Anda di halaman 1dari 16

Kalimat dalam bahasa arab terbagi menjadi 3:

1. kalimat isim yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan tidak mempunyai
waktu/masa seperti ‫ناصر‬/‫زيد‬ (zaid/penolong)

2. kalimat fi’il yaitu kalimat yang mempunyai makna dengan sendirinya dan mempunyai masa
seperti ‫نصر‬ (telah menolong)

3. kalimat huruf yaitu kalimat yang hanya bisa bermakna apa bila disambungkan dengan
kalimat lain seperti  ْ‫ إن‬,‫هل‬ (apakah, apa bila)

pembagian dari kalimat-kalimat tersebut diatas secara lengkap bisa dilihat di kitab nahwu atau ilmu
gramatika arab.

Sedangkan kalimat-kalimat yang tertulis dalam jadwal Amtsilatut tshrîf dalam Tashrif istilâhî sesuai


dengan urutannya yang berjejer kesamping adalah sebagai berikut:

a. Fi’il madly ialah kalimat yang menunjukkan zaman madly/masa lampau (past tense),


hukumnya adalah mabnî fathah (tercetak dalam bentuk berharkat fathah huruf akhirnya)
kecuali apa bila bersambung dengan dlômîr rofa’ mutaharrik (bentuk dlomir mulai dari jama’
mu’annats ghoibah sampai mutakallim ma’al ghoir dalam tshrif lughowî hal. 36) maka harus
disukunkan huruf akhirnya seperti ‫نصر‬ mejadi 
َ ‫نصرْ َن‬, atau bila bertemu dengan wau
jama’ maka harus dibaca dlommah huruf akhirnya seperti ‫نصر‬ menjadi ‫ُوا‬
َ ‫نصر‬

b. Fi’il mudlôri’ ialah kalimat yang menunjukkan zaman hâl atau mustaqbal/saat ini atau akan


datang (present continues tense), hukumnya adalah mabni dlommah kecuali apa bila
kemasukan âmil nashob (kalimat yang menuntut nashob) maka harus dibaca fathah huruf
akhirnya seperti ‫ينص ُر‬ menjadi ‫ينصر‬
َ ْ‫أن‬ atau âmil jazm (kalimat yang menuntut jazm) maka
harus dibaca sukun huruf akhirnya seperti ‫ينص ُر‬ menjadi  ْ‫لم ينصر‬

c. Mashdar ghoiru mîm ialah kalimat isim yang terletak pada urutan ketiga dalam tashrifan fi’il
yang tidak diawali dengan huruf mîm dan bermakna kejadian, hukumnya
adalah mu’rob (harkat huruf terakhirnya bisa berubah sesuai âmil yang menuntutnya),
dan samâ’î (bentuk lafadznya tidak selamanya mengikuti qiyasan shorof, akan tetapi
disesuaikan dengan bahasa yang pernah didengar dari orang arab) seperti  ,‫هذا ضرب خفيف‬
‫ ضربت زيدا بضرب خفيف‬,‫ضربت زيدا ضربا شديدا‬

d.  Mashdar mîm atau Isim mashdar ialah isim mu’rob yang diawali dengan huruf mîm dan


beermakna kejadian, hukumnya adalah mu’rob dan qiyasî (bentuk lafadznya disesuaikan
dengan kiyasan shorof) seperti ‫ منصر‬,‫مقام‬ dari fi’il madly ‫ نصر‬,‫قام‬

e. Isim dlomîr ialah isim yang tidak dapat dijadikan awalan dan tidak dapat terletak
setelah ‫إال‬ secara ikhtiyar (bila jatuh setelah illâ maka dikategorikan jarang) seperti
contoh ‫أحب الناس إالك‬ hukumnya adalah mabnî

f. Isim fâ’il ialah isim yang dibaca rofa’ yang disebut setelah fi’ilnya, isim fâ’il ada dua: fâ’il isim
dhohir seperti  ‫جاء زيد‬ dan fâ’il isim dlomîr seperti ‫جاء هو‬ , hukumnya adalah mabnî dlommah,
isim fa’il ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang yang melakukannya yang disebut
dengan subjek

g.  Isim isyâroh ialah isim yang dipakai sebagai makna isyarat, hukumnya adalah mabnî
seperti ‫هذا زيد‬

h. Isim maf’ûl ialah isim yang dibaca nashob yang disebut setelah fâ’il, isim maf’ûl juga ada dua
sebagaimana isim fâ’il seperti ‫ضربت زيدا‬ dan ‫ضربته‬, hukumnya adalah mabnî fathah, isim
maf’ûl ini menunjukkan pada makna kejadian dan orang/sesuatu yang menjadi objek
kejadian tersebut.

i. Fi’il amar ialah fi’il yang menunjukkan makna perintah yang eksis pada zaman mustaqbal,
yang mana harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya,
ُ ‫ين‬ menjadi  ْ‫انصُر‬ ْ hukumnya adalah mabnî sukun
seperti ‫ص ُر‬

j. Fi’il nahî ialah fi’il yang menunjukkan makna larangan yang harkat ‘ain fi’ilnya sama dengan
harkat ‘ain fi’il mudlôri’nya seperti  ْ‫ال تنصُر‬ dari mudlôri’ ‫ص ُر‬
ُ ‫ين‬ , hukumnya adalah mabnî
sukun

k. Isim zamân dan Isim makân ialah isim yang menunjukkan makna masa/waktu atau makna
tempat, dua isim ini bentuk wazannya sama akan tetapi maknanya bisa berbeda sesuai
pemakaiannya, hukumnya adalah mu’rob, seperti contoh ‫جرى المآء مجراه‬ (air mengalir
ditempat mengalirnya) dan ‫ضربت زيدا عند المظهر‬ (aku memukul zaid pada waktu dzuhur)

l. Isim âlat ialah isim yang menunjukkan makna alat seperti ‫مفتاح‬ (kunci), hukumnya adalah
mu’rob.

Keterangan; perbedaan antara isim fa’il dan isim maf’ul dalam fi’il rubâ’î dan seterusnya adalah
terletak pada harkat ‘ain fi’ilnya, isim fa’il dibaca kasroh ‘ain fi’ilnya sedangkan isim maf’ul dibaca
fathah ‘ain fi’ilnya. pemakaian isim zaman, isim makan dan isim alat tidak semuanya berlaku dalam
percakapan melainkan tergantung pada kebiasaan orang arab dalam pemakaiannya.

Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat ada 13 macam, berikut keterangannya:

1. binâ’/bentuk kalimat shohîh, adalah bentuk kalimat yang fa’ fi’il/huruf pertama,


‘ain  fi’il/huruf kedua dan lam  fi’il/huruf ketiganya (dengan menjadikan lafadz ‫فعل‬ sebagai
wazan/contoh perbandingan) tidak terdiri dari huruf ‘illat/penyakit
yaitu alif, wau dan yâ’ seperti ‫نصر‬

2. binâ’ mudlo’âf adalah kalimat yang ‘ain fi’il  dan lam  fi’ilnya terdiri dari dua jenis huruf yang
sama seperti ‫مد‬ asalnya ‫مدد‬

3. binâ’ mitsâl wâwî adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf wau, seperti ‫وعد‬

4. binâ’ mitsâl yâ-î adalah kalimat yang fa’ fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti ‫يسر‬


5. binâ’ ajwâf wawî  adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari
huruf wau seperti ‫صان‬ asalnya ‫صون‬

6. binâ’ ajwâf yâ-î  adalah kalimat yang ‘ain fi’ilnya terdiri dari huruf yâ’ seperti ‫سار‬ asalnya ‫سير‬

7. binâ’ nâqish wawî adalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari


huruf wau seperti ‫غزا‬ asalnya ‫غزو‬

8. binâ’ nâqish yâ-î adalah kalimat yang lâm fi’ilnya terdiri dari


huruf yâ’ seperti ‫سرى‬ asalnya ‫سري‬

9, 10 dan 11. binâ’ mahmûz fa’, ‘ain dan lâm adalah kalimat yang fa’ fi’il, ‘ain       fi’il atau lâm fi’ilnya
terdiri dari huruf hamzah seperti 7‫ فآء‬,‫ وأد‬,‫أدم‬

12. binâ’ lafîf maqrûn adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang    berkumpul/tidak
terpisah seperti ‫شوى‬

13. binâ’ lafîf mafrûq adalah kalimat yang terdiri dari dua huruf ‘illat yang terpisah seperti ‫وقى‬

Tashrîf Istilâhî

hal. 2 ; (Kalimat yang sebangsa 3 huruf dan sepi dari tambahan)

Perlu diketahui sebelumnya bahwa kalimat baik fi’il ataupun isim dalam bahasa arab paling sedikinya
terdiri dari tiga huruf dan paling banyak adalah 7 huruf, sedangkan bentuk kalimat fi’il madly dan
mudlori’ dari fi’il tsulâtsî (kalimat fi’il yang terdiri dari tiga huruf) bila ditinjau dari harkat ‘ain fi’ilnya
ada enam bab dan tidak ada yang selain yanag enam ini, yaitu;

a.    fathah-dlommah seperti ‫ينصُر‬-‫صر‬
َ ‫ن‬

b.    fathah-kasroh seperti ‫يضرب‬-‫ب‬
ِ ‫ضر‬
َ

c.     fathah-fathah seperti ‫يف َتح‬-‫ف َتح‬

d.    kasroh-fathah seperti ‫يعلَم‬-‫علِم‬

e.    dlommah-dlommah seperti ‫يحسُن‬-‫حسُن‬

f.     kasroh-kasroh seperti ‫يحسِ ب‬-‫حسِ ب‬

dibawah ini adalah jadwal tashrîf istilâhî dalam bentuk tabel  kedalam bahasa Indonesia yang
diambilkan dari fi’il madly, sedangkan selain fi’il madly bisa disesuaikan sendiri terjemahnya dengan
petunjuk pembagian kalimat yang telah diterangkan sebelumnya.

Bab 1;
‫نصر‬ Menolong

‫مد‬ memanjangkan

‫صان‬ Menjaga

‫غزا‬ memerangi

‫أمل‬ Berangan

Bab 2;

‫ضرب‬ Memukul

‫فر‬ melarikan diri

‫وعد‬ Berjanji

‫يسر‬ Gampang

‫سار‬ Berjalan

‫سرى‬ berjalan dimalam hari

‫وقى‬ Menjaga

‫شوى‬ memanggang

‫أدم‬ membumbui

‫وأد‬ mengubur hidup-hidup

‫فآء‬ Kembali

Bab 3;

‫فعل‬ mengerjakan

‫فتح‬ Membuka

‫وضع‬ meletakkan

‫يفع‬ mendekati baligh

‫نأى‬ Jauh

‫نشأ‬ Tumbuh

‫رأى‬ Melihat

Bab 4;

‫علم‬ mengetahui

‫عض‬ menggigit
‫وجل‬ merasa takut

‫يبس‬ Kering

‫خاف‬ Takut

‫هاب‬ takut pada/menghormati

‫رضي‬ Rela

‫خشي‬ takut/malu

‫وجي‬ berjalan dg telanjang kaki

‫قوي‬ Kuat

‫روي‬ puas dg minum

‫أثم‬ Berdosa

‫بئس‬ Celaka

‫برئ‬ Bebas

Bab 5;

‫حسن‬ Baik

‫ضخم‬ besar (bentuk/tubuh)

‫جنب‬ keluar air maninya

‫شجع‬ Berani

‫جبن‬ lemah hatinya

‫وجه‬ menjadi orang kaya

‫يمن‬ Beruntung

‫طال‬ Panjang

‫سرو‬ mulia serta dermawan

‫أدب‬ Sopan

‫لؤم‬ rendah/hina

‫بطؤ‬ Lambat

‫وقر‬ Tenang

‫نجس‬ Najis

Bab 6;
‫حسب‬ menyangka

‫ومق‬ Mencintai

Hal 8; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan)

            Dibab ini akan menampilkan fi’il dan isim yang asal katanya memang tersusun dari empat
huruf tanpa tambahan dan pengurangan kecuali  setelah dikiyas tashrif, fi’il ruba’î mujarrod hanya
ada satu bentuk yakni satu bab, dibawah ini adalah fi’il-fi’il ruba’î mujarrod dalam bentuk fi’il madly :

‫دحرج‬ menggelincirkan

‫طأطأ‬ menundukkan/menganggukkan kepala

‫ترجم‬ menterjemahkan

‫وسوس‬ menggoda/mewaswaskan

‫قلقل‬ menggerakkan

‫فلفل‬ membubuhi lada

‫بسمل‬ mengucapkan "bismillah"

‫سبحل‬ mengucapkan "subhanallah"

‫حمدل‬ mengucapkan "alhamdulillah"

‫هيلل‬ mengucapkan "la ilaha illa Allah"

‫حوقل‬ mengucapkan "la haula wala quwata illa billah"

Hal 10; (kalimat yang sebangsa 4 huruf yang sepi dari tambahan yang disamakan dengan fi’il rubâ’î
mujarrod)

            Fi’il rubâ’î mujarrod ada yang asli seperti bab sebelumnya dihalaman 8, dan ada yang
dikategorikan sama dengan fi’il rubâ’î mujarrod  meski sama-sama mujarrod (sepi dari tambahan)
yaitu yang biasa disebut fi’il rubâ’î mulhaq (disamakan), demikian itu dikarenakan asal pengambilan
bentuk fi’il rubâ’î mulhaq adalah dari suku kata mashdar fi’il tsulâtsî atau isim jâmid (menurut ulama’
kufah semua mashdar adalah jamid yakni tidak terbentuk dengan kiyas tashrîf, karena ia adalah
bentuk asli suku tiap kata, sedangkan yang lain hanya diambilkan kiyasannya darinya, seperti contoh-
contoh berikut ini:
‫جلبب‬ (berjilbab) dari mashdar tsulâtsî ‫جلب‬ (menarik/tarik)

‫حوقل‬ (bercocok diladang) dari mashdar tsulâtsî ‫ح ْقل‬ (ladang)


َ

ْ
‫بيطر‬ (menyombongkan diri) dari mashdar tsulâtsî ‫بطر‬ (sombong)

‫جهور‬ (mengeraskan suara) dari mashdar tsulâtsî ‫جهْر‬ (keras suaranya), ‫شر َيف‬ (memulyakan) dari


mashdar tsulâtsî  ‫ َش َرف‬ (mulya)

ْ
‫سلقى‬ (merebus) dari mashdar tsulâtsî ‫سلق‬ (merebus)

dan  ‫قلنس‬ (memakaikan songkok) dari isim jâmid (isim yang tidak dapat dikiyas


tashrîf)  ‫قلنسوة‬ (songkok)

hal 12; (bab pertama dari fi’il tsulâtsî yang diberi tambahan)

            fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan  "‫"فعَّل‬  dengan menambahkan kelipatan huruf,
berfaidah sebagai berikut:

1. transitif, seperti :  ‫فرّ ح زيد عمرا‬ (zaid menggembirakan umar), karna mujarrodnya (ketika sepi
dari tambahan) berfaidah intransitive

ّ
2. menunjukkan makna banyak, sepeerti:  ‫قطع زيد الحبل‬ (yakni, zaid memotong-motong tali
menjadi banyak potongan)

3. memposisikan objek pada asal pekerjaannya, seperti:  ‫ك ّفر زيد عمرا‬ (yakni, zaid memposisikan
kafir/mengkafirkan si umar)

ّ ‫ق‬ (yakni, zaid mengupas


4. mencabut/merusak asal pekerjaan dari objek, seperti:  ‫شر زيد الرمان‬
kulit delima)

5. pengambilan fi’il (kata kerja) dari isim (kata sifat atau benda), seperti: ‫خيّم القوم‬ (yakni, kaum
mendirikan tenda).

Perlu diketahui juga bahwa macam-macam huruf tambahan yang bisa ditambahan pada kalimat baik
fi’il maupun isim itu ada 10 macam, yaitu terangkum dalam kata singkat ‫"أ ُ َو ْيسًا َه ْل َت َن ْم‬  , perinciannya
sebagai berikut:

a. hamzah

b. wau

c. yâ’

d. sîn

e. âlif
f. hâ’

g. lâm

h. tâ’

i. nûn

j. mîm

dibawah ini adalah contoh-contoh fi’il tsulâtsî mazîd :

‫فرح‬ menggembirakan

‫كرر‬ mengulang-ulangi

‫وكل‬ mewakilkan

‫يسر‬ memudahkan

‫نور‬ menerangi

‫بين‬ menjelaskan

‫زكى‬ membersihkan/menyucikan

‫لقى‬ mempertemukan/menemui

‫ولى‬ mengangkat (jabatannya)

‫قوى‬ menguatkan

‫أدب‬ mengadabkan/mendidiknya adab

‫شأم‬ menyialkan

‫هنأ‬ mengucapkan tahniah (selamat)

Hal 14; (bab fi’il tsulâtsî mazid/yang diberi tambahan)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan  "‫"فاعل‬ dengan penambahan alif setelah fâ’, berfaidah
sebagai berikut:

1.     musyârokah (persekutuan/gabungan) diantara dua orang/sesuatu, (musyârokah ialah maksud


dari satu pekerjaan yang dikerjakan oleh dua subjek sehingga kedua-duanya menjadi fa’il (subjek)
sekaligus maf’ûl (objek), seperti contoh:  ‫ضارب زيد عمرا‬ (zaid dan umar saling pukul)

2.     bermakna fâ’ala yang berfaidah bermakna banyak, seperti contoh: ‫ضاعف هللا‬ memakai makna
lafadz ‫ضعّف هللا‬ (semoga Allah melipatkan, pahalanya)

3.     bermakna af’ala yang berfaidah   ta’diyyah (melampaui/butuh pada maf’ul), seperti


contoh: ‫عافاك هللا‬ (artinya semoga Allah menyehatkanmu)
4.     bermakna fa’ala yang mujarrod (sepi dari tambahan), seperti contoh:  ‫ بارك هللا‬, ‫ قاتله هللا‬, ‫سافر زيد‬
‫فيك‬ (zaid melakukan safar, semoga Allah memeranginya, semoga Allah memberkahimu)

dibawah ini adalah bentuk kiyasannya :

‫قاتل‬ membunuh/memerangi

‫ماس‬ menyentuhkan

‫واعد‬ menjanjikan

‫ياسر‬ menggampangkan

‫عاون‬ menolong

‫باين‬ meninggalkan

‫عاطى‬ memberikan (tanpa ucapan)

‫القى‬ menemui

‫والى‬ menolong/mengasihi

‫داوى‬ mengobati

‫آخذ‬ menindak dengan siksaan (menyiksa)

‫آلءم‬ mencocoki

‫ناسأ‬ berbuat riba nasi'ah pada(menunda pembayaran)

Hal 16; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan  "‫"أفعل‬  dengan menambahkan hamzah qoth’ (huruf
hamzah yang tetap dibaca baik dalam keadaan tersambung atau terpisah) diakhirnya, berfaidah
sebagai berikut:

1. ta’diyyah  (melampaui pada maf’ul/mebutuhkan objek) seperti:  ‫أكرمت زيدا‬ (aku memulyakan


zaid)

2. masuk/melebur dalam sesuatu/masa, seperti: ‫أمسى المسافر‬ (si musafir memasuki waktu sore)

3. bermakna menuju pada sesuatu/tempat, seperti: ‫أحجز زيد و أعرق عمرو‬ (zaid menuju Hijaz
dan umar menuju Irak)

4. menunjukkan adanya sesuatu yang menjadi pengambilan fi’il dalam diri fa’il, seperti
contoh:  ‫أثمر الطلح و أورق الشجر‬ (pohon pisang berbuah dan pohon berdaun) yakni buah dan
daun terdapat dalam diri pohon

5. makna mubâlaghoh (sangat), seperti contoh:  ‫أشغلت عمرا‬ (aku sangat menyibukkan umar)


6. menemukan sesuatu berada dalam suatu sifat, seperti:  ‫أعظمته و أحمدته‬ (aku menemukannya
dalam keadaan agung dan terpuji)

7. bermakna “jadi”, seperti: ‫أقفر البلد‬ (negeri itu menjadi fakir)

8. bermakna “menawarkan/menyediakan”, seperti: ‫عرض الثوب‬ (dia menyediakan baju untuk


dijual)

9. bermakna “tiada/sirna”, seperti: ‫أشفى المريض‬ (si sakit hilang sembuhnya)

10. bermakna “sudah tiba waktunya”, seperti: ‫أحصد الزرع‬ (sudah tiba waktunya memanen
tanaman)

dibawah ini adalah tabel bentuk-bentuk wazannya :

‫أكرم‬ memulyakan

‫أمد‬ menolong/memanjangkan tangan

‫أوعد‬ menjanjikan

‫أيسر‬ memudahkan

‫أجاب‬ menjawab

‫أبان‬ menjelaskan

‫أعطى‬ memberikan

‫أدرى‬ memberitahukan

‫أودى‬ membayar (diyat)

‫أروى‬ menyegarkan (dengan air)

‫آمن‬ mengamankan

‫أجأر‬ memaksa berdoa sepenuh hati pada

‫أبرأ‬ membebaskan

Hal 18; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan ”‫"تفاعل‬  dengan menambahkan “tâ’” diawalnya dan “âlif”
setelah fâ’, berfaidah:

1. persekutuan antara dua orang atau lebih, seperti: ‫تصالح القوم و تضارب زيد وعمرو‬ (saling
berdamai si kaum dan saling pukul si zaid dan umar)

2. menampakkan sesuatu yang bukan dalam kenyataan, seperti: ‫تمارض زيد‬ (pura-pura sakit si


zaid), yakni menampakkan sakit padahal tidak sakit
3. menunjukkan keterjadian secara berangsur-angsur, seperti: ‫توارد القوم‬ (saling berdatangan si
kaum) yakni mereka berdatangan sedikit demi sedikit

4. menunjukkan makna tsulâtsî mujarrod, seperti: ‫تعالى وسما‬ (tinggi si dia dalam pangkatnya)

5. muthôwa’ahnya wazan “fâ’ala”, seperti: ‫باعدته فتباعد‬ (aku menjauhinya maka menjadi jauhlah


dia)

yang dimaksud muthôwa’ah  ialah hasil sesuatu ketika suatu kalimat berhubungan dengan
fi’il muta’addî (fi’il yang membutuhkan maf’ûl), dibawah ini adalah contoh-contoh kiyasannya :

‫تباعد‬ saling menjauhi

‫تماس‬ saling bersentuhan

‫تواعد‬ saling berjanji

‫تيامن‬ mendahulukan yang kanan

‫تالوم‬ saling menyalahkan

‫تباين‬ saling menjuhi/menyalahi

‫تعاطى‬ saling memberi tanpa ucap

‫تالقى‬ saling bertemu

‫توارى‬ bersembunyi

‫تداوى‬ berobat

‫تآنف‬ saling memandang rendah

‫تساءل‬ saling bertanya

‫تماأل‬ saling berkomplot

hal 20; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan  "‫"تفعّل‬  dengan menambahkan tâ’ diawalnya dan
menggandakan ‘ain, berfaida:

1. Muthôwa’ahnya wazan “fa’-‘ala” yang ber’ain fi’il ganda, seperti: ‫كسّرت الزجاج فتكسّر‬ (aku
memecahkan kaca maka menjadi pecahlah kaca itu)

2. makna takalluf yaitu persekongkolan/pertolongan fâ’il/subjek yang diberikan pada


fi’il/predikat agar predikat tersebut hasil/terwujud, seperti: ‫تشجع زيد‬ (zaid memberanikan
diri) yakni zaid memaksakan sifat keberanian dan mendorongnya agar terwujud dalam
dirinya
3. fâ’il (si subjek) menjadikan/mencetak fi’il (kata kerja) dari kalimat yang pada asalnya adalah
maf’ûl (objek), seperti ‫تبنيت يوسف‬ (aku menjadikan yusuf sebagai anakku) dengan mencetak
kata ‫إبن‬ menjadi   ‫تب ّنى‬

4. menunjukkan makna menjauhi sesuatu, seperti ‫تذمم زيد‬ (zaid menjauhi celaan)

5. menunjukkan makna “menjadi” seperti ‫تأيمت المرأة‬ (menjadi janda si perempuan) yakni dia


menjadi “ayyim” (janda)

6. menunjukkan terjadinya predikat secara berkali-kali, seperti ‫تجرع زيد‬ (yakni zaid minum


teguk demi teguk)

7. makna “tuntutan” seperti ‫تعجل الشيء‬ (dia terburu-buru terhadap sesuatu yakni menuntut


untuk dikerjakan dengan cepat), dan ‫تبينه‬ (yakni dia menuntut “bayan” penjelasannya)

dibawah ini adalah contoh wazannya :

‫تكسر‬ menjadi pecah

‫تكرر‬ berulang-ulang

‫توعد‬ mengancam

‫تيسر‬ menjadi mudah

‫تنور‬ menjadi terang

‫تبين‬ menjadi jelas

‫تعدى‬ melampaui batas

‫تلقى‬ mendapat/menerima

‫تولى‬ menjadi pejabat

‫تروى‬ minum/berfikir

‫تأدب‬ berakal budi

‫ترأد‬ berayun/bergoyang

‫تصدأ‬ melihat dalam keadaan berdiri

hal 22; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫"افتعل‬  dengan menambahkan “hamzah” diawalnya dan
“tâ’” diantara fâ’ dan ‘ain fi’ilnya berfaidah sebagai berikut:

1.    muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti ‫ اإلبل فـ اجتمع‬7‫جمعت‬ (aku mengumpulkan unta maka


berkumpullah si unta)

2.    makna “menjadikan/membuat” seperti ‫اختبز زيد‬ (zaid membuat/menjadikan roti)


3.    menambahkan makna mubaghoh (sangat) dalam makna kalimat, seperti ‫اكتسب زيد‬ (si zaid
bekerja dengan sangat)

4.    bermakna wazan “fa’ala” (fi’il tsulâtsî mujarrod) seperti ‫اجتذب‬ (dia jadzab/mabuk dalam


bermunajat)

5.    bermakna wazan “tafâ’ala” (saling), seperti ‫اختصم‬ bermakna ‫تخاصم‬ (saling berseteru)

6.    bermakna “tuntutan” seperti ّ‫اكتد‬ (fi’il amar yakni dia menuntut darinya kesungguh-sungguhan)

berikut ini contoh wazannya :

‫اجتمع‬ berkumpul

‫امتد‬ memanjang

‫اتصل‬ menghubungi

‫اتسر‬ menjadi mudah

‫اعتاد‬ membiasakan

‫اشترى‬ membeli

‫اتقى‬ bertakwa

‫ارتوى‬ menjadi segar/puas (dengan minum)

‫ايتمن‬ mempercayakan kepada/melakuakan dengan tangan kanan

‫ابتأس‬ bersedih hati

‫اجترأ‬ berani

‫اختار‬ memilih

‫اعتدى‬ melampaui batas/menyalahi peraturan

Hal 24; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫"ا ْن َف َع َل‬  dengan menambahkan hamzah dan nûn
diawalnya, berfaidah:

1. muthôwa’ahnya wazan “fa’ala” seperti ‫كسرت الزجاج فـ انكسر‬ (aku memecahkan kaca maka


pecahlah kaca itu)

2. muthôwa’ahnya wazan “af’ala” tapi sedikit berlakunya, seperti ‫أزعجه فـ انزعج‬ (aku


mengagetkannya maka kagetlah dia)

keterangan; wazan “infa’ala” tidak terbentuk kecuali dari kalimat yang menunjukkan makna
perbaikan dan menghasilkan bekas/dampak secara indrawi, berikut contoh wazannya :
‫انفعل‬ terjadi pekerjaannya

‫انكسر‬ menjadi pecah

‫انفض‬ menjdi pecah (terputus/berakhir)

‫انقاد‬ menjadi tunduk/patuh

‫انماع‬ menjadi cair

‫انجلى‬ menjadi jelas

‫انبرى‬ menjadi terkendali

‫انطفأ‬ menjadi padam

Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî dipindah pada wazan "َّ‫"ا ْف َعل‬  dengan menambahkan hamzah washol dan penggandaan
lâm fi’il, berfaidah:

1. menunjukkan berada/memasuki dalam suatu sifat, seperti ‫احمرَّ البُسْ ُر‬ (air baru itu memerah)
yakni masuk dalam warna merah

2. makna “sangat” seperti ‫اسو ّد الليل‬ (malam menjadi sangat hitam)

dibawah ini contoh wazannya :

‫احمر‬ memerah

‫اسود‬ menghitam

‫ابيض‬ memutih

‫اصفر‬ menguning

‫اخضر‬ menghijau

‫اشهب‬ menjadi kelabu

‫اسمر‬ menjadi coklat

Hal 26; (bab fi’il tsulâtsî mazîd)

Fi’il tsulâtsî mujarrod dipindah pada wazan "‫"اسْ َت ْف َع َل‬  dengan menambahkan hamzah washol (hamzah
yang dibaca pada saat tidak tersambung seperti istaf’ala dan tidak dibaca saat tersambung dengan
kalimat lain seperti ‫)إِ ِن اسْ َت ْف َع َل‬, sîn dan tâ’, berfaidah:

1. menuntut suatu pekerjaan seperti ‫استغفر هللا‬ (dia meminta ampun pada Allah) yakni dia
menuntut pengampunan dari Allah
2. menemukan sesuatu tampak/berada dalam suatu sifat, seperti ‫استعظمته واستحسنته‬ (aku
nampak ia agung dan bagus)

3. makna beralih/pindah, seperti ‫استحجر الطين‬ (Lumpur beralih menjadi batu)

4. makna terpaksa/menanggung beban, seperti ‫استجرأ‬ (dia memaksakan untuk berani)

5. bermakna seperti fi’il tsulâtsî mujarrod, seperti  ّ‫استقر‬ bermakna ‫ق ّر‬ (menetap/tetap)

6. muthôwa’ah seperti ‫أراحه فـ استراح‬ (dia A mengistirahatkannya B maka beristirahatlah dia B)

Bahasa Arab Pemula 14 : Tabel Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Mudhari'

Pada pembahasan Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Tashrif Lughawi Fi'il Mudhari' kita sudah belajar
tentang tashrif atau perubahan bentuk fi'il berdasarkan ke 14 Dhomir atau kata gantinya. 

Pada kali ini saya hanya akan memberikan sebuah tabel tashrif lughawi fi'il madhi dan mudhari.
Semoga bisa mempermudah kita dalam memahami Tashrif Lughawi Fi'il Madhi dan Mudhari'.
Berikut ini tabelnya:

Anda mungkin juga menyukai