Anda di halaman 1dari 10

REVIEW MATERI

STANDPOINT THEORY

Oleh Kelompok 7:

Afif NPM 2206017260

Atika Silvia NPM 2206017336

Ratu Suud Hanum NPM 2206017885

Pascasarjana Manajemen Komunikasi

Universitas Indonesia

2022
1. Teori dan Tokoh
Karya Sandra Harding, Patricia Hill Collins, dan Donna Haraway mengemukakan
Standpoint Theory dalam ilmu-ilmu sosial. Julia Wood dan Marsha Houston berperan penting
dalam memasukkannya ke dalam disiplin komunikasi. Standpoint Theory menjelaskan bahwa
hubungan kekuasaan yang tidak setara bertanggung jawab atas marginalisasi atau penindasan
kelompok tertentu dan perspektif anggota kelompok tersebut dibentuk oleh ketidaksetaraan
itu (Littlejohn et al., 2017). Setiap lokasi atau sudut pandang sosial disertai dengan harapan
tertentu yang membedakannya dari kelompok sosial yang dominan (Harding, 1991). Sebuah
sudut pandang menjadi politis ketika anggota kelompok yang terpinggirkan menjadi sadar
akan posisi khusus berkaitan dengan budaya dominan dan berusaha untuk menantang
dominasi itu. Meskipun ada sudut pandang bersama berdasarkan ras, kelas, jenis kelamin, dan
penanda identitas lainnya, masing-masing memiliki sudut pandang unik yang dibentuk oleh
identitas tertentu dan banyak yang dialami (Littlejohn et al., 2017). Identitas yang beragam
dan saling terkait membangun sudut pandang yang menawarkan lebih banyak toleransi
terhadap ambiguitas dan kesadaran akan berbagai kemungkinan daripada yang bisa dilakukan
oleh identitas tunggal. Daripada memaksa individu untuk memilih konstruksi identitas yang
dipaksakan dari luar, Standpoint Theory mengakui dan menghargai keragaman identitas yang
mendefinisikan setiap individu (Harding, 1991).

2. Sejarah Teori
Teori Standpoint merupakan karya dari Sandra Harding, Patricia Hill Collins, dan
Donna Haraway. Sedangkan yang berkontribusi untuk memasukkan teori Standpoint ke
dalam disiplin ilmu komunikasi yaitu Julia Wood dan Marsha Houston. Muncul sebagai
upaya pengakuan bahwa ketimpangan kekuatan dapat memicu ketidaksetaraan, marginalisasi
serta penindasan atas kelompok tertentu dan perspektif anggota kelompok tersebut terbentuk
berasal dari ketimpangan yang mereka alami. Konsep utamanya yaitu perspektif individu
dibentuk oleh pengalaman dan pengaruh sosial. kelompoknya.

Dalam masyarakat yang dikelompokkan menurut jenis kelamin dan kategori lain,
seperti ras dan kelas, posisi sosial seseorang membentuk apa yang dapat diketahuinya. Teori
standpoint berasal dari pendapat Marxis yang menyatakan bahwa ketidaksetaraan antara laki-
laki dan perempuan mempengaruhi produksi pengetahuan, Selain itu Marxis juga
berpendapat bahwa orang kelas pekerja bawah tidak memiliki akses ke jenis pengetahuan
yang dapat diakses oleh orang kelas atas.

Teori standpoint menyangkal bahwa ilmu pengetahuan bersifat objektif dan menilai
penelitian tradisional mengabaikan pola pikir perempuan dan feminis.

3. Perspektif Teori
Dalam Griffin (2019), Wood menyatakan bahwa perempuan seringkali ditempatkan
sebagai kaum marginal yang terpinggirkan, terabaikan, dan dipandang sebagai kaum yang
lemah. Harding (dalam Griffin, 2019) menggunakan istilah "strong objectivity" atau
"objektivitas yang kuat" yang merefleksikan pandangan perempuan sebagai kaum marginal
yang seringkali tidak terpenuhi kebebasan berpikir dan bertindaknya, bahkan biasanya
terdiskriminasi.

Wood (dalam Griffin, 2019) menjelaskan dua alasan mengapa perspektif perempuan
terkalahkan oleh perspektif laki-laki yang berada di posisi dominan, yaitu :
Alasan pertama, karena kelompok tidak dominan memiliki kecenderungan yang besar untuk
memahami perspektif kelompok dominan, di mana kelompok ini lebih memilih
mengutamakan kepentingan kelompok dominan. Ini membuat kelompok marginal terlihat
seakan-akan tidak memiliki motivasi untuk mengendalikan kehidupan mereka sendiri.
Alasan kedua, karena kelompok tidak dominan memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan keadaan sebagaimana adanya.

4. Tiers
Dalam buku “Theories of Human Communication” karya Stephen W. Littlejohn, et
al. (2017), terdapat pendekatan dari John Powers dalam menyusun teori komunikasi karena
berbeda secara substansi dari Burrell-Morgan dan Deetz. Teori ini dipublikasikan pada tahun
1995. Powers membuat sebuah model yang terdiri atas 4 tier. Setiap tier berurusan dengan
aspek berbeda dari lingkup komunikasi, dan setiap tier membangun tier sebelumnya
(Littlejohn, 2017, p.37). Tier pertama menjelaskan mengenai pesan itu sendiri. Tier kedua
berpusat pada komunikator dan secara spesifik hubungan antara komunikator dan pesan. Tier
ketiga membahas mengenai level komunikasi. Tier keempat berfokus pada situasi, termasuk
edukasi, keluarga, medis dan konteks kesehatan, dan lainnya.
Standpoint theory masuk ke dalam tier keempat. Hal ini karena teori standpoint
berbicara mengenai pandangan kita terhadap dunia berdasarkan lokasi sosial dimana kita
berada. Ahli teori standpoint berpendapat bahwa pengetahuan yang berasal dari lokasi sosial
dari orang yang termarjinalisasi dapat menyediakan pandangan yang lebih objektif daripada
perspektif dari orang-orang yang berkuasa (Griffin, et al., 2019). Berdasarkan tier keempat,
dimana komunikasi berpusat pada situasi, dalam teori standpoint, individu melakukan
komunikasi atau mendapatkan pengetahuan berdasarkan interaksi yang mereka lakukan di
lokasi sosial dimana mereka berada.

Feminist standpoint theory menjadi salah satu teori turunan teori standpoint yang
berfokus pada lokasi wanita. Teori ini menjelaskan mengenai posisi wanita dalam lingkungan
yang memiliki stereotip bahwa kelompok dominan adalah laki-laki. Sehingga, situasi dalam
komunikasi atau pandangan orang-orang terhadap wanita adalah wanita memiliki peran
caregiving (Littlejohn & Foss, 2009). Hubungan yang tidak setara antara kelompok dominan
dan subordinat dipengaruhi oleh lokasi sosial yang menimbulkan adanya hierarki sosial.

5. Tradisi
Dalam teori komunikasi, terdapat tradisi komunikasi yang dicetuskan oleh Robert
Craig. Craig membagi teori komunikasi menjadi 7 tradisi, yaitu: 1) Semiotika; 2)
Fenomenologi; 3) Cybernetic; 4) Sosio-psikologi; 5) Sosio-kultural; 6) Kritis; 7) Retorika.
(Littlejohn et al., 2017, p. 40). Setiap tradisi ini menawarkan perspektif berbeda dalam
komunikasi. Bila dilihat dari masing-masing tradisi, teori agenda-setting cocok untuk masuk
ke dalam tradisi retorika.

Teori standpoint masuk ke dalam tradisi sosio-psikologi dan sosio-kultural. Tradisi


sosio-psikologi berfokus pada variabel psikologis, efek individu, kepribadian, sikap, persepsi,
dan kognisi. Tradisi ini terbagi menjadi 3 cabang: 1) Sikap, 2) Kognitif, 3) Biologis. Dalam
aspek sikap, dalam teori standpoint, individu terbentuk karakteristik demografisnya
berdasarkan lokasi dimana mereka berada. Menurut Julia Wood, kelompok sosial di tempat
kita berada, secara kuat membentuk pengalaman dan pengetahuan kita, serta bagaimana kita
mengerti dan berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan dunia (Griffin et al., 2019).
Selanjutnya, aspek kognitif ditunjukkan dalam hal setiap orang memperoleh pengetahuan
berdasarkan yang mereka dapatkan di lingkungan mereka. Aspek biologis lebih berbicara
mengenai faktor yang menjelaskan sikap manusia, dalam hal ini adalah karena adanya
pengaruh interaksi dari lokasi mereka.

Teori ini juga masuk ke dalam tradisi sosio-kultural. Tradisi sosio-kultural


menyampaikan mengenai cara pemahaman kita, makna, norma, peran, dan aturan berinteraksi
dalam komunikasi. Tradisi ini juga berfokus pada bagaimana identitas tercipta melalui
interaksi dalam kelompok sosial dan budaya, serta bagaimana identitas dinegosiasikan dari
satu situasi ke yang lainnya (Littlejohn, et al., 2017). Dalam teori standpoint, pemahaman
kita, makna, norma, hingga aturan dalam berinteraksi dipengaruhi dari lokasi dimana kita
berada. Identitas juga dapat tercipta melalui interaksi dalam kelompok sosial, seperti teori
feminist standpoint, dimana wanita dianggap menjadi kelompok subordinat dan
termarjinalisasi, tidak seperti pria yang dominan dan diuntungkan. Namun, identitas bisa
dinegosiasi karena dalam feminist standpoint, pandangan mereka menolak adanya status quo
dari pria. Pandangan feminist standpoint diperoleh melalui refleksi kritis atas hubungan
kekuasaan dan konsekuensinya (Griffin et al., 2019). Untuk itu, pola pikir, norma, hingga
identitas yang disebutkan dalam tradisi sosio-kultural ada dalam aspek teori standpoint.

6. Pendekatan Teori
Menurut Littlejohn secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta
objek pengamatannya dibagi menjadi 3 aliran pendekatan, yaitu scientific (empiris),
humanistik (interpretatif), dan pendekatan social science (ilmu sosial). Sementara itu,
Standpoint theory menurut Griffin (2019) yaitu teori dimana sudut pandang atau perspektif
dapat dicapai melalui refleksi kritis dalam hubungan kekuasaan dan konsekuensi mereka
melawan status quo.

Pemikir teori ini, meyakini bahwa cara pandang individu dalam melihat dunia
tergantung kepada lokasi sosialnya. Lokasi inilah yang membentuk karakteristik demografi
termasuk seks, ras, etnisitas, orientasi seksual, dan status ekonomi. Dalam hal ini, teori ini
dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan Social Science (Ilmu Sosial).

Teori ini melihat adanya faktor lain di luar diri individu yang mempengaruhi
terbentuknya karakteristik. Sementara pendekatan social science adalah pendekatan yang
merupakan gabungan atau kombinasi dari pendekatan scientific dan pendekatan humanistik.
7. Pendekatan Metode Penelitian
Standpoint Theory pada awalnya dikembangkan untuk lebih menghargai nilai
pengalaman hidup perempuan, dengan harapan bahwa penelitian kualitatif pada kelompok
terpinggirkan dapat membawa reformasi masyarakat yang menganggap serius perspektif
tersebut (Griffin et al., 2019). Pemaparan tersebut memperlihatkan bahwa dalam penciptaan
teori ini, Sandra Harding menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Ditemukan tiga jurnal yang mengadopsi
teori ini yaitu Critical race and feminist standpoint theories in physics education research: A
historical review and potential applications (Rodriguez et al., 2022), The personal and the
political: how a feminist standpoint theory epistemology guided an interpretative
phenomenological analysis (Cohen, 2021), dan Pandemic Risk and Standpoint Epistemology:
A Matter of Solidarity (Schaubroeck and Hens, 2021) yang menggunakan pendekatan
kualitatif, yang mana penelitian tersebut lebih tertuju pada landasan teori yang dimanfaatkan
sebagai acuan fokus penelitian.

8. Pendekatan Analisis
Standpoint Theory banyak berkaitan dengan tingkat persepsi orang. Misalnya orang
memiliki kesamaan pendapat tergantung pada demografi mereka dan sebagian besar
menyangkut masalah umum. Faktor yang paling berpengaruh yang mengatur suatu persepsi
adalah melalui pengalaman. Tradisi dan budaya juga membentuk persepsi seseorang sampai
tingkat tertentu. Salah satu faktor dasar untuk mengubah persepsi adalah status sosial
ekonomi di masyarakat. Lokasi geografis, posisi sosial ekonomi dalam masyarakat, jenis
pekerjaan seseorang, perbedaan gender yang mendasar, semuanya memenuhi perbedaan
perspektif.

Konsep inti dari Standpoint Theory adalah untuk memahami perspektif masyarakat
yang terpinggirkan khususnya perempuan. Sudut pandangnya berbeda-beda antara satu orang
dengan yang lain, tetapi kolektivitas dalam perspektif dapat dilihat dalam kelompok-
kelompok tertentu di mana mereka berbagi lingkungan yang sama. Perspektif teori ini pada
dasarnya bisa objektif dan subjektif. Orang dari posisi yang lebih tinggi dalam masyarakat
biasanya melihat masalah secara sepihak sedangkan orang dari tingkat rata-rata atau
masyarakat yang lebih rendah mengambil masalah lebih praktis. Alasan untuk ini adalah
karena perbedaan dalam keadaan di mana kedua kelompok orang ini tinggal.
9. Studi kasus / konteks

Studi Kasus 1 (Kelompok 2)

Judul : Latinos in Twitter News: The Effects of Newsroom and Audience


Diversity on the Visibility of Latinos on Twitter

Penulis : Mingxiao Sui & Newly Paul

Tahun : 2020

Link : https://doi.org/10.1080/10646175.2019.1608480

Penelitian ini mengkaji bagaimana tingkat visibilitas orang Amerika Latin (Latinos) di media
sosial khususnya Twitter, serta mengeksplorasi apakah media sosial berfungsi sebagai ruang
alternatif untuk mempromosikan liputan terkait Latinos yang hampir tidak terlihat di media
berita dan hiburan. Penelitian ini menggunakan Standpoint Theory dan Theories of
Newsroom Economics untuk melihat bagaimana dua faktor (keragaman ruang redaksi dan
demografi khalayak) mempengaruhi sejauh mana Latinos sebagai minoritas disebutkan dalam
tweet yang dikirim atau di-posting oleh organisasi media sebagai penggambaran dari Latinos.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tweet tentang Latinos cenderung tidak ada di Twitter
padahal mereka lebih terlihat daripada minoritas lain seperti orang Asian-American. Hal itu
dikarenakan tekanan ekonomi dari bisnis media memotivasi penyajian berita sesuai dengan
kebutuhan dan selera khalayak mereka. Meskipun Standpoint Theory dapat memprediksi
bahwa jurnalis minoritas akan mewakili komunitas mereka secara lebih adil, studi ini
menunjukkan bahwa kendala profesional dan keinginan objektif telah membatasi jurnalis
minoritas dalam mengusulkan pembahasan dengan fokus utama terkait isu-isu rasial atau
komunitas minoritas.

Studi Kasus 2

Judul : Indigenous Communities and COVID 19: Reporting on Resources and


Resilience
Penulis : Cristina L. Azocar, Victoria LaPoe, Candi S. Carter Olson, Benjamin
LaPoe & Bharbi Hazarika

Tahun : 2021

Link : https://doi.org/10.1080/10646175.2021.1892552

Banyak suku asli di Amerika Serikat mengandalkan pendapatan dari game atau permainan
(gambling, bingo, lotteries, dan video poker) untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi
masyarakat mereka, tetapi game sebagai sumber daya penting mereka hilang selama pandemi
Covid-19. Penelitian ini melalui analisis konstekstual kualitatif mengeksplorasi liputan berita
tentang hilangnya sumber daya ekonomi suku asli Amerika baik dari liputan media lokal
(media pribumi) maupun media non-pribumi tentang Covid-19. Hasil penelitian
menggambarkan bagaimana liputan dari media pribumi dengan representasi komunitas
mereka berbeda dengan media yang tidak memiliki koneksi ke dalam masyarakat pribumi.
Penelitian ini menggunakan Indigenous Standpoint Theory untuk mengungkapkan cara media
non-pribumi menggunakan pelaporan parasut (Reporter media terjun langsung ke lapangan
dengan pengetahuan yang minim) untuk membangun pandangan sepihak tentang dampak
pandemi terhadap industri yang diperlukan oleh masyarakat pribumi untuk mendanai fungsi
kesukuan mereka.

Studi Kasus 3

Judul : Exploring Discursive Challenges between African Americans and


African-born U.S. Immigrants from the Standpoint of African
Americans

Penulis : Elizabeth Y. Whittington, Gina Castle Bell & Ayo Dapherede


Otusanya

Tahun : 2021

Link : https://doi.org/10.1080/1041794X.2020.1861479

Meskipun imigran Amerika Serikat kelahiran Afrika dan masyarakat Afrika-Amerika


memiliki beberapa kesamaan aspek secara fisik, komunikasi dalam konteks budaya Amerika
Serikat penuh dengan ketegangan diskursif terkait hal tersebut. Penelitian ini melalui
Standpoint Theory dengan pendekatan kualitatif interpretatif mengeksplorasi ketegangan
diskursif yang terjadi antara kelompok masyarakat Afrika-Amerika dan imigran kelahiran
Afrika dari data wawancara. Analisis data mengungkapkan bahwa terdapat tiga tema utama
terkait kesadaran rasial menjadi Hitam dan/Afrika di Amerika Serikat yakni: (a) perbedaan
budaya, (b) Saya atau Anda tidak cukup hitam, dan (c) konstruksi media yang saling
membentuk stereotip cenderung merendahkan.
Referensi

Cristina L. Azocar, Victoria LaPoe, Candi S. Carter Olson, Benjamin LaPoe & Bharbi
Hazarika .(2021). Indigenous Communities and COVID 19: Reporting on Resources
and Resilience, Howard Journal of Communications, 32:5, 440-455, DOI:
10.1080/10646175.2021.1892552

Elizabeth Y. Whittington, Gina Castle Bell & Ayo Dapherede Otusanya. (2021). Exploring
Discursive Challenges between African Americans and African-born U.S. Immigrants
from the Standpoint of African Americans, Southern Communication Journal, 86:1,
71-83, DOI: 10.1080/1041794X.2020.1861479

Griffin, Em, Andrew Ledbetter Andrew, and Sparks, Glenn. 2019. A First Look at
Communication Theory: Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.

Harding, Sandra. (1991). Whose Science? Whose Knowledge? Thinking from Women's
Lives.
Ithaca, NY: Cornell University Press. pp. 269–270.

Littlejohn, Stephen Little W., Foss, Karen A., Oetzel, John G. (2017). Theories of Human
Communication: Eleventh Edition. Illinois: Waveland Press Inc.

Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Social interaction theories. In Encyclopedia of


communication theory (Vol. 1, pp. 900-905). SAGE Publications, Inc.,
https://dx.doi.org/10.4135/9781412959384.n348

Mingxiao Sui & Newly Paul. (2020). Latinos in Twitter News: The Effects of Newsroom and
Audience Diversity on the Visibility of Latinos on Twitter, Howard Journal of
Communications, 31:1, 50-70, DOI: 10.1080/10646175.2019.1608480

Anda mungkin juga menyukai