Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENYETARAAN PRAKTIK KERJA NYATA (PKN)

Peran Public Relations Dalam External Stakeholder Handling BPJS


Ketenagakerjaan Surabaya

Disusun Oleh :
Betzy Widayat

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi secara umum didefinisikan sebagai usaha-usaha yang dapat

dilakukan untuk menciptakan dan memelihara saling pengertian melalui berbagai

penyebaran informasi yang efektif (Blake, 2005). Komunikasi juga merupakan

kegiatan menyampaikan pesan kepada komunikan (audience) yang tujuannya dapat

mempersuasi bahkan dapat mengubah sikap dan perilaku komunikan. Komunikasi

sangat penting dalam kegiatan sehari-hari. Karena tanpa komunikasi manusia tidak

dapat berinteraksi dengan sesama bahkan tidak dapat menjalani hidup dengan baik.

Menurut Rahmat (dalam Furqon, 2015) Komunikasi menjadi sebuah bagian penting

dalam kehidupan. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun

manusia digunakan untuk berkomunikasi.

Semakin kompleksnya kehidupan manusia, membuat peranan komunikasi

semakin tidak terelakan, untuk kepentingan berinteraksi, memecahkan masalah, atau

untuk menjalin hubungan baik dengan sesamanya. Demikian pula bila dilihat dari

sudut pandang organisasi atau perusahaan sebagai suatu kesatuan sosial yang terdiri

dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu

tujuan bersama (Robbin dalam Furqon, 2015), komunikasi memiliki peranan penting,

salah satunya dalam menjalin hubungan dengan para stakeholder. Perusahaan sebagai

suatu lembaga yang akan selalu berhubungan dengan masyarakat tentu membutuhkan

bantuan dari masyarakat dalam berbagai macam kegiatan untuk menunjang

keberhasilan perusahaan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena ada kepentingan yang
saling membutuhkan maka hubungan yang harmonis antara perusahaan dan

masyarakat harus selalu terjalin dan dijaga oleh keduanya (Saraswati, 2015). Pada

level perusahaan salah satu orang yang memiliki kewenangan untuk melakukan

komunikasi baik kedalam ataupun keluar perusahaan adalah public relations.

Public relations adalah salah satu posisi strategis dalam perusahaan, baik dalam

mengatur strategi perusahaan ke internal atau eksternal. Public Relations atau

Hubungan Masyarakat (humas) memiliki peran yang penting dalam pengembangan

perusahaan (Saraswati, 2015). Menurut Saraswati (2015) Public Relations merupakan

fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menunjukkan kebijaksanaan dan

prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan

melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari publik.

Public relations membantu sebuah perusahaan, oganisasi, badan atau institusi

agar publik mau bekerja sama dengan baik (Kriyantono, 2013). Dari berbagai literatur

public relations yang ada, biro konsultan pertama dibentuk oleh Ivy Ledbetter

Lee. Fungsi utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik

antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal dalam rangka

menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dakam upaya

menciptakan iklim pendapat (public opinion) yang menguntungkan lembaga

organisasi (Kriyantono, 2013). Sedangkan menurut Cutlip (dalam Saraswati, 2015)

berpendapat bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan

mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik.

Harlow (dalam Satlita, 2016) berpendapat PR merupakan komunikasi dua arah antara

organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dari
tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerjasama serta pemenuhan

kepentingan bersama.

Tugas seorang public relations adalah menjalin hubungan internal dan eksternal.

Menurut Danandjaja (dalam Saraswati, 2015) tugas dan tanggungjawab PR dalam

suatu perusahaan dikenal dengan sebutan “potential Public Relations duties” adalah:

mencari atau menyeleksi karyawan, mengkoordinir hubungan dengan media cetak dan

media elektronik, mengkoordinir aktivitas dengan anggota legislatif, mengarang

musik interaksi dengan masyarakat, mengatur hubungan dengan masyarakat pemodal

(eksternal stakeholder), mengkoordinir hubungan dengan kelompok khusus, mengatur

iklan yang menggambarkan kelembagaan atau produk dll.

Ketika organisasi atau perusahaan berbicara relations with public, maka harus

dipahami pula bahwa masing-masing pihak yang sedang membangun hubungan

memiliki kepentingan (Satlita, 2016). Organisasi memiliki kepentingan, begitu juga

dengan publik. Hubungan yang ada di dalamnya harus terlaksana dengan baik,

demikian juga dengan dunia luar karena organisasi mengandung arti bahwa ia harus

utuh, bersatu dan harmonis dalam mencapai tujuan.Hubungan kedua belah pihak akan

berjalan harmonis bila masing-masing dapat saling mempertimbangkan kepentingan

pihak lain. Dalam menjaga hubungan tersebut public relations memiliki fungsi

sebagai pembina hubungan eksternal (external relations), salah satu tugasnya adalah

membina hubungan dengan stakeholder.

Menurut Grunig & Repper (dalam Luli, 2015) stakeholders adalah seseorang

yang terpengaruh oleh keputusan yang diambil oleh organisasi atau keputusan-

keputusan yang diambilnya dapat mempengaruhi organisasi. Stakeholders adalah


orang yang punya kaitan dengan organisasi karena orang-orang itu dan organisasi

punya konsekuensi satu sama lainnya.

Posisi stakeholder dalam fungsi-fungsi komunikasi yang dijalankan di tataran

operasional. Berdasarkan sifat industrinya, besar kecil dan rumitnya perusahaan,

diperlukan berbagai fungsi. Seperti fungsi investor relations, community relations,

media relations, government relations, issues management dan lain sebagainya

(Kiroyan, 2015). Jadi stakeholder eksternal perusahaan meliputi investor, customer,

pemerintah, media dan pihak eksternal lainnya. Mereka adalah pihak-pihak yang

berhubungan dengan jalannya perusahaan.

Pada peran public relations dalam stakeholder handling, Menurut Rosady

Ruslan (dalam Saraswati, 2015) peran Public Relations adalah sebagai berikut:

a. Communicator, artinya Public Relations berperan sebagai penghubung dalam


proses komunikasi dua arah (two way communications) antara organisasi
dengan publik atau pihak-pihak yang berkepentingan. Proses komunikasi
yang berlangsung bisa dalam bentuk penyampaian pesan dan menciptakan
adanya opini publik.
b. Relationship, artinya Public Relations berperan membangun dan membina
hubungan yang positif dan saling menguntungkan antara lembaga yang
diwakilinya dengan publik internal maupun eksternalnya.

c. Back up Management, artinya fungsi Public Relations yang melekat pada


fungsi manajemen, dimana dalam aktivitasnya ditunjukkan dengan proses
penemuan fakta (fact finding), perencanaan (planning), pengkomunikasian
(communication) dan pengevaluasian (evaluation).

d. Good Image Maker, artinya Public Relations berperan dalam membangun dan
menciptakan citra positif organisasi atau produk yang diwakilinya.

Secara garis besar peranan Public Relations mencakup bidang yang luas serta

berbagai pihak, sehingga tidak hanya menciptakan suatu hubungan (relations) dengan

publik maupun pihak yang berkepentingan (Saraswati, 2015). Akan tetapi peranan

Public Relations juga menyangkut bagaimana menciptakan pengertian dan

pemahaman aktivitas organisasi melalui komunikasi, menunjang kegiatan manajemen

serta membangun dan menciptakan citra positif organisasi (good image marker).

Dari sekian banyak jenis perusahaan di Indonesia, asuransi merupakan salah satu

sektor jasa dalam hal perlindungan finansial yang berkembang cukup pesat yang

dalam usahanya membangun citra yang baik di mata publik. Demikian halnya dengan

BPJS Ketenagakerjaan yang bergerak dibidang asuransi jiwa selalu berusaha untuk

memberikan pelayanan yang terbaik untuk stakeholder dan nasabahnya. BPJS

Ketenagakerjaan merupakan salah satu program pemerintah dalam Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) bagi PNS, POLRI, ASN ataupun karyawan perusahaan tertentu.

Tugas sebagai seorang Public Relations atau humas pada BPJS Ketenagakerjaan

adalah menjaga hubungan dengan pihak/lembaga yang bekerjasama dengan BPJS

dalam memberikan asuransi bagi karyawan/anggotanya. Tidak hanya lembaga/pihak


yang terkait tetapi juga dengan nasabah yang artinya pengguna asuransi BPJS. Karena

peran PR dalam menjalin hubungan dengan stakeholder (Ruslan dalam Saraswati,

2015) adalah Communicator, artinya berperan sebagai penghubung dalam proses

komunikasi dua arah (two way communications) antara organisasi dengan publik atau

pihak-pihak yang berkepentingan dan Relationship, artinya berperan membangun dan

membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan antara lembaga yang

diwakilinya dengan publik internal maupun eksternalnya.

Pada kesempatan ini penulis melakukan praktik kerja nyata di perusahaan BPJS

Ketenagakerjaan Surabaya sebagai Humas yang menaungi lingkup external relations

mulai dari pitching client, customer aplication handling dan stakeholder relations.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin menguraikan laporan praktik kerja nyata yang

berjudul Peran Public Relations Dalam External Stakeholder Handling BPJS

Ketenagakerjaan Surabaya.

1.1 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan Praktik Kerja Nyata (PKN)

sebagai berikut :

1. Untuk praktik lapangan dan mengimplementasikan antara ilmu yang

didapat di dalam kelas dengan praktik.

2. Untuk memenuhi mata kuliah Praktik Kerja Nyata (PKN) yang

menjadi mata kuliah wajib di Universitas Brawijaya melalui kegiatan

yang disetarakan.

3. Untuk mengimplementasikan teori dari public relations yang didapat

di kelas perkuliahan di kondisi yang nyata.


1.3 Manfaat

Manfaat dari Praktik Kerja Nyata (PKN) bagi penulis juga jurusan Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya adalah sebagai berikut :

1.3.1 Bagi Penulis

a. Menyelesaikan beban mata kuliah wajib Universitas Brawijaya

yaitu Praktik Kerja Nyata (PKN)

b. Menguji dan mengukur kemampuan penulis dalam bidang public

relations terutama external relations di dalam bidang teori dan

praktik.

1.3.2 Bagi Jurusan Ilmu Komunikasi

a. Sebagai bahan evaluasi dari laporan Praktik Kerja Nyata (PKN)

dalam membentuk kurikulum yang lebih baik di masa yang akan

datang.

b. Sebagai data laporan PKN yang dapat dijadikan referensi bagi

mahasiswa lainnya yang menempuh mata kuliah yang sama.

c. Sebagai sarana evaluasi bagi mahasiswa yang ingin menyusun

laporan Praktik Kerja Nyata (PKN) agar sistematika penulisan

lebih tersusun dan terarah.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Public Relations

Public relations merupakan salah satu fungsi manajemen yang menjadi

jembatan antara perusahaan atau organisasi dengan publiknya (Kriyantono,

2013). Public relations membantu sebuah perusahaan, oganisasi, badan atau

institusi agar publik mau bekerja sama dengan baik. Dari berbagai literatur

public relations yang ada, biro konsultan pertama dibentuk oleh Ivy Ledbetter

Lee. Fungsi utama PR adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan

baik antarlembaga (organisasi) dengan publiknya, internal maupun eksternal

dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan

partisipasi publik dakam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik)

yang menguntungkan lembaga organisasi.

PR sebagai alat manajemen modern, maka secara struktural merupakan

bagian integral dari suatu kelembagaan atau organisasi, artinya PR bukanlah

merupakan fungsi terpisah dari fungsi kelembagaan atau organisasi tersebut.

Sejalan dengan konsep PR yang berkembang kini adalah konsep yang

menekankan pentingnya komunikasi dua arah, menurut Howard (dalam Satlita,

2016) fungsi dasar PR bukan untuk menampilkan pandangan organisasi atau

seni sikap publik, tetapi untuk melakukan rekonsiliasi atau penyesuaian

terhadap kepentingan publik setiap aspek pribadi organisasi maupun perilaku

perusahaan yang punya signifikan sosial. Jadi di sini PR berfungsi membantu

organisasi melakukan penyesuaian terhadap lingkungan tempat organisasi

tersebut beroperasi.
Public relations is a distinctive management function which helps
establish and maintain mutual lines of communications, understanding,
acceptance, and cooperation between an organization and its publics; involve
the management of problems or issues; helps management to keep informed on
and responsive to public opinion; defines and emphasizes the responbility of
management to serve the public interest; helps management to abreast of and
effectively utilize change, serving as an early warning system to help anticipate
trends; and uses research and sound and ethical communication techniques as
it principal tools.
Aktifitas public relations adalah menyelenggarakan komunikasi timbal

balik (two ways communications) antara lembaga dengan publik yang

bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya

tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, demi kemajuan lembaga atau

citra positif lembaga bersangkutan.

Public relations juga memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu komunikasi

internal dan komunikasi eksternal. Diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi Internal (personel/anggota institusi)

1. Memberikan informasi sebanyak dan sejelas mungkin qmengenai


institusi.
2. Menciptakan kesadaran anggota/personel mengenal peran institusi
dalam masyarakat
3. Menyediakan sarana untuk memperoleh umpan balik dari anggotanya.

b. Komunikasi Eksternal (masyarakat)

1. Informasi yang benar dan wajar mengenai institusi.


2. Kesadaran mengenai peran institusi dalam tata kehidupan umumnya.
3. Motivasi untuk menyampaikan citra baik.

Menurut Indrawati (dalam Satlita, 2016) menyatakan bahwa terdapat 4

(empat) peran yang dapat diampu oleh public relations yaitu: Interpreter atau
in the middle (Penerjemah), Lubricant (pelumas atau pelicin), Pemonitoring

dan pengevaluasi, dan Komunikasi. Adapun yang dimaksud dengan masing-

masing yang telah disebutkan adalah:

1. Interpreter atau in the middle (Penerjemah)

Yaitu public relations berperan sebagai sumbu antara manajemen dengan

publik internal maupun eksternal. Public relations harus mampu

mengintepretasikan dinamika dan kebutuhan serta perilaku publik terhadap

manajemen dan sebaliknya. Untuk bisa memikul peran ini, public relations

harus mempunyai akses pada manajemen bahkan top manajemen. Peran ini

sering disebut juga sebagai fasilitator komunikasi (komunikator/mediator).

2. Lubricant (pelumas atau pelicin)

Dalam menciptakan hubungan internal yang harmonis dan efisien seorang

public relations berperan sebagai pelumas atau pelicin. Peran ini

memungkinkan public relations mencegah timbulnya kemungkinan

perpecahan dalam organisasi melalui komunikasi yang efektif. Misalnya dalam

suatu pertemuan/rapat dengan pihak internal organisasi untuk menentukan

suatu kebijakan baru perusahaan/organisasi ataupun yang lainnya, seorang

public relation membantu pimpinan menjelaskan kembali apa yang telah

disampaikan pimpinan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami

dan publik internal pun dapat menafsirkan/mengerti dengan jelas apa yang

dipaparkan/dikatakan oleh seorang public relation tanpa menimbulkan

permasalahan.

3. Pemonitoring dan pengevaluasi


Seorang public relation berperan untuk mengantisipasi setiap perubahan

yang mungkin saja berdampak negatif terhadap organisasi. Dalam hal ini,

public relation haruslah pandai dalam mengawasi setiap tindakan publik

(pemonitoring) dan mengevaluasi (pengevaluasi) semua kegiatan yang

berhubungan dengan publik. Pada tahapan evaluasi ini dilakukan perbaikan-

perbaikan untuk menciptakan hubungan yang harmonis diantara publik suatu

organisasi. Misalnya ketika perusahaan/organisasi mengadakan suatu kegiatan

yang berhubungan dengan publik, seorang public relation harus stanby

memonitoring (memantau) kegiatan tersebut dari awal hingga akhir dan

setelah kegiatan tersebut selesai dilaksanakan kemudian ikut mengevaluasi

terkait kelebihan dan kekurangan dari diadakannya kegiatan tersebut.

4. Komunikasi

Seorang public relations harus mampu menggunakan teknik-teknik

komunikasi yang efektif kepada publik internal maupun eksternal untuk

terciptanya saling pengertian. Dengan begitu semua informasi dapat

tersampaikan secara langsung dan dapat diterima dengan baik oleh publik

(tidak terjadi prasangka yang buruk).

Danandjaja (Wahyuningsih, 2013) juga menyatakan bahwa peranan

public relations di dalam perusahaan yaitu:

1. Membantu menetapkan serta memelihara garis komunikasi. Garis-garis

komunikasi yang dimaksud disini berupa saling pengertian, saling

menerima satu sama lain, dan kerjasama yang baik antara

perusahaan/organisasi dengan publiknya.


2. Memecahkan masalah-masalah manajemen. Peran public relations

ketika terjadi masalah dalam suatu perusahaan/organisasi yaitu

membantu para manajer untuk menciptakan pendapat publik sehingga

permasalahan segera dapat dipecahkan/dicari solusinya. Selain itu,

seorang public relation juga dapat menjelaskan serta menekankan

tanggungjawab kepada para manajer untuk dapat melayani kepentingan

publik.

3. Membantu para manajer untuk mengambil keputusan yang efektif.

Dalam mengambil keputusan public relation harus mampu menjadi

penengah. Maksudnya adalah peran public relations disini tidak

memihak antara manajer dengan publik atau harus netral. Serta

berusaha mengambil jalan terbaik ketika suatu keputusan belum dapat

diambil dengan catatan tidak akan menimbulkan permasalahan dan

tidak merugikan satu sama lain.

4. Memberi peringatan dini kepada para manajer untuk mengantisipasi

setiap kecenderungan. Salah satu kewajiban seorang public relation

adalah selalu mengingatkan para manajer dalam melakukan berbagai

kegiatannya. Jangan sampai dengan adanya suatu kegiatan akan

menimbulkan permasalahan di mata publik.

5. Menggunakan riset dan teknik-teknik komunikasi sebagai sarana

utama.Media yang digunakan sebagai sarana komunikasi oleh public

relation harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masyarakat.

Public relation pun harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana

penggunaan media tersebut beserta teknik-teknik komunikasi.


Pada halaman belajar komunikasi (2013) Public relations juga memiliki

ranah publik internal dan eksternal, dimana hal tersebut dibedakan sebagai

berikut :

a. Publik internal adalah publik yang berada di dalam lingkup

perusahaan/organisasi. Mereka terdiri dari:

1. Perusahaan Induk/Prinsipal
2. Anak Perusahaan/Perusahaan Cabang/Sister Company
3. Para Investor
4 Para Pemegang Saham

b. Publik eksternal adalah mereka yang berada di luar

perusahaan/organisasi namun berkepentingan terhadap

perusahaan/organisasi. Mereka adalah:

1.Pelanggan/Konsumen/Pengguna produk & jasa


perusahaan/organisasi
2. Media Massa (pers cetak, radio, televisi, internet)
3. Mitra Usaha/Pemasok jasa dan berbagai macam barang (supplier)
4. Para Distributor
5. Pemerintah
6. Masyarakat sekitar perusahaan/organisasi (Komunitas)
7. Masyarakat Keuangan/Perbankan
8. Retailer
9. Kelompok Penekan (Pressure Groups)
10. Para Pembentuk Opini (Opinion Leaders)
11. Calon Pelanggan/Konsumen Potensial
12. Pesaing/Kompetitor/Asosiasi perusahaan-perusahaan sejenis
13. Organisasi Perburuhan (di luar Serikat Pekerja yang berada di
dalam perusahaan/organisasi)
14. Masyarakat Umum

Ranah-ranah publik internal dan eksternal perusahaan tersebut sering dinamakan

stakeholder.

2.1.1 Public Relations sebagai Stakeholder Handling

Freeman (dalam Luli, 2015) menyatakan stakeholders sebagai “any

individual or group who can affect or is affected by the actions, decisions,

policies, practices, or goals of the organizations” (individu atau kelompok yang

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan, keputusan, kebijakan,

praktik, atau tujuan dari organisasi). Sedangkan Brody (dalam Luli, 2015)

menyebutkan stakeholders sebagai “groups of individual whose interests

coincide in one or more ways with the organization with which the public

relations practitioners is dealing” (kelompok individu yang kepentingannya

bertepatan dalam satu atau lebih cara dengan organisasi yang mana berurusan

dengan praktisi public relations).

Pada peran public relations dalam stakeholder handling, Menurut Rosady

Ruslan (dalam Saraswati, 2015) peran Public Relations adalah sebagai berikut:

a. Communicator,
artinya Public Relations berperan sebagai penghubung dalam proses

komunikasi dua arah (two way communications) antara organisasi dengan

publik atau pihak-pihak yang berkepentingan. Proses komunikasi yang

berlangsung bisa dalam bentuk penyampaian pesan dan menciptakan

adanya opini publik.

b. Relationship,

artinya Public Relations berperan membangun dan membina hubungan

yang positif dan saling menguntungkan antara lembaga yang diwakilinya

dengan publik internal maupun eksternalnya.

c. Back up Management,

artinya fungsi Public Relations yang melekat pada fungsi manajemen,

dimana dalam aktivitasnya ditunjukkan dengan proses penemuan fakta

(fact finding), perencanaan (planning), pengkomunikasian

(communication) dan pengevaluasian (evaluation).

d. Good Image Maker,

artinya Public Relations berperan dalam membangun dan menciptakan

citra positif organisasi atau produk yang diwakilinya.

Seorang public relations dalam membina hubungan dengan pihak lain harus

memperhatikan peran tersebut demi mewujudkan reputasi yang positif.


BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Profil Perusahaan

3.1.1 BPJS Ketenagakerjaan Surabaya

3.1.1.1 Filosofi Logo

Logo BPJS Ketenagakerjaan menggunakan empat warna berbeda, yaitu hijau,


putih, kuning dan biru. Penggunaan warna yang lebih beragam ini bukan sekedar agar
logo baru ini terlihat lebih menarik. Tapi, dibalik warna-warna tersebut mengandung
nilai dan makna filosofis tertentu, yaitu :

HIJAU

- Warna hijau melambangkan kesejahteraan

- Warna hijau diharapkan dapat merepresentasikan nilai-nilai pertumbuhan, harmoni,

kesegaran, stabilitas dan keamanan.

PUTIH

- Warna putih melambangkan integritas

- Warna putih diharapkan dapat merepresentasikan kemurnian, kebersihan dan

kesempurnaan sebagai simbil kebaikan.


KUNING

- Warna kuning melambangkan optimism

- Warna kuning diharapakn dapat merepresentasikan optimisme, pencerahan dan

kebahagiaan serta memberi harapan akan masa depan yang lebih baik.

BIRU

- Warna biru melambangkan keberlanjutan

3.1.1.2 Sejarah

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung

jawab dan kewajiban Negara - untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi

kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara. Indonesia

seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program jaminan sosial

berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan

masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal. Sejarah terbentuknya PT

Jamsostek (Persero) mengalami proses yang panjang, dimulai dari UU No.33/1947 jo

UU No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP)

No.48/1952 jo PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha

penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan

Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial

(YDJS), diberlakukannya UU No.14/1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.

Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.

Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut landasan

hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun 1977

diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah

(PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi sosial tenaga kerja
(ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta dan BUMN untuk

mengikuti program ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah

penyelenggara ASTEK yaitu Perum Astek.

Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya UU No.3 tahun 1992 tentang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui PP No.36/1995

ditetapkannya PT Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga

Kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi

kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian

berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian

atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.

Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor

40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu

berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2, yang

kini berbunyi: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat

kemanusiaan”. Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada

pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun

produktivitas kerja.

Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan

dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan perlindungan 4

(empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),

Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya hingga

berlakunya UU No 24 Tahun 2011.


Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1

Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek

(Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)

Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial

tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun

mulai 1 Juli 2015.

Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS

Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan sambil

mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh

pekerja dan keluarganya. Kini dengan sistem penyelenggaraan yang semakin maju,

program BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan

pengusaha saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan

pertumbuhan ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

3.1.1.3 Visi Misi

3.1.1.4 Struktur Organisasi

3.1.1.5 Penghargaan
BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai