Anda di halaman 1dari 6

SIKLUS MANAJEMEN ASET DAERAH

Siklus manajemen aset daerah secara umum meliputi tahap-tahap berikut:


 Perencanaan
 Pengadaan
 Penggunaan/Pemanfaatan
 Pengamanan, Pemeliharaan, dan Rehabilitasi
 Penghapusan/Pemindahtanganan
1. Perencanaan
Pengadaan aset tetap harus dianggarkan dalam rencana anggaran belanja modal yang
terdokumentasi dalam Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD). Perencanaan
kebutuhan aset daerah sebagaimana dilaporkan di RKBMD tersebut selanjutnya dianggarkan
dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran SKPD. Perencanaan kebutuhan aset daerah harus
berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan, dan standar harga yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah.
2. Pengadaan
Pengadaan aset daerah harus didasarkan pada prinsip ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(Value for Money), transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.
Pengadaan barang daerah juga harus mengikuti ketentuan peraturan perundangan tentang
pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. Pada saat pembelian harus ada dokumen
transaksi yang jelas mengenai tanggal transaksi, jenis aset dan spesifikasinya, dan nilai transaksi.
3. Penggunaan/Pemanfaatan
Pada saat digunakan harus dilakukan pencatatan mengenai maksud dan tujuan
penggunaan aset (status penggunaan aset), unit kerja mana yang menggunakan, lokasi, dan
informasi terkait lainnya. Mutasi dan disposisi aset tetap harus dicatat. Biaya pemeliharaan dan
depresiasi jika ada juga harus dicatat dengan tertib. Untuk optimalisasi aset yang ada, pemerintah
daerah dapat memanfaatkan aset yang berlebih atau menganggur dengan cara:
a) Disewakan dengan jangka waktu maksimal 5 tahun dan dapat diperpanjang,
b) Dipinjampakaikan dengan jangka waktu maksimal 2 tahun dan dapat diperpanjang,
c) Kerjasama pemanfaatan dengan jangka waktu maksimal 30 tahun dan dapat
diperpanjang,
d) Bangun-guna-serah (Build-Operate-Transfer) dan bangun-serah-guna (Build-Transfer-
Operate) dengan jangka waktu maksimal 30 tahun.
Pemanfaatan aset pemerintah daerah tersebut di samping bertujuan untuk
mendayagunakan aset juga dapat dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan daerah dan
mengurangi beban anggaran pemeliharaan aset.
4. Pengamanan dan Pemeliharaan
Aset-aset pemerintah daerah perlu mendapat pengamanan yang memadai. Pengamanan
aset daerah yang diperlukan meliputi pengamanan administrasi dan catatan, pengamanan secara
hukum, dan pengamanan fisik.
a) Pengamanan Administrasi dan Catatan
Pengamanan administrasi clan catatan dilakukah dengan cara melengkapi aset daerah
dengan dokumen administrasi, catatan, dan laporan barang. Dokumen administrasi dan
catatan tersebut antara lain:
 Kartu Inventaris Barang;
 Daftar lnventaris Barang;
 Catatan Akuntansi Aset;
 Laporan Mutasi Barang;
 Laporan Tahunan.
b) Pengamanan Hukum
Pengamanan hukum atas aset daerah dilakukan dengan cara melengkapi aset tersebut
dengan bukti kepemilikan yang berkekuatan hukum, antara lain:
 Bukti Kepemilikan Barang;
 Sertifikat Tanah:
 BPKB atau STNK;
 Kuitansi atau Faktur Pembelian;
 Berita acara serah terima barang;
 Surat pernyataan hibah, wakaf, sumbangan, atau donasi.
c) Pengamanan Fisik
Pengamanan fisik atas aset daerah dilakukan dengan cara memberi perlindungan fisik
agar keberadaan aset tersebut aman dari pencurian atau kehilangan dan kondisinya
terpelihara tidak mengalami kerusakan. Pengamanan fisik aset daerah dapat dilakukan antara
lain dengan cara:
 Penyimpanan di gudang barang daerah;
 Pemagaran;
 Pintu berlapis;
 Pemberian kunci;
 Pemasangan alarm;
 Pemasangan kamera cctv di tempat-tempat vital dan rawan;
 Penjagaan oleh satpam.
5. Penghapusan dan Pemindahtanganan
Penghapusan aset daerah dari daftar aset pemerintah daerah dapat dilakukan jika aset
tersebut sudah tidak memiliki nilai ekonomis, rusak berat, atau hilang. Penghapusan aset daerah
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemusnahan dan pemindahtanganan. Pemusnahan
dilakukan dengan cara dibakar, ditanam ke tanah, atau ditenggelamkan ke laut. Pemusnahan
dilakukan karena tidak laku dijual, rusak, kadaluwarsa, membahayakan kepentingan umum, atau
karena ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan untuk dimusnahkan.
Pemindahtanganan dapat dilakukan dengan cara:
a) Penjualan;
b) Tukar-menukar;
c) Hibah;
d) Penyertaan modal pemerintah daerah.
Demi menjaga tertib administrasi, tata cara dan ketentuan penghapusan aset daerah perlu
diatur dengan peraturan kepala daerah. Selain itu juga perlu dilengkapi dengan berita acara
penghapusan aset untuk dasar pencatatan akuntansinya.

PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN ASET DAERAH


Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam manajemen aset daerah adalah pemerintah
daerah harus melakukan manajemen aset tersebut sejak tahap perencanaan (penentuan anggaran
modal), pada saat pembelian, pemanfaatan, rehabilitasi, sampai pada tahap penghapusan aset.
Semua tahap tersebut harus terdokumentasi dengan baik.
Prinsip-prinsip manajemen aset yang harus dipenuhi pemerintah daerah meliputi:
1) Pengadaan aset tetap harus dianggarkan.
2) Pada saat pembelian harus dilengkapi dokumen transaksi.
3) Pada saat digunakan harus dilakukan pencatatan/administrasi secara baik.
4) Pada saat penghentian harus dicatat dan diotorisasi.
Pembelian aktiva tetap harus dianggarkan, sehingga dokumen anggaran tersebut menjadi
dasar pertama dilakukannya pengadaan aktiva tetap. Hal ini berarti manajemen aset daerah harus
sudah dilakukan sejak penentuan anggaran modal.
Pada saat pembelian harus ada dokumen transaksi yang jelas yang berisi jenis aktiva tetap
yang dibeli, berapa kuantitasnya, berapa harganya, serta kapan transaksi dilakukan. Dokumen ini
sangat penting untuk pencatatan alcuntansi, terutama untuk mengetahui nilai historis dari aktiva
tetap, menghitung nilai depresiasi, serta memudahkan pengauditan.
Pada saat aktiva tersebut digunakan harus dilakukan pencatatan mengenai maksud dan
tujuan pemanfaatan aset. Apabila terjadi mutasi atau disposisi aktiva tetap juga harus dicatat.
Selain itu juga harus dicatat biaya pemeliharaan dan depresiasi aktiva yang digunakan.
Pada tahap penghentian aktiva tetap harus dicatat dan mendapat otorisasi. Di beberapa
pemerintah daerah, penghapusan aset daerah menjadi masalah karena terdapat banyak sekali aset
yang tidak bernilai ekonomis yang dimiliki pemda. Penghapusan kekayaan daerah bisa dilakukan
dengan cara penjualan, pelelangan, tukar-menukar, hibah, dan pemusnahan.
Pembinaan Terhadap Aset Daerah
Pembinaan terhadap aset milik daerah meliputi seluruh kegiatan yang dimulai dari
inventarisasi aset milik daerah, pengamanan aset daerah, pemanfaatan aset daerah, penghapusan,
dan revaluasi nilai aset daerah. Saat ini yang bertugas mengkoordinasikan dinventarisasi aset
daerah di Pemda adalah Biro Keuangan/Bagian Keuangan/BPKD/BPKKD. BPKD harus
melakukan inventarisasi aset-aset milik pemda yang tersebar dalam semua unit kerja pemerintah
yang masuk kategori aset yang digunakan pemerintah daerah (local government used assets).
Selain itu juga harus melakukan inventarisasi kekayaan pemda yang digunakan untuk sosial
(social use assets), misalnya jalan, jembatan, saluran irigasi, bendungan, rumah sakit milik
pemda, dsb. BPKD juga harus melakukan inventarisasi kekayaan milik pemda yang masuk
kategori surplus property, yaitu kekayaan yang tidak sedang digunakan untuk pemerintah
maupun sosial, seperti aset sewa beli (leasing property) untuk menghasilkan pendapatan daerah,
misalnya area parkir yang bisa disewa-belikan (leasing) atau ruko milik pemda yang
dijual/disewakan, dan juga termasuk aset yang akan diprivatisasi dalam rangka menghasilkan
pendapatan.
Pemanfaatan aset milik pemda dilakukan dengan cara digunakan untuk kepentigan
kepemerintahan atau pelayanan publik serta dimanfaatkan oleh pihak lain dalam bentuk
peminjaman, penyewaan, bangun-guna-serah (built operate and transfer/BOT), kerjasama
operasional atau kontrak manajemen.
Pemanfaatan aset milik daerah dimaksudkan untuk mengoptimalkan aset yang belum
termanfaatkan supaya lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat mengurangi biaya
pemeliharaan dan membantu meningkatkan penerimaan bagi pemerintah daerah.

PERMASALAHAN DALAM PENGELOLAAN ASET DAERAH


Aset daerah yang bernilai ekonomis besar dan secara fisik terdiri atas berbagai jenis dan
tersebar lokasinya menimbulkan kompleksitas dan berpotensi memunculkan permasalahan baik
dalam pengelolaan, pemanfaatan, maupun pencatatannya. Kompleksitas dan permasalahan
manajemen aset pemda tersebut bisa disebabkan karena:
a) Belum dilakukan inventarisasi seluruh aset daerah;
b) Belum dilakukan penilaian (appraisal) atas seluruh aset daerah;
c) Terdapat beragam jenis hak penguasaan atas aset daerah yang dipegang (secara tidak
langsung) oleh berbagai pihak;
d) Ketidakjelasan status kepemilikan atas beberapa jenis aset, seperti tanah, jalan, jembatan,
dan sebagainya;
e) Aset daerah tersebut terkait dengan kepentingan yang berasal dari berbagai institusi
pemerintah dan non-pemerintah; dan
f) Lemahnya koordinasi dan pengawasan atas pengelolaan aset daerah.
Beberapa pemerintah daerah menghadapi kesulitan dalam menilai aset yang dimilikinya,
termasuk kesulitan dalam melakukan revaluasi aset lama. Untuk aset lancar, seperti: kas, piutang,
persediaan, dan investasi surat berharga relatif lebih mudah menghitungnya, namun untuk aktiva
tetap berupa tanah, bangunan, mesin, kendaraan, dan peralatan cukup sulit menentukan nilainya.
Kesulitan dalam menghitung nilai aset tetap tersebut salah satunya disebabkan sulitnya melacak
harga perolehan karena sebelumnya pemda masih menggunakan sistem akuntansi kas dan tata
buku tunggal (single entry). Selain itu kondisi objektif aktiva tetap dan pencatatan yang tidak
tertib juga menjadi masalah tersendiri. Permasalahan yang terkait dengan pencatatan aset tetap
antara lain adanya beberapa aset yang tidak tercatat atau terdata; ada catatannya tetapi tidak ada
barangnya; adanya data inventaris aset yang berbeda beda antara yang terdapat di satuan kerja
dengan data yang terdapat di biro/bagian perlengkapan, dan di bagian keuangan JBPKD; tidak
dilakukan pencatatan mengenai mutasi barang; dan tidak adanya pengamanan yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai