Theory
Gender dan Komunikasi
A. Standpoint Theory
Nancy Hartsock merupakan salah satu sosok yang mengembangkan standpoint theory.
Dalam pembahasannya, teori ini didasarkan atas kelas sosial yang kemudian membentuk suatu
relasi sosial, seperti misalnnya hubungan antara tuan dan budak. Bahasan terkait kelas sosial
telah diteliti oleh Hegel dan Karl Marx, mereka beranggapan bahwa realitas sosial dipandang
berbeda oleh tiap- tiap kelompok sosial tergantung pada posisi mereka di dalam struktur sosial,
dan seberapa banyak resource yang dapat mereka manfaatkan untuk memperkaya diri. Hal
tersebut tentu tidak dapat dilepaskan dari power dan politik dalam kehidupan sosial. Nancy
Hartsock mengadaptasi standpoint theory untuk menguji relasi antara pria dan wanita dengan
memijam pemikiran- pemikiran Hegel dan Karl Marx (Jayanti, 2011). Isu gender yang kemudian
Standpoint Theory and Muted Group Theory | 9/30/2017
menjadi pokok bahasan pada feminisme berusaha menggaungkan kesetaraan antara kelompok
yang termarginalkan, terdiskriminasi, dan minoritas di dalam kehidupan sosial, salah satunya
posisi perempuan.
Gender menurut kerangka standpoint theory memandang bahwa perempuan dan laki- laki
tidaklah setara. Dalam artian, perempuan ditempatkan pada posisi minoritas dan lemah, namun
tidak bagi laki- laki yang dianggap sebagai sosok yang superior. Standpoint theory tidak hanya
melihat kesenjangan pembagian peran antara laki- laki dan perempuan, melainkan juga melihat
kesenjangan pada kelompok- kelompok minoritas lainnya yang dikuasai oleh kelompok-
kelompok dominan. Munculnya fenomena- fenomena kesenjangan tersebut, teori standpoint erat
kaitannya dengan komunikasi, karena dengan adanya komunikasilah dapat disampaikannya
gagasan, pengetahuan, ide, dan opini untuk mengatasi masalah kesenjangan tersebut.
1
B. Muted Group Theory
Artinya bahwa, apabila kapasitas komunikasi seseorang besar, maka semakin besar pula relasi
sosial dan power (kekuasaan) yang mereka miliki. Karena dengan komunikasilah mereka mampu
mengontrol kelompok- kelompok minoritas yang dirasa mampu menyaingi atau bahkan
merugikan posisi mereka (kelompok superior). Perempuan sebagai kelompok minoritas memiliki
kapasitas yang rendah dalam menyampaikan ide maupun gagasan, dan pengetahuan yang mereka
miliki. Kerap kali apa yang disampaikan oleh kelompok perempuan tersebut hanya dianggap
angin lalu, dan bahkan tidak dianggap dan diterima sama sekali oleh kelompok- kelompok
dominan. Hal tersebut didasarkan atas pemahaman bahwa kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki perempuan tidak berharga daripada laki- laki.
C. Kesimpulan
Perdebatan terkait kesetaraan dan keadilan gender tersebut dikerangkai dengan baik pada
dua teori diatas. Bagaimana akhirnya perempuan mendapatkan strategi dalam menghadapi
kelompok- kelompok dominan tersebut. Emansipasi wanita merupakan gerakan dan
terobosan dalam mengakhiri ketidakadilan pada kelompok perempuan. Kelompok
2
perempuan berusaha menampilkan keahlian- keahlian yang mereka dapatkan dari ranah
domestik maupun pengetahuan dari pengamatan mereka dalam berbagai kesempatan.
Menjadi tokoh politis dan memegang tampuk kepemimpinan merupakan buah dari kerja
keras mereka dalam mewujudkan keadilan bagi kelompok mereka. Suara perempuan sudah
mulai didengar, opini mereka mulai dipertimbangkan dan diterima, dan pengetahuan mereka
sudah mulai diakui. Walaupun porsi atau bobot perempauan belum mencapai 50 persen
untuk menyaingi laki- laki, tetapi usaha dan kerja keras perempuan dalam mendapatkan
keadilan dan kesetaraan tidaklah sia- sia. Karena kini perempuan tidak dipandang sebelah
mata lagi.
Daftar Pustaka
Annisa, T. R. (T.Thn.). Company Profile Rifka Annisa.
Anonim. (T.Thn.). Muted Group Theory. Dipetik Oktober 2, 2017, Dari Communication Theory:
Http://Communicationtheory.Org/Muted-Group-Theory/
Brescoll. (2011). Who Takes The Floor And Why: Gender, Power, And Volubility In. Dalam R.
Lepchitz, Muted Voice And Female Communication Patterns:Perceived Muted Voice And
Its Impact On Female Communication Techniques In The Workplace (Hal. 8). Gonzaga
University.
Jayanti, F. S. (2011). Peran Dan Konsep Posisi Public Relations Dalam Perspektif Gender
(Studi Kasus Praktisi Public Relations Pada Pt. Astra International Tbk). Dipetik
Oktober 2, 2017, Dari Uajy's Library: Http://E-Journal.Uajy.Ac.Id/1491/
Standpoint Theory and Muted Group Theory | 9/30/2017
Lepchitz, R. (2012). Muted Voice And Female Communication Patterns: Perceived Muted Voice
And Its Impact On Female Communication Techniques In The Workplace. Washington:
Gonzaga University, Dipetik Oktober 2, 2017, Dari https://online.gonzaga.edu/wp-
content/uploads/2014/03/Exemplary_Thesis_Lepchitz_12-1-12.pdf
Lestari, P., & Dewi, M. A. (2010). Model Komunikasi Dalam Sosialisasi Pengarusutamaan
Gender Dan Anggaran Responsif Gender Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Dipetik Oktober 2, 2017, Dari
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/80