Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Disusun oleh:

1. Edho Donusina (2207020013)


2. Felicia Lavista Yoviaal (2207020063)
3. Frezia Betshy Mouwlaka (2207020045)
4. Gabriella Ludji (2207020021)
5. Marlin Aprilenny Nenu (2207020047)
6. Milani Sandefor Samel Maman (2207020111)
7. Prifilito Hezakia Pandie (2207020125)
8. Resty kurnia Rini (2207020057)
9. Sayidina Ayu Pramaswari (2207020035)
10. Syarifah Rianti Abdul (2207020073)

KELOMPOK 5
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi
lintas budaya dengan topik ”Psikologi Lintas Budaya”.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen pengampuh yang telah
memberikan kami kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami meminta maaf
dan menerima saran serta kritik.

Akhir kata kami berharap makalah ini dapat dipahami oleh pembaca.

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1


1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ..............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3


2.1 Pengertian Komunikaasi Lintas Budaya .............................................................................3
2.2 Fungsi Komunikasi Lintas Budaya .....................................................................................4
2.3 Pedoman dalam Melakukan Komunikasi Lintas Budaya ....................................................4
2.4 Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya ...........................................................................5
2.5 Hambatan Dalam Komunikasi Lintas Budaya ....................................................................6
2.6 Cara Membangun Komunikasi Lintas Budaya Yang Efektif ..............................................8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................9


3.1 Kesimpulan........................................................................................................................9
3.2 Saran .................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring semakin mengecilnya dunia akibat globalisasi kapitalisme dan perkembangan
teknologi informasi, maka kemungkinan bertemunya antar orang-orang dari berbagai belahan
dunia semakin besar pula. Pertemuan yang tidak lagi harus secara real fisik melainkan dapat
melalui media-media simbolik transmisioner semacam telepon, televisi atau internet.
Pertemuan yang tidak mungkin dihindari jika masih ingin exist daripada mengambil pilihan
lain yaitu menghindar (withdrawl) dan kemudian tertinggal lalu terpuruk pada akhirnya.
Pertemuan yang bukan hanya antar orang-perorang semata, melainkan sesungguhnya juga
pertemuan antar budaya.

Akibatnya adalah persoalan benturan budaya semakin mengemuka. Persoalan yang tidak
sekedar menuntut pemecahan melainkan lebih pada pemahaman dan kesadaran akan
keberagaman budaya yang membawa pada kemampuan : beradaptasi, menerima perbedaan,
membangun hubungan yang luas, mengatasi konflik interpersonal, dan memnangkan
globalisasi.

Psikologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah perilaku
manusia tentu harus turut mengkaji dan mengembangkan ranah penelitiannya pada masalah ini
pula, masalah manusia serta perilaku dalam hubungan lintas budaya. Psikologi harus
mengembangkan suatu pendekatan baru, pendekatan psikologi lintas budaya. Pengembangan
pendekatan sebagai bagian dari protes tanpa henti dalam membangun psikologi.

Psikologi lintas budaya adalah ilmu mengenai perilaku individu manusia dalam konteks
lintas budaya. Suatu kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus
memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosia;
dan budaya (segall,1999). Suatu studi mengenai persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi
psikologis psikologis individual manusia pada pada berbagai kelompok budaya dan etnis;
hubungan antara variabel psikologis dan sisiokultural, variabel ekologis dan biologis, dan

1
perubahan yang terus berlangsung pada variabel-variabel tersebut (Berry, Poortinga, Segall &
Dasen, 2002).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Komunikasi lintas Budaya?


2. Bagaimana fungsi Komunikasi lintas budaya?
3. Apa saja pedoman dalam melakukan komunikasi lintas budaya?
4. Bagaimana karakteristik dalam Komunikasi lintas Budaya?
5. Bagaiamana hambatan dalam Komuniksi lintas Budaya?
6. Bagaimana cara membangun komunikasi lintas budaya yang efektif?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian Komunikasi lintas budaya


2. Untuk mengetahui bagaimana fungsi Komunikasi lintas budaya
3. Untuk mengetahui apa saja pedoman dalam melakukan komunikasi lintas budaya
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dalam Komunikasi lintas Budaya
5. Untuk mengetahui bagaiamana hambatan dalam Komuniksi lintas Budaya
6. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun komunikasi lintas budaya yang efektif

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikaasi Lintas Budaya

Secara umum komunikasi lintas budaya merupakan istilah yang sering diapaki untuk
menjelaskan makna dari komunikasi antar budaya, yang tidak terbatas oleh konteks geogafis, ras
dan etnik. Komunikasi lintas budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang
memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan. Oleh karenanya, komunikasi lintas budaya lebih
terfokus pada hubungan komunikasi antar bangsa dengan tidak memunculkan kultur baru sperti
dalam kajian komunikasi antar budaya.

Menurut Samovar, komunikasi lintas budaya adalah komunikasi antara orang yang berbeda
kebudayaannya, misal pada suku bangsa, etnik, dan ras atau kelas sosial. Komunikasi ini terjadi di
antara produser pesan dan penerima pesan yang berbeda latar belakang kebudayaannya. Hal ini
berarti, komunikasi lintas budaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang
yang berbeda budaya. Lebih lanjut dikatakan bahwa komunikasi lintas budaya pada dasarnya
mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi: apa makna pesan verbal
dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan,
bagaimana cara mengomunikasikannya kapan mengomunikasikannya, dan sebagainya.

Menurut Stella Ting-Toomey (1999) komunikasi lintas budaya adalah proses komunikasi
yang melibatkan individu dari budaya berbeda yang saling berinteraksi dan mencoba untuk
memahami serta beradaptasi dengan perbedaan budaya dalam penyampaian pesan.

Jandt (2016) mendefinisikan komunikasi lintas budaya sebagai proses yang terjadi ketika
individu atau kelompok dari budaya yang berbeda bertemu, saling berinteraksi, dan berkomunikasi
satu sama lain.

3
2.2 Fungsi Komunikasi Lintas Budaya

Hal yang pertama kali dilakukan oleh seorang komunikator ketika bertemu dengan
komunikan adalah mencari informasi mengenai diri komunikan. Dalam hal ini pengalaman dari
komunikator akan bermain dan menentukan sikap apa yang dipilih ketika nantinya menjalin
komunikasi. Samovar, Porter, & McDaniel (2009) menyatakan fungsi komunikasi dalam
komunikasi lintas ataupun antar budaya sebagai berikut: (1) mendapat pengetahuan yang luas
mengenai komunikan, yang mencakup dari keseluruhan latar belakang sosial-budaya, (2)
memenuhi kebutuhan tiap individu, (3) membentuk identitas pribadi, dan (4) mempengaruhi sikap
dan tindakan orang lain Proses adaptasi di atas dilakukan untuk sama-sama memenuhi kebutuhan
pribadi. Umumnya, seseorang akan mencoba untuk merasa senang, nyaman, dan terhibur saat
melakukan berkomunikasi. Komunikasi tidak hanya berguna untuk mendapatkan informasi dan
memenuhi kebutuhan pribadi, namun juga berperan dalam menentukan dan mendefinisikan
identitas sosial, apakah menjadi seorang pemuka agama, tokoh masyarakat, atau yang lainnya.
Disamping itu, komunikasi juga dapat digunakan untuk mempengaruhi, dan merubah perilaku
orang lain. Rangakain komunikasi di atas akan berlangsung secara dinamis. Saling mempengaruhi
di antara komunikator dan komunikan, membuat komunikasi menjadi dua arah, dimana keduanya
saling menyusun pesan dan memberikan timbal balik agar dapat menanamkan pengaruh dan tujuan
dari komunikasi yang dilakukan. menurut Parkers, Laungani, dan Young (dalam Samovar, Porter,
dan McDaniel, 2009) menyatakan bahwa semua proses budaya dominan dari sebuah komunitas
budaya diorganisasikan oleh agama, di mana lebih ditonjolkan pada keyakinan dan tata cara hidup
beragama, ritual, tabu, dan upacara-upacara. Hal tersebut menjadi identitas budaya yang memiliki
fungsi sebagai kontrol sosial, penyelesaian konflik, penguatan solidaritas kelompok, referensi, dan
dukungan emosional.

2.3 Pedoman dalam Melakukan Komunikasi Lintas Budaya

Robbin, SP. (2002:18) menjelaskan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya yang
berbeda, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi salah persepsi, salah
mengartikan dan salah mengevaluasi yaitu:

1) Mengasumsikan perbedaan sampai terbukti ada kesamaan. Paling banyak dari kita
beranggapan bahwa orang lain lebih mirip dengan kita daripada kenyataannya mereka.
Tetapi orang dari Negara yang berbeda seringkali sangat berbeda dari kita. Sehingga jauh

4
lebih kecil kemungkinannya untuk berbuat salah jika menganggap orang lain berbeda
daripada menganggap sama sampai perbedaan terbukti.
2) Menekankan penjelasan daripada penilaian/penafsiran.Menafsirkan atau menilai
yangdikatakan dan dilakukan seseorang, berbeda dengan penggambaran, penilaian
didasarkanatas budaya dan latar belakang pengamat dan bukan pada situasi yang diamati.
3) Berempati; sebelum mengirim pesan, tempatkan diri kita dalam posisi penerima pesan.
Berusaha untuk mengetahui nilainya, pengalaman dan kerangka acuan, pendidikannya,
pola pengasuhannya dan latar belakang yang dapat member pemahaman tambahan.
Berusaha melihat orang lain sebagaimana orang tersebut sesungguhnya
4) Menganggap interpretasi/penafsiran sebagai hipotesis kerja/dugaaan sementara. Ketika
kita memberikan penafsiran terhadap situasi atau pemikiran baru dari budaya asing, maka
penafsiran tersebut dijadikan hipotesis yang harus diuji lebih lanjut, perlu melakukan
penilaian dengan hati-hati terhadap umpan balik yang diberikan oleh penerima informasi,
guna memastikan bahwa umpan balik sesuai hipotesis.

2.4 Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya

Ada beberapa macam karaketeristik Komunikasi Lintas Budaya, antara lain:


1. Mempunyai dua atau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi
2. Mempunyai jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu
3. Komunikasi Lintas Budaya menghasilkan keuntungan dan kerugian diantara dua budaya
atau lebih yang terlibat
4. Komunikasi lintas budaya dijalin baik secara individu anggota masyarakat maupun dijallin
secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media
5. Tidak semua komunikasi lintas budaya menghasilkan feedback yang dimaksud, hal ini
tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat, mau
atau tidaknya dipengaruhi
Bila dua kebudayaan melebur karena pengaruh komunikasi yang dijalin maka akan
menghasilkan kebudayaan baru, dan inilah yang disebut akulturasi.

5
2.5 Hambatan Dalam Komunikasi Lintas Budaya

Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala
sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Contoh kasus: Kasus
anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang
tersebut mengerti. Sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak bearti seseorang setuju melainkan
hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan.Contoh lain adalah bahasa, di daerah sebut saja
Surabaya, untuk memanggil kamu dengan panggilan kon sudah menjadi biasa, di Cilacap kowe
sudah menjadi kebiasaan untuk memanggil sebagai ganti kamu, di Jakarta kadang menggunakan
kata loe sebagai sebutan kamu.

Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi


semacam ini dapat kita lalui. Jenis-jenis hambatan dalam komunikasi antar budaya antara lain:
Ada dua hambatan komunikasi antar budaya yang kita sebut above waterline dan below waterline
1. Above waterline
Ada 9 jenis hambatan komunikasi antar budaya, hambatan komunikasi semacam ini lebih
mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik. Hambatan-
hambatan tersebut antara lain adalah:
a. Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri,
dan juga media fisik.
b. Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada
antara budaya yang satu dan yang lain.
c. Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda
mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan setiap sutu budaya akan mempunyai
pemikiran yang berbeda-beda.
d. Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah
apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah

6
pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan
komunikasi.
e. Pengalaman (Experiential)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki
pengalaman hidup yang sama sehingga setiap indibidu mempunyai ersepsi dan juga konsen
yang berbeda dalam melihat sesuatu.
f. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi
pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan
sulit untuk dilalui.
g. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender) dan penerima
pesan(reciever) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak
dimengerti oleh penerima pesan.
h. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat
menjadi hamabatan komunikasi. Contoh: wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan
(receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah tersebut dapat
menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak
maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
i. Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain
sambil mendengarkan. Contoh: menerima telepone seluler sambil menyetir, karena
melakukan 2 kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang
disampaikan melalui telepone selulernya secara maksimal.
2. Below waterline
Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air adlah faktor-faktor
yang membentuk perilaku atau sikap seseorang. Hambatan semacam ini cukup sulit untuk
dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah:
a. Persepsi (perception)
b. Norma (norms)

7
c. Stereotip (stereotyps)
d. Filosofi bisnis (business philosophy)
e. Aturan (rules)
f. Jaringan (networks)
g. Nilai (values)
h. Grup cabang (subcultures group)

2.6 Cara Membangun Komunikasi Lintas Budaya Yang Efektif

Untuk membangun komunikasi lintas budaya yang efektif, partisipan komunikasi harus
memahami konsep dasar yang berkaitan dengan hubungan antar kelompok yang berbeda,
sebagaimana dirumuskan oleh Devito dalam (Ridwan, 2016:46) konsep dasar tersebut adalah
Enkulturasi dan Akulturasi. Enkulturasi mengacu pada proses pentrasmisian kultur (budaya) dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui
gen atau yang bersifat mewarisi. Enkulturasi terjadi melalui interaksi sosial di lingkungan terdekat
seperti orang tua dan guru. Salah satu contoh enkulturasi budaya yang ditransmisikan sejak kecil
adalah tarian adat. Akulturasi mengacu pada proses di mana kultur seseorang dimodifikasi melalui
kontak atau pemaparan langsung dengan kelompok lain. Misalnya, kultur murid di Kampung
Inggris yang menetap untuk beberapa lama, kultur mereka akan dipengaruhi oleh kultur
masyarakat Pare sebagai tuan rumah. Kemudian, nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari
kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur murid pendatang itu. Pada waktu yang sama,
kultur tuan rumah pun akan ikut berubah

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikologi lintas budaya adalah ilmu mengenai perilaku individu manusia dalam konteks
lintas budaya. Suatu kajian ilmiah mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus
memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosia;
dan budaya (segall,1999). Suatu studi mengenai persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi
psikologis psikologis individual manusia pada pada berbagai kelompok budaya dan etnis;
hubungan antara variabel psikologis dan sisiokultural, variabel ekologis dan biologis, dan
perubahan yang terus berlangsung pada variabel-variabel tersebut (Berry, Poortinga, Segall &
Dasen, 2002).

3.2 Saran

Harus berusaha untuk menghindari atau mengatasi stereotip budaya yang tidak akurat,
karena dapat menghambat pemahaman yang benar tentang suatu individu atau kelompok

9
DAFTAR PUSTAKA

Hariyanto, Didik, and Ferry Adhi Dharma. "Buku Ajar Komunikasi Lintas Budaya." Umsida
Press (2020): 1-141.

Ningsih, I.R. (2014). KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DALAM ORGANISASI. Jurnal


Psikosains .

Ningsih, I.R. (2014). KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA DALAM ORGANISASI. Jurnal


Psikosains

Suryandari, N. (2019). KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA. Surabaya: CV. Putra Media


Nusantara (PMN).

Utami, Sri. "Kuliner sebagai identitas budaya: Perspektif komunikasi lintas budaya." CoverAge:
Journal of Strategic Communication 8.2 (2018): 36-44.

10

Anda mungkin juga menyukai