Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN LINTAS BUDAYA

“Perbedaan Aspek Budaya Antar Negara dan Dampak Perbedaan Budaya pada
Komunikasi Manajerial”

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, S.E.,M.S.

KELOMPOK 7 :

I Gede Krisna Widi (1907521086)

I Putu Satyawadi Pratama (1907521188)

I Kadek Darmana Yasa (1907521192)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Lintas Budaya, dengan materi
“Perbedaan Aspek Budaya Antar Negara dan Dampak Perbedaan Budaya Pada Komunikasi
Manajerial”.

Kami membuat makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, S.E., M.S. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dengan menyediakan dokumen atau sumber sumber informasi,
serta memberikan masukan pemikiran.

Kami menyadari, dalam tugas ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Hal ini
disebabkan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan tugas ini diwaktu yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami dan pembaca pada umumnya.

Denpasar, 28 Maret 2022

Penulis

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
2.1 Proses Komunikasi dan Variabel Komunikasi dalam Komunikasi Lintas Budaya ........ 4
2.2 Noise dalam Komunikasi Lintas Budaya ......................................................................... 8
2.3 Peran Bahasa, Budaya, dan Etika dalam Komunikasi Lintas Budaya ............................. 9
2.4 Prinsip Dasar Komunikasi Efektif di Lingkungan Lintas Budaya ................................. 12
2.5 Gaya Komunikasi: Arab, Italia, India, dan China .......................................................... 14
REVIEW JURNAL ................................................................................................................ 17
BAB III .................................................................................................................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi diperlukan untuk mengenal budaya yang satu dengan budaya yang lainnya.
Dengan berkomunikasi seseorang dapat memahami perbedaan antar budaya yang satu dengan
yang lainnya. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi
bagian dari perilaku komunikasi, dan komunikasi pun selalu menentukan budaya. Komunikasi
antar budaya terjadi jika bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi membawa latar
belakang budaya pengalaman yang berbeda dan mencerminkan nilai yang dianut oleh
kelompoknya.
Berkomunikasi merupakan kebutuhan yang fundamental bagi seseorang yang hidup
bermasyarakat, tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa
masyarakat, maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Manusia adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup manusia selalu berinteraksi dengan
sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar
maupun kelompok kecil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses komunikasi dan variabel komunikasi dalam komunikasi lintas budaya?
2. Apa yang dimaksud noise dalam komunikasi lintas budaya?
3. Bagiamana peran bahasa, budaya, adat, kebiasaan dan etika dalam komunikasi lintas
budaya?
4. Bagimana prinsip dasar komunikasi efektif di lingkungan lintas budaya?
5. Bagaimana gaya komunikasi: Arab, Italia, India dan China?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui proses komunikasi dan variabel komunikasi dalam komunikasi lintas budaya.
2. Mengetahui noise dalam komunikasi lintas budaya.
3. Mengetahui peran bahasa, budaya, adat, kebiasaan dan etika dalam komunikasi lintas
budaya.
4. Mengetahui prinsip dasar komunikasi efektif di lingkungan lintas budaya.
5. Mengetahui gaya komunikasi: Arab, Italia, India dan China.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Komunikasi dan Variabel Komunikasi dalam Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi adalah sebuah proses (itulah salah satu karakteristik komunikasi) karena
komunikasi itu dinamis, selalu berlangsung dan sering berubah-ubah. Sebuah proses terdiri
dari beberapa sekuen yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Semua sekuen
berkaitan satu sama lain meskipun dia selalu berubah-ubah. Jadi pada hakikatnya proses
komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang
interaktif dan transaksional serta dinamis.

Komunikasi antarbudaya interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh


komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik (two way communication)
namun masih berada pada tahap rendah. Apabila ada proses pertukaran pesan itu memasuki
tahap tinggi, misalnya saling mengerti, memahami perasaan dan tindakan bersama maka
komunikasi tersebut telah memasuki tahap transaksional. Komunikasi transaksional meliputi
tiga unsur penting yakni; (1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus
menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan; (2) peristiwa komunikasi meliputi
seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini dan yang akan datang dan (3) partisipan
dalam komunikasi antarbudaya menjalankan peran tertentu.

Baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang bersifat


dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang
dan bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Karena proses
komunikasi yang dilakukan merupakan komunikasi antarbudaya maka kebudayaan
merupakan dinamisator atau “penghidup” bagi proses komunikasi tersebut.

a. Unsur-Unsur Proses Komunikasi Antarbudaya


1) Komunikator

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang memprakarsai


komunikasi, artinya dia mengawali pengiriman pesan tertentu kepada pihak lain yang
disebut komunikan. Dalam komunikasi antarbudaya seorang komunikator berasal
dari latar belakang kebudayaan tertentu, misalnya kebudayaan A yang berbeda

4
dengan komunikan yang berkebudayaan B.
2) Komunikan

Komunikan dalam komunikasi antarbudaya adalah pihak yang menerima pesan


tertentu, dia menjadi tujuan / sasaran komunikasi dari pihak lain (komunikator).
Dalam komunikasi antarbudaya, seorang komunikan berasal dari latar belakang
sebuah kebudayaan tertentu, misalnya kebudayaan B.35
3) Pesan/ Simbol

Dalam proses komunikasi, pesan berisi pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang
dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol. Simbol adalah
sesuatu yang digunakan untuk mewakili suatu maksud tertentu.
4) Media

Dalam proses komunikasi antarbudaya, media merupakan tempat, saluran yang


dilalui oleh pesan atau simbol yang dikirim melalui media tertulis. Akan tetapi
kadangkadang pesan itu dikirim tidak melalui media, terutama dalam komunikasi
antarbudaya tatap muka.
5) Efek atau Umpan Balik

Tujuan dan fungsi komunikasi, termasuk komunikasi antarbudaya, antara lain


memberikan informasi,menjelaskan/menguraikan tentang sesuatu, memberikan
hiburan, memaksakan pendapat atau mengubah sikap komunikan. Dalam proses
seperti itu, kita umumnya menghendaki reaksi balikan dari komunikan kepada
komunikator atas pesan-pesan yang telah disampaikan. Tanpa umpan balik atas
pesan-pesan dalam komunikasi antarbudaya maka komunikator dan komunikan
tidak bisa memahami ide, pikiran dan perasaan yang terkandung dalam pesan
tersebut.
6) Suasana (Setting dan Context)

Satu faktor penting dalam komunikasi antarbudaya adalah suasana yang


kadangkadang disebut setting of communication, yakni tempat (ruang, space) dan
waktu (time) serta suasana (sosial, psikologis) ketika komunikasi antarbudaya
berlangsung. Suasana itu berkaitan dengan waktu (jangka pendek/ panjang, jam/
hari/ minggu/ bulan/ tahun) yang tepat untuk bertemu/ berkomunikasi, sedangkan
tempat (rumah, kantor, rumah ibadah) untuk berkomunikasi, kualitas relasi
(formalitas, informalitas) yang berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya.

5
7) Gangguan (Noise atau Interference)

Gangguan dalam komunikasi antarbudaya adalah segala sesuatu yang menjadi


penghambat laju pesan yang ditukar antara komunikator dengan komunikan, atau
paling fatal adalah mengurangi makna pesan antarbudaya.
De Vito menggolongkan tiga macam gangguan, (1) fisik berupa interfensi dengan
transmisi fisik isyarat atau pesan lain, misalnya desingan mobil yang lewat,
dengungan komputer, kacamata; (2) psikologis-interfensi kognitif atau mental,
misalnya prasangka dan bias pada sumber-penerima-pikiran yang sempit; dan (3)
semantik-berupa pembicara dan pendengar memberi arti yang berlainan, misalnya
orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang
terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar.

b. Variabel Komunikasi dalam Komunikasi Multi Budaya

Berikut adalah hubungan antara lima variabel (report type, age, context, ethnic group,
and study design) dalam kaitannya dengan kompetensi dan keefektifan komunikasi
antarbudaya.
• Report Type
Para peneliti telah banyak melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan mengenai
bagaimana kompetensi komunikasi antarbudaya dapat diukur. Biasanya data selfreport
dikumpulkan, tetapi para ahli juga menganjurkan penggunaan metode laporan lain atau
kombinasi self-report dan metode laporan lainnya (Chen, 1990). Ide tentang pengukuran
menggunakan penilaian lain atau kombinasi dari dua metode tersebut muncul dari pengakuan
para ahli yang berasalan bahwa tingkat kelayakan harus dinilai untuk menentukan
kompetensi. Perspektif kelayakan dinilai tidak hanya dari perspektif target tetapi juga dari
sisi peserta atau pengamat komunikasi yang terlibat saat interaksi. Selain itu, beberapa pakar
menyarankan pengumpulan data relasional sebagai lawan dari data tingkat individu untuk
secara lebih valid menangani operasionalisasi kompetensi komunikasi antarbudaya (Imahori
& Lanigan, 1989).

• Age
Kebanyakan studi tentang kompetensi komunikasi antarbudaya atau keefektifan
komunikasi antarbudaya melibatkan responden penelitian dari remaja usia kuliah, baik

6
yang pernah belajar atau bekerja di luar negeri ataupun belum pernah sama sekali.
Responden lainnya adalah mereka yang pernah tinggal atau bekerja di luar negeri, mereka
yang pernah mengikuti pelatihan setelah tamat kuliah atau mereka yang memiliki
pengalaman di dunia bisnis. Ada kecenderungan pendapat yang menyebutkan jika subyek
lebih tua mungkin pengalaman interpersonal dan antarbudaya yang dimilikinya lebih
banyak. Hal itu akan berkontribusi pada perbedaan dalam persepsi kompetensi.
• Context
Kritik terhadap penelitian kompetensi komunikasi antarbudaya di masa lalu sering
membahas mengenai kurangnya usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menjelaskan peran
konteks dalam analisis mereka tentang kompetensi komunikasi antarbudaya. Lebih lanjut,
hubungan komunikasi dan konteks menjadi sangat penting bagi para ahli antarbudaya. Chen
(1990), menunjukkan bahwa salah satu perbedaan utama antara pakar komunikasi
antarbudaya dan pakar interpersonal (intracultural) komunikasi adalah para pakar
komunikasi antarbudaya memberi penekanan pada faktor lingkungan. Kurangnya
pertimbangan terhadap konteks dan jenis konteks yang diukur dapat membuat perbedaan
dalam persepsi kekuatan hubungan antara kompetensi komunikasi antarbudaya dan
efektivitas komunikasi antarbudaya.
• Ethnic Background
Kim (1993) mengungkapkan, „At the heart of the concept of culture is the notion
that people from different cultures develop distinctive interaction styles and preferred
communication strategies. Sebagian besar studi yang meneliti tentang kompetensi
komunikasi antarbudaya menitikberatkan pada perbedaan budaya karena hal tersebut
dimanifestasikan melalui perilaku komunikasi. Para peneliti mempertanyakan apakah ada
perbedaan pada tingkat konseptual? Apakah budaya memiliki kesamaan atau perbedaan
dalam mempersepsikan keefektifan (effectiveness) dan kepantasan (appropriateness)
kompetensi? Sebagian besar peneliti menggunakan pendekatan yang berorientasi pada
tujuan untuk mengukur kompetensi (Lynch & Mosier), tetapi apakah semua budaya
mengambil pendekatan yang berorientasi pada tujuan pada kompetensi konseptualisasi
(Martin, 1993).
• Design Type
Berbagai jenis desain telah digunakan untuk mengeksplorasi kompetensi dan
efektivitas dalam interaksi antarbudaya. Fokus utama para peneliti adalah mengukur
kompetensi antarbudaya perorangan secara umum (individu) atau interaksi yang ditentukan

7
untuk menjadi kompeten dalam hal antarbudaya (diad). Beberapa penelitian berfokus pada
individu yang tinggal di luar negeri serta keterampilan atau pengetahuan apa yang mereka
dapatkan terkait dengan performa kompeten atau efektif. Selain itu, para peneliti juga
berusaha memikirkan tentang bagaimana tipe desain dapat mempengaruhi persepsi
kompetensi.

2.2 Noise dalam Komunikasi Lintas Budaya


Dalam komunikasi antarbudaya tentu saja menghadapi hambatan dan masalah
komunikasi yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi yang lain.
Berikut ini penulis uraikan hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya, diantaranya:

a. Hambatan semantik atau hambatan bahasa

Hambatan bahasa menjadi penghalang utama karena bahasa merupakan sarana


utama terjadinya komunikasi. Gagasan, pikiran, dan perasaan dapat diketahui
maksudnya ketika disampaikan lewat bahasa. Bahasa biasanya dibagi menjadi dua
sifat, yaitu bahasa verbal dan bahasa non verbal. Bahasa menjembatani antar individu
dikaji secara kontekstual. Fokus kajian bahasa selalu dihubungkan dengan perbedaan
budaya. Cara manusia menggunakan bahasa sebagai media komunikasi sangat
bermacammacam antara suatu budaya dengan budaya lain, bahkan dalam satu
budaya sekalipun.
b. Mengabaikan perbedaan antara anda dan kelompok yang secara kultural berbeda.
Sesungguhnya ada banyak macam hambatan apabila kita membicarakan tentang
komunikasi antar budaya, akan tetapi hambatan yang paling lazim adalah bilamana
kita menganggap bahwa yang ada hanyalah kesamaan dan bukan perbedaan. Ini
terjadi terutama dalam hal nilai, sikap, dan kepercayaan. Mengabaikan perbedaan
antara kelompok kultural yang berbeda. Dalam setiap kelompok kultural terdapat
perbedaan yang besar dan penting. Bila kita mengabaikan perbedaan ini, kita terjebak
dalam stereotipe Kita mengasumsikan bahwa semua orang yang menjadi anggota
kelompok yang sama (dalam hal ini kelompok bangsa atau ras) adalah sama.
c. Melanggar adat kebiasaan kultural.
Menurut DeVito, setiap kultur itu mempunyai aturan komunikasi sendiri-sendiri.
Aturan ini menetapkan mana yang patut dan mana yang tidak patut. Pada beberapa
kultur, orang menunjukkan rasa hormat dengan menghindari kontak mata langsung
dengan lawan bicaranya. Dalam kultur yang lain, penghindaran kontak mata seperti

8
ini dianggap mengisyaratkan tidak adanya minat.

d. Menilai perbedaan secara negatif.

Joseph DeVito mengingatkan kepada kita bahwa meskipun kita menyadari bahwa
adanya perbedaan diantara kultur-kultur kita tetap tidak boleh menilai perbedaan itu
sebagai hal yang negatif.
e. Kejutan budaya.

Kejutan budaya mengaju pada reaksi psikologis yang dialami seseorang karena
berada di tengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan kultur nya sendiri. Kejutan
budaya itu sebenarnya normal. Kebanyakan orang mengalaminya apabila memasuki
kultur yang baru dan berbeda. Namun demikian, keadaan ini tidak menyenangkan
dan menimbulkan fhistrasi. Sebagian dari kejutan ini timbul karena perasaan terasing
menonjol dan berbeda dari yang lain. Bila kita kurang mengenal adat kebiasaan
masyarakat yang baru ini, kita tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Kita
cenderung akan sering melakukan kesalahan yang serius.

2.3 Peran Bahasa, Budaya, dan Etika dalam Komunikasi Lintas Budaya
a. Peran Bahasa
• Bahasa membantu terbentuknya budaya

Dalam terbentuknya suatu kebudayaan dalam masyarakat, tentu diperlukan bahasa yang
memudahkan setiap orang untuk berkomunikasi, berbagi informasi, nilai, dan
kepercayaan. Bahasa mempengaruhi proses kognitif manusia, serta memudahkan
kelompok untuk melakukan ritual agama dan adat bersama-sama.

• Bahasa sebagai identitas individu

Kita bisa mengetahui latar belakang seseorang melalui bahasa yang digunakan sehari-
hari. Karena dalam suatu kelompok kemungkinan besar akan menggunakan bahasa yang
sama. Inilah yang dimaksud dengan bahasa sebagai identitas dan dapat melambangkan
asal negara maupun suku seseorang.
• Bahasa mempengaruhi kognitif individu

Para antropologis linguistik mengutarakan pendapatnya bahwa suatu bahasa dapat

9
mempengaruhi perilaku individu. Pada akhir 1920 dirumuskan bahwa karakteristik
suatu bahasa dapat mempengaruhi proses kognitif manusia.

Hal ini dapat dimungkinkan apabila kita memerhatikan bahwa individu-individu yang
memiliki kesamaan bahasa juga memiliki pola pikir yang sama. Ini mungkin menjadi
salah satu alasan mengapa saat seseorang ingin mempelajari suatu bahasa asing, dia juga
perlu mengenal budaya asal bahasa tersebut. Tidak cukup hanya mempelajari bahasa,
karena makna dan pemahaman yang akan kita tangkap bisa berbeda dengan makna yang
sebenarnya.

• Bahasa sebagai cermin budaya

Salah satu peran bahasa dalam komunikasi adalah sebagai gambaran bagaimana budaya
yang dimiliki daerah tertentu. Apabila dua daerah memiliki perbedaan bahasa terlalu
mencolok, maka semakin besar pula perbedaan budaya yang dimiliki keduanya.
Akhirnya, komunikasi akan semakin sulit untuk dilakukan.

Dengan perbedaan budaya yang terlalu besar tentu berhubungan dengan nilai-nilai dan
pemahaman individu di dalamnya. Karena kita tahu bahwa komunikasi akan berjalan
dengan baik apabila komunikan dapat menangkap pesan secara tepat sesuai yang
diharapkan oleh komunikator. Apalagi jika budaya tersebut memiliki nilai-nilai yang
saling berlainan, maka akan semakin besar kemungkinan terjadi kesalahpahaman.

Untuk menghindari kesalahan persepsi, seperti yang disinggung sebelumnya, kita


memerlukan beberapa kompetensi dalam komunikasi antar-budaya. Salah satu
penerapannya adalah dengan memiliki kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik,
apabila komunikasi dilakukan di Indonesia.

• Bahasa mengurangi ambiguitas

Biasanya, semakin mencolok perbedaan budaya, maka makin besar pula ambiguitas
dalam komunikasi. Artinya, pihak yang satu sulit untuk mengartikan perilaku pihak lain.
Dengan kesamaan bahasa diharapkan dapat mengurangi ketidakpastian, sehingga dapat
membantu seseorang menguraikan dan memprediksi perilaku orang lain.

b. Peran Budaya
• Cerminan Kehidupan Masyarakat
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas

10
seperti macam-macam komunikasi kelompok. Budaya mencerminkan bagaimana
masyarakat tersebut hidup di lingkungannya. Sehingga tentunya budaya akan
berpengaruh pada pila komunikasi yang dilakukan.Biasanya amsyarakat akan lebih dekat
berkomunikasi dengan mereka yang memiliki sistem budaya yang sama. Sebab mereka
tidak terlalu banyak mengalami kendala terutama dalam hal bahasa.

• Ciri Identitas Individu

Budaya merupakan ciriyang melekat serta sebagai identitas individu. kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganic.Artinya bahwa kebudayaan akan melekat dalam diri
individu sepanjang hidupnya sebagai penyebab kecemasan komunikasi dalam organisasi.
Inilah yang kemudian berpengaruh dalam komunikasi yang dilakukan oleh individu
tersebut.

• Menghasilkan Pembaharuan

Budaya merupakan sesuatu yang sudah melekat, namun bukan berarti budaya menjadi
sesuatu yang tidak bisa mengikuti perkembangan jaman. Justru dalam hal ini budaya
memiliki peran krusial dalam menciptakan pembaharuan dalam sistem informasi yang
digunakan.

Pembaharuan ini tentunya dapat anda rasakan bagaimana budaya kemudian berasimilasi
dengan perkembangan zaman dan teknologi. Begitu juga dengan sistem komunikasi yang
juga ikut mengalami perubahan, dari yang jauh menjadi dekat dari yang dekat bisa
menjadi jauh.

c. Peran Etika
• Komunikasi Lebih Berkesan dan Santun

Etika akan membuat pola komunikasi yang berkesan dan santun. Ini adalah strategi juga
dalam komunikasi untuk melakukan pendekatan yang baik dalam lingkup publik yang
luas. Tentunya dengan komunikasi yang berkesan akan menjadikan proses komunikasi
tersebut lebih dihargai.

• Penerimaan Publik Lebih Baik


Publik akan menerima informasi dengan lebih baik dengan adanya etika komunikasi.

11
Perhatian yang lebih akan etika ini bisa memberikan fungsi dari komunikasi multi
nasional menjadi berlangsung lebih baik.

• Nilai dan Norma yang Dianggap

Etika biasanya berhubungan erat dengan nilai dan norma yang ada dalam suatu
masyarakat. Oleh sebab itu, jika komunikasi multi nasional menerapkan etika dengan
baik, maka nilai dan norma yang ada akan dianggap dengan lebih baik. Ini tentu saja
menjadikan komunikasi multi nasional bisa berlangsung dengan lebih lancar.

• Tujuan Komunikasi Cepat Tercapai

Tujuan komunikasi akan lebih cepat tercapai dengan adanya etika komunikasi. Ini masih
ada kaitannya pula dengan penerimaan masyarakat. Komunikasi massa yang respek
terhadap nilai dan norma akan lebih cepat diterima.

• Menghindari Perselisihan

Etika komunikasi juga bisa mencegah terjadinya perselisihan. Kesalahpahaman biasa


terjadi jika komunikasi tidak menggunakan etika di dalamnya.

• Menjaga Situasi Kondusif

Karena etika komunikasi dapat menghindarkan perselisihan dan perpecahan, maka


situasi akan tetap kondusif walaupun ada paparan informasi baru. Perbedaan pendapat
mungkin saja akan ada, tetapi tentu diselesaikan dengan baik karena adanya etika dalam
komunikasi.

2.4 Prinsip Dasar Komunikasi Efektif di Lingkungan Lintas Budaya

• Relativitas Bahasa

Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak
disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang
tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita.
Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik
dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan
12
bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang
dunia.

• Bahasa Sebagai Cermin Budaya

Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan


komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar
perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit
komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan
komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin
banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).

• Mengurangi Ketidak-pastian

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dan ambiguitas


dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini
sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang
lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak
waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih
bermakna.

• Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para
partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya,
kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan
halhal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu
berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

• Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya

Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur
berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita
selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan
ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.

• Memaksimalkan Hasil Interaksi

13
Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha
memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989)
mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang
akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif.
Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian,
misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya
dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.

Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan
meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri
dan mengurangi komunikasi.

Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil
positif. Dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik,
posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya.

2.5 Gaya Komunikasi: Arab, Italia, India, dan China


Komunikasi lintas budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu
budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua
kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling memengaruhi satu sama
lainnya,baik itu untuk sebuah kebaikan kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu
kebudayaan, atau bisa jadi tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan
atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru)".

Berkenaan dengan komunikasi lintas budaya yang tepat, dengan mempelajari situasi
di mana orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda saling berinteraksi. Selain
bahasa, komunikasi lintas budaya berfokus pada atribut sosial, pola pikir, dan budaya dari
kelompok-kelompok yang berbeda dari orang-orang. Hal ini juga melibatkan pemahaman
budaya yang berbeda, bahasa, dan adat istiadat orang-orang dari negara-negara lain.

Gaya Komunikasi :

• Arab

Secara umum, pola komunikasi orang Arab termasuk tipe komunikasi yang sangat
ekspresif. Tipe ini memadukan bahasa verbal dengan nonverbal sekaligus, seperti berbicara

14
dengan mimik, gerak tubuh (gesture), dan pendukung nonverbal lainnya untuk meyakinkan
lawan bicaranya. Gaya komunikasi orang arab tidak berbicara apa adanya, kurang jelas, dan
kurang langsung. Umumnya orang Arab Saudi suka berbicara berlebihan dan banyak
basabasi. Sebagai contoh, jika seorang arab Saudi bertemu dengan temannya utuk sekadar
tanya kabar, tidak cukup dengan satu kali ungkapan, tapi berkali-kali agar tidak terjadi
kesalahpahaman dan meyakinkan.

• Italia

Berbicara adalah penanda batas sosial di Italia. Pendidikan tinggi dan perkembangan
seseorang berhubungan dengan kemampuan berbicara seseorang. Bahasa dan dialek yang
digunakan dan hal tersebut menunjukkan kelas sosial si pembicara. Orang Italia sangat
tertarik pada kesan pertama, oleh karena itu penting sekali membuat kesan yang baik dan
menunjukkan rasa hormat saat menyapa orang Italia, khususnya pertama kali berkenalan.
Sebagian besar orang Italia mempergunakan kartu nama dalam berhubungan sosial.
Bentuknya lebih lebar dari kartu bisnis tradisional yang didalamnya tercantum nama, alamat,
gelar atau titel akademis dan nomor telepon.

• India

Seperti negara lain, india sering kali tidak bisa menolak permintaan. Penting untuk
menyelidiki dan memastikan bahwa baik keinginan maupun kemampuan untuk memenuhi
permintaan, dan pekerjaan bisa dan akan dilakukan. Indians tidak menganggap
menginterupsi atau diinterupsi sebagai sesuatu yang kasar. Bila diminta untuk tidak
menginterupsi, mereka dapat mengartikannya sebagai tanda bahwa pendapat mereka tidak
dihormati, dan mereka tidak boleh berkontribusi dalam percakapan bahkan ketika pendapat
mereka dicari. Perlu dikenali kemungkinan ini dan dijelaskan di awal dengan jelas, lugas dan
sopan, bahwa setiap orang akan menyelesaikan bagian-nya dalam percakapan dan kemudian
mau menerima tanggapan dan ide dari pihak lain.

Indians cenderung berbicara jauh lebih cepat daripada orang-orang di eropa barat
atau amerika utara. Irama orang india berbahasa inggris berbeda dari bentuk lain dari bahasa
inggris asli. Banyak kosakata bahasa inggris India didapat dari era penjajahan inggris dan
asing bagi mereka, terutama untuk orang amerika. Kata-kata bahasa inggris orang India
aksennya berbeda dengan UK dan US kebingungan. Inggris india lebih formal daripada

15
bahasa inggris amerika, tapi tidak inggris british

• China

Dan di cina, ada beberapa dialek yang berbeda meskipun tulisannya sama, yang saat
diucapkan belum tentu dapat dimengerti orang china lain. Pelajaran paling penting di sini
untuk manajer global adalah meskipun partner mereka dapat berbicara bahasa inggris,
spanyol, perancis, dan sebagainya, cina tidak menjamin komunikasi yang mudah. Bahkan,
mungkin justru sebaliknya.Yaitu, bahwa partner anda berbicara dalam bahasa anda
memungkinkan adanya banyak asumsi, misinterpretations, dan kebingungan. Terlebih lagi
benar saat negosiasi kontrak, mengikat secara hukum dokumen yang dapat menyebabkan
kebingungan dan kerugian jika tidak jelas dipahami oleh semua pihak.

16
REVIEW JURNAL

Judul ETIKA KOMUNIKASI BISNIS BUDAYA ITALIA PADA PERUSAHAAN


LEO VINCE DI INDONESIA

Sumber review jurnal Segarwati, Y., & Rakhmaniar, A. (2020). Etika Komunikasi Bisnis Budaya Italia Pada P
Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1), 101-112.
Nama jurnal Jurnal LINIMASA, Volume 3 Nomor 1, Januari 2020
Halaman 1-12
Penulis Yulia Segarwati , Almadina Rakhmaniar
Reviewer Kelompok 7
Tanggal reviewer 29 Maret 2022
Latar Belakang Komunikasi efektif akan memberikan dampak positif bagi kemajuan
perusahaan atau bisnis yang sedang dilakukan. Setiap komunikasi berpotensi
menjadi komunikasi antar budaya, karena perbedaan latar belakang
memunculkan adanya perbedaan budaya. Komunikasi dan budaya merupakan
suatu hubungan timbal balik, begitupun dalam bisnis, perbedaan budaya
mempengaruhi kita dalam melakukan proses komunikasi dengan lawan bicara.
Di era globalisasi saat ini, banyak perkembangan bisnis yang dialami oleh
negara kita, banyaknya perusahaan-perusahaan asing di Indonesia yang
tentunya menuntut kita untuk mengenal komunikasi lintas budaya dan etika
bisnis perusahaan asing. Pada kesempatan ini, saya melakukan penelitian
tentang etika komunikasi bisnis budaya Italia pada perusahaan Leo Vince di
Indonesia. Metodologi dalam penelitian ini adalah studi kasus, dengan
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi pada subjek penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang Italia adalah orang yang sangat
menghargai waktu dan menghargai setiap orang, teman kerja, atau kliennya.
Budaya yang ada pada perusahaan Leo Vince cabang Indonesia menampilkan
budaya kerja yang tertanam dari budaya Italia, namun mereka tidak segan dan
terbuka untuk berdiskusi dengan orang Indonesia untuk lebih mengenal
bagaimana budaya kerja di Indonesia, sehingga dapat terjalin kerjasama yang

17
baik dan optimal dalam bisnis yang berjalan
Tujuan penelitian Untuk mengetahui tata cara komunikasi dan budaya pada perusahaan Leo Vince
di Indonesia
Metode penelitian Metodologi dalam penelitian ini adalah studi kasus, dengan melakukan
observasi, wawancara, dan dokumentasi pada subjek penelitian. Studi kasus
merupakan sebuah metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai
unsur how dan why pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalah-
masalah kontemporer (masa kini) serta sedikitnya peluang peneliti dalam
mengontrol peritiswa (kasus) yang ditelitinya. Teknik pengambilan data yang
akan digunakan oleh peneliti ialah teknik wawancara dan observasi.
Wawancara adalah proses saling memberi pandangan antara dua pihak secara
tatap muka dengan menggunakan media komunikasi. Sebagai alat pengumpul
data untuk kepentingan penelitian, teknik wawancara mampu memberikan
gambaran tentang fenomena psikologis, baik individu ataupun kelompok sesuai
dengan tujuan penelitian. Peneliti juga menggunakan teknik observasi, yakni
teknik pengamatan yang dilakukan untuk membantu perolehan data yang
mendasari pernyataan spesifik dari individu atau kelompok yang tercermin
melalui tingkah lakunya. Teknik observasi dapat dipakai sebagai salah satu cara
memperoleh data langsung tentang individu yang lebih akurat. Tingkah laku
yang diamati adalah segala gerakan verbal dan non verbal yang dapat diamati
dari luar (dapat dilihat, didengar, dihitung dan diukur).
Hasil penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang Italia adalah orang yang sangat
menghargai waktu dan menghargai setiap orang, teman kerja, atau kliennya.
Budaya yang ada pada perusahaan Leo Vince cabang Indonesia menampilkan
budaya kerja yang tertanam dari budaya Italia, namun mereka tidak segan dan
terbuka untuk berdiskusi dengan orang Indonesia untuk lebih mengenal
bagaimana budaya kerja di Indonesia, sehingga dapat terjalin kerjasama yang
baik dan optimal dalam bisnis yang berjalan.
Kata kunci Etika Komunikasi Bisnis, Budaya Italia
Kesimpulan Dari pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa orang Italia adalah orang
yang sangat menghargai waktu dan menghargai setiap orang, teman kerja, atau
kliennya. Orang Italia juga menganggap bahwa bekerja bukanlah hal yang harus
di pusingkan sehingga dalam bekerja, orang Italia terkesan lebih santai dengan

18
berbincang-bincang sebelum rapat atau juga gaya rapat yang tidak terlalu
formal. Begitupun dengan budaya yang ada pada perusahaan Leo Vince, orang-
orang Italia di Leo Vince yang bekerja pada cabang Indonesia, mereka
cenderung melakukan poinpoin di atas, namun mereka juga tidak segan dan
terbuka untuk berdiskusi dengan orang Indonesia untuk lebih mengenal
bagaimana budaya kerja di Indonesia, sehingga dapat terjalin kerjasama yang
baik dan optimal dalam bisnis yang berjalan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan aktivitas yang selalu dilakukan oleh manusia selama masih hidup
dan berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam proses komunikasi tersebut manusia sangat
mendambakan komunikasi yang lancar dan efektif, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang
menjurus pada konflik.

Dan pada hakekatnya seluruh keberhasilan proses komunikasi pada akhirnya tergantung
pada efektifitas komunikasi. Yakni sejauh mana para partisipannya memberi makna yang
sama atas pesan yang dipertukarkan. Pada gilirannya latar belakang budaya partisipan
senantiasa berbeda walau sekecil apapun perbedaan itua kan sangat menentukan efektivitas
itu. Oleh karenanya memahami makna budayadan segala yang terakit dengan itu merupakan
sesuatu yang mutlak dilakukan demitercapainya komunikasi yang efektif.

20
DAFTAR PUSTAKA
https://sobara.wordpress.com/2018/08/23/variabel-kompetensi-komunikasi-antarbudaya/
Dewi,S. 2007. Komunikasi Bisnis. Penerbit Andi
https://www.academia.edu/13062634/Komunikasi_Lintas_Budaya
https://www.cheria-travel.com/2012/08/mengenal-budaya-arab-saudi.
http://repository.radenintan.ac.id/1028/3/BAB_II.pdf
Segarwati, Y., & Rakhmaniar, A. (2020). Etika Komunikasi Bisnis Budaya Italia Pada Perusahaan Leo
Vince Di Indonesia. LINIMASA: JURNAL ILMU KOMUNIKASI, 3(1), 101-112.

21

Anda mungkin juga menyukai