Anda di halaman 1dari 33

BAB X GENDER AND

COMMUNICATION

Dosen
Prof.Dr.Hj.Ummu Salamah MS
Dr. Hadiati, MSi
Bahasan Gender and communication :
1. Language and Gender
2. Standpoint theory
3. Muted Group theory
4. Communication accommodation theory
I. LANGUAGE AND GENDER

 Bahasa adalah alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat


untuk mengekspresikan gagasan yang telah menjadi konsensus
bersama. Ekspresi bahasa tersebut menggambarkan kecenderungan
masyarakat penuturnya
Dalam mempelajari bahasa yang berhubungan dengan sosial budaya
akan menghasilkan empat kemungkinan.
a. Pertama, struktur sosial dapat mempengaruhi dan menentukan
struktur atau perilaku bahasa.
b. Kedua, struktur dan perilaku bahasa dapat mempengaruhi dan
menentukan struktur sosial.
c. Ketiga, hubungan keduanya adalah timbal balik.
d. Keempat, struktur sosial dan struktur bahasa sama sekali tidak
berhubungan.
 Banyak hasil penelitian tentang kaitan bahasa dan kehidupan
sosial-politik dan budaya yang menunjukkan bahwa bahasa laki-
laki memang berbeda dengan bahasa perempuan.
 Diskriminasi bahasa terjadi hampir di semua bahasa yang
bersifat patriarkhial sehingga perempuan mengalami kondisi
yang dilematis dan sekaligus mengalami diskriminasi bahasa
dalam dua hal, yaitu bagaimana mereka diajar untuk berbahasa
dan bagaimana bahasa memperlakukan perempuan.
 Bahasa hanyalah pencerminan kenyataan sosial, tutur perempuan
bukan hanya berbeda, melainkan juga lebih 'benar'. Hal ini
disebabkan pihak perempuan diharapkan memiliki tingkah laku
sosial yang lebih 'benar'.
 Perempuan dituntut untuk berbicara sesopan dan selemah lembut
mungkin bagai seorang lady. Jika tidak berbicara seperti seorang
lady, dikatakan sebagai perempuan yang tidak sopan dan tidak
mencerminkan sifat feminim. Namun, jika berbicara lemah lembut
dan sopan, dinilai sebagai kaum yang lemah dan tidak mampu
berpikir serius (Kuntjara, 2004: 3-4).
 Bahasa Inggris menunjukkan ideologi patriarkat, di mana
perempuan sering tidak ditampakkan. Kalaupun suatu kata
ditujukan pada perempuan, seringkali kata tersebut menunjukkan
rendahnya martabat perempuan dibanding laki-laki
 Misalnya kata bachelor untuk laki-laki single, maknanya lebih
berkonotasi positif ketimbang kata padanannya untuk perempuan
spinster yang lebih berkonotasi negatif, yaitu sama dengan perawan
tua.
 Identitas dan keberadaan perempuan juga sering tidak ditampakkan dalam
bahasa. Seorang perempuan yang bernama Mary Brown, setelah menikah
dengan Jack Smith, namanya bisa berubah menjadi Mrs. Jack Smith.
Identitas dirinya diganti dengan identitas suaminya yang menikahinya dan
seolah-olah 'memilikinya' (Kuntjara, 2004: 4-5).
 dalam kehidupan masyarakat Jepang, seorang suami memanggil istrinya
dengan panggilan 'oi'. Padahal panggilan tersebut sebenarnya merupakan
panggilan yang biasa dipakai untuk memanggil anjing. Meskipun demikian,
si istri tetap menghormati suaminya dengan panggilan ...san
 Banyak orang berpendapat bahwa laki-laki yang banyak bicara pada situasi
formal dan diam dalam situasi informal disebabkan oleh dorongan mereka
untuk menunjukkan kekuasaan dan statusnya. Adapun perempuan yang
diam dalam situasi formal dikatakan tidak bisa berpendapat dan pasif,
sedang yang banyak berbicara pada situasi informal dikatakan cerewet.
II. STANDPONITS THEORY
 Standpoint Theory adalah teori gender yang dicetuskan oleh Sandra Harding
dan Julia T Wood. Premis utama teori ini menjelaskan tentang standpoint atau
bisa juga dikatakan perspektif, posisi, viewpoint, atau outlook yang melekat
pada diri seseorang.
 Standpoint Theory menegaskan bahwa jika kita ingin mengetahui dunia,
maka salah satu caranya adalah memahami standpoint perempuan atau kaum
marginal lainnya. Sandra Harding dan Julia T Wood juga mengklaim bahwa
kelompok-kelompok sosial dimana kita berinteraksi atau tinggal sangat
mempengaruhi pengalaman dan pengetahuan kita, termasuk bagaimana kita
memahami dan berkomunikasi dengan diri sendiri, orang lain, dan juga
dunia. 
 Teori standpoint menegaskan bahwa kita dapat menggunakan ketidaksetaraan
gender, ras, kelas, dan orientasi seksual untuk mengamati dan meneliti bahwa
perbedaan kelas sosial akan menghasilkan sesuatu yang khas dalam hubungan
sosial. Lebih khusus, Harding mengatakan bahwa ketika kita berbicara
dengan orang dengan kekuasaan yang tidak sama, dapat terjadi perbedaan
sudut pandang. Perspektif dari kaum marginal akan lebih objektif
dibandingkan dengan kaum yang memiliki kuasa.
 Sandra Harding dan Julia Wood mengenalkan teori standpoint
mengatakan bahwa:
“The social groups within which we are located powerfully shape
what we experience and know as well as how we understand and
communicate with ourselves, others, and the world” (Griffin, 2009,
hal. 441).
 Menurut Hartsock (1998:107) dalam (West & Turner, 2017, hal.
266) sudut pandang dibentuk dari pengalaman-pengalaman yang
terstruktur oleh posisi seseorang dalam hierarki sosial.
 Hartsock mencampurkan teori standpoint tersebut dengan 
teori feminisme yang berpandangan bahwa wanita memiliki
posisi sosial untuk mengakhiri penindasan.
Konsep terpenting dalam teori standpoint adalah sebagai berikut:
 Sikap (standpoint)
Sikap atau standpoint merupakan konsep utama dalam teori
ini. Standpoint adalah sudut pandang yang dapat diperoleh melalui
pengalaman, pemikiran, interaksi, dan usaha dalam hirearki sosial.
 Pengetahuan tersituasi (Situated Knowledge)
Pengetahuan tersituasi atau situated knowledge merupakan pengetahuan
seseorang berdasarkan konteks dan keadaan. Seseorang mempunyai
banyak pengetahuan bukan dari pembawaan alamiah tetapi  karena
adanya pembelajaran dan pengalaman.
 Pembagian pekerjaan berdasarkan jenis kelamin (Sexual Division of Labor)
Konsep ini merupakan salah satu landasan dalam teori standpoint. Sexual
division of labor merupakan alokasi pekerjaan yang didasarkan oleh jenis
kelamin. Hal ini terkait dengan pandangan feminis dimana perempuan
diposisikan hanya sebagai pekerja domestik, sehingga tidak ada
kesetaraan gender.

 Kesimpulan teori standpoint adalah bahwa semua orang atau individu


dapat memiliki pendapat yang sama, tetapi mereka bisa memiliki sudut
pandang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena adanya
perbedaan pengalaman, pemikiran, pembelajaran, dan pengetahuan
dalam lingkungan sosial yang berbeda pula.
Nancy Hartsock mengkonseptualisasikan standpoint theory pada lima asumsi sifat
kehidupan sosial tertentu sebagai berikut:
 Kehidupan material (atau posisi kelas) menstruktur dan membuat batasan
pemahaman terkait hubungan sosial.
 Ketika kehidupan material disusun dalam dua kelompok dengan menggunakan
dua hal yang berlawanan, hingga paham pada masing-masing pihak akan bertolak
belakang. Saat terdapat kelompok dominan dan bawahan, maka paham pada
kelompok dominan akan parsial dan membahayakan.
 Pandangan atau visi pada kelompok penguasa akan membentuk hubungan
material di mana semua kelompok dipaksa untuk berpartisipasi.
 Visi yang ada pada kelompok yang tertindas adalah perjuangan dan prestasi.
 Pemahaman pada prohibisi atau pelanggaran hukum dengan sudut pandang
feminis dapat menunjukkan secara tidak manusiawi, Hal ini dapat membawa kita
untuk maju dan menciptakan kehidupan yang lebih baik dan lebih adil di dunia
ini.
Deskripsi asumsi standpoint theory
Nancy Hartsock
 Asumsi pertama bahwa lokasi individu pada bentuk struktur kelas dapat
membentuk dan membatasi pemahaman hubungan sosial mereka.
 Asumsi kedua bahwa semua sudut pandang adalah parsial atau memihak, namun
kelompok penguasa dapat merugikan mereka yang berada pada posisi bawahan.
 Asumsi yang ketiga yang menyatakan bahwa kelompok penguasa dapat menyusun
kehidupan untuk menghilangkan pilihan-pilihan dari kelompok bawahan.
 Asumsi keempat menegaskan bahwa kelompok bawahan harus berupaya keras
untuk memperjuangkan pandangan mereka tentang kehidupan sosial.
 Asumsi kelima bahwa upaya ini akan menghasilkan visi yang lebih akurat pada
kelompok bawahan yang tertekanan oleh kelompok penguasa. Dengan visi
tersebut, kelompok bawahan dapat melihat kekejaman dalam tatanan sosial dan
menuntut akan perbaikan.
Serangkaian asumsi ini mengarah pada kesimpulan bahwa meskipun semua sudut
pandang atau standpoint memiliki keberpihakan, sudut pandang pada kelompok yang
tertindas dapat menjadi perhatian bagi kelompok yang berkuasa.
III. MUTED GROUP
THEORY
 Bungkam, kebungkaman : kondisi tidak tersampaikannya ekspresi dan
pesan orisinaldari suatu kelompok sebagai akibat tidak mencukupinya
kosakata pada modaekspresi dominan yang
berlangsung.Bisu, kebisuan : kondisi tidak tersampaikannya ekspresi dan pesa
n orisinaldari suatu kelompok sebagai akibat tidak mencukupinya kosakata
pada modaekspresi dominan yang berlangsung

 Gender : suatu konstruksi atau bentuk sosial yang sebenarnya bukan bawaan


lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah tergantung dari
tempat,waktu/zaman, suku/ras/bangsa, budaya, status sosial, pemahaman
agama, negara,ideologi, politik, hukum, dan ekonomi.

 Mutedgroup  adalah kelompok di masyarakat yang karena sejumlah alasan


tidak dapat mengekspresikan diri mereka melalui struktur dominan yang
sudah ada(bahasa, simbolisme, atau aksi).
Tiga postulat utama MGT oleh Kramarae adalah:
  Wanita memahami dunia secara berbeda dari laki-
laki sebab persepsi pengalamanperempuan dan laki-laki berbeda.
Perbedaan tersebut berakar pada pembagian kerja(division of labor)
antara laki-laki dan perempuan.
 Laki-laki mendapatan kuasa secara politik
dan selalu mempertahankan dominasi politiknya tersebut
dengan mencegah ide-ide dan makna-makna dari perempuan
mendapatkan penerimaan publik;
  Untuk dapat berpartisipasi di masyarakat,
perempuan harus menerjemahkan ide-ide,makna-makna, dan
pengalaman-pengalaman unik mereka ke bahasa atau moda
berekspresi laki-laki.
IV. COMMUNICATION
ACCOMMODATION THEORY

Teori Akomodasi Komunikasi adalah salah satu teori


komunikasi yang dikemukakan oleh Howard Giles beserta
teman-temannya berkaitan dengan penyesuaian
interpersonal dalam sebuah interaksi komunikasi.
Mereka mengemukakan teori ini pada tahun 1973, berawal
dari pemikiran Giles mengenai model “mobilitas aksen” yang
didasarkan pada berbagai aksen yang dapat didengar pada
sebuah situasi wawancara.
• Mereka mengamati bahwa dalam sebuah wawancara, dengan
pewawancara dan narasumber yang memiliki perbedaan latar
belakang budaya, ada kecenderungan seseorang yang
diwawancarai akan cenderung menghormati orang dari
institusi tertentu yang sedang mewawancarainya.

• Dalam kondisi tersebut orang yang sedang diwawancarai


akan cenderung mengikuti alur pembicaraan dari
pewawancara. Pada saat itulah orang yang sedang
diwawancarai sedang melakukan akomodasi komunikasi.
Dengan kata lain teori ini erat kaitannya dengan masalah
kebudayaan.
• Akomodasi adalah sebuah kemampuan untuk
menyesuaikan, memodifikasi, atau mengatur perilaku
seseorang ketika merespons komunikasi atau perilaku
orang lain. Akomodasi lebih sering dilakukan secara tidak
sadar. Manusia cenderung memiliki asumsi-asumsi
kognitif internal sebagai pedoman yang kita gunakan
ketika kita berbicara dengan orang lain. Akan tetapi
karena kita memiliki kultur yang berbeda dengan orang
lain, bisa jadi asumsi kebudayaan yang kita bawa juga
tidak sepenuhnya dapat mengakomodasi harapan dari
lawan bicara kita.
• Substansi dari teori akomodasi sebenarnya adalah adaptasi,
yaitu mengenai bagaimana seseorang menyesuaikan
komunikasi mereka dengan orang lain. Teori ini berpijak pada
premis bahwa ketika seseorang berinteraksi dalam sebuah
komunikasi, mereka akan menyesuaikan pembicaraan, vokal,
dan atau tindak tanduk mereka untuk mengakomodasi orang
lain yang terlibat di dalam komunikasi tersebut.
• Sebenarnya, teori ini terinspirasi dari sebuah penelitian yang
dilakukan di dalam bidang ilmu psikologi sosial. Oleh karena
itu untuk memahami teori ini dengan utuh, kita tidak bisa
melepaskan teori ini dari asumsi psikologi sosial yang menjadi
inspirasi dari teori ini.
• Menurut Stephen Worchel, pembicaraan dalam bidang ilmu
psikologi sosial biasanya berkaitan dengan aktivitas mencari akibat
dari perilaku dan sebab dari akibat tersebut dalam ranah interaksi
sosial. Salah satu konsep utama dalam psikologi sosial adalah
identitas.
• Menurut Jessica Abrams, Joan O’Cronnor dan Howard Giles,
akomodasi merupakan salah satu elemen yang mendasar dan
sangat berpengaruh terhadap konstruksi identitas.
• Teori Identitas Sosial mengatakan bahwa identitas seseorang
ditentukan oleh kelompok tempat ia tergabung. Hipotesis yang
mendasar teori identitas menyebutkan bahwa dorongan yang kuat
untuk mengevaluasi kelompok seseorang secara positif dengan
perbandingan terhadap kelompok lain baik di dalam atau luar
menuntun kelompok sosial tersebut untuk membedakan diri
mereka satu sama lain.
• Dari Teori Identitas Sosial ini, Giles mendapatkan inspirasi
bahwa akomodasi seseorang tidak hanya pada orang tertentu
saja tetapi juga pada seseorang yang dianggap merupakan
bagian dari kelompok lain.
• Teori Akomodasi Komunikasi banyak didasari oleh asumsi-
asumsi yang ada di dalam Teori Identitas Sosial. Misalnya,
apabila anggota dari kelompok yang berbeda sedang
berkumpul bersama, mereka akan membandingkan dari
mereka. Jika perbandingan itu bagi mereka adalah sesuatu
yang positif, maka akan muncul identitas sosial yang positif
pula. Giles memperluas gagasan ini dengan mengatakan
bahwa hal yang sama juga terjadi tidak hanya pada identitas,
akan tetapi juga pada gaya bicara (nada, aksen, kecepatan,
pola interupsi) seseorang terhadap lawan bicaranya.
 
Beberapa asumsi dasar dalam Teori
Akomodasi Komunikasi

a. Persamaan dan perbedaan dalam berbicara dan berperilaku terdapat di


dalam semua percakapan. Pengalaman dan latar belakang yang bervariasi
pada pelaku komunikasi akan menentukan sejauh mana orang dapat
melakukan akomodasi terhadap orang lain. Semakin mirip perilaku dan
keyakinan kita, semakin membuat kita tertarik untuk melakukan
akomodasi terhadap orang lain.
b. Cara kita mempersepsikan tuturan dan perilaku orang lain akan
menentukan bagaimana kita mengevaluasi sebuah percakapan yang kita
lakukan. Persepsi dan evaluasi oleh karenanya berpengaruh besar dalam
akomodasi. Orang pertama-tama akan melakukan persepsi atas apa yang
terjadi di dalam percakapan, seperti gaya bahasa dan kata-kata yang
dipilih, sebelum mereka memutuskan bagaimana mereka akan merespons
kondisi tersebut.
c. Bahasa dan perilaku pelaku pembicara memberikan informasi
mengenai status sosial dan keanggotaan subjek tersebut terhadap
kelompok tertentu. Artinya dari bahasa dan perilaku dalam
komunikasi dapat dilakukan identifikasi terhadap posisi pelaku
komunikasi tersebut dalam strata sosial apakah termasuk kelas
bawah atau kelas atas dan selainnya.

d. Akomodasi akan bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian terhadap


pelaku pembicara dan norma-norma sosial akan mengarahkan
proses akomodasi. Maksud dari asumsi ini adalah, akomodasi dapat
bervariasi dalam hal kepantasan sosial, sehingga akan terdapat
saat-saat ketika melakukan akomodasi tidak pantas untuk
dilakukan. Sementara itu norma-norma sosial memiliki peran yang
penting karena memberikan batasan dalam tingkatan yang
bervariasi terhadap perilaku akomodatif yang dipandang sebagai
hal yang diinginkan dalam sebuah komunikasi.
Bentuk-bentuk Adaptasi

a. Konvergensi. Proses pertama yang berubungan dengan teori akomodasi


komunikasi ini adalah konvergensi. Giles, Nikolas Coupland, dan Justin Coupland
(1991) mendefinisikan konvergensi : “strategi dimana individu beradaptasi
terhadap perilaku komunikatif satu sama lain”. Konvergensi merupakan proses
yang selektif, tidak selalu memilih strategi konvergen dengan orang lain. Ketika
orang melakukan konvergensi, mereka bertumpu pada persepsi mereka mengenai
pembicaraan atau perilaku orang lain. Jadi konvergensi adalah strategi bagaimana
dia dapat beradaptasi dengan orang lain

b. Divergensi. Dalam akomodasi, terdapat proses dimana satu atau dua dari dua
komunikator mengakomodasi komunikasi diantara mereka. Strategi yang
digunakan untuk menonjolkan perbedaan masing-masing komunikator baik dalam
segi verbal maupun nonverbal ini disebut Divergensi. . Divergensi adalah ketika
dimana tidak adanya usaha dari para pembicara untuk menunjukan persamaan
diantara mereka. Atau tidak ada kekhawatiran apabila mereka tidak
mengakomodasi satu sama lain.
• Divergensi, yaitu sebuah perilaku di mana para pelaku yang terlibat
di dalam pembicaraan tidak menunjukkan adanya kesamaan di
antara satu dengan yang lain. Akan tetapi divergensi bukanlah
kondisi untuk meniadakan respons terhadap lawan bicara, akan
tetapi lebih pada usaha untuk melakukan disosiasi terhadap
komunikator yang menjadi lawan bicaranya.

c. Akomodasi Berlebihan, yaitu label yang diberikan kepada


pembicara yang dianggap pendengar terlalu berlebihan. Istilah ini
diberikan kepada orang yang, walaupun bertindak berdasarkan niat
yang baik, justru dianggap merendahkan. Akomodasi berlebihan
biasanya menyebabkan pendengar untuk mempersepsikan diri
mereka tidak setarac..
• Terdapat dampak yang serius dari akomodasi berlebihan, termasuk
kehilangan motivasi untuk mempelajari bahasa lebih jauh,
menghindari percakapan, dan membentuk sikap negative terhadap
pembicara dan juga masyarakat.
•  Jika salah satu tujuan komunikasi adalah mencapai makna yang
dimaksudkan, akomodasi berlebihan merupakan penghalang utama
bagi tujuan tersebut. Konvergensi adakalanya disukai dan
mendapat apresiasi atau sebaliknya. Orang cenderung memberikan
respon positif kepada orang lain yang berusaha mengikuti atau
menirunya, tetapi orang tidak menyukai terlalu banyak
konvergensi. Khususnya jika hal itu tidak sesuai atau tidak pantas
justru akan menimbulkan masalah.
• Misal, ketika seorang perawat yang berbicara dengan pasien berusia
lanjut dengan meniru suara bayi (semacam sindiran karena
orangtua lanjut dianggap seperti bayi).
• Orang akan cenderung menghargai konvergensi yang dilakukan
secara tepat, bermaksud baik dan sesuai dengan situasi yang ada,
namun orang tidak suka atau bahkan tersinggung jika konvergensi
itu tidak dilakukan secara patut / sopan.
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai