Anda di halaman 1dari 12

POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM MENANGANI KONFLIK

(STUDI KASUS DI HIMAKOM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO)

OLEH :
MAULANA MALIK ABDUH
LETTY ANDRIANI KUSDA

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN


POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2014

Abstrak
HIMAKOM ( himpunan mahasiswa komunikasi) adalah HMJ ilmu komunikasi universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Anggota dari himakom adalah mahasiswa aktif jurusan ilmu
komunikasi universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Organisasi kemahasiswaan di dalam kampus sangat diperlukan karena sebagai wadah
pengembangan skill dari mahasiswa. Dalam organisasi setiap anggota menginginkan sebuah
organisasi yang maju. Namun tidak ada dalam organisasi yang tidak terdapat konflik antar
anggota maupun dengan pihak luar organisasi. Dalam hal ini pola komunikasi yang tepat
dalam menangani konflik itu sendiri agar dalam sebuah organisasi dapat berjalan dengan
baik.
Kata kunci : organisasi, konflik, pola komunikasi, komunikasi

Pendahuluan
Latar Belakang
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga halnya bagi
organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan
lancar dan berhasil. Komunikasi yang efektif adalah suat hal yang sangat penting bagi semua
organisasi baik formal maupun informal. Karena itu, para pemimpin organisasi dan para
komunikator dalam organisasi perlu untuk memahami dan menyempurnakan kemampuan
komunikasinya (Bungin, 2006:261).
Kemampuan seorang pemimpin dalam berkomunikasi juga akan mempengaruhi dalam
kepemimpinannya mengatur sebuah organisasi. Kepemimpinan merupakan sebuah aspek
yang harus diperhatikan dalam sebuah organisasi. Karena dengan adanya sebuah
kepemimpinan maka sebuah organisasi akan memiliki konsep yang jelas dalam menentukan
arah perkembangan serta arah tujuannya. Kepemimpinan secara luas meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi bawahan, membangun
kekompakan, serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya ( Rivai dan
Mulyadi, 2003: 34).
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam

setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

TINJAUANPUSTAKA
A. Pola Komunikasi
Pola dapat diartikan sebagai sistem atau cara kerja ( Rozida, 2010:11). Sedangkan
menurut Bahri (2004: 1), bahwa pola komunikasi adalah suatu bentuk pola hubungan antara
dua orang atau lebih dalam melakukan proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara
yang tepat dan efektif, sehingga pesan yang akan ditujukan dapat dipahami. Dan Kuswarno
(2008: 130), menjelaskan bahwa setiap peristiwa komunikasi yang terjadi suatu bentuk pola
hubungan antar komponen yang disebut yakni pola komunikasi. Aliran pola komunikasi
berkembang dari kontak antar persona, pola tersebut adalah aliran yang teratur dengan
menggunakan cara-cara rutin pengiriman serta penerimaan pesan (Pace dan Faulels, 2005:
174). Menurut Monapa dan Saiyadani (1985: 259) terdapat tiga jenis pola komunikasi
sebagai berikut:
1. Jaringan Rantai
Jaringan rantai menunjukkan suatu sistem birokratik yang mengikuti suatu pola komunikasi
formal. Dari sini komunikasi melewati saluran yang sebenarnya mengikuti sistem hirarki
secara tepat. Dengan demikian apabila A akan melakukan komunikasi dengan E maka
komunikasinya akan melewati B, C, dan D menurut urutan tersebut. Demikian pula, jawaban
E kepada A akan melewati D, C, dan B menurut urutan tersebut. Kesimpulannya,
komunikator A tidak dapat langsung berhubungan dengan E.

2. Jaringan Roda
Jaringan roda agak berbeda dengan jaringan rantai karena disini tingkattingkat dikurangi.
Apabila E ingin mengadakan komunikasi dengan D,maka ia hanya melewati A. Demikian
pula, anggota-anggota lain dari kelompok ini harus melewati A untuk mengadakan
komunikasi dengan anggota-anggota lain. Dengan cara demikian, menunjukkan suat bagian
dalam suatu organisasi besar, yang mempunyai kepala bagian yang mengawasi komunikasi.
3. Jaringan Lingkaran
Berlawanan dengan jaringan rantai dan roda, jaringan lingkaran menjamin komunikasi
diantara semua anggota kelompok. Tiap anggota dapat langsung mengadakan komunikasi
dengan anggota-anggota lain tanpa melalui tingkat-tingkat perantara. Ini menunjukkan bahwa
dalam pekerjaan tidak ada tingkat-tingkat hirarkis dan bahwa anggota-anggota tidak merasa
dipaksa untuk menyalurkan komunikasi mereka melalui orang-orang lain. Jaringan lingkaran
menunjukkan suatu kebudayaan kelompok kawan sebaya atau suatu sistem partisipatif.
B. KONFLIK
beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua
pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing
masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri sendiri
dan tidak bekerja sama satu sama lain.

C. ORGANISASI
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.

Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang


melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama

James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan


manusia untuk mencapai tujuan bersama

Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem


aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial


yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok
orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang
dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi
seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya
sehingga menekan angka pengangguran
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus
menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. [1] Akan tetapi
sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,

meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi
secara relatif teratur.

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian yang bersifat
kualitatif. Kriyantono (2006: 58) menjelaskan bahwa riset kualitatif bertujuan untuk
memaparkan fenomena dengan sedalam dalamnya melalui pengumpulan data sedalamdalamnya. Penelitian kualitatif lebih menekan pada persoalan kedalaman (kualitas) data
bukan pada (kuantitas) data. Sedangkan Sugiyono (2008: 1), menjelaskan penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi alamiah, dimana
peneliti diposisikan sebagai instrument kunci. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan, menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi, situasi, dan variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi
objek penelitian (Bungin, 2001: 49). Tipe penelitian deskriptif ini digunakan peneliti untuk
memberikan gambaran dan penjelasan secara detail dan rinci mengenai lingkungan tempat
paguyuban becak wisata makam Bung Karno. Hal ini ditujukan untuk menganalisis dan
memahami bagaimana pola komunikasi organisasi HIMAKOM dalam mengatasi konflik
Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball).
Menurut Suharsimi (2010: 33) teknik snowball yakni peneliti memilih respondensecara
berantai. Penelitian ini menggunakan jenis sumber data primer dan sumber data sekunder.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di
lapangan, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder (Kriyantono, 2007: 43).

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakanpeneliti
untuk mengumpulkan data (Kriyantono, 2007: 91). Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Untuk Penelitian ini,
Peneliti menggunakan teknik analisis data dari Miles dan Huberman (Husaini, 2009: 85)
yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan/ verifikasi. Untuk penelitian ini,
teknik trianggulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber.
Dalam melakukan trianggulasi sumber peneliti membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara. Peneliti juga membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

PEMBAHASAN
HIMAKOM merupakan organisasi mahasiswa ilmu komunikasi yang didalamnya wadah
untuk menyalurkan bakat dari mahasiswa ilmu komunikasi universitas Muhammadiyah
Ponorogo. Dalam kepengurusan HMJ ini terdapat struktur nya :

Ketua
Sekretaris umum
Bendahara Umum
Koor SDM
Koor Kejuruan
Koor Humas

: Septian Adi
: Khotimah ZM
: Puji lestari
: Amir Ridwan
: Tria Arifin
: Adinda Kumara Saraswati

Dalam kepengurusan yang berlangsung selama satu tahun ini baru dibentuk pada bulan
Agustus 2014, selama kepengurusan ini berlangsung sudah ada konflik antar anggota, seperti
contoh pada saat penentuan kepengurusan tidak semua mahasiswa ilmu komunikasi datang
sehingga tidak semua aspirasi mahasiswa tersampaikan, dan pada hasil rapat tersebut ada
kotak kotak dalam organisasi, jadi anggota masih membuat genk genk sendiri. Jadi masih
belum satu visi dan misi dalam organisasi. Masih adanya kurang percaya dan kurang kerja
sama antar anggota.

Pembahasan
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan
sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik. Demikian
halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik.
Perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik (destruktif), apalagi jika
tidak disertai pemahaman yang memadai terhadap ide-ide yang berkembang.
Sumber-Sumber Konflik
Kelly menyebutkan bahwa penyebab masalah yang dapat ditemukan dalam factor-faktor
structural yang akan menentukan situasi secara keseluruhan ada empat tingkatan yakni :
1. individu, sebagai hasil dari frustasi, stress dan segresi perorangan
2. kelompok, karena perbedaan dalam system nilai dan bahkan kepuasan terhadap
kebutuhan individu
3. organisasi, karena tidak samanya pembagian hak kekuasaan dengan penghargaan
antar tingkat dan fungsi
Tahapan Konflik
Perkembangan suatu konflik menurut Coffey et al (1975) dalam Pace (1993) dimulai dari
tahapan yang ringan sampai yang tinggi atau berat. Kesemua tahapan tersebut adalah :
1. keraguan dan kecurigaan mulai muncul ke permukaan, iklim kondusif merosot
2. persepsi kelompok terdistorsi atau terpolarisasi
3. keterpaduan dan perasaan yang berkaitan seperti kemarahan, ketertarikan, keakraban
dan kepentingan dalam tiap kelompok meningkat
4. kepatuhan kepada norma kelompok dan konformitas juga meningkat dalam setiap
kelompok
5. kelompok-kelompok mempersiapkan diri mereka sendiri bagi kepemimpinan dan
pengarahan yang lebih otoritarian

6. perilaku memusuhi meningkat, hubungan komunikasi berkurang dan tanda-tanda lain


kerenggangan hubungan antar kelompok menjadi tampak
7. pemisahan komplek sama-sama diharapkan dan setiap bentuk kerja sama yang positif
berhenti
Pola komunikasi untuk menyelesaikan konflik
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pola komunikasi merupakan suatu sistem
penayampaian pesan melalui lambang-lambang tertentu,

mengandung arti tertentu dan

pengoperan langsung untuk mengubah tingkah laku individu yang lain untuk tingkah laku
individu yang lain.

Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan

berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan dan sistim pesan yang dipakai antara
satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi
berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkanuntuk perusahaan besar
yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan
pekerjaan yang cukup rumit. Salah satu tantangan besar dalam menentukan pola komunikasi
organisasi adalah proses yang berhubungan dengan jaringan komunikasi. Jaringan
komunikasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya
akan berpengaruh pada jaringan komunikasi. Tantangan dalam menentukan pola komunikasi
organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan
bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. Untuk menjalankan dan
mencapai tujuan tersebut maka dalam organisasi terdapat beberapa arah formal dan informal
jaringan komunikasi dalam organisasi.
Dari permasalah yang ada di HIMAKOM penulis menyimpulkan pola komunikasi
yang digunakan baiknya menggunakan pola komunikasi Jaringan Lingkaran. Berlawanan
dengan jaringan rantai dan roda, jaringan lingkaran menjamin komunikasi diantara semua
anggota kelompok. Tiap anggota dapat langsung mengadakan komunikasi dengan anggota-

anggota lain tanpa melalui tingkat-tingkat perantara. Ini menunjukkan bahwa dalam
pekerjaan tidak ada tingkat-tingkat hirarkis dan bahwa anggota-anggota tidak merasa dipaksa
untuk menyalurkan komunikasi mereka melalui orang-orang lain. Jaringan lingkaran
menunjukkan suatu kebudayaan kelompok kawan sebaya atau suatu sistem partisipatif.
Sehingga seluruh anggota HIMAKOM dapat menyalurkan semua aspirasinya dalam
sebuah forum jangan sampai ada forum di dalam forum dan hal tersebut harus dihindari
dengan cara sering diadakanya pertemuan antar anggota.

Daftar pustaka
http://repository.usu.ac.id/
http://jufri-alkatiri.blogspot.com/2005/04/komunikasi-dalam-teori-konflik
jurnal skripsi libre.pdf

Anda mungkin juga menyukai