1.LIZA OKTAVIA
DOSEN PEMBIMBING
FADLI ZULMI,M.Pd
Puji syukur penyusun telah panjatkan atas kehadirat Allah ta’ala, sang Pencipta
alam semesta dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat limpahan
rahmat, taufik, serta inayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
“Konteks Komunikasi Antarbudaya” yang sederhana ini. Maksud dan tujuan dari penulisan
makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu dari sekian kewajiban mata kuliah
Komunikasi Antarbudaya serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab penyusun pada
tugas yang diberikan. Pada kesempatan ini.
Ucapan terima kasih tak luput kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang
terkait dalam penyusunan makalah ini. Terutama kepada Dosen Pembimbing Bapak Fadli
Zulmi,M.P sebagai dosen pengampu mata kuliah Komunikasi Antarbudaya yang telah
membina dan menuntun kami untuk bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari tiada gading yang tak retak, sehingga penulis berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca budiman demi adanya peningkatan
dalam makalah kami selanjutnya.Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada, penulis
berharap agar isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Pendekatan Situasional Terhadap Konteks..........................................................................
B. Pendekatan Fungsional Terhadap Konteks..........................................................................
C. Pendekatan Pengembangan Kognitif 5
BAB III PENUTUP 4
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran 6
DAFTAR KEPUSTAKAAN4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pendekatan Situasional Terhadap Konteks
2. Pendekatan Fungsional Terhadap Konteks
3. Pendekatan Pengembangan Kognitif
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui Bagaimana Pendekatan Situasional Terhadap Konteks
2. Mengetahui Bagaimana Pendekatan Fungsional Terhadap Konteks
3. Mengetahui Bagaimana Pendekatan Kognitif Terhadap Konteks
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Tubbs dan Moss (1996:236) setiap kali Komunikasi Antarbudaya terjadi,
perbedaan kerangka rujukan (frame of reference) peserta komunikasi membuat komunikasi
lebih rumit dan lebih sulit dilakukan, terutama karena peserta mungkin tidak menyadari
semua aspek budaya lainnya. Sebenarnya kajian komunikasi antar budaya akan menunjukan
aspek-aspek perilaku komunikasi kita sendiri yang tidak kita sadari sebagai “khas”, seperti
sikap kita terhadap waktu, jarak dalam melakukan komunikasi, dan lain-lain. Menurut
Devito (1997:473) dalam mempelajari komunikasi antarbudaya kita perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
a) Orang dari budaya berbeda berkomunikasi secara berbeda.
b) Melihat cara perilaku masing-masung budaya sebagai sistem.
c) Cara kita berpikir tentang perbedaan budaya.
Adapun konteks komunikasi antarbudaya dapat meliputi komunikasi antar pribadi,
diantara dua orang (dyad), antara tiga orang (triads), komunikasi gender yakni antara
beda jenis kelamin (antara sesama perempuan, atau antara perempuan dan laki-laki),
komunikasi kelompok, kemunikasi organisasi, komunikasi massa, termasuk antarkhalayak
atau lintas khalayak yang berbeda budaya. Jika kita memahami konsep konteks komunikasi
dengan baik dan benar maka akan membantu kita menyelesaikan semua masalah interaksi,
kompetisi, dan konflik antarbudaya.
Salah satu kunci untuk menentukan komunikasi antarbudaya yang efektif adalah
pengakuan terhadap faktor-faktor pembeda yang mempengaruhi peserta komunikasi, apakah
itu etnik, ras, atau kelompok kategori, yang memiliki kebudayaan tersendiri. Perbedaan itu
meliputi nilai, norma, kepercayaan, sikap, bahasa, dan persepsi, semuanya sangat
menentukan pola-pola komunikasi antar budayayang akan menghasilkan kesalahpahaman,
prasangka, stereotip, dan sikap diskriminasi. Kesimpulannya, kita perlu memahami situasi
dan kondisi di mana proses komunikasi antarbudaya itu beroperasi. Dengan kata lain, kita
harus menjawab pertanyaan: in what and what context, contact, interactions, or
communications.
a) Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi dengan seseorang secara
informal dan tidak berstruktur, yang terjadi diantara dua atau tidak orang. Dalam
kenyataannya, proses komunikasi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor personal
maupun kelompok. Dan faktor-faktor personal yang mempengaruhi komunikasi
antarpribadi antara lain adalah faktor kognitif seperti konsep diri, persepsi, sikap,
orientasi diri, dan harga diri. Konteks komunikasi antarpribadi meliputi komunikasi
antarpribadi yang dilakukan dua atau tiga orang yang berbeda latar belakang
kebudayaan.
b) Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi di antara sejumlah orang,
komunikasi antarbudaya sring terjadi di dalam konteks kelompok yang anggotanya
berbeda latar belakang kebudayaan. Termasuk dalam pengertian konteks
komunikasi kelompok adalah operasi komunikasi antarbudaya dikalangan in
group maupun out group communication.
c) Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang kepada
sejumlah orang dalam situasi pertemuan seperti rapat, seminar lokakarya, dan
simposium. Komunikasi publik menggunakan komunikasi pesan secara baik, dalam
bentuk tulisan maupun lisan, yang dimulai dengan proses satu arah kemudian dibuka
dialog antara pembicara dengan audiens. Kemudian hubungan komunikasi publik
dengan komunikasi antarbudaya yaitu adanya latar belakang budaya yang berbeda
dari masing-masing audiens. Karena itu, efektivitas seluruh proses komunikasi
publik ditentukan oleh komunikasi antarbudaya.
d) Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah komunikasi antarpribadi atau komunikasi
kelompok yang bersifat impersonal atau komunikasi yang berstruktur yang
dilakukan oleh pribadi atau kelompok dalam satu organisasi. Organisasi merupakan
wadah yang mempekerjakan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang
pendidikan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kebudayaan yang berbeda.
Karena itu, komunikasi antarbudaya juga berproses dalam konteks komunikasi
organisasi.
e) Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan massa yang umumnya
dilakukan oleh media massa, seperti surat kabar, majalah, buku, radio dan televisi.
Khlayak dalam komunikasi massa merupakan orang atau kelompok yang berbeda
latar belakang budaya dan tersebar di berbagai ruang geografis yang luas. Dampak
kehadiran lembaga, pesan dan media yang berasal dari latar belakang kebudayaan
yang berbeda sangat besar terhadap perubahan sikap khalayak. Karena itu,
pemahaman terhadap konsep komunikasi antarbudaya sangat membantu untuk
menganalisis konteks komunikasi massa.
f) Konteks Pendidikan
Arnold William dan Lynne McClure dalam buku Communication Training
and Development (2000) menjelaskan relasi yang erat antara komunikasi dengan
pengembangan pendidikan dan pelatihan keterampilan. Menurut mereka dalam
bukunya bagaimana mengembangkan sebuah pendidikan dan pelatihan bagi orang
dewasa yang berasal dari berbagai kebudayaan dan komunikasi pendidikan yang
berwawasan antarbudaya perlu memperhatikan aspek-aspek belajar orang dewasa.
Menurut sebagian para ahli memandang dalam proses belajar para peserta didik
dibutuhkan proses pelatihan komunikasi antarbudaya secara terus-menerus. Karena
efektivitas komunikasi antarbudaya dikelas sangat ditentukan oleh aspek bahasa dan
psikologi sosial budaya.
g) Komunikasi Gender
Laurie P. Arliss dan Deborah J. Borisoff dalam Women and Men
Communicating: Challanges And Changes (1999) menulis betapa pentingnya tingkat
pemahaman dan usaha meningkatkan efektivitas komunikasi sebagai syarat penting
bagi penciptaan keadilan dan keseimbangan antarmanusia, terutama yang
berwawasan gender. Keduanya menggarisbawahi pendapat bahwa perbedaan jenis
kelamin itu berkaitan erat dengan relasi antarpribadi dan lingkungan profesional.
Barbara Bate dan Judy Bowker dalam Communication And The Sexes (2000) bahwa
pengalaman efektif kalau kita memahami perbedaan bahasa antara laki-laki dan
perempuan, juga perbedaan menggunakan pesan verbal dan nonverbal, derajat
kedekatan laki-laki dan perempuan yang diizinkan oleh budaya, peran keluarga,
tingkat pendidikan perempuan dan laki-laki, organisasi tempat kerja, maupun jenis
pekerjaan, tampilan media, dan isu yang berkaitan tentang gender.
h) Konteks Bisnis
Bisnis merupakan kegiatan yang diharapkan mendatangkan keuntungan bagi
individu, kelompok, bahkan keuntungan bagi bangsa dan negara. Untuk memperoleh
keuntungan bersama itu semua pihak membutuhkan pembicaraan, negosiasi,
perundingan bersama utuk menentukan barang dan jasa yang dibutuhkan, harga yang
pantas, metode dan teknik pengiriman dan penerimaan, strategi bisnis seperti
menghadapi persaingan, dialog tentang skala ekonomi, serta peredaran uang dan
sebagainya. Seperti halnya tentang komunikasi bisnis antarbudaya dalam sebuah
seminar bahwa hubungan dagang antara orang Johor dan Singapura sangat
dipengaruhi olehperbedaan latar belakang etnik dan ras, dan bukan bersumber dari
kepentingan ideal bisnis barang dan jasa. Dalam konteks komunikasi bisnis
antarbudaya dapat diketahui bagaimana kita terlibat dalam komunikasi yang
didominasi oleh budaya bisnis tersebut, budaya mana ditentukan oleh pelaku bisnis
maupun barang dan jasa yang diperjual belikan.
Inter personal
The person to person
4. Pendekatan Interpretatif
Pendekatan interpretatif (interpretive approach) ini menegaskan bahwa pada
dasarnya manusia itu mengkonstruk dirinya dan reaalitas yang berada di luar
dirinya. Pendekatan ini meyakini bahwa baik budaya dan komunikasi itu bersifat
subjektif. Oleh karena itu, pendekatan ini memberikan arahan bagaimana
menggambarkan dan memahami kebiasaan manusia serta bukan bermaksud
untuk memprediksi kebiasaan.
5. Pendekatan Kritis
Pendekaatan kritis (critical approach) pada dasarnya memiliki kesamaan dalam
pendekatan interpretatif yaitu memandang manusia dalam kacamata subjek.
Namun, pendekatan ini memberikan metode untuk mengetahui bagaimana
konteks makro misalnya kekuatan sosial dan politik memberikan pengaruh
terhadap komunikasi. Oleh karena itu, pendekatan kritis tidak sekadar
mempelajari kebiasaan manusia, tetapi dengan mempelajari bagaimana
kekuasaan sosial atau politik itu berfungsi dalam situasi budaya tertentu akan
memberikan manusia itu solusi dalam menyikapi kekuasaan tersebut.
Pendekatan-pendekatan diatas pada dasarnya beranjak dari asumsi dasar tentang sifat
alamiah manusia, kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, bahasa bahkan terhadap konsepsi
tentang budaya dan komunikasi itu sendiri. Martin dan Nakayama (1997:37) juga
memandang bahwa mendekati budaya dan komunikasi bisa dari berbagai sisi. Budaya tidak
hanya mempengaruhi komunikasi, tetapi budaya juga bisa dipengaruhi oleh komunikasi itu
sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran sangat kami harapkan dari para
pembaca.Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini ,kami mohon maaf yang
sebesar- besarnnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN