Anda di halaman 1dari 13

MARFU’ATUL ASMA

TUGAS MATA KULIAH


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individual pada Mata Kuliah Bahasa Arab

DOSEN PENGAMPU
Sholihin, S.Pd.I, M.Ag

Oleh:
RIZKA NURFATHI AINUN
NIM: 202003001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT
1441 H/2020 M
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwataala yang mana
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Tiada daya dan upaya daripada-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
untuk pembawa Risalah Rasulullah Shallallahualaihiwasallam, kepada para sahabatnya,
tabiin tabiatnya, dan kita selaku ummatnya yang mengharap syafaatnya.

Dalam pembahasan makalah ini akan menjelaskan mengenai pengertian marfuatul asma
dan macam-macam marfuatul asma.

Penulis menyadari jauhnya dari kesempurnaan baik isi maupun penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun untuk kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya, dan bagi penulis
sendiri khususnya.

Akhirulkalam, Wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.

Garut,25 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................................6
A. Pengertian Marfu’atul Asma...........................................................................................6
B. Macam-Macam Marfu’atul Asma...................................................................................6
BAB III........................................................................................................................................13
KESIMPULAN...........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak orang berkata bahwa bahasa arab adalah bahasa alquran dan
bahasa alquran adalah bahasa arab. Meskipun ada juga yang berpendapat bahwa
bahasa alquran adalah bahasa arab namun tidak semua bahasa arab adalah bahasa
alquran. Maka, bahasa arab memiliki kaitan yang dekat dengan alquran dan
sebagai seorang muslim menjadi suatu kemestian untuk memahami keduanya.
Salah satu elemen terpenting dalam mempelajari alquran tentunya bahasa
arab jug adalah ilmu nahwu, ilmu yang mempelajari tentang harokat huruf
terakhir dalam bahasa Arab, apakah rofa’, nasab, jar, atau jazmi. Kali ini akan
dibahas salah satu bagian pokok dalam ilmu nahwu, yakni mengenai marfu’atul
asma.
Marfu’atul asma merupakan isim-isim yang dibaca rofa’, dan kalimat
isim-isim yang dibaca rofa’ ini memiliki tujuh macam yakni faa’il, naibul faa’il,
mubtada, khobar isim kaana, khobar inna, tawaabi' lil marfu' atau disebut
pengikut dari yang di rofa’ kan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan macam-macam marfu’atul asma?
2. Apa saja macam-macam marfuatul asma?
3. Bagaimana pengertian macam-macam marfuatul asma?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian marfu’atul asma
2. Untuk mengetahui macam-mavam marfu’atul asma
3. Untuk mengetahui pengertian macam-macam marfu’atul asma

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Marfu’atul Asma
Marfu’atul asma yaitu isim-isim yang dibaca rofa’.Suatu kata dapat
diketahui dibaca rofa’ jika ia memiliki salah satu dari 4 tanda i'rob rofa’, tanda-
tanda tersebut yaitu, harokat dhommah, huruf wawu, huruf alif, dan huruf nun.
Keempat tanda ini jika memasuki salah satu kata baik itu isim atau fi’il maka kata
tersebut dalam keadaan i'rob rofa’. Dari keempat tanda tersebut dhommah
merupakan tanda yang biasa mewakili I’rob rofa’ atau tanda utama I’rob rofa’
adalah dhommah.
B. Macam-Macam Marfu’atul Asma

1. Fa’il ( ‫) الفاعل‬

Fa’il artinya yang mengerjakan suatu perbuatan. Yaitu isim marfu’ yang
terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukan pelaku suatu perbuatan. Contoh:

‫َّيب‬
ٌ ‫ قَ َال الن‬: Nabi Telah bersabda
Dalam contoh ‫النَّيب‬ ‫قَ َال‬, lafadz ‫( قَ َال‬telah berkata) adalah fi’il madhi ma’lum, lafadz
ٌ
‫َّيب‬
ٌ ‫ الن‬adalah fa’il yaitu yang melakukan perbuatan / subjek (yang berkata). Setiap
fa’il mesti marfu’, karenanya harus dubaca rofa’ ‫َّيب‬
ٌ ‫الن‬
 Pembagian Fa’il

1) ِ َ‫ظ‬
‫اهٌر‬ : fa’il yang terdiri dari izim zhahir, contoh:

ْ‫ت َم ْرمَي‬
ْ ‫بَ َك‬

2) ‫ض ِمْيٌر‬
َ : fa’il yang terdiri dari isim dhamir, contoh:

5
‫ت‬
َ ‫َكتَْب‬
2. Naibul Fa’il (‫)نَائب الفاعل‬
Naibul fa’il artinya pengganti fa’il. Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah
fi’il majhul dan menunjukkan kepada orang yang dikenai suatu perbuatan
(objek penderita). Contoh:
‫فعل نائب الفاعل‬ ‫مفعل به‬ ‫فعل‬ ‫فعل‬

‫ب‬ ِ ‫ ضر‬-
َ ‫ب َعل ٌي الْ َك ْل‬
َ ََ َ ‫ْال َك ْل‬
‫ب‬ ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
ُ

Susunan kalimat diatas disebut kalimat aktif.


Keterangan:
- Fi’il artinya: perbuatan (predikat)
- Fa’il artinya: yang melakukan perbuatan (subjek)
- Maf’ul bih: yang dikenai perbuatan (objek)
Naibul fa’il artinya pengganti fa’il, karena fa’il nya tidak ada maka yang
asalnya maf’ul bih berubah menempati tempat fa’il dan menggantikan
kedudukannya. Aturannya pun berlaku sebagaimana aturan fa’il, yaitu harus
mar’fu. Susunan kalimat seperti ini disebut kalimat pasif.
 Sebab Fa’il tidak ada
Terdapat dua kemungkinan:
1) Tidak diketahui siapa pelakunya. Seperti, ada barang yang dicuri dan

tidak diketahui siapa pencurinya maka diungkapkan dengan : ‫ُس ِر َق‬

‫ب‬
ُ ‫الث َّْو‬ (baju itu dicuri).

2) Sudah sama-sama tahu dan tidak perlu disebutkan fa’ilnya supaya

‫الص يَ ُام‬
ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬ ِ
ringkas dan singkat. Contoh:
َ ‫( ُكت‬telah diwajibkan

kepadamu shaum). tentu saja yang mewajibkannya adalah Allah.


 Pembagian Naib Fi’il

1) ِ َ‫ظ‬
‫اهٌر‬ : naib fa’il yang terdiri dari izim zhahir, contoh:

6
‫اب‬ ِ
ُ َ‫ فُت َح الْب‬: pintu itu telah dibuka
ِ َ : naib fa’il terdiri dari isin dhamir, contoh:
2) ‫ضمرْي‬

‫ أ ُِم ْرنَا‬: kami diperintah

3. Mubtada dan Khabar ‫)املبتداواخلرب‬ )


Mubtada dan khabar adalah dua isim yang membentuk susunan jumlah
ismiyyah (kalimat sempurna)
Mubtada adalah isim yang diterangkan (subjek), sedangkan Khabar
adalah isim yang menerangkan (predikat). Jumlah yang terdiri dari mubtada
dan khabar disebut Jumlah Ismiyyah. Contoh:
ِ
ٌّ ‫ َعل ُّي َغيِن‬: Ali itu kaya
Keterangan:
Contoh diatas termasuk jumlah ismiyyah karena terdiri dari dua isim; yang
pertama disebut Mubtada; adalah yang diterangkan, dan yang kedua disebut
Khabar; adalah yang menerangkan.
 Pembagian Mubtada

1) ِ َ‫ظ‬
‫اهٌر‬ :mubtada yang terdiri dari izim zhahir, contoh :

‫اللّهُ مَسِ ْي ٌع‬

2) ‫ض ِمْيٌر‬
َ : naib fa’il terdiri dari isin dhamir, contoh

ٌّ ‫ُه َو َغيِن‬
 Pembagian Khabar

1) ‫ُم ْف َر ٌد‬ : khabar yang terdiri dari satu kalimat (kata) saja walaupun itu

mutsanna atau jama’. Arti mufrad disini bukan lawan mutsanna atau

7
jama’, tetapi khabar yang bukan jumlah atau yang menyerupai jumlah.
Contoh:

‫اأْل َْوالَ ُد نَائِ ُم ْو َن‬

Yang menjadi khabar dari contoh diatas yaitu, ‫ نَ ائِ ُم ْو َن‬, itu dianggap
mufrad karena hanya satu kata saja.

2) ‫ َغْي ُر ُم ْف َر ْد‬: khabar yang terdiri dari jumlah atau yang menyerupai

jumlah.
- Yang termasuk jumlah adalah fi’il dan fa’il yang biasa disebut
jumlah fi’liyyah atau Mubtada Khabar yang biasa disebut jumlah
ismiyyah
- yang termasuk menyeruoai jumlah isalah jar dan majrur atau zharaf

(keterangan tempat), seperti lafadz ‫ك‬


َ ‫ ( أَ َم َام‬di depanmu)

4. Kaana dan Saudara-Saudaranya (‫وأخواهتا‬ ‫كان‬ )

Kaana dan saudra-saudaranya adalah isim yang masuk kepada Mubtada dan

Khabar. Berfungsi membuat marfu’ Mubtada dan disebut ‫ إس م ك ان‬, seta

membuat mashub Khabar dan disebut ‫خربكان‬, contoh:

‫خبركان‬ ‫إسم كان‬ ‫الخبر‬ ‫المبتدأ‬


‫َعلِْي ًما‬ ُ‫َكا َن اهلل‬ ‫َعلِْي ٌم‬ ُ‫اهلل‬

 Saudara-saudara Kaana

Terdapat banya fi’il yang sama fungsinya dengan Kaana, diantaranya:

‫اح‬
َ َ‫َصب‬
ْ ‫أ‬: berada di waktu pagi

8
‫أ َْم َسى‬: berada di waktu sore

‫س‬
َ ‫لَْي‬: bukan

 Pembagian Isim Kaana


ِ ‫ ض‬: kaana yang terdiri dari isim dzahir, contoh:
1) ‫اهٌر‬ َ
‫َكا َن اهللُ مَسِ ْي ًعا‬

2) ‫ض ِمْيٌر‬
َ : kaana yang terdiri dari isim dhamir, contoh:

‫ت َعا لِ ًما‬
َ ‫ُكْن‬

 Pembagian Kaana

‫ص ْة‬ ِ
1) َ ‫َكا َن نَاق‬ : kaana yang membutuhkan isim dan khabar, contoh:

‫ َكا َن حُمَ َّم ٌد نَبِليًّا‬: adalah Muhammad itu Nabi

2) ‫ َكا َن تَا َّم ْة‬: kaana yang membutuhkan fa’il, contoh:

‫َما َشا ءَ اهللُ َكا َن‬ : apa yang Allah kehendaki pasti terjadi

5. Inna dan Saudara-Saudaranya (‫وأخواهتا‬ ‫) إ ّن‬


Inna dan saudara-saudarany adalah isim yang masuk kepada Mubtada dan

Khabar. Berfungsi membut marfu’ mubtada dan disebut ‫ إس م إ ّن‬serta

membuat manshub khabar dan disebut ‫إِ َّن‬ ‫ َخَب ْر‬, contoh:

‫خبر إ ّن‬ ّ‫إسم إن‬ ‫الخبر‬ ‫المبتدأ‬

9
َ‫إِ َّن اهلل‬ ‫َع ِز ْيٌز‬
‫َز ْي ٌز‬
ِ ‫غ‬
ُ‫اهلل‬

 Saudara-saudara Inna
Adapun saudara-saudara Inna, yaitu lafadz-lafadz atau huruf-huruf
yang berfungsi seperti Inna. Diantaranya:

‫ لَ ِك َّن‬: tetapi

‫ت‬
َ ‫ لَْي‬:ingin sekali
‫ لَ َع َّل‬: mudah-mudahan
 Pembagian Inna
Isim innna terbagi kepada dua:
ِ َ‫ ظ‬: isim inna yang terdiri dari izim zhahir, contoh:
1)‫اهٌر‬

‫إِ َّن اهللَ َغ ُف ْوٌر‬

2) ‫ض ِمْيٌر‬
َ : isim inna yang terdiri dari izim dhamir, contoh:
‫إِنَّهُ مَسِ ْي ٌع َعلِْي ٌم‬

6. Tawabi’ (‫) التوابع‬

Tawabi’ adalah isim-isim yang ketentuan i’rabnya tergantung i’rab


isim yang lain. Jika isim yang lain marfu’, maka ia ikut marfu’. Adapun yang
termasuk pada tawabi’:

1) ‫ت‬
ٌ ‫نَ َع‬
Naat atau disebut juga sifat adalah isim yang mengikuti isim yang
lain dengan fungsi untuk menjjelaskan sifat dari isim sebelumnya

2) ‫ف‬
ٌ ْ‫َعط‬

10
Athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantaan
huruf Athaf

3) ‫َت ْوكِْي ٌد‬


Taukid adalah isim yang mengiuti isim lain yang berfungsi untuk
menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si
pendengar

4) ‫بَ َد ٌل‬
Badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk

menggantikan ُ‫ِمْنه‬ ‫ُمْب َد ْل‬ (yang digantikannya)

11
BAB III
KESIMPULAN
1. Marfu’atul asma yaitu isim-isim yang dibaca rofa’.Suatu kata dapat
diketahui dibaca rofa’ jika ia memiliki salah satu dari 4 tanda i'rob rofa’,
tanda-tanda tersebut yaitu, harokat dhommah, huruf wawu, huruf alif, dan
huruf nun.
2. Isim-isim yang dibaca rofa’ itu ada tujuh macam, yaitu : Fa’il, Naibul
Fa’il, Mubtada, Khabar, Isim Kaana, Khabar Inna, dan Tawabi

12
DAFTAR PUSTAKA
Mufarihah. 2018. Marfu’atul asma (fa’il dan naibul fa’il). [online].
http://mufarihahcopler.blogspot.com/2018/05/marfuatul-asma-faail-dan-naibul-fail.html.
Diakses pada 25 Oktober 2020
Zakaria, A. 2004. Ilmu Nahwu Praktis; Sistem Belajar 40 Jam. Garut: Ibn Azka Press.

13

Anda mungkin juga menyukai