OLEH
MULKI SETIAWAN
S1B1 17 192
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya
Proposal yang berjudul Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Anggota
Legislatif DPRD Kota Kendari Tahun 2019 Di Kecamatan Kambu
Adapun pembuatan Proposal ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas pada
mata kuliaH MSDM. Materi pada Proposal ini diharapkan dapat memperkaya diri
dalam memahami tentang Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan
Anggota Legislatif DPRD Kota Kendari Tahun 2019 Di Kecamatan Kambu
Pada kesempatan ini Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam penyusunan Proposal ini.
Selain itu Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan Proposal ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................9
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Partisipasi Politik.................................................................12
2.2 Penelitian Terdahulu.........................................................................33
2.3 Kerangka Pikir...................................................................................36
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Tipe Penelitian...................................................................................38
3.2 Lokasi & Waktu Penelitian...............................................................39
Penelitian…………………………………….39
3.7 Konseptualisasi……………………………………………………..43
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………....71
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR,
DPD dan DPRD provinsi dan kabupaten kota. Wakil rakyat tersebutlah yang akan
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil guna
UUD1945.
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “Kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar“. Makna
pemerintahan.
proses pemilu. Peran dan partisipasi masyarakat sipil dalam mengawasi atau
memantau jalannya proses kontestasi demokrasi merupakan hal yang sangat
sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain
dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung
pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan
sebuah aturan yang akan mengatur kehidupan seluruh rakyat itu sendiri.
Keterlibatan atau partisipasi rakyat adalah hal yang sangat mendasar dalam
ketetapan yang dihasilkan oleh suatu pemerintahan, tetapi juga berkaitan dengan
peluang yang luas kepada rakyat untuk berpartisipasi secara efektif dalam proses
Ada banyak cara yang dapat dilakukan setiap warga negara untuk
mengirim surat/pesan kepada pemerintah, ikut dalam aksi protes atau demonstrasi,
atau politisi, hingga ikut dalam acara penggalangan dana (Morrison, 2016)
Oleh karena itu, partisipasi politik masyarakat, baik dalam bentuk formal maupun
merupakan tatanan kenegaraan yang paling sesuai dengan martabat manusia yang
disisi yang lain ketika praktek demokrasi sudah dilaksanakan acap kali tetap saja
Contoh yang paling faktual adalah kekisruhan tentang banyaknya warga negara
yang hilang hak memilihnya karena tidak terdaftar didalam Daftar Pemilih Tetap
(DPT).
presiden yang dilaksanakan secara langsung bisa diselesaikan dengan sebaik dan
teliti ,agar kita dapat mengetahui berbagai factor yang mendorong masyarakat
bersamaan baik untuk Presiden/Wakil Presiden, maupun DPR RI/DPD RI, dan
Pemilih Tetap (DPT) Kota kendari pada pemilahan umum tahun 2019 pada 17
april tahun 2019 adalah sebanyak 179.885 orang dengan rincian 91.161 orang
perempuan, dan 88.724 orang laki-laki. Adapun rincian dari masing-masing DPT
20.803 pemilih, Kecamatan Kambu 10.794 orang, dan Kecamatan Kendari 16.535
(Kpu.Kendarikota.Go.Id).
DPRD Kota Kendari Tahun 2019 terkhusus diwilayah Kecamatan Kambu Kota
kambu kota kendari sangat bervariasi. Fenomena pada pemilihan umum yang
dilakukan bulan April 2019 lalu masih dijumpai kurangnya partisipasi masyarakat
pedesaan.
Kecamatan Kambu. Pada pemilihan umum anggota Legislatif DPRD kota kendari
masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum tersebut. Salah
satu kecamatan yang mempunyai luas wilayah cukup luas dengan jumlah DPT
(daftar pemilih tetap) 10.794 orang,, namun masih terdapat kurang lebih 40% dari
jumlah tersebut yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemihan umum
tersebut. Salah satunya alasan atau rendahnya pertisipasi masyarakat adalah tidak
ada keuntungan bagi mereka, karena wakil rakyat tersebut kurang memperhatikan
Legislatif berjalan (Hasil Wawancara Awal dengan pihak PPK ,21 mei 2019)
yang heterogen dan cenderung aktif di dalam kampanye, sehingga penulis ingin
Kecamatan Kambu Kota kendari baik itu melalui pemungutan suara, kampanye,
dan partai politik baik itu melalui penggunaan hak pilih politik, keikutsertaan
janji-janji politik oleh partai politik yang dilakukan dilingkungan masyarakat, dan
penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Partisipasi Politik
Masyarakat Dalam Pemilihan Anggota Legislatif DPRD Kota Kendari Tahun 2019
Di Kecamatan Kambu
1.2 Rumusan Masalah
Kecamatan Kambu ?
Kecamatan Kambu
1. Manfaat Akademis
2. Manfaat Praktis
yakni KPUD kota kendari Bawaslu dan instansi terkait terhadap studi
3.manfaat metodelogi
BAB I Pendahuluan, pada bagian ini memuat hal yang memaparkan alasan
BAB II Kajian Teori , pada bagian ini dipaparkan mengenai tinjuan pustaka
BAB III Metode penelitian pada bagian ini dipaparkan mengenai lokasi dan
Politik Setiap warga negara berhak dan wajib untuk berpartisipasi dalam
setiap aspek kehidupan dan bernegara. Partisipasi warga negara dapat mencakup
pemilihan pimpinan negara saja, tetapi partisipasi warga negara tersebut juga
bahwa :
terminologi partisipasi politik memiliki makna sebagai upaya warga negara dalam
pengertian yang lebih sempit, yaitu partisipasi politik adalah suatu kegiatan suka
rela individu ataupun kelompok orang, baik langsung maupun tidak langsung,
yang bersifat konvensional mengarah pada aktivitas yang diterima sebagai sesuatu
yang sesuai dengan budaya politik yang dominan. Sebaliknya, partisipasi politik
berikut:
1. Electoral Activity,
yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung atau pun tidak
umum.
2. Lobbying,
3. Organizational activity,
dan politik.
4. Contacting,
kerjasama.
5. Violence,
dilakukan secara tetap sesuai motivasi dan tujuan, tidak berubah-ubah seperti
diasumsikan banyak analist. Bentuk-bentuk partisipasi yang sejenis membentuk
1. Voting,
mengukur partisipasi.
2. Campaign activity,
3. Communal activity.
individu berkait dengan suatu materi tertentu yang melekat pada orang
tersebut. diperlukan inisiatif dan informasi yang tinggi berkait isu yang
5. Protest,
proses demokratisasi.
partisipasi politik dapat bersifat aktif dan bersifat pasif. Bentuk yang paling
sederhana dari partisipasi aktif adalah ikut memberikan suara dalam pemilu, turut
sahabat-sahabat (Budiarjo,2008)
Salah satu faktor yang turut berpengaruh dalam partisipasi politik adalah
membentuk tindakan individu (over behavior) Rush dan Althof (dalam Budiardjo,
1) Modernisasi
kesadaran terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara, baik hak – hak
politik, ekonomi, maupun hak –hak mendapatkan jaminan sosial dan hukum.
berakibat pada partisipasi warga kota baru seperti kaum buruh, pedagang
Perubahan struktur kelas baru itu sebagai akibat dari terbentuknya kelas
menengah dan pekerja baru yang makin meluas dalam era industrialisasi
dan modernisasi. Hal ini menyebabkan munculnya persoalan, siapa yang
ide – ide ini kepada masyarakat. Akibatnya masyarakat yang belum maju
dan kebudayaan.
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni dari dalam diri dan faktor dari luar diri. Faktor
dari dalam diri dipengaruhi oleh pengetahuan individu, karakter pribadi individu
dan sikapnya (respon) terhadap rangsangan politik sedangkan faktor dari luar diri
serta keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam urusan sosial, ekonomi,
dan kebudayaan.
yang dilakukan oleh pemerintah. Partisipasi politik harus benar- benar dilakukan
oleh masyarakat agar kebijkan yang diambil pemerintah lebih berpihak dan
mampu membangun suatu sistem politik yang stabil dan menciptakan suatu
Di samping itu, Robert Lane (Rush dan Althof, 2008) dalam studinya
pemerintah;
2) Partisipasi politik masyarakat berfungsi sebagai organisasi yang
bahwa fungsi partisipasi politik pada dasarnya adalah sebagai media untuk
pemerintah agar arah pembangunan negara lebih berpusat pada aspirasi dan
dan dinamis serta sebagai suatu media untuk mengembangkan sistem politik agar
2. Spektator, yaitu berupa orang – orang yang setidak – tidaknya pernah ikut
dalam pemilu.
3. Gladiator, yaitu orang – orang yang secara aktif terlibat dalam proses
kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, serta aktivis
masyarakat
tidak konvensional.
2.1.2. Tinjauan Tentang Pemilihan Umum
a. Pengertian Pemilu
yang sangat penting, karena salah satu parameter mengukur demokratis tidaknya
suatu negara adalah dari bagaimana perjalanan pemilu yang dilaksanakan oleh
dengan memilih wakil rakyat atau pemimpin nasional melalui mekanisme yang
dinamakan dengan pemilu. Jadi pemilu dalam arti sempit adalah satu cara untuk
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
calon wakil rakyat ataupun pemimpin negara yang memang benar-benar memiliki
kapasitas dan kapabilitas untuk dapat mengatas nama kan rakyat. . (Uu No 5
Tahun 2011)
Selain dari pada sebagai suatu wadah yang menyaring wakil rakyat
ataupun pemimpin nasional, pemilu juga terkait dengan prinsip negara hukum
kekuasaan yang berasal dari rakyat dapat berubah menjadi kekuasaan negara yang
pemilu yang terdiri atas KPU dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan
dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur,
adalah KPU yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas
memiliki kebebasan memilih atau memiliki kebebasan hak dan kewajiban warga
negara. Hal ini sesuai atau telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
28E, Undang undang tentang pemilu yaitu nomor 10 Tahun 2008 disebutkan
dalam Pasal 19 ayat (1) : “WNI yang pada hari pemunggutan suara telah berumur
17 tahun atau lebih/ pernah kawin mempunyai hak pilih”. Hak dipilih dan
Pasal 43 yang mengatakan “ Setiap warga Negara berhak dipilih dan memilih
dalam pemilu”. Peraturan serupa juga dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2005
tetang pengesahan konvenan hak sipil politik yaitu Pasal yang berbunyi “Hak
setiap warga Negara ikut serta dalam penyelenggaraan urusan publik , untuk
memilih dan dipilih. Hampir tidak ada sistem pemerintahan yang bersedia
menerima cap tidak demokratis, maka hampir tidak ada sistem pemerintahan yang
refleksi dari suasana keterbukaan dan aplikasi dari nilai dasar demokrasi,
berhubungan erat dengan legtitimasi lembaga pemerintah. (Titik Triwulan, 200 : 247)
yang bersifat langsung, terbuka dan massal, yang diharapkan bias politik
politik ini dilakukan oleh partai politik karena partai politik adalah
negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
salah satu arti bahwa Indonesia adalah negara demokrasi, oleh karena itu sistem
yang ada dalam pemerintahan maupun kehidupan bernegara haruslah dijiwai oleh
kedaulatan rakyat atau demokrasi dan karenanya Pasal-Pasal yang terdapat dalam
UUD Tahun 1945 bemafaskan kedaulatan rakyat atau Demokrasi yang tercermin
dalam Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan kedaulatan berada di tangan rakyat dan
kedaulatan itu merupakan salah satu syarat berdirinya suatu negara. Seperti
diketahui salah satu unsur dari negara yaitu adanya pemerintahan yang
(Kansil, 1997) Dalam arti kenegaraan, kekuasaan tertinggi dan tak terbatas dari
negara tersebut adalah kekuasaan pemilih dan tertinggi dalam suatu negara untuk
Umum. Hak warganegara untuk ikut serta dalam pemilihan umum disebut Hak
Pilih, yang terdiri dari Hak pilih aktif (hak memilih) dan Hak pilih pasif (hak
dipilih) .
Setiap warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara sudah
berumur tujuh belas tahun atau lebih atau sudah/ pernah kawin, mempunyai hak
memilih. Seorang warga negara Indonesia yang telah mempunyai hak memilih,
ini disebabkan karena tidak akuratnya data pemilih. Ada warga masyarakat yang
telah memenuhi persyaratan sebagai pemilih, ternyata tidak terdaftar dalam Daftar
Pemilih Tetap (DPT), malah sebaliknya orang-orang yang sudah meninggal dunia
namanya masih tercantum dalam DPT. Sebenarnya masalah ini lebih bersifat
teknis dan administratif, tetapi oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan, masalah
a. Belum tertatanya dengan baik data kependudukan, yang mana hal ini
c. Masyarakat, dalam hal ini calon pemilih, tidak berusaha secara aktif,
yang lain.
yang akan dicoblos untuk membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan
suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun
suaranya diberikan.
e. Jujur ,berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak
yang berlaku.
terjamin.
memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dalam Negara
Namun sejak pemilu 2004 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
18 tentang susunan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD, yang disebut lembaga
bahwa wujud dan fungsi lembaga legislatif secara umum dapat diklasifikasikan
dalam masyarakat.
Pelaksanaan fungsi ini akan menentukan stabiltas politik, dan iklim kerja
kabupaten Minahasa Tenggara lalu sudah cukup baik jika dilihat dari
menerangkan bahwa :
yang salah satunya dapat dipelajari melalui perspektif politik, yang dalam
dilakukan oleh pemilih tertentu saja, hal ini dipengaruhi beberapa faktor
Dari sinilah rasa keingintahuan pemilih untuk ikut andil dalam pesta
dalam pemilu. Kedua, kesadaran politik para pemilih. Hal ini dikarenakan
dengan penilitian yang akan dilakukan adalah penulis lebih memfokuskan pada
untuk Mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana partisipasi politik masyarakat
dalam pemilihan anggota legislatif DPRD kota kendari tahun 2019 di kecamatan
hubungan antar variable yang disusun dari berbagai teori yang telah di
antara satu sama lainnya, sehingga fokus penelitian ini akan semakin jelas arah
adalah berupa :
penulis menggunakan teori yang di kemukakan oleh Weiner yang dikutip oleh
1. Modernisasi
2. Terjadinya perubahan-perubahan struktur kelas sosial
3. Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi massa
4. Konflik para pemimpin politik
5. Adanya Keterlibatan Pemerintah
Untuk lebih jelasnya keterkaitan antar dimensi variabel tersebut dapat
METODE PENELITIAN
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Wiratna 2015 : 21), yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah salah satu cara atau prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
(Moleong, 2007:6).
Legislatif DPRD Kota Kendari Tahun 2019 Di Kecamatan Kambu Adapun jenis
berdasarkan data-data. Data yang diperolah dalam penelitian ini akan dianalisa
data dan informasi pada masyarakat sekitar yang memilih anggota legislative
umum serentak Legislatif DPRD Kota kendari tahun 2019. Fenomena pada
pemilihan umum yang dilakukan bulan April 2019 lalu masih dijumpai kurangnya
minat masyarakat untuk memilih anggota Legislatif DPRD Kota kendari tahun
Sedangkan jadwal penelitian rencana di mulai bulan juli 2019 sampai dengan
selesai
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar belakang penelitian (Moleong 2000 : 97). Informan merupakan orang yang
dpilih atas dasar dibuat periset berdasarkan tujuan riset . beberapa riset kualitatif
lebih mengutamakan kedalaman data dari pada untuk tujuan representatif yang
3.5.1.Jenis Data
3.5.2.Sumber data
sedang diamati. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
sekunder. Sumber data adalah para informan yang memberikan informasi yang
dibutuhkan peneliti.
Data Sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil secara tidak
langsung dari sumber data. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang
buku, laporan, artikel, jurnal, internet, dan lain-lain yang dapat dijadikan acuan
a.Metode observasi
dan pencatatan atas gejala yang sudah diteliti dengan melibatkan diri
b. Metode Wawancara
secara lisan langsung dari seseorang atau informan. Sesuai dengan rencana
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus, maka pedoman
c.Metode Dokumentasi
buku harian, naskah pribadi, foto-foto, catatan kasus, dan lain sebagainya.
3.7 Konseptualisasi
mereka.
kendari
kendari
data terstruktur secara baik, rapi dan sistematis, pengolahan data dilakukan untuk
memisahkan mana data yang relevan dan yang tidak. Menurut Miles dan
a. Pengumpulan Data
dengan taperecorder dibantu dengan alat tulis lainnya. Data yang telah
hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi verbatim. Data yang didapat
b. Reduksi Data
c. Penyajian Data
sumber data yang ada sambil dianalisis sesuai dengan item-item yang
yang dibahas atau dikaji dalam penelitian ini selanjutnya dituangkan secara
deskriptif dalam laporan hasil penelitian. Dalam mengolah data atau proses
Huberman yang lebih dikenal dengan alur interaktif siklus analisis tersebut
Kelurahan Padaleu memiliki wilayah terkecil yang hanya seluas 2.62 km². Secara
Lalolara merupakan keluarahan yang paling jauh dari ibukota kecamatan yaitu
Laki-laki Perempua
Kendari, yang terdiri dari Kelurahan Mokoau dengan jumlah penduduk 1.792 jiwa,
Kambu dengan jumlah penduduk 5.162 jiwa, Padaleu dengan jumlah 2.858 jiwa,
4.1.2. Profil Pemilihan Anggota Legislatif DPR Kota Kendari Tahun 2019 di
Kecamatan Kambu
Biasa Khusus
1 Mokoau 5 - 5
2 Kambu 12 - 12
3 Padaleu 8 - 8
4 Lalolara 16 - 16
Kecamatan Kambu 41 - 41
Data diatas menunjukan jumlah TPS yang ada di Kecamatan Kambu Kota
Laki- Perempuan
laki
atau pun tidak langsung masyarakat kecamatan kambu berkaitan dengan pemilu
calon anggota DPRD Kota kendari. mencakup pemberian suara, sumbangan untuk
kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon,
atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan umum.
Kota Kendari merupakan suatu respon yang diberikan pemilih kepada calon
Tenggara pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Pemilih meyakini
bahwa tujuan pemilu secara teoritis sangatlah mulia tetapi pemilih juga meyakini
bahwa aktor-aktor politik dalam hal ini calon anggota legislatif tidak jauh berbeda
dengan pemain judi. Keberuntungan akan menghampiri jika nanti ia terpilih menjadi
seorang wakil rakyat, dan kerugian kekalahan sudah menjadi resiko mengikuti
kompetisi sebagai calon wakil rakyat. Kerugian terbesar calon anggota legislatif
bahwa :
Hal tersebut merupakan bentuk timbal balik dari pemilih yang menganggap
bahwa calon anggota legislatif tidak akan pernah mengabdi pada rakyat tetapi hanya
menganggap adanya tujuan mulia dari pemilu kini telah hilang. Tujuan-tujuan
Kegiatan memilih merupakan salah satu hak setiap warga negara untuk
berpartisipasi politik secara periodik. Persoalan yang muncul adalah bagaimana agar
dalam penggunaan hak pilih itu memiliki signifikan dalam transformasi sistem
Penggunaan hak pilih harus cermat, kekeliruan dalam menggunakan hak pilih akan
legislatif tahun 2019 merupakan bentuk dari sekian banyak bentuk partisipasi
politik. Pada negara demokrasi voting menjadi ukuran yang paling minimum dari
politik konvensional.
Dapat dipertegas hasil wawancara dengan salah satu toko masyarakat yang
Kendari tidak ada yang menjadi pemilih idealis yang artinya sikap politik
pemilih tidak tumbuh sebagai akibat kuatnya ideologi atau setidaknya kuatnya
cita-cita moral dikalangan pemilih. Ideologi atau cita-cita moral yang, menjadikan
material dan kepentingan. Misalkan terdapat pemilih yang terlibat dalam aktivitas
pemilu legislatif tahun 2019 dengan cara harus diberi kompensasi tertentu,
misalnya imbalan materi yang itu dapat berupa uang, barang ataupun kepentingan.
bahwa dalam tahapan pelaksanaan pemilu tahapan yang paling ditunggu adalah
pada saat masa pelaksanaan kampanye. Hal tersebut dikarenakan berbagai alasan
politik dan calon anggota legilatifnya, menerima bantuan material secara kolektif,
bertukar kepentingan dengan calon anggota legislatif, dan misi balas dendam
dengan cara memoroti uang calon anggota legislatif. Pemilih akan merasa enggan
terlibat dalam aktivitas kampanye, penggunaan hak suara, atau setidaknya tidak
akan memilih calon anggota legislatif jika tidak diberi kompensasi dimuka.
menjadi sangat mahal. Calon anggota legislatif yang tidak atau sedikit
pemilih ini muncul sebagai respon terhadap pelaku politikus atau dalam hal ini
Kendari ini tidak tumbuh semata- mata hanya dari hati pemilih tetapi dipicu oleh
anggota legislatif sebelumnya telah dicitrakan serba negatif dan strategi kampanye
calon anggota legislatif untuk duduk di kursi DPRD Kota Kendari dengan cara-
cara kotor. Pemilih menganggap, wakil mereka akan segera melupakannya ketika
telah duduk dan tidak bermanfaat bagi pemilih, maka lebih baik mendapatkan
pilihan rasionalnya. Sebagai mahluk rasional manusia dalam hal ini pemilih,
Keputusan untuk menetapkan sikap dan tindakan yang efisien seorang pemilih
memberi kompensasi uang paling besar, memilih sesuai hati nurani namun
meminta kompensasi ke semua calon anggota legislatif dan memilih dengan hati
nurani saja. Pada bentuk ini pemilih di Kecamatan Kambu Kota Kendari lebih
banyak menggunakan alternatif dengan cara memilih calon anggota legislatif yang
memberi kompensasi paling besar dan memilih sesuai hati nurani namun meminta
untung dan rugi, apabila pemilih menggunakan alternatif dengan cara memilih
dengan hati nurani maka hanya akan dirugikan oleh calon anggota legislatif.
4.2.1.2. Lobbying
DPRD Kota kendari dengan tujuan untuk mempengaruhi tokoh pilitik tersebut
keperluan pribadi. Pemilih yang mempunyai seni komunikasi baik dan mempunyai
mental tinggi akan mendapatkan uang secara maksimal. Melalui lobi-lobi politik
praktis pemilih berusaha mengeruk modal dari calon anggota legislatif. Pemilih
dalam bentuk ini bervariasi dari pemilih awam dan pemilih yang mempunyai
wewenang. Pada pemilih awam uang yang diperoleh cenderung sedikit, karena
memberikan biaya sebagai pelumas pemilih dan saat ada calon anggota legislatif
yang melakukan serangan fajar. Pemilih awam lebih berkomitmen siapa yang
memberi lebih besar maka dialah yang dipilih. Berbeda dengan pemilih awam,
wewenang menjanjikan sejumlah pemilih yang akan memilih calon anggota legilatif
yang dilobi.
kambu ke dalam berbagai organisasi sosial dan politik ataupun tim sukses calon
anggota DPRD Kota kendari. Melihat segi kuantitas, jumlah pemilih perempuan
produk sosial, ada berbagai faktor sosial yang saling berpengaruh dan
yang diterima akan saling terkait dengan lingkungan sosial dan karakter dan
informasi yang di terima tentang proses tersebut seperti caleg-caleg yang maju
diterima oleh perempuan pada proses pemilihan anggota legislatif, maka diajukan
beberapa pertanyaan sebagai indikator untuk mengetahui hal tersebut dan juga
anda ikut memilih dan siapa yang anda pilih pertanyaan yang lebih mendetail
juga diajukan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang informasi dan
pemilihan umum untuk anggota legislatif berbeda-beda. Hal ini juga terlihat
dari aspek keikutsertaan pada pemilihan umum yang tidak diikuti oleh seluruh
informan. Seperti yang disampaikan oleh salah satu Anggota PPK pada
berikut:
namun ini belum bisa dijadikan indikator dalam melihat atau menilai bahwa
tapi bisa jadi karena ada motif lain sehingga mereka turut memberikan suaranya
pada saat itu. Salah satunya apa yang disampaikan oleh Hasni , sebagai berikut
“saya ikut memilih pada waktu itu (pemilihan legislative 2014) karena
suami saya menyuruh dan kebetulan suamiku ada sepupunya ikut
maccaleg jadi kita sekeluarga yang sudah bisa memilih yaa kita ikut
memilih semua” (Hasil wawancara tgl. 10 September 2019)
Apa yang diungkapkan oleh salah satu informan diatas membenarkan
2014 lalu terkesan diarahkan dan hanya ikut oleh apa yang disampaikan oleh
orang yang dipercaya, bukan karena kesadaran politiknya untuk perubahan yang
lebih baik. Mobilisasi yang massif dari berbagai kelompok kepentingan seperti
partai, tim sukses bahkan calon legislative sendiri adalah salah satu pendorng
tahun 2019 di Kecamatan Kambu Kota Kendari cukup tinggi. Sebagai mana
tergambar pada data yang diperoleh di lokasi penelitian, dimana dari 100
Responden hanya 43 orang yang merasa ikut memilih karena kemaun sendiri
kesadaran politik pada pemilih sepertinya masih jauh dari harapan. Perilaku
politik pemilih di Kecamatan Kambu Kota Kendari tidak jauh berbeda dengan
perilaku politik dikecamatan yang lain yang pada umumnya bersipat cuek dan
masyarakat bisa sangat membantu calon legislatif untuk mendapatkan suara dari
masyarakat dan itu salah satu strategis untuk bisa memenangkan pemilihan.
memberikan hak politik untuk memilih anggota DPRD Kota kendari dengan
dimensi-dimensi berikut :
4.2.2.1.Terjadinya perubahan-perubahan struktur kelas social
kendari pada Pemilu 20019 terdapat 24 partai yang bersaing. Partai-partai bebas
menentukan platform politik. Pada saat yang sama, perilaku komunikasi massa dan
pemilih terhadap partai politik. Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat hak
pilih aktif, bebas menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu. Ia bebas menentukan
partai manapun yang menjadi pilihannya, bisa loyal dan bisa juga berubah. Pada
Pemilu lainnya.
Partisipasi politik para pemberi suara (voters) yang menetap dilandasi oleh
Sikap itu terbentuk melalui sosialisasi yang berlangsung lama, bahkan sejak
seorang calon pemilih masih berusia dini. Pada usia dini seorang calon pemilih
telah menerima pengaruh politik dari orang tuanya, baik dari komunikasi
langsung maupun dari pandangan politik yang diekspresikan orang tuanya. Sikap
sosialisasi itu kemudian membentuk ikatan yang kuat dengan partai politik atau
faktor jangka panjang, terutama faktor sosial. Karakter kelompok sosial dimana
pemilih itu berada, memberi pengaruh sangat penting dalam proses pembentukan
ikatan emosional pemilih dengan simbol-simbol partai, terutama pada awal
proses sosialisasi.
dari birokrat dan kerugian jika tidak memilih partai tersebut. Meskipun saat
ini pegawai negeri berdasarkan Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 1999 telah diberi
pegawai negeri tersebut masih tetap loyal terhadap partai politik. Mereka
tertentu bagi kelompok pegawai negeri. Selain itu, bagi kelompok pengusaha dan
cenderung mendukung partai politik, sebab jika tidak mendukung partai politik,
para pengusaha dan kaum bisnis akan kesulitan mendapat proyek dan fasilitas
PNS bahwa :
‘.Menurut saya yang PNS ini saya harus betul-betul tentukan pilihan saya
karena untuk kedepannya bagi saya dan masyarakat lainnya, karena kalau
kita salah memilih nati kedepannya daerah tersebut bukannya berkembang
malah semakin rusak.
Di perkuat dengan hasil wawancara dengan seorang pengusaha bhwa :
“.bagi saya seorang pengusaha harus betul-yakin dengan apa yang saya
akan pilih untuk masa depan saya dan usaha saya ini, terutama masyarakat kecil.
sangat mantap dan yakin terhadap partai politik yang dipilihnya sejak dulu.
massa
merujuk kepada kemampuan orator dan strategi yang matang timsukuses dalam
menggerakkan massa dalam jumlah besar untuk melakukan suatu hal, misalnya
demo, kampanye dan lain-lain. Biasanya aksi-aksi ini selalu dibiayai oleh pihak-
pihak tertentu, misalnya membayar orang untuk datang ke TPS dan diarahkan
untuk memilih pasangan yang telah ditentukan. Salah satu cara untuk meraih
suara yang terbanyak dalam pemilu adalah memobilisasi massa pemilih. Gerakan
mobilisasi pemilih kerap terjadi guna meraih dukungan suara mayoritas, dan
dalam setiap pelaksanaan pilkada tidak terlepas dari praktik semacam ini.
tahunan seperti ini. Seperti yang terjadi dalam pemilihan legislatif di Kecamatan
Sekcam menambahkan:
“…kalau ada desa yang tidak memilih pasangan yang sudah ditentukan,
lihat saja pembangunan di desanya. Bahkan ada warga, yang karena
diketahui bukan pendukungnya bupati, anaknya tidak diterima masuk di
SMAN 1 Bajeng. Jadi masyarakat disini menjadi takut…”
dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari
memberikan ancaman tidak akan mendapat bantuan dari pemerintah menjadi hal
digunakan oleh salah satu pasangan pada Pilleg Kecamatan Kambu Kota Kendari
2019. Hal ini juga dapat tergambarkan dengan wawancara seorang Aparatur Sipil
“…Contoh, kalau kau tidak pilih ini, tidak kubantu mko, seorang karaeng
bilang begini di sebuah kampung, atau tokoh masyarakat, atau kepala
desa, kepala dusun bilang begini di sebuah kampung, kalau kau tidak ikut
sama saya, saya tidak akan bantu mko. Masyarakat ini berpikir, ih tidak di
kasi maki raskin, tidak di kasi maki BLT (Bantuan Langsung Tunai) &
Program KeluargaHarapan, dan lain-lain. Itulah mereka tadi, khawatir,
mengerti maksudku toh. Inilah yang kemudian dipakai kemarin,…”
Ancaman agar masyarakat mau memilih pasangan yang berkuasa menjadi
bahwa:
“…Ini juga karena camat juga sudah dipegang sama bupati, jadi orang-
orangnya bupati.”
tergambarkan dengan wawancara penulis dengan informan diatas. Hal ini pun
dimanfaatkan betul oleh Caleg yang di bantu oleh penguasa tersebut untuk
“…karena petahanan (caleg yang bantu oleh pengusas) itu selain kultural,
dia juga menguasai structural, mulai dari sekda dan jajarannya, para camat,
lurah, kepala desa juga dia kuasai, dia perintahkan ke dusunnya, dusunnya
perintahkan kader-kader yang jalan itu, yang biasanya kader KB, nanti dia
inilah yang menetukan kau miskin, kau tidak miskin dan sebagainya itu.
Dan itu masih berlaku disini, orang khawatir nanti kita tidak dapat raskin,
akhirnya mereka berlomba menunjukkan ke kepala desa kalau mereka
memilih calonnya.
maupun hukum sehingga masyarakat harus memilih sesuai dengan yang diserukan
pasangan Caleg pada Pilleg Kecamatan Kambu Kota Kendari Tahun 2019.
Sehingga mobilisasi pemilih dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang
ekonomi dan kebudayaan adalah merujuk pada keterlibatan pihak pemerintah kota
kendari dalam mengintervensi untuk memilih anggota DPRD Kota kendari dari
partai pendukung pemerintah. Penelitian juga menemukan salah satu faktor yang
Kota Kendari Tahun 2019, adalah pemanfaatan Birokrasi, yang akan diuraikan
lebih lanjut dalam sub bab ini. Sejak penyelenggaraan pemilihan kepala daerah
secara langsung baik gubernur dan bupati/ walikota yang dipilih langsung oleh
rakyat, selalu menjadi ajang pertarungan oleh para calon pasangan beserta tim
pemenangannya untuk meraup suara sebesar besarnya. Selain partai politik dan
tim pemenangannya sebagai mesin pengumpul suara, maka berbagai simpul sipil
Bahkan PNS/ASN dijadikan sebagai lumbung suara rill pada setiap perhelatan
pilkada. Sementara PNS sebagai aparatur negara yang idealnya tidak terlibat
dukung mendukung pun terjebak oleh arus politik praktis demi suatu jabatan atau
takut untuk ditempatkan pada posisi tanpa jabatan (non job). Meskipun dalam
pemilihan Ichsan Yasin Limpo tidak lagi maju dalam pilkada, namun kuasa yang
terjadi perubahan kekuasaan dari Wali Kota ke Gubernur yang lain, telah menjadi
hal lumrah ketika pejabat yang mengisi struktur di birokrasi juga mengalami
perubahan.
Hal tersebut menjadi ketakutan dari oknum PNS, pemutasian yang selama
ini terjadi cenderung bukan dikarenakan hasil kerja PNS yang buruk, melainkan
karena PNS tersebut dianggap tidak memilih Bupati terpilihketika masa Pilkada
dan oknum PNS tersebut dianggap sebagai musuh politiknya. Hal tersebut juga
kepada pilihan Bupati pada saat pilkada. Wawancara penulis dengan Masyarakat
mengungkapkan bahwa:
Kecamatan Kambu Kota Kendari, baik masyarakat maupun Aparatur Sipil Negara
untuk memilih calon yang telah dipilih oleh pemerintah. Menggunakan birokrasi
Hal ini di perkuat lagi oleh wawancara peneliti dengan Petugas Panwas
Seperti kader partai politik yang diwariskan elit politik yang betul-betul
Pegawai Negeri Sipil secara tegas melarang keterlibatan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dalam berkampanye, namun dalam perhelatan Pilkada masih saja ada
mendukung salah satu kandidat. Bahkan aksi itu kadang dilakukan secara terang-
dalam memilih salah sau calon. Hal tersebut dapat tergambarkan dari hasil
“...Seharsnya yang harus kita pahami itu pak camat, lurah, desa itu kan
aparat pemerintah, secara aturan UU mereka tidak boleh mengarahkan
karena pemilu itu umum, bebas, dan rahasia, itu aturan. Jika ada aparat
yang mengkampanyekan calonnya maka itu melanggar UU ASM
(Aparatur Sipil Negara)....Ada atau tidaknya di bajeng ini, ya kalau kepala
desa itu wajar, karena mereka terlahir dari jabatan politik, tetapi kalau pns,
kalau di bajeng itu ada, tetapi yang mungkin dia sebagai pribadi-pribadi
manusia biasa, tidak memakai lambangnya sebagai seorang aparat
pemerintah kemudian berkampanye ditempat umum itu jelas-jelas
melanggar, tapi bisa saja meraka di warung kopi, bisa saja mereka ketemu
dengan warga di acara pesta atau di acara ‘apa’ tanpa menggunakan itu
mereka juga mengatakan bahwa lebih bagus ini pilihannya...”(wawancara
13 Oktober 2019)
menempatkan dirinya pada saat Pilkada, yang berarti “dia” mampu menempatkan
dirinya sebagai pribadi politiknya pada saat Pilleg, dan tetap menjadi birokrat
yang netral pada saat melayani masyarakat luas. Yang berarti, ketika birokrat
mengampanyekan salah satu calon pada saat pilleg berarti hal tersebut dapat
tersebut menggambarkan disisi lain, bahwa birokrasi juga dapat dikatakan salah
satu faktor yang mampu menyumbangkan kemenangan bagi Calon Legislatif. Ini
tidak terlepas dari peran penguasa yang masih menjabat ketika Pilleg Kota
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Partisipasi politik
calon anggota legislatif dan memilih dengan hati nurani. Melalui lobi
politik dikecamatan yang lain yang pada umumnya bersipat cuek dan
Buku :
C.S.T. Kansil, 1997, Pengantatar Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta :
Balai Pustaka,
Syamsuddin Haris, 1998. Menggugat Pemilu Orde Baru, Sebuah Bunga Rampai.
Jakarta. : Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI,
Jurnal/skripsi/karya ilmiah :
Morrison (2016) Tingkat Partisipasi Politik Dan Sosial Generasi Muda .Jurnal
Visi Komunikasi Vol: 15 No 1 Mei 2016 96-112
Perundang –undangan :
Media :
Kpu.kendarikota.go.id