1. kalimat isim yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan tidak mempunyai
waktu/masa seperti ناصر/زيد (zaid/penolong)
2. kalimat fi’il yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan mempunyai masa
seperti نصر (telah menolong)
3. kalimat huruf yaitu kalimat yang hanya bisa bermakna apa bila disambungkan dengan
kalimat lain seperti ْ إن,هل (apakah, apa bila)
pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap bisa dilihat di kitab nahwu atau ilmu
gramatika arab.
c. Mashdar ghoiru mîm ialah kalimat isim yang terletak pada urutan ketiga dalam tashrifan fi’il
yang tidak diawali dengan huruf mîm dan bermakna kejadian, hukumnya
adalah mu’rob (harkat huruf terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya),
dan samâ’î (bentuk lafadznya tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof, akan tetapi
disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang arab) seperti ,هذا ضرب خفيف
ضربت زيدا بضرب خفيف,ضربت زيدا ضربا شديدا
e. Isim dlomîr ialah isim yang tidak dapat dijadikan awalan dan tidak dapat terletak
setelah إال secara ikhtiyar (bila jatuh setelah illâ maka dikategorikan jarang) seperti
contoh أحب الناس إالك hukumnya adalah mabnî
f. Isim fâ’il ialah isim yang dibaca rofa’ yang disebut setelah fi’ilnya, isim fâ’il ada dua: fâ’il isim
dhohir seperti جاء زيد dan fâ’il isim dlomîr seperti جاء هو , hukumnya adalah mabnî dlommah,
isim fa’il ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut
dengan subjek
g. Isim isyâroh ialah isim yang dipakai sebagai makna isyarat, hukumnya adalah mabnî
seperti هذا زيد
h. Isim maf’ûl ialah isim yang dibaca nashob yang disebut setelah fâ’il, isim maf’ûl juga ada dua
sebagaimana isim fâ’il seperti ضربت زيدا dan ضربته, hukumnya adalah mabnî fathah, isim
maf’ûl ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang/sesuatu yang menjadi objek
kejadian tersebut.
i. Fi’il amar ialah fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis pada zaman mustaqbal,
yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya,
ُ ين menjadi ْانصُر ْ hukumnya adalah mabnî sukun
seperti ص ُر
j. Fi’il nahî ialah fi’il yang menunjukkan makna larangan yang harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti ْال تنصُر dari mudlôri’ ص ُر
ُ ين , hukumnya adalah mabnî
sukun
k. Isim zamân dan Isim makân ialah isim yang menunjukkan makna masa/waktu atau makna
tempat, dua isim ini bentuk wazannya sama akan tetapi maknanya bisa berbeda sesuai
pemakaiannya, hukumnya adalah mu’rob, seperti contoh جرى المآء مجراه (air mengalir
ditempat mengalirnya) dan ضربت زيدا عند المظهر (aku memukul zaid pada waktu dzuhur)
l. Isim âlat ialah isim yang menunjukkan makna alat seperti مفتاح (kunci), hukumnya adalah
mu’rob.
Keterangan; perbedaan antara isim fa’il dan isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î dan seterusnya adalah
terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, isim fa’il dibaca kasroh ‘ain fi’ilnya sedangkan isim maf’ul dibaca
fathah ‘ain fi’ilnya. pemakaian isim zaman, isim makan dan isim alat tidak semuanya berlaku dalam
percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.
Bentuk Kalimat
2. binâ’ mudlo’âf adalah kalimat yang ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya terdiri dari dua jenis huruf yang
sama seperti مد asalnya مدد
6. binâ’ ajwâf yâ-î adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti سار asalnya سير
9, 10 dan 11. binâ’ mahmûz fa’, ‘ain dan lâm adalah kalimat yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il atau lâm fi’ilnya
terdiri dari huruf hamzah seperti 7 فآء, وأد,أدم
12. binâ’ lafîf maqrûn adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang berkumpul/tidak
terpisah seperti شوى
13. binâ’ lafîf mafrûq adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang terpisah seperti وقى
Tashrîf Istilâhî
Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik fi’il ataupun isim dalam bahasa arab paling sedikinya
terdiri dari tiga huruf dan paling banyak adalah 7 huruf, sedangkan bentuk kalimat fi’il madly dan
mudlori’ dari fi’il tsulâtsî (kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf) bila ditinjau dari harkat ‘ain fi’ilnya
ada enam bab dan tidak ada yang selain yanag enam ini, yaitu;
a. fathah-dlommah seperti ينصُر-صر
َ ن
b. fathah-kasroh seperti يضرب-ب
ِ ضر
َ
d. kasroh-fathah seperti يعلَم-علِم
e. dlommah-dlommah seperti يحسُن-حسُن
dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî dalam bentuk tabel kedalam bahasa Indonesia yang
diambilkan dari fi’il madly, sedangkan selain fi’il madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan
petunjuk pembagian kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.
Bab 1;
نصر Menolong
مد memanjangkan
صان Menjaga
غزا memerangi
أمل Berangan
Bab 2;
ضرب Memukul
وعد Berjanji
يسر Gampang
سار Berjalan
وقى Menjaga
شوى memanggang
أدم membumbui
فآء Kembali
Bab 3;
فعل mengerjakan
فتح Membuka
وضع meletakkan
نأى Jauh
نشأ Tumbuh
رأى Melihat
Bab 4;
علم mengetahui
عض menggigit
وجل merasa takut
يبس Kering
خاف Takut
رضي Rela
خشي takut/malu
قوي Kuat
أثم Berdosa
بئس Celaka
برئ Bebas
Bab 5;
حسن Baik
شجع Berani
يمن Beruntung
طال Panjang
أدب Sopan
لؤم rendah/hina
بطؤ Lambat
وقر Tenang
نجس Najis
Bab 6;
حسب menyangka
ومق Mencintai
Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya memang tersusun dari empat
huruf tanpa tambahan dan pengurangan kecuali setelah dikiyas tashrif, fi’il ruba’î mujarrod hanya
ada satu bentuk yakni satu bab, dibawah ini adalah fi’il-fi’il ruba’î mujarrod dalam bentuk fi’il madly :
دحرج menggelincirkan
ترجم menterjemahkan
وسوس menggoda/mewaswaskan
قلقل menggerakkan
Hal 10; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan yang disamakan dengan fi’il rubâ’î
mujarrod)
Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli seperti bab sebelumnya dihalaman 8, dan ada yang
dikategorikan sama dengan fi’il rubâ’î mujarrod meski sama-sama mujarrod (sepi dari tambahan)
yaitu yang biasa disebut fi’il rubâ’î mulhaq (disamakan), demikian itu dikarenakan asal pengambilan
bentuk fi’il rubâ’î mulhaq adalah dari suku kata mashdar fi’il tsulâtsî atau isim jâmid (menurut ulama’
kufah semua mashdar adalah jamid yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf, karena ia adalah
bentuk asli suku tiap kata, sedangkan yang lain hanya diambilkan kiyasannya darinya, seperti contoh-
contoh berikut ini:
جلبب (berjilbab) dari mashdar tsulâtsî جلب (menarik/tarik)
ْ
بيطر (menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî بطر (sombong)
ْ
سلقى (merebus) dari mashdar tsulâtsî سلق (merebus)
hal 12; (bab pertama dari fi’il tsulâtsî yang diberi tambahan)
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ""فعَّل dengan menambahkan kelipatan huruf,
berfaidah sebagai berikut:
1. transitif, seperti : فرّ ح زيد عمرا (zaid menggembirakan umar), karna mujarrodnya (ketika sepi
dari tambahan) berfaidah intransitive
ّ
2. menunjukkan makna banyak, sepeerti: قطع زيد الحبل (yakni, zaid memotong-motong tali
menjadi banyak potongan)
3. memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti: ك ّفر زيد عمرا (yakni, zaid memposisikan
kafir/mengkafirkan si umar)
5. pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda), seperti: خيّم القوم (yakni, kaum
mendirikan tenda).
Perlu diketahui juga bahwa macam-macam huruf tambahan yang bisa ditambahan pada kalimat baik
fi’il maupun isim itu ada 10 macam, yaitu terangkum dalam kata singkat "أ ُ َو ْيسًا َه ْل َت َن ْم , perinciannya
sebagai berikut:
a. hamzah
b. wau
c. yâ’
d. sîn
e. âlif
f. hâ’
g. lâm
h. tâ’
i. nûn
j. mîm
فرح menggembirakan
كرر mengulang-ulangi
وكل mewakilkan
يسر memudahkan
نور menerangi
بين menjelaskan
زكى membersihkan/menyucikan
لقى mempertemukan/menemui
قوى menguatkan
شأم menyialkan
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ""فاعل dengan penambahan alif setelah fâ’, berfaidah
sebagai berikut:
2. bermakna fâ’ala yang berfaidah bermakna banyak, seperti contoh: ضاعف هللا memakai makna
lafadz ضعّف هللا (semoga Allah melipatkan, pahalanya)
قاتل membunuh/memerangi
ماس menyentuhkan
واعد menjanjikan
ياسر menggampangkan
عاون menolong
باين meninggalkan
القى menemui
والى menolong/mengasihi
داوى mengobati
آلءم mencocoki
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ""أفعل dengan menambahkan hamzah qoth’ (huruf
hamzah yang tetap dibaca baik dalam keadaan tersambung atau terpisah) diakhirnya, berfaidah
sebagai berikut:
3. bermakna menuju pada sesuatu/tempat, seperti: أحجز زيد و أعرق عمرو (zaid menuju Hijaz
dan umar menuju Irak)
4. menunjukkan adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri fa’il, seperti
contoh: أثمر الطلح و أورق الشجر (pohon pisang berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan
daun terdapat dalam diri pohon
10. bermakna “sudah tiba waktunya”, seperti: أحصد الزرع (sudah tiba waktunya memanen
tanaman)
أكرم memulyakan
أوعد menjanjikan
أيسر memudahkan
أجاب menjawab
أبان menjelaskan
أعطى memberikan
أدرى memberitahukan
آمن mengamankan
أبرأ membebaskan
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”"تفاعل dengan menambahkan “tâ’” diawalnya dan “âlif”
setelah fâ’, berfaidah:
1. persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: تصالح القوم و تضارب زيد وعمرو (saling
berdamai si kaum dan saling pukul si zaid dan umar)
yang dimaksud muthôwa’ah ialah hasil sesuatu ketika suatu kalimat berhubungan dengan
fi’il muta’addî (fi’il yang membutuhkan maf’ûl), dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :
توارى bersembunyi
تداوى berobat
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ""تفعّل dengan menambahkan tâ’ diawalnya dan
menggandakan ‘ain, berfaida:
1. Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda, seperti: كسّرت الزجاج فتكسّر (aku
memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)
تكرر berulang-ulang
توعد mengancam
تلقى mendapat/menerima
تروى minum/berfikir
ترأد berayun/bergoyang
fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ""افتعل dengan menambahkan “hamzah” diawalnya dan
“tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya berfaidah sebagai berikut:
اجتمع berkumpul
امتد memanjang
اتصل menghubungi
اعتاد membiasakan
اشترى membeli
اتقى bertakwa
اجترأ berani
اختار memilih
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ""ا ْن َف َع َل dengan menambahkan hamzah dan nûn
diawalnya, berfaidah:
keterangan; wazan “infa’ala” tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang menunjukkan makna
perbaikan dan menghasilkan bekas/dampak secara indrawi, berikut contoh wazannya :
انفعل terjadi pekerjaannya
Fi’il tsulâtsî dipindah pada wazan "َّ"ا ْف َعل dengan menambahkan hamzah washol dan penggandaan
lâm fi’il, berfaidah:
1. menunjukkan berada/memasuki dalam suatu sifat, seperti احمرَّ البُسْ ُر (air baru itu memerah)
yakni masuk dalam warna merah
احمر memerah
اسود menghitam
ابيض memutih
اصفر menguning
اخضر menghijau
Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ""اسْ َت ْف َع َل dengan menambahkan hamzah washol (hamzah
yang dibaca pada saat tidak tersambung seperti istaf’ala dan tidak dibaca saat tersambung dengan
kalimat lain seperti )إِ ِن اسْ َت ْف َع َل, sîn dan tâ’, berfaidah:
1. menuntut suatu pekerjaan seperti استغفر هللا (dia meminta ampun pada Allah) yakni dia
menuntut pengampunan dari Allah
2. menemukan sesuatu tampak/berada dalam suatu sifat, seperti استعظمته واستحسنته (aku
nampak ia agung dan bagus)
Bahasa Arab Pemula 14 : Tabel Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Mudhari'
Pada pembahasan Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Tashrif Lughawi Fi'il Mudhari' kita sudah belajar
tentang tashrif atau perubahan bentuk fi'il berdasarkan ke 14 Dhomir atau kata gantinya.
Pada kali ini saya hanya akan memberikan sebuah tabel tashrif lughawi fi'il madhi dan mudhari.
Semoga bisa mempermudah kita dalam memahami Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Mudhari'.
Berikut ini tabelnya: