Bangun merupakan kontrak pemerintah daerah dan
swasta untuk melakukan desain dan mem-bangun fasilitas sesuai dengan standar
kinerja yang dibutuhkan Pemda, ketika suatu fasilitas layanan telah jadi, fasilitas
tersebut menjadi milik pemerintah daerah. Pemerin-tah daerah selanjutnya juga
bertanggung jawab mengoperasikan fasilitas tersebut. Kemitraan jenis ini dapat
diaplikasikan pada seluruh penyediaan infrastruktur publik seperti penyediaan jalan,
air, pengolahan limbah, kolam renang dan beberapa infra-struktur publik lainnya.
Kelebihannya:
1. Memanfaatkan pengalaman partner swasta
2. Peluang inovasi dan penghematan biaya
3. Fleksibilitas dalam penyediaan
4. Peluang efisiensi konstruksi
5. Pengurangan jadwal konstruksi
6. Risiko lebih banyak ditanggung oleh partner swasta
7. Akuntabilitas menjadi lebih baik
8. Klaim konstruksi yang rendah
Kelemahannya:
1. Berkurangnya kontrol pemerintah daerah
2. Kompleksitas prosedur pelaksanaan
3. Biaya modal yang rendah akan menye-babkan tingginya biaya operasi dan pe-meliharaan

C. Operasi Jenis Turnkey (Turnkey Operation)


Kemitraan bentuk Turnkey Opera-tion merupakan kerjasama antara pemerintah daerah
dengan swasta yang dalam hal ini pemerintah daerah mendanai proyek, se-mentara partner
swasta melakukan desain, konstruksi, dan operasi fasilitas publik untuk jangka waktu tertentu.
Kinerja ditentukan oleh publik dan Pemda menjaga kepemilik-an fasilitas publik. Bentuk
kemitraan ini digunakan ketika publik membutuhkan ke-pemilikan terhadap fasilitas dan
mengambil manfaat dari kemampuan partner swasta dalam melakukan konstruksi dan operasi.
Fasilitas yang dapat menggunakan dalam sistem ini antara lain air bersih, kolam renang, padang
golf, dan pembangunan gedung.

Kelebihannya:
1. Menempatkan risiko konstruksi pada partner swasta
2. Proposal yang diajukan dapat dijadikan alat kontrol seperti tujuan operasional-nya
3. Kewajiban melakukan transfer akan meningkatkan kualitas konstruksi
4. Manfaat publik akibat efisiensi kon-struksi yang dilakukan oleh partner swasta
5. Manfaat publik akibat efisiensi operasi yang dilakukan oleh partner swasta
6. Konstruksi dapat terjadi melalui teknik pembangunan cepat
Kelemahannya:

5
1. Mengurangi kontrol Pemda terhadap operasi fasilitas publik
2. Kompleksitas prosedur
3. Peningkatan biaya bila pihak swsta tidak dapat bekerjasama dengan baik
4. Pendanaan bergantung kepada jenis infrastruktur.

D. Wrap Around Addition


Kemitraan bentuk Wrap Around Addition merupakan kerjasama antara pe-
merintah daerah dengan swasta yang dalam hal ini partner swasta mendanai dan mem-
bangun tambahan fasilitas publik yang tersedia. Partner swasta juga mengoperasi-
kannya sampai tenggang waktu tertentu sampai dengan modal partner swasta kem-bali
ditambah keuntungan yang diinginkan-nya. Kemitraan jenis ini dapat diaplikasikan
pada hampir seluruh infrastruktur dan fasilitas publik termasuk jalan, air bersih,
pengolahan limbah dan lain sebagainya.
Kelebihannya:
1. Pemerintah tidak perlu menyediakan modal untuk peningkatan kualitas
2. Risiko finansial ditanggung partner swasta
3. Manfaat Pemda karena pengalaman konstruksi yang dilakukan oleh partner swasta
4. Peluang untuk melakukan pembangun-an dengan cara cepat
5. Fleksibiltas dalam pengadaan
6. Peluang dalam peningkatan efisiensi konstruksi
7. Pengurangan jadwal dalam implemen-tasi proyek
Kelemahannya:
1. Peningkatan (up-grade) fasilitas tidak termasuk dalam kontrak dengan partner swasta
akan dapat menimbulkan kesulitan di kemudian hari
2. Tambahan pengeluaran termasuk dalam perubahan kontrak saat ini dengan partner
swasta.
3. Kehilangan pengawasan terhadap proyek
4. Kontrak yang kompleks

E. Sewa-Beli (Leasing)
Sewa-Beli merupakan jenis ke-mitraan yang dalam hal ini pemerintah daerah
melakukan kontrak kepada partner swasta untuk melakukan desain, pem-biayaan, dan
membangun fasilitas untuk layanan publik. Partner swasta kemudian menyewakan
kepada Pemda sampai dengan kepemilikan fasilitas menjadi milik peme-rintah. Hal ini
dilakuan ketika Pemda ingin menyediakan fasilitas layanan akan tetapi tidak bersedia
memberikan pendanaan. Sewa-Beli dapat digunakan untuk pem-bangunan modal
seperti gedung, armada kendaraan, air bersih dan penyediaan fasilitas komputer.

Kelebihannya:
1. Peningkatan efisiensi konstruksi

6
2. Peluang untuk inovasi
3. Pembayaran sewa lebih rendah dibandingkan pembayaran hutang
4. Risiko ditanggung oleh partner swasta
5. Peningkatan kualitas pelayanan publik dengan biaya yang rendah
6. Potensi untuk melakukan pembayaran sewa berdasarkan kinerja swasta

Kekurangannya:
1.Berkurangnya pengawasan terhadap layanan dan infrastruktur
F. Privatisasi Temporer
Privatisasi Temporer merupakan trensfer kepemilikan fasilitas publik kepada
partner swasta yang melakukan peningkatan dan ekspansi terhadap fasilitas yang
tersedia. Fasilitas kemudian dimiliki dan dioperasikan oleh partner swasta sampai
modal partner swasta kembali ditambah keuntungan yang wajar. Model kemitraan ini
dapat diaplikasikan pada infrastruktur dan fasilitas publik lainnya seperti jalan,
pengolahan limbah, fasilitas parkir gedung pemerintah dan sebagainya.
Kelebihannya:
1. Jika kontrak dengan partner swasta ter-struktur dengan baik maka Pemda dapat
melakukan pengawasan terhadap standar kinerja tanpa harus mengeluar-kan biaya
kepemilikan dan operasi
2. Transfer aset oleh Pemda dapat mengu-rangi biaya operasi oleh pemerintah daerah
3. Partner swasta dapat menyediakan pe-ningkatan efisiensi konstruksi terhadap Pemda
4. Kemudahan akses terhadap modal part-ner swasta dalam konstruksi dan operasi
5. Risiko operasional ditanggung oleh partner swasta

Kekurangannya:
1. Berkurangnya kontrol pemerintah ter-hadap fasilitas publik
2. Kontrak harus dibuat dengan seksama untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan di masa datang
3. Sektor swasta dapat menentukan besar-nya tarif konsumen
4. Kesulitan mengganti partner swasta jika terjadi kebangkrutan
5. Hilanganya potensi Pemda untuk mem-perluas kembali layanan
6. Pengalihan pegawai Pemda
7. Isu ketenagakerjaan

G. Sewa/Beli-Bangun-Operasi (Lease/Buy-Develop-Operate)
Sewa/Beli-Bangun-Operasi adalah jenis kemitraan yang dalam hal ini partner
swasta menyewa dan/atau membeli fasilitas dari Pemda, melakukan ekspansi, moderni-
sasi kemudian mengoperasikan fasilitas ber-dasarkan kontrak. Partner swasta berharap

7
melakukan investasi pada ekspansi dan peningkatan fasilitas sampai mendapatkan
pengembalian investasi dan realisasi keun-tungan yang wajar. Model kemitraan ini juga
dapat diaplikasikan pada hampir se-luruh infrastruktur dan fasilitas publik ter-masuk
jalan, pengolahan limbah, air bersih, bandar udara, fasilitas rekreasi, gedung pe-
merintah dan sebagainya.
Kelebihannya:
1. Jika partner swasta membeli fasilitas atau infrastruktur maka terdapat tam-bahan dana
kepada pemerintah
2. Pemda tidak memerlukan modal untuk meningkatkannya
3. Pembiayaan risiko dapat dialihkan pada pihak swasta.
4. Peluang untuk peningkatan pendapatan pada pemerintah dan partner swastanya
5. Publik diuntungkan oleh pengalaman partner swastanya dalam membangun
6. Peluang untuk melakukan pem-bangunan dengan cepat
7. Fleksibilitas dalam penyediaannya
8. Peluang untuk peningkatan efisiensi dalam konstruksi
9. Efisiensi waktu dalam implementasi proyek.

Kelemahannya:
1. Berkurangnya kontrol dari pemerintah terhadap infrastruktur dan fasilitas publik
2. Kesulitan dalam penilaian aset
3. Isu tentang penjualan dan penyewaan proyek yang mendapatkan subsidi pemerintah
4. Jika fasilitas publik dijual kepada partner swasta risiko kesalahan pemanfaatan dapat
terjadi.
5. Peningkatan kualitas layanan yang tidak termasuk dalam kontrak memungkinkan
terjadinya kesulitan di masa akan datang

H. Bangun-Transfer-Operasi (Build-Operate-Transfer)
BOT merupakan model kemitraan pemerintah dengan swasta yang mana pe-
merintah daerah melakukan kontrak dengan partner swasta untuk membiayai dan mem-
bangun sebuah fasilitas atau infrastruktur. Ketika selesai partner swasta melakukan
transfer kepemilikan fasilitas kepada Pemda. Pemda kemudian menyewakan kembali
fasilitas kepada partner swasta sampai dengan pihak swasta memperoleh pengem-
balian investasi dan keuntungan yang wajar. Kemitraan bentuk BOT ini dapat
diaplikasi-kan pada sebagian besar infrastruktur seperti: jalan, air bersih, pengolahan
limbah air bersih, fasilitas parkir, gedung Pemda, bandar udara, dan kolam renang. BOT
merupakan alat untuk menarik sektor swasta dan investasi asing dalam penyediaan
infra-struktur publik. Kemitraan jenis BOT ini telah lama diadopsi oleh negara-negara
maju, misalnya pada proyek Anglo-French Channel Tunnel. Belakangan, negara-

8
negara berkembang juga mulai banyak mengadopsi model ini, misalnya proyek
jembatan dan bandara di Hong Kong, energi dan jalur kereta api di Cina, jalan raya dan
bandara di Malaysia, telekomunikasi di Thailand, energi di Filipina, proyek energi
thermal di Pakistan, dan sebagainya.
Kelebihan:
1. Publik mendapat manfaat dari keahlian partner swastanya.
2. Publik mendapatkan manfaat dari penghematan operasi dari partner swasta.
3. Publik dapat mempertahankan ke-pemilikan aset
4. Kepemilikan publik dan kontrak diluar operasi tidak dapat dikenai pajak
5. Publik mempertahankan otoritas ter-hadap kualitas layanan dan pem-bayarannya
6. Kontrol pemerintah terhadap kinerja operasional, standar pelayanan, dan pe-
rawatannya
7. Kemampuan untuk mengakhiri kontrak jika standar kinerja tidak terpenuhi, walaupun
fasilitas dapat terus diguna-kan.
8. Penghematan terhadap desain, kon-struksi, dan arsitekturnya

Kelemahannya:
1. Kemungkinan pemindahan entitas sek-tor swasta atau penyelesaian kontrak ketika
terjadi kebangkrutan partner swasta.
2. Jika kontraktor bangkrut, maka peme-rintah yang harus melanjutkan operasi proyek
dan memberikan subsidi
3. Lebih rawan terjadi korupsi

I. Bangun-Miliki-Operasi-Transfer (Build-Own-Operate-Transfer)
BOOT merupakan bentuk kemi-traan yang dalam hal ini pihak swasta men-
dapatkan waralaba ekslusif untuk pem-biayaan, pembangunan, operasi, perawatan,
pengaturan dan pengumpulan bayaran dalam periode yang tetap sebagai kompensasi
investasinya. Dan pada akhir masa waralaba, fasilitas tersebut dapat kembali menjadi
milik pemerintah. Kemitraan jenis ini juga dapat diaplikasikan pada hampir seluruh
infrastruktur dan fasilitas publik.
Kelebihannya:
1. Maksimasi penggunaan sumber pen-danaan.
2. Konstruksi fasilitas yang paling efisien dan efektif
3. Masyarakat dapat menikmati fasilitas tanpa mengeluarkan biaya tetap yang mahal dan
hutang jangka panjang
4. Kondisi awal pembangunan diserahkan pada pihak swasta
5. Akses terhadap keahlian manajerial pihak swasta, peralatan, inovasi dan tenaga kerja
dapat mendatangkan penghematan
6. Pembagian risiko dengan pihak swasta.

9
Kelemahannya:
1. Fasilitas dapat ditransfer kembali kepada publik ketika fasilitas sedang digunakan
namun biaya operasi me-ningkat
2. Publik kehilangan kontrol terhadap modal konstruksi dan modal awal operasi
3. Kontrak harus diperhatikan dengan seksama untuk menghindari kajadian yang tidak
diinginkan di masa depan.
4. Partner swasta dapat menentukan ongkos yang dibayarkan konsumen.
5. Kesulitan dalam penggantian partner swasta ketika terjadi risiko kebangkrutan

J. Bangun-Miliki-Operasi (Build-Owned-Operate)
Bangun-Miliki-Operasi (BOO) me-rupakan jenis kemitraan berupa transfer
kepemilikan dan tanggung jawab fasilitas publik yang dalam hal ini pemda melakukan
kontrak dengan partner swasta untuk mem-bangun, dan memiliki kemudian meng-
operasikan fasilitas baru, partner swasta juga membiayai pelaksanaan proyek.
Kemitraan jenis ini juga dapat diaplikasikan pada ham-pir seluruh infrastruktur dan
fasilitas publik.
Kelebihannya:
1. Tidak ada keterlibatan pemerintah dalam penyediaan dana dan operasi fasilitas
2. Publik dapat mengatur jasa layanan yang disediakan sektor swasta
3. Sektor swasta mengoperasikan layanan dalam bentuk yang paling efisien dalam jangka
panjang atau jangka pendek
4. Tidak membutuhkan pendanaan pemerintah
5. Tersedia aliran pendapatan yang berasal dari PPh dan pajak properti dari fasilitas yang
disediakan publik
6. Kebijakan penanganan jangka panjang dalam melakukan operasi merupakan insentif
bagi pembangun (kontraktor)
Kelemahannya:
1. Sektor swasta tidak membangun fasilitas tersebut sebagai barang publik
2. Pemerintah tidak memiliki mekanisme untuk mengatur harga yang berlaku
3. Penyediaan fasilitas dibatasi oleh peraturan daerah yang berlaku
4. Tidak ada kompetisi dalam penyediaan fasilitas publik ini.

2.5 Kriteria dan Bidang Kegiatan untuk Kemitraan


Untuk menentukan bidang yang tepat untuk dilakukian kemitraan, pemerintah daerah
perlu merumuskan suatu kerangka dan pendekatan konseptual untuk mengidentifikasikan
kemungkinan-kemungkinan kemitraan berdasarkan sifat dan karakteristik pelayanan.
Tabel berikut menyajikan kerangka dan pendekatan konseptual untuk kegiatan kemitraan.

10
ORGANISASI PENYEDIA
KEMITRAAN
KETERANGAN PERUSAHAAN
PEMERINTAH DENGAN PIHAK
SWASTA
SWASTA
Karakteristik Barang untuk Barang publik yang Barang publik/
pelayanan umum (P dapat ditarik biaya privat yang dapat
pemakaianya ditutup
Penerimaan manfaat Masyarakat luas Kelompok yang Perorangan atau
yang utama dapat diidentifikasi perkeluarga
Persepsi masyarakat Penting, Pelayanan dasar Pelayanan yang
terhadap kebutuhan kebutuhan dasar tidak tetap
Karakteristik biaya Tidak bisa dibagi Dapat dibagi Dapat dibagi
Hubungan dan Rendah Sedang Tinggi
kemauan untuk
membayar
Pengukuran terhadap Rendah tinggi Tinggi
kualitas dan kualitas
dari jasa yang ada
Efek limpahan dari Rendah Tinggi Rendah
pelayanan
Investasi modal dari Besar Sedang atau besar Rendah atau sedang
pelayanan bertahap
Kapasitas LSM untuk Rendah Dalam lingkungan Tinggi
penyedia layanan ini yang tinggi tingkat
spesialisasinya
Tingkat kecanggihan Rendah Sedang atau tinggi Tinggi
teknis (teknologi yang
dibutuhkan)

2.6 Biaya Transaksi dalam Kontrak


Kemitraan pemerintah melalui mekanisme kontrak mengandung biaya transaksi yang
harus ditanggung oleh pemerintah. Besar kecilnya biaya transaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor; yaitu sifat transaksi yang meliputi kesulitan dan kompleksitas pekerjaan

11
dan persyartan teknis, serta banyaknya potensi penyedia barang dan jasa dipasar. Jika
transaksi semakin kompleks dan penyedia potensial dipasar sedikit, maka biaya transaksi
akan besar. Sebaliknya semakin sederhana atau mudah suatu pekerjaan, maka semakin
banyak penyedia potensial sehingga biaya transaksi menjadi kecil.
1) Beberapa anggapan yang keliru
Beberapa anggapan yang keliru tentang program kemitraan pemerintah sebagai berikut:
a. Kemitraan pemerintah khususnya dengan pihak swasta dianggap sebagai bentuk
privatisasi. Anggaran seperti ini tidak tepat karena hanya ada satu bentuk kemitraan
pemerintah dengan swasta yang berupa bangun-milik-operasi yang mendekati bentuk
privatisasi.
b. Dengan dimitrakan kepada pihak swasta dan sektor ketiga, pemerintah daerah akan
kehilangan kontrol terhadap penyedia pelayanan. Anggapan ini juga tidak tepa sebab
justru sebaliknya pemerintah masih dapat tetap melakukan kontrol dengan cara
membuat regulasi penyedia jasa yang harus dipenuhi oleh para mitra penyedia layanan
publik.
c. Kemitraan hanya cocok dilakukan untuk proyek insfrastruktur atau pengadaan barang
modal. Dalam kenyataanya kemitraan pemerintah tidak hanya untuk pengadaan barang
saja tetapi juga jasa
d. Alasan dibalik kemitraan pemerintah sebenarnya pemerintah hanya ingin menghindari
utang saja. Anggapan ini kurang tepat meski memang dengan model kemitraan tertentu
memungkinkan laporan keuangan pemerintah daerah akan nampak lebih baik tetapi
sebenarnya bukan itu yang menjadi tujuan.
e. Kualiatas pelayanan akan turun jika dimitrakan kepada swasta atau pihak ketiga untuk
penyedianya. Hal ini justru bertolak belakang dengan tujuan dilaukanya kemitraan.
f. Pegawai pemerintah akan banyak menganggur, kehilangan pekerjaan, dan
berkurangnya pendapatan jika dilakukan kemitraan. Hal ini justru yang harus dihindari,
sebab dengan demikian pegawai oemerintah dapat berkonsentrasi untuk melakukan
pekerjaan lain yang lebih strategis dan bernilai tambah.
g. Biaya pelayanan akan meningkat karena masyarakat harus membayar keuntungan yang
dinikmati mitra swasta. Memang dalam hal ini pihak swasta harus memperoleh laba,
tetapi pemerintah daerah sebaiknya memutuskan untuk bekerjasama hanya jika biaya
yang diminta lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang hatrus dikeluarkan
pemerintah apabila menyediakan sendiri.

12
2) Potensi Keuntungan dan Kerugian Kemitraan Pemerintah daerah
Potensi keuntungan yang akan didaptkan pemerintah dalam kemitraan antara lain
a. Penghematan baiya
b. Mengurangi risiko
c. Memperbaiki tingkat pelayanan dan kualitas pelayanan
d. Menigkatkan efisiensi anggaran
e. Meningkatkan pendapatan
f. Mendorong pertumbuhan sektor swasta
g. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah

Disamping memberikan keuntungan yang potensial, kemitraan pemerintah daerah


yang berpotensial untuk menimbulkan kerugian, yaitu:
1) Kehilangan kontrol oleh pemerintah daerah yang sebelumnya yang sepenuhya dibawah
kendali pemerintah. Setelah dikerjasamkan, maka sebagian atau seluruh kendalinya
harus dialihkan kepada mitra kerja.
2) Meningkatkan biaya yang disebabkan karena estimasi harga atau biaya yang tidak
akurat
3) Meningkatkan risiko politik
4) Kualitas pelayanan yang turun jika ternyata mitra yang dipercaya tidak kompeten, wan
prestasi, atau bangkrut
5) Memungkinkan terjadi kesalahan dalam proses pemilihan pemenang tender

Pemerintah daerah akan memperoleh keuntungan dengan melakukan kemitraan


dengan sektor swasta apabila beberapa kondisi terpenuhi. Jika kondisi itu tidak terpenuhi,
maka kemitraan berpotensi kurang memeberikan manfaat bagi pemerintah daerah. Kondisi
terebut antara lain:
1) Pelayanan atau program tersebut tidak dapat disediakan dengan pembiayaan atau
keahlian yang dimiliki pemerintah daerah sendiri.
2) Pihak swasta akan memberikan hasil yang lebih baik daripada jika diserahkan sendiri
oleh pemerintah
3) Dengan dikerjasamakan, pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat daripada dikerjakan
sendiri oleh pemerintah daerah
4) Terdapat dukungan atau keberterimaan dari oenerima layanan publik (masyarakat) atas
keterlibatan pihak swasta atau sektor ketiga dalam penyediaan layanan tersebut

13
5) Terdapat pasar penyedia layanan sehingga memungkinkan terjadinya kompetisi yang
sehat
6) Tidak ada hambatan hukum dan politik atas skema kemitraan
7) Output dari pelayanan dapat diukur dan ditentukan harganya secara akurat
8) Baiya pelayanan dapat dipuihkan melalui penerapan tarif pada pengguna layanan
9) Peluang untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui program kemitraan
2.7 Kemitraan dan Efektivitas Pelayanan Publik
Kontrak merupakan salah satu cara untuk menciptakan mekanisme pasar dalam sektor
publik yang tujuanya adalah untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas pelayanan publik.
Selain itu, mekanisme kontrak atau tender juga menjadi instrumen penting dalam sistem
manajemen sektor publik yang berorientasi kinerja.
Agar mekanisme kontrak dan tender dipemerintah daerah tidak merugikan, maka
kontrak tersebut perlu diorganisasi dengan mendasarkan hubungan pembeli-penyedia
antara pemerintah sebagai pembeli dan kontraktor sebagai penyedia. Oleh karena itu,
posisi pembeli harus cukup kuat dalam menentukan spesifikasi kontrak dan sifat dari
hubungan kontrak.
Dalam sistem kontrak, pemerintah daerah juga tidak berarti tinggal diam dan duduk
manis, tetapi berkewajiban untuk melakukan pengawasan kinerja terhadap kontraktor
untuk memastikan bahwa standar kinerja yang ditetapkan telah dipenuhi. Penilaian
terhadap manajemen risiko juga merupakan aspek penting dalam sistem kontrak.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Program kemitraan pemerintah daerah dengan pihak swasta dan sektor ketiga serta dengan
pemerintah daerah lain merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan daerah dalam
rangka mensinergikan pembangunan . Permasalahan masyarakat di daerah tidaklah
mungkin diselesaikan sendiri oleh pemerintah daerah apalagi kalau hanya mengandalkan
APBD saja. Pemerintah daerah dapat menggunakan berbagai alternative model kemitraan
yang ada untuk mengoptimalkan pelayanan publik da meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Model kemitraan yang dapat diadopsi pemerintah daerah antara lain kontrak
pelayanan (service contract), kontrak pengelolaan (management contract), kontrak sewa
(lease contract), bangun kelola-alih milik (build,operate and transfer), bangun-kelola-
milik-alih milik (build, operate, own, and transfer) dan konsesi (concession) Kemitraan
tidak berarti selalu memberikan keuntungan bagi pemerintah daerah. Setiap bentuk
kemitraan mengandung potensi keuangan dan kerugian. Oleh karena itu, perencanaan yang
baik, manajemen risiko, dan penilaian mendalam tentang skema kemitraan mutlak harus
dilakukan agar pemerintah daerah tidak dirugikan yang pada akhirnya masyarakat juga
yang dirugikan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim. Manajemen Keuangan Sektor Publik (Problematika Penerimaan dan
Pengeluaran Pemerintah APBN/APBD). 2017.Edisi 2 . Jakarta-Salemba Empat
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta. Penerbit Erlangga

16

Anda mungkin juga menyukai