Anda di halaman 1dari 30

BAB KALAM

Kalam adalah susunan kalimah yang memahamkan dan


komponennya tidak terlepas dari tiga (Isim, fi’il, Huruf) dan karakternya
ada dua: khobari dan insya'i. Dan kalam khobari ataupun insya'i pasti
mengandung musnad (predikat) dan musnad ilaih (subyek). Dan
lazimnya Musnad ketika berupa fi’il atau semakna dengan fi’il untuk
memberikan tambahan kefahaman maka butuh muta'alaq
(obyek/keterangan) dan akhirnya ketika kalam panjang lebar tentunya
butuh kalimat pengait untuk mengaitkan antar lafadzz atau antar jumlah
maka adat pengait pun juga pasti diperlukan untuk kelengkapan susunan
kalam.
Dari uraian diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa Status
kalimah dalam susunan bahasa arab itu tidak terlpas dari tiga:
a) Umdah (subyek predikat)
b) Fudlah (obyek/keterangan)
c) Adat (penghubung)
A. Umdah terdiri dari kalimah kalimah yang berstatus pokok / pondasi
kalam yaitu :
 Musnad (predikat/ status) ‫ فعل‬dan ‫خبر‬
 Musnad ilaih (pemeran/pelaku) ‫ فاعل‬dan ‫مبتداء‬
B. Fudlah terdiri dari kalimah kalimah yang berstatus sebagai obyek /
keterangan atau boleh di fahami sebagai koyet (pembatas
kefahaman) dari jumlah umdah diantaranya yaitu :
 Maf’ul bih
 Maf’ul maah
 Maf’ul fiih (dzorof zaman /makan)
 Tamyiz
 Hal
 Maf’ul mutlak
 Maf'ul liajlih
 Tabi’ lilmansub yang fudlah: na’at, ‘atof, taukid, badal
C. Adat terdiri dari kalimah kalimah yang berstatus sebagai
penghubung antar jumlah / antar lafadzz:
 Adat syarat
1
 Adat istifham
 Adat takhsis
 Adat tamani
 Adat taroji
 ‘amil nawasib lil mudhori’
 ‘amil jawazim lil mudhori’
 Huruf jar
 Huruf ‘atof
Alhasil status i’rob kalimah dalam kalam berbahasa arab itu ada
4 yaitu :
1. Musnad ilaih (pasti berupa isim)
Hukumnya dibaca rofa’ selama tidak jatuh sesudah ‫ إن‬atau salah
satu dari saudaranya ‫ إن‬jika jatuh sesudahnya maka di baca nasob.
2. Musnad
Musnad tidak mesti berupa isim:
 Jika berupa isim maka dibaca rofa’ selama tidak jatuh sesudah ‫كان‬
atau salah satu saudaranya. jika jatuh sesudahnya maka dibaca
nasob.
 Jika musnad berupa fi’il madhi maka mesti mabni fathah selama
akhrinya tak bertemu wawu jama’, jika bertemu maka mabni
dhommah, dan apabila akhirnnya bertemu dhomir mutaharrik maka
mabni sukun.
 Musnad berupa fi’il mudhori’ maka dibaca rofa’ selama tidak
kemasukan ‘amil nawasib dan jawazim sehingga fi’il mudhori’
dibaca sesuai dengan tuntutan ‘amil atau akhirnya bertmu dengan
nun taukid sehingga mabni fathah. atau bertemu nun niswah
sehingga mabni sukun.
 Musnad berupa fi’il amar maka mabni sukun untuk fi’il amar shohih
akhir, mabni membuang huruf akhir untuk fi’il amar mu’tal akhir,
mabni buang nun untuk fi’il amar yang akhirnya bertemu: alif
tastniyah, wawu jama’, ya’ muannast mukhotobah. Mabni fathah
untuk fi’il amar yang akhirya bertemu nun taukid.
3. Fudlah

2
Fudlah pasti dibaca nasob selama tidak jatuh setelah huruf jer atau
mudhof, sehingga fudlah pun juga dibaca jer. Jika ada suatu kalimah yang
statusnya boleh fudlah boleh ‘umdah maka boleh juga dibaca dua: boleh
nasob, boleh rofa’. Seperti yang terjadi pada mustastna tam yang manfi.
4. Adat
Adat semuanya mabni, sebab semua adat berkarakter seperti
huruf berarti i’robnya hanya i’rob mahali.

MENGENAL JUMLAH DAN SYIBEH JUMLAH


Pembahasan tentang jumlah terdapat beberapa pembahasan
diantar nya:
1. Jumlah mufidah ketika diawali dengan kalimat isim dinamakan
jumlah ismiyah dan ketika diawali dengan fi’il dinamakan jumlah
fi’liyah.
Didalam susunan ‫ زید قام ابوه‬terdapat dua jumlah yaitu jumlah
sughro (‫ )قام ابوه‬dan jumlah kubro (‫)زید قام ابوه‬.
Jumlah sughro artinya jumlah yang didalam jumlah.
jumlah kubro artinya jumlah yang didalam nya ada jumlah.
2. Status jumlah didalam susunan kalam ada dua yaitu jumlah yang
bermahal i’rob dan jumlah yang tidak bermahal i’rob.
 Jumlah yang bermahal i’rob diantaranya :
a) jumlah yang menjadi khobar dan di perinci sebagai berikut :
- Bermahal rofa’ ketika menjadi khobar dari mubtada’ atau
menjadi khobar nya inna atau anna (atau saudaranya)
contoh : ‫ وأن زیدا قام ابوه‬، ‫ وإن زیدا قام ابوه‬، ‫زید قام ابوه‬
- Bermahal nasob ketika menjadi khobar nya ( ‫ )اكن واكد واخواتهما‬.
contoh : )‫ (واكد زید يفعل‬، )‫(اكن زید ابوه قائم‬
b) Jumlah yang menjadi hal dan bermahal nasob
contoh : (‫)رأيت زیدا يضحك‬
c) Jumlah yang menjadi maf’ul dan bermahal nasob diantaranya:
1. menjadi isi dari qoul /ucapan
3
contoh : ‫ عمرو منطلق‬:‫ وقال زید‬، ‫ إين عبد اهلل‬:‫قال‬
2. Menjadi maf’ul dari ( ‫) ظن وأخواتها‬
contoh: ‫ظننت زیدا يقرأ‬
3. menjadi maf’ul dari ( ‫) أعلم وأخواتها‬
contoh: ‫أعلمت زیدا عمرا أبوه قائم‬
d) jumlah yang menjadi mudhof ilaih dan bermahal jer.
contoh:)‫ (يوم ينفع الصادقنی صدقهم‬، )‫(يوم هم بارزون‬.
e) jumlah yang ‘atof pada jumlah yang bermahal
contoh: ‫زید قام أبوه وقعد أخوه‬
 Jumlah yang tidak bermahal i’rob diantaranya
a) jumlah istiknaf /jumlah yang menjadi awalan
contoh: ‫إنا أنزنلاه‬
b) Jumlah yang menjadi silah
contoh: ‫جاء اذلي قام أبوه‬
c) Jumlah mu’taridoh (jumlah yang menengah nengahi)
contoh: (‫ فاتقوا انلار‬- ‫ ولن تفعلوا‬- ‫)فإن لم تفعلوا‬
d) jumlah yang menjadi tafsir.
contoh: (‫)وملا يأتكم مثل اذلين خلوا من قبلكم مستهم ابلأساء والرضاء‬
e) jumlah yang menjadi jawabnya qosam
contoh: (‫ فبعزتك ألغوینهم‬:‫)قال‬
f) Jumlah yang menjadi jawabnya syarat yang tidak menjazemkan.
contoh: (‫)ولو شئنا لرفعناه بها‬
g) jumlah yang ‘atof pada jumlah yang tidak bermahal I’rob.
contoh: ‫قام زید وقعد عمرو‬
Tentang syibeh jumlah (dzorof /jer majrur)
A. Hukum mengenai syibeh jumlah
1. Syibeh jumlah harus mempunyai ta’alluq berupa fi’il atau semakna
dengan fi’il contoh : )‫ غري املغضوب عليهم‬،‫ (انعمت عليهم‬:‫وقد اجتمعا يف قوهل تعاىل‬
4
2. Syibeh jumlah ketika jatuh sesudah isim ma’rifat atau isim nakiroh
hukumnya sama seperti jumlah yaitu ada kalanya:
- menjadi sifat.
contoh: ‫ أو فوق غصن‬،‫رأيت طائرا ىلع غصن‬
- menjadi hal
contoh: ‫فخرج ىلع قومه يف زینته و رايت اهلالل بنی السحاب‬
- boleh wajah dua.
contoh: ‫هذا ثمر يانع ىلع أغصانه او فوق اغصانه‬
3. Dzorof atau jer majrur ketika menjadi sifat, silah, khobar, hal, maka
wajib mempunyai ta’alluq yang tersimpan yaitu lafadz )‫(اكئن) أو (استقر‬
jika pada silah lafadz: (‫)استقر‬

BAB MU’ROB DAN MABNI


A. Mengenal mu’rob dan mabni
Mu’rob artinya mungkin menerima i’rob artinya akhir kalimah
yang mu’rob bisa berubah kerana kemasukan ‘amil. Mabni artinya tetap
akhirnya meskipun kemasukan ‘amil. Kalimah isim semuanya mu’rob
selagi tidak serupa dengan huruf. Berbeda dengan kalimah fi’il
semuanya mabni kecuali kalimah fi’il yang serupa dengan isim. Seperti
fi’il mudhori’ yang akhirnya tidak bertemu dengan dua nun (nun niswah
dan nun taukid).
Mu’rob dibagi menjadi dua:
1. Mu’rob dengan menggunakan harokat
2. Mu’rob dengan menggunakan huruf
- Mu’rob dengan harokat itu ada 4 macam: Isim mufrod, jama’
taksir, jama’ muannats salim, fi’il mudhori’ yang akhirnya tidak
bertemu dua nun. Berarti jika rofa’ dengan domah, nasob dengan
fathah, Jer dengan karsoh, jazem dengan sukun. Dikecualikan
dari k’aidah ini yaitu:
a. jama’ muannats salim yang dalam tingkah nasobnya
menggunakan kasroh.

5
b. Isim ghoiru munsorif yang dalam tingkah jernya menggunakan
fathah
c. Fi’il mudhori’ yang mu’tal akhir yang dalam tingkah jezemnya
membuang huruf akhir
- Mu’rob dengan huruf itu ada 4 macam: Isim tatsniyah, jama’
mudzakar salim, asmaul kkhomsah, af’alul khomsah.
a. Isim tatsniyah rofa’ dengan alif, nasob jer dengan yak.
b. jama’ mudzakar salim rofa’ dengan wawu nasob jer dengan
ya’.
c. asmaul khomsah rofa’ dengan wawu nasob dengan alif, jer
dengan yak.
d. af’alul khomsah rofa’ dengan tetapnya nun, nasob Jazem
dengan membuang nun.
B. Mengenal isim ma’rifat dan nakiroh
Isim ma’rifat adalah mana mana isim yang individunya dapat di
gambar kan akal fikiran dengan jelas meskipun tergolong banyak
individunya. Kalau Isim nakiroh sebaliknya, manakala isim yang
individunya tidak bisa digambarkan dengan jelas atau bisa dikatakan isim
nakiroh adalah manakala isim yang dapat kemasukan ‫ أل‬ta’rif.
Isim ma’rifat ada enam macam: Isim dhomir, alam, isim isyaroh,
isim mausul, isim yang kemasukan al ( ‫) أل‬. isim yang di idhofahkan pada
salah satu diatas.
 Isim dhomir adalah istilah atau nama untuk kalimah yang
menunjukkan mutakallim atau mukhotob atau ghoib.
Dhomir dibagi menjadi dua: dhomir mustatir dan. dhomir baris.
Dhomir mustatir artinya dhomir yang tidak nampak lafadzznya dan
dibagi menjadi dua: mustatir wajib bertempat di:
- fi’il amar mudzakar mukhotob wahid ‫إضرب‬
- fi’il mudhori’ yang diawali hamzah ‫أضرب‬
- fi’il mudhori’ yang diawali nun ‫نضرب‬
- fi’il mudhori’ yang diawali tak mukhotob mudzakar ‫تضرب‬
Mustatir jawaz bertempat di fi’il mudhori’ yang di awali tak lil
ghoibah ‫ تضرب‬atau yak lil ghoib ‫يضرب‬
Dhomir mustatir ini( mustatir wajib / jawaz) hanya terdapat pada
dhomir yang statusnya menjadi fa’il atau naibul fa’il.
6
Dhomir baris artinya dhomir yang tulisan lafadzznya nampak dan
dibagi menjadi dua: muttasil dan munfasil.
Muttasil (sambung) artinya dhomir yang tidak bisa dibuat awalan
dan tidak bisa jatuh sesudah ‫ إال‬. Kalau Munfasil sebaliknya, dhomir yang
bisa dibuat awalan dan bisa jatuh sesudah ‫إأل‬.
Muttasil dibagi menjadi tiga:
 muttasil marfu’
‫رضبنا ورضبت ورضبت ورضبتها ورضبتم ورضبنت ورضب ورضبا ورضبوا ورضبت ورضبتا‬
‫ورضبن‬
 muttasil mansub
‫اكرمنا واكرمك وأكرمك واكرمكما وأكرمكم واكرمكن واكرمه واكرمها وأكرمهما‬
‫وأكرمهم واكرمهن‬
 muttasil majrur
‫بنا بك بك يكما بكم بكن به بها بهما بهم بهن‬
Munfasil dibagi menjadi dua:
 munfasil marfu’
‫انا وحنن وانت وانت وانتما وانتم واننت وهو ويه وهما وهم وهن‬
Dhomir dhomir ini biasanya di buat awalan menjadi mubtada’
jika awal kalam berupa dhomir.
 munfasil mansub
‫اياي و اي انا وإياك وإياك وإياكما وإياكم واياكن واياه وإياها وإياهما واياهن‬
Dhomir-dhomir ini kusus untuk kalam yang membutuhkan maf'ul
pakai dhomir. Dhomir mutakallim dan dhomir mukhotob jelas siapa
pemerannya (yang bicara dan yang diajak bicara) maka dari itu derajat
kema’rifatan yang pertama adalah dhomir mutakallim kedua dhomir
mukhotob kemudian dhomir ghoib.
Dhomir ghoib ini sifatnya agak berbau nakiroh sama seperti alam
jinis maka dari itu perlu, bahkan wajib adanya marji’ dhomir (kembalinya
dhomir) sebab sekali salah dalam marji’ dhomir, maka bisa dipastikan
salah faham dalam memahami kalam berbahasa arab. Disisi lain teori-
teori yang disuguhkan para ulama adalah teori-teori pendekatan tentang

7
memahami marji’ dhomir selanjutnya tergantung dari dzauq (insting)
seseorang untuk memahami siyaqul kalam, apa tujuan sebenarnya
mutakallim (orang yang berbicara/penulis). Sehingga bisa mengetahui
kembalinya dhomir secara jelas. Sebab itulah perlu adanya guru
pembimbing dan juga banyak mutola’ah.
Isim dhomir ghoib adalah kalimah isim, tentunya marji’ dhomir
pun juga harus berupa isim sebab status marji’ sebenarnya adalah kata
yang diganti dhomir dengan tujuan Untuk meringkas supaya kalam tidak
kepanjangan. Berarti kalau terpaksa kembali pada fi’il maka harus di
ta’wil (masdar atau isim musytaq yang sesuai dengan mafhum) contoh
‫خريا لك" أي يكن االجتهاد ر‬
"‫ فالضمري يعود اىل االجتهاد املفهوم من "اجتهد‬،‫خريا لك‬ ‫اجتهد يكن ر‬

dhomir yang tersimpan di lafadz ‫ يكن‬sebenarnya kembali pada ‫اجتهد‬


karena lafadz tersebut fi’il maka harus di ta’wil masdar ‫االجتهاد‬.
Marji’ dhomir umumnya kembali pada mubtada’ atau pada fa’il
sebab keduanya secara derajat urutan adalah yang pertama. Berarti bisa
jadi kembali pada yang lain tergantung siyaqul kalam. Bahkan ada yang
kembali pada mudhof ilaih,
Contoh: ‫ كمثل احلمار حيمل أسفارا‬dhomir pada ‫ حيمل‬kembali pada ‫ محار‬yang
menjadi mudhof ilaih.
 Alam (nama)
Alam ada dua alam syakhs alam jinis:
 Alam syakhs adalah suatu nama yang di munculkan khusus untuk
satu individu. Alam syakhs ada tiga macam:
1. alam asmo artinya suatu nama yang penamaannya tidak terkait
unsur pujian atau penghinaan. Seperti :
‫ عمر‬، ‫زید‬
2. alam laqob artinya alam yang penamaannya terkait unsur pujian
atau penghinaan seperti :
‫ زین العابدين‬, ‫أنف انلاقة‬
3. alam kunyah artinya suatu nama yang diawali kata ummun
/abbun seperti :
‫ أم لكثوم‬، ‫أبو بكر‬

8
 Alam jinis artinya alam yang dimunculkan untuk menamai suatu
golongan
Alam jinis ini hampir sama dengan isim jinis (isim nakiroh) cuman
agak khusus, perbedaannya kalau isim jinis maknanya mencakup
semua individu golongannya. kalau Alam jinis khusus untuk satu
golongan dari isim jinis tertentu seperti kata ‫ أسامة‬diperuntukkan
untuk satu golongan dari berbagai jinis singa.
Sebab itu alam jinis masih tergolong isim ma’rifat meskipun
individunya tergolong banyak.
 Isim Isyaroh adalah nama/istilah untuk kalimah yang menujukkan
isyarat diantaranya:
untuk murod mudakir ‫ذا‬
untuk Mufrod muannats ‫ تا‬، ‫ ته‬، ‫ تي‬، ‫ذي‬
untuk mutsanna tingkah rofa’ ‫ذان‬
untuk mutsanna tingkah nasab dan jer ‫ذين‬
untuk mutsanna muannats tingkah rofa’ ‫تان‬
untuk mutsanna muannats tingkah nasob & jer ‫تهن‬
untuk jama’ mudzakar ataupun muannats ‫أوالء‬
Isim isyaroh di atas di tafsil menjadi tiga:
- isyarat dekat tanpa tambaan kaf khitob /lam
‫ تا تان أوالء‬- ‫ ذات أوالء‬- ‫ذا‬
- isyarat menengah ditambah kaf khitob
‫ تاك تانك اوئلك‬- ‫ذاك ذانك أوئلك‬
- isyarat jauh ditambah kaf dan lam ‫ تلك‬، ‫ذلك‬
- isim isyaroh yang khusus isyarat tempat
‫هذا هذه هؤالء هنا هاهنا هنالك‬
 Isim mausul adalah nama /istilah untuk kalimah yang untuk
kesempurnaan maknanya selalu butuh silah dan ‘aid
- Silah artinya jumlah atau serupa Jumlah yang jatuh sesudah isim
mausul berstatus menjadi sifatnya isim mausul.
- ‘aid artinya dhomir yang kembali pada isim mausul yang berada
di dalam silah.
Isim mausul di bagi menjadi dua : Khusus dan musytarok.

9
- khusus artinya lafadz lafadz nya khusus mufrod mutsanna jama’
mudzakar muannats khusus sendiri sendiri. Dan lafadz-lafadz nya
ada delapan:
‫اذلي اذلان اذلين اليت اللتان اللتنی اذلين الاليت‬
‫ الذي‬untuk Mufrod mudzakar
‫ الذان‬untuk mutsanna tingkah rofa’
‫ الذين‬untuk mutsanna tingkah rofa’ dan jer
‫ التي‬untuk mufrod muannats
‫ اللتان‬untuk mutsanna muannats tingkah rofa’
‫ اللتين‬untuk mutsanna tingkah nasab dan jer
‫ الذين‬untuk mudzakar tingkah rofa’
‫ الالتي‬untuk jama’ muannats tingkah nasob&jer
- Musytarok artinya lafadz nya tetap dan lafadz-lafadz nya ada
enam:
‫من ما أي أل ذو ذا‬
- Isim mausul ‫ من‬digunakan untuk yang mempunyai akal contoh:
‫يعجبين من جاءك ومن جاءتك ومن جاءاك ومن جاءتاك ومن جاءوك ومن جئنك‬
- isim mausul ‫ ما‬digunakan untuk yang tidak mempunyai akal
contoh:
‫يعجبين ما اشرتیته وما اشرتیتها وما اشرتیتهما وما اشرتیتهم وما اشرتینت‬
Dan empat Isim mausul di bawah ini tidak di khususkan artinya bisa
digunakan untuk berakal atau tidak berakal.
- Isim mausul ‫ أي‬mempunyai makna ‫الذي‬
sebenarnya ada yang mengatakan mu’rob tapi lughot yang fasih
mabni (mufrod mutsanna jama’ muannats mudzakar) tetap.
contoh:
‫يعجبين أي قام وأي قامت واي قاما واي قامتا واي قاموا وأي قمن‬
- Isim mausul ‫ أل‬ini hanya bisa masuk di isim isim sifat yang
sorihah (isim maf’ul dan isim fa’il) contoh ‫ الضارب المضروب‬berarti
jika isim fa’il dan Isim maf’ul kemasukan ‫ أل‬maka itu adalah ‫أل‬
mausul. dan ‘aid yang kembali pada ‫ أل‬boleh dibuang tapi
umumnya ditampakkan.

10
Isim mausul‫ ذو‬yang mempunyai makna ‫ الذي‬dinamai ‫ ذو‬toiyah contoh:
‫جاءین ذو قام وذو قامت وذو قاما وذو قاموا وذو قمن‬
Isim mausul ‫ ذا‬statusnya bisa sebagai isim mausul syaratnya harus
didahului ‫ ما‬istifhamiyyah contoh ‫ ما ذا ينفقون‬atau didahului ‫من‬
istifhamiyyah contoh :
‫من ذا جاءك‬
Dan hukumnya ‫ ما ذا‬/ ‫ من ذا‬seperti satu kalimah.
Para ulama nahwu menjelaskan sebenarnya mausul itu bukan hanya ismi
seperti yang sudah dibahas diatas. Akan tetapi ada mausul yang harfi.
bedanya
Kalau harfi tidak butuh ‘aid hanya butuh silah sebab keduanya jelmaan
dari masdar. Atau bisa dikatakan mausul harfi adalah mana mana mausul
yang antara silah dan mausulnya bisa dita’wil masdar.
)129 : ‫(حاشية الخضري‬
Dan hurufnya seperti yang tertera dalam nadom dibawah ini:
‫ وذكرى هلا مخسا أوضح كما رووا‬# ‫وهاك حروفا باملصادر أولت‬
‫ وزید عليها يك فخذها وما ولو‬# ‫وها يه أن بالفتح أن مشددا‬
 Isim yang kemasukan ‫ أل‬ta’rif
artinya ‫ أل‬yang merubah status isim nakiroh menjadi ma’rifat bisa
diketahui secara jelas.. Al tersebut adakalnya ‫ أل لعهد‬adakalanya ‫أل‬
‫لجنس‬
# al li ‘ahdi Artinya Al yang menstatuskan isim nakiroh menjadi
diketahui..
- Diketahui oleh fikiran contoh:
‫جاء األمر‬
- Diketahui kalau sudah disebut sebelumnya contoh:
‫جاءتين رجل فأكرمت الرجل‬
- Diketahui hudur nya artinya masanya contoh:
‫جاءت ايلوم‬
# al lijinsi artinya al yang menstatuskan isim nakiroh menjadi
diketahui kefahamanya..

11
- Tentang tercakup nya semua individunya dan biasa disebut ‫أل‬
‫ لالستغراق‬atau biasa di alamati mana-mana ‫ أل‬yang tempatnya
tidak patut diganti dengan lafadz ‫كل‬
contoh:
‫وخلق اإلنسان ضعيفا‬
- Tentang hakekat sesungguhnya dan biasa disebut ‫ أل لبيان الجنس‬atau
biasa di alamati manakala ‫ أل‬yang tempatnya bisa diganti dengan
lafadz ‫كل‬
contoh:
‫اإلنسان حيوان انلاطق‬
)‫(جامع ادلروس‬
 Isim yang diidhofahkan pada salah satu Isim ma’rifat.
Isim tersebut bisa di kategorikan isim ma’rifat jika tujuan pengidofaanya
secara ma’nawi bukan secara lafdzi seperti yang terjadi pada idhofahnya
sifat pada makmulnya...... )‫(الكواكب‬

BAB FA’IL
FA’IL adalah istilah atau nama untuk subyek (pelalu/pemeran)
dari predikat yang berupa fi’il atau serupa nya. Istilah subyek untuk fa’il
sebenarnya hanya patut untuk fa’il dari fi’il bukan dari serupanya fi’il
sebab istilah fa’il itu hanya bisa muncul dari fi’il dikarenakan serupanya
fi’il itu berupa isim hanya saja penamaan fa’il untuk syibhul fi’li (serupa
fi’il).
Itu hanyalah indikasi dari keserupan nya dengan fi’il bukan asli
bawaan seperti fa’il dari fi’il.
(‫) الكواكب‬
Syibhul fi’li ada sembilan: masdar, isim fa’il, isim maf’ul, sifat
musyabiha, isim tafdil, isim zaman, isim makan, sigot mubalagoh, isim
alat.
Beberapa prosedur fa’il beserta ‘amilnya (berupa fi’il atau serupa
fi’il):

12
- FA’IL tidak boleh di buang sebab merupakan susunan pokok
sehingga kalau fa’il tidak berupa Isim dzohir maka wajib berupa
dhomir.
- ‘amil fa’il secara asal didahulukan penyebutannya dan menurut
lughot yang fashih tidak harus muthobiq dengan fa’il nya dalam
mufrod tatsniyah jama’ nya sebab di anggap jelas fa’ilnya meskipun
tidak ditandai alamat tatsniyah atau jama’.
contoh :
‫قام زید وقام زیدان وقام زیدون‬
(‫)الكواكب‬
Berbeda dengan fa’il yang dalam surohnya di dahulukan dari
‘amilnya seperti yang terjadi pada fa’il yang surohnya menjadi
mubtada’ maka ‘amilnya harus ditandai dengan dhomir yang sesuai
dengan fa’il yang didahulukan tadi (yaitu mufrod tatsniyah jama’)
sebab jika tidak ditandai dengan alamat dhomir yang sesuai dengan
fa’il tersebut tentunya si pembaca akan kesulitan memahami nya.
contoh:
‫زیدان قائمان زیدون قائمون‬
- Fa’il dan ‘amilnya harus muthobiq antara muannats dan
mudzakarnya jika fa’il muannats/mudzakar hakiki contoh :
‫جائت هند وجاء زید‬
Jika fa’il nya muannats majazi maka boleh di beri tanda muannats
boleh tidak contoh:
‫ طلع الشمس‬، ‫طلعت الشمس‬

Adapun hukum tatsniyah: jama’ mudzakar salim dan muannats salim


sama seperti mufrod. contoh:
‫ وقامت مسلمتان ومسلمات‬، ‫قام زیدان وزیدون‬
Dan Jama’ taksir hukum nya seperti muannats majazi.contoh:
‫جائت الرجال وجاء الرجال‬

13
BAB NA’IBUL FA’IL
Adalah istilah atau nama untuk pengganti fa’il yang tidak disebut
dalam susunan kalam. Sehingga status naibul fa’il banyak yang sama
dengan fa’il hanya saja status keobjekanya masih tetap melekat jika
difahami secara makna. Diantaranya:
- Yang mulanya wajib nasob setelah menjadi naibul fa’il harus rofa’
dan juga gak boleh di buang sebab berubah menjadi umdah yang
semula berstatus sebagai fudlah dan ‘amilnya pun tidak boleh
didahulukan.
- ‘amilnya wajib diberi tanda muannats/mudzakar jika naibul fa’il
muannats / mudzakar.
- ‘amil nya tidak boleh diberi tanda tatsniyah/jama’ Jika naibul fa’il
tatsniyah / jama’.
- ‘amilnya biasa nya dinamai fi’il mabni majhul.
Dengan ketentuan:
1. Jika fi’il madhi maka di dlomah awalnya dan dikasroh sebelum
akhir prosedur ini berlaku di semua fi’il madhi namun ketika
- fi’il madhi yang diawali tak zaidah maka didomah awalnya
dan huruf kedua. contoh:
‫تعلم تضورب‬
- fi’il madhi diawali dengan hamzah wasol maka di dhommah
awalnya dan huruf ketiga. contoh:
‫انطلق استخرج‬
- fi’il madhi mu’tal ain maka fi’il madhi dikasroh awalnya dan
ain fi’il dijadikan yak. contoh:
‫بيع قيل‬
2. Jika fi’il mudhori’ maka di dhommah awalnya dan di fathah huruf
sebelum akhir. contoh:
َ
‫يرضب‬
Naibul fa’il itu ada yang berupa isim dzohir, contoh:
‫رضب زید‬
ada yang isim dhomir. contoh:
14
‫ رضبنا‬، ‫رضبت‬
Naibul fa’il itu tidak telepas dari salah satu dari kelima dibawah
ini:
- Maf’ul bih ini yang asal dan yang sering kali menjadi naibul
fa’il sehingga jika ada maf’ul bih yang lainnya tidak boleh jadi
naibul fa’il.
- Dzorof (zaman/makan ) bisa menjadi naibul fa’il syarat nya:
a. harus mutashorif artinya dzorof yang status nya tidak
selalu jadi dzorof, berarti yang tidak mutashorif tidak boleh
jadi naibul fa’il ) ‫ ( إذا عند هنا ثم‬keempat dzorof ini tidak
boleh jadi naibul fa’il sebab status nya selalu dzorof.
b. Harus berupa dzorof yang mukhtas artinya maknanya
dzorof tidak umum. ) ‫ ( وقت حنی ناحية جنب‬sehinggga 4 dzorof
ini tidak boleh jadi naibul fa’il.
- Jer majrur bisa menjadi naibul fa’il syarat nya: huruf jer nya
tidak berupa huruf jer yang mempunyai makna ta’lil (alasan).
Dan huruf jer nya tidak berupa huruf jer yang penggunaannya
tertentu, contoh ‫ رب & مذ‬kedua lafadz ini tidak boleh jadi
naibul fa’il sebab ‫ رب‬hanya khusus untuk nakiroh kalau ‫مذ‬
khusus untuk zaman.
- Masdar (maf’ul mutlak) bisa menjadi naibul fa’il syarat nya
harus mutashorif artinya masdar yang statusnya bisa berubah
tidak tetap. Contoh: ‫ سبحان هللا‬، ‫ معاذ هللا‬kedua masdar ini tidak
bisa menjadi naibul fa’il sebab tidak mutashorif, keduanya
selalu jadi maf’ul mutlak.

MUBTADA’ DAN KHOBAR


Mubtada’ dan khobar adalah istilah atau nama untuk dua Isim
yang di rangkai guna untuk memberikan kabar yang memahamkan atau
biasa disebut jumlah ismiyah. Adapun hukum mubtada’ adalah dibaca
rofa’ dan harus berupa isim ma’rifat atau boleh berupa isim nakiroh
dengan ketentuan yang memperbolehkan diantaranya:
15
- Isim nakiroh yang diidhofahkan contoh:
‫مخس صلوات كتبهن اهلل‬
- Isim nakiroh yang disifati contoh:
‫لعبد مؤمن خري من مرشك‬
- Isim nakiroh yang didahului khobarnya berupa dzorof atau jer majrur,
contoh:
‫ للك أجل كتاب‬، ‫وفوق لك ذي علم عليم‬
- isim nakiroh yang jatuh sesudah nafi atau istifham contoh:
‫ أإله مع هللا‬، ‫ما أحد عندنا‬
Hukum hukum khobar adalah dibaca rofa’ dan harus muthobiq dengan
mubtada’ (sama) mufrod tatsniyah jama’ mudzakar muannats.
Khobar dibagi menjadi dua: khobar mufrod dan ghoiru mufrod
(tidak mufrod).
Khobar ghoiru mufrod adakalanya berupa:
a. Jumlah ismiyah contoh:
‫زید جاریته ذاهبة‬
b. Jumlah fi’liyah contoh:
‫زید قام أبوه‬
c. Jer majrur contoh:
‫زید يف ادلار‬
d. Dzorof contoh:
‫زید عندك‬
Adapun prosedur khobar ghoiru mufrod diantaranya:
- Jika berupa jumlah maka harus mengandung robit yang mengaitkan
khobar dengan mubtada’ diantaranya
o Dengan dhomir baris (nampak) contoh:
‫زید جاریته ذاهبة‬
o Dengan dhomir mustatir contoh:
‫زید قام‬
o Dengan isim isyaroh contoh:

16
‫وبلاس اتلقوى ذلك خري‬
‫‪-‬‬ ‫‪Jika berupa syibeh jumlah (dzorof / jer majrur) maka harus tam‬‬
‫‪artinya bisa berdiri sendiri dengan ta’alluqnya yang mustatir.‬‬
‫‪contoh:‬‬
‫زید عندك ‪ ،‬زید يف ادلار‬
‫‪Yang susunan sebenarnya:‬‬
‫زید استقر أو مستقر عندك‪ /‬زید استقر أو مستقر يف ادلار‬
‫‪Jadi yang sebenarnya yang menjadi khobar dari syibeh jumlah‬‬
‫‪adalah ta’alluqnya yang tersimpan.‬‬

‫‪‘AMIL YANG MASUK MUBTADA’ DAN KHOBAR‬‬


‫‪‘AMIL yang masuk mubtada’ khobar itu ada tiga macam:‬‬
‫‪ )1‬اكن واخواتها فانها ترفع االسم وتنصب اخلرب ويه اكن وأمىس واصبح واضىح وظل وبات وصار‬
‫وليس وما زال وما انفك وما فتئ وما برح وما دام وما ترصف منها حنو ‪ :‬اكن ویكون وكن‬
‫ر‬
‫واصبح ویصبح واصبح تقول‪ :‬اكن زید قائما وليس عمرو شاخصا وما أشبه ذلك‬
‫‪ )2‬إن وإخوانها فانها تنصب االسم وترفع اخلرب ويه‪ :‬إن وأن ولكن واكن ويلت ولعل تقول‪ :‬إن‬
‫ر‬ ‫ر‬
‫زیدا قائم ويلت عمرا شاخص وما أشبه ذلك‬
‫‪ )3‬ظننت وأخواتها فإنها تنصب املبتدأ واخلرب ىلع أنهما مفعوالن هلا ويه‪ :‬ظننت وحسبت وخلت‬
‫وزعمت ورأيت وعلمت‬
‫حنو‪ :‬ظننت زیدا قائما وحسبت بكرا صديقا‬
‫حنو‪ :‬خلت اهلالل الحئا وزعمت زیدا صادقا‬
‫رأيت يعين‪ :‬القلبية حنو‪ :‬رايت اهلل أكرب لك يشء وعلمت الرسول صادقا‪ .‬وما أشبه ذلك‬

‫‪BAB NA’AT‬‬
‫‪Na’at adalah istilah atau nama untuk suatu sifat yang diletakkan‬‬
‫‪didalam susunan kalam guna untuk mensifati isim yang belum begitu‬‬
‫‪jelas sifatnya. Dan na’at mempunyai faedah sebagai penjelas jika yang‬‬

‫‪17‬‬
disifati isim ma’rifat dan berfaedah mengkhususkan jika yang disifati
isim nakiroh.
Sehingga na’at harus sesuai dengan man'ut nya dalam salah satu
dari empat segi dibawah ini:
1. segi i’robnya (rofa’, nasob, jer)
2. segi bentuknya (mufrod, tatsniyah, jama’)
3. segi jenis nya (muannats, mudzakar)
4. segi maknanya (nakiroh, ma’rifat)
Dikecualikan dari kaidah diatas artinya na’at tidak harus sesuai dengan
man'ut nya dalam empat segi, hanya cukup dim dua segi saja (segi ke satu
dan keempat). Ketika na’at merofa’kan isim dzohir atau dhomir baris.
contoh yang merofa’kan isim dhomir baris:
‫ وجاءين غالم رجل ضاربه هم‬، ‫ وجاءتين أمة رجل ضاربها هو‬،‫غالم امرأة ضاربته يه‬
Contoh yang merofa’kan isim dzohir:
‫مررت برجال قاملنی آباؤهم ورجل قاعدين غلمانه‬
Jadi hukumnya na’at ini seperti hukum susunan fi’il dan fa’ilnya
(harus merobek muannats mudzakar).
Secara umum na’at dibagi menjadi dua: na’at hakiki dan na’at
sababi.
o Na’at hakiki artinya na’at yang menjelaskan sifat man'utnya (yang
disifati) sendiri.
contoh:
‫جاء زید العاقل‬
o Na’at sababi artinya na’at yang menjelaskan sifat sesuatu yang
berhubungan dengan man'utnya, contoh:
‫جاء زید العاقل أبوه‬
Dan na’at secara bentuk diperinci menjadi tiga : mufrod, jumlah, syibeh
jumlah.
- Na’at mufrod artinya na’at yang bukan jumlah atau serupa jumlah.
Secara asal na’at mufrod adalah berupa isim musytaq (Isim fa’il, isim
maf'ul, sifat musabiha, isim tafdil) contoh:

18
ُ ُ َ ٌ َ ‫ أكرم ر‬،‫جاء اتللميذ املجتهد‬
‫ سعيد تلميذ أعقل من‬، ‫حس ٌن خلقه‬ ‫ هذا رجل‬، ‫املحبوب‬ ‫خادلا‬
‫غريه‬
Namun kadang berupa isim jamid yang dita’wil (diartikan) musytaq
diantaranya:
1. Masdar yang jadi sifat. contoh:
‫ وأنت رجل عدل أي اعدل‬، ‫ أي موثوق به‬، ‫هو رجل ثقة‬
2. Isim isyaroh yang jadi sifat. contoh:
‫ يف املشار ايله‬،‫اكرم عليرا هذا‬
3. Isim mausul yang ada ‫ أل‬nya, contoh:
‫ أي املجتهد‬،‫جاء الرجل اذلي اجتهد‬
4. Isim adat yang menunjukkan bilangan man'utnya contoh :
.‫ أي معدودون بهذا العدد‬،‫جاء رجال أربعة‬
5. Isim yang akhir nya ada yak nisbat contoh:
‫ر‬
‫ منسوبا إىل دمشق‬،‫رأيت رجال دمشقيا‬
- Na’at berupa jumlah diperbolehkan dengan tiga persyaratan:
1. Man'utnya berupa isim nakiroh atau isim yang bermakna nakiroh yaitu
isim nakiroh yang kemasukan al ta’rif.
2. Jumlah yang jadi na’at adalah jumlah khobariyah bukan tolabiyah.
3. Mengandung robit atau dhomir yang kembali pada man'ut.
Adapun contoh na’at yang berupa jumlah fikliyah:
‫جاء رجل حيمل كتابا‬
na’at yang berupa jumlah ismiyah:
‫جاء رجل أبوه كریم‬

BAB ‘ATOF
‘Atof ada dua ‘atof bayan dan ‘atof nasaq.
o ‘atof bayan atau bisa dinamai ‘atof penjelas atau ‘atof tafsir atau
boleh dikatakan mana-mana kalimah yang berstatus penjelas isim
ma’rifat atau pentakhsis isim nakiroh sama mirip dengan na’at hanya
saja ‘atof bayan berupa isim jamid, Sehinggga ‘atof bayan pun harus
19
‫‪sesuai dengan ma’tufnya dalam salah satu dari empat segi seperti‬‬
‫‪na’at hakiki. Dan ‘atof bayan juga hampir mirip dengan badal‬‬
‫‪kulminkul sehingga setiap ‘atof bayan umumnya juga bisa di jadikan‬‬
‫‪badal kulminkul. Juga termasuk ataf bayan, lafadz atau‬‬
‫‪ tafsiriyah.‬أي ‪jumlah yang jatuh sesudah‬‬
‫‪o ‘atof nasaq artinya merujuk hukum sebelum nya dengan perantara‬‬
‫‪salah satu dari huruf ‘atof. Adapun huruf ‘atof itu ada sembilan‬‬
‫والواو‪ :‬ملطلق اجلمع حنو‪ :‬جاء زید وعمرو قبله‪ ،‬او معه‪ ،‬او بعده‪ ،‬والفاء‪ :‬للرتتيب واتلعقيب حنو‪{ :‬ثم‬
‫أماته فأقربه} سورة عبس‪ ،‬ثم للرتتيب والرتايخ‪{ :‬ثم إذا شاء أنرشه} سورة عبس‪ ،‬والعطف حبيت‬
‫ر‬
‫قليل ويشرتط فيه ان يكون املعطوف بها اسما ظاهرا وأن يكون بعضا من املعطوف عليه‪ ،‬واغية‬
‫هل حنو‪ :‬أكلت السمكة حىت رأسها؛ بانلصب؛ وجيوز اجلر ىلع أن حىت جارة كما تقدم يف املخفوضات؛‬
‫وجيوز الرفع ىلع أن حىت ابتدائية ورأسها مبتدأ واخلرب حمذوف‪ ،‬أي‪ :‬حىت رأسها مأكول‪ :‬وأم‪ :‬لطلب‬
‫اتلعينی إن اكنت بعد همرة داخلة ىلع أحد املستوینی؛ وأو‪ :‬للتخيري أو اإلباحة بعد الطلب حنو‪:‬‬
‫تزوج هندا أو اختها‪ ،‬وحنو‪ :‬جالس العلماء أو الزهاد‪ ،‬وللشك أو اإليهام أو اتلفضيل بعد اخلري حنو‪:‬‬
‫{قالوا بلثنا يوما أو بعض} سورة الكهف؛ {وإنا أو إياكم لعىل هدى} سورة سبا‪( :‬وقالوا كونوا هودا‬
‫أو نصاری} ؛ وإما بكرس اهلمزة مثل أو بعد الطلب واخلرب حنو‪ :‬جتوز اما هندا او اختها؛ وبقية‬
‫األمثلة واضحة وقيل‪ :‬إن العطف إنما هو الواو‪ ،‬وأن أما حرف تفصيل اكألوىل ألنه حرفها تفصيل؛‬
‫ر‬
‫ویل‪ :‬لإلرضاب اغبلا حنو‪ :‬قام زید بل عمرو؛ لكن حرفها حتصيل‪ ،‬ویل‪ :‬اإلرضاب اعيلا رحو‪ :‬قام‬
‫زید بن عمرو لكن‪ :‬لالستدراك حلو‪ :‬مررت رجل صالح لكن طالح! وال‪ :‬لليف احلكم عما‬
‫بعدها حنو‪ :‬قام زید ال عمرو‬
‫‪Adapun prosedur ‘atof nasaq diantaranya:‬‬
‫‪1. jika ma’tuf berupa isim maka ma’tuf ‘aleh juga harus isim boleh‬‬
‫‪berupa işim dzohir ataupun isim dhomir.‬‬
‫‪Contoh ‘atof isim dzohir pada isim dzohir:‬‬
‫جاء زهري وأسامة‬
‫‪Contoh ‘atof isim dhomir pada isim dhomir :‬‬
‫أنا وأنت صديقان وحنو أكرمتهم وإياكم‬
‫‪Contoh ‘atof isim dhomir pada isim dzohir :‬‬
‫جاءين عيل وأنت وحنو أكرمت سليما وإياك‬
‫‪20‬‬
Contoh ‘atof isim dzohir pada isim dhomir :
‫ما جاءين إال أنت وعيل وحنو ما رايت إال إياك وعليا‬
Namun ketika dhomir berupa dhomir muttasil marfu’ dan dhomir
mustatir yang lebih baik adalah menghadirkan dhomir munfasil sebagai
taukid contoh:
} ‫ ومنه قوهل تعاىل { إذهب أنت وربك‬،‫جئت أنا وعيل‬
atau boleh di pisah dengan selain dhomir contoh:
‫ يف اآلية‬،"‫ فقد عطف "من‬، }‫ وقوهل {ما أرشكنا وال آباؤنا‬، }‫كقوهل تعاىل {يدخلونها ومن صلح‬
،"‫ وعطف "آباء‬،‫ اليت يه ضمري املفعول به‬،"‫ وهو "ها‬،‫ لوجود الفاصل‬،"‫ ىلع الواو يف "يدخلونها‬،‫األوىل‬
‫ وذلك جائز‬،"‫ وهو "ال‬،‫ لوجود الفاصل‬،"‫ ىلع "نا" يف "أرشكنا‬،‫يف اآلية اثلانية‬
2. jika ma’tuf berupa fi’il maka ma’tuf ‘aleh juga harus fi’il dengan
persyaratan keduanya berzaman sama meskipun jenisnnya berbeda
contoh
‫ حنو إن تيجء اكرمنك واعطك ما‬،‫ أم اختلفا‬، }‫قوهل تعاىل {وإن تؤمنوا وتتقوا يؤتكم أجوركم‬
‫ترید‬
BAB MAF’UL FIH
Maf'ul fih (dzorof) adalah isim yang dibaca nasob yang menyimpan
makna yang bersetartus sebagai penjelas zamannya fi’il atau tempatnya
fi’il. Dzorof dibagi menjadi dua dzorof zaman dan dzorof makan.
1. Dzorof zaman ada dua. dzorof zaman yang mubham dan dzorof zaman
yang mukhtas /ma'akot. Dzorof zaman mubham artinya dzorof zaman
yang kadarnya tidak jelas contoh:
‫ وزمان‬، ‫ ووقت‬، ‫ وحنی‬، ‫ أمد‬، ‫أبد‬
Dzorof zaman mukhtas artinya dzorof zaman yang jelas kadarnya
contoh:
‫ واعم‬، ‫ وسنة‬، ‫ وشهر‬، ‫ وأسبوع‬، ‫ ويللة‬، ‫ ویوم‬، ‫ساعة‬
2. Dzorof makan juga dibagi dua. Dzorof makan mubham dan mukhtas.
Dzorof makan mubham artinya dzorof yang mempunyai arti mubham
(tidak tertentu)

21
)‫ ويسار (ومثلها شمال‬،‫ ويه "امام (ومثلها قدام) ووراء (ومثلها خلف) ویمنی‬،‫اكجلهات الست‬
‫ وكجانب‬،‫ وحنوها‬،‫ وكأسماء املقادير املاكنية كميل وفرسخ وبرید وقصبة وكيلومرت‬،"‫وفوق وحتت‬
‫ وحنوها‬،‫وماكن وناحية‬
Dzorof makan yang mukhtas artinya dzorof makan yang maknanya
tertentu (jelas).
.‫ ومنه أسماء ابلالد والقرى واجلبال واألنهار وابلحار‬.‫كدار ومدرسة ومكتب ومسجد وبدل‬
Setiap kalimah yang berstatus dzorof pasti mempunyai ta’alluq
berupa fi’il atau serupa fi’il sepeti halnya jer majrur. Sebab
hakekatnya dzorof bagian dari jer majrur. Adapun ta’alluqnya dzorof
umumnya itu tertulis di susunan sebelumnya kecuali kalau dzorofnya
adalah dzorof yq tam maka ta’alluqnya pasti tersimpan.. seperti yang
terjadi pada dzorof yang statusnya sebagai khobar / hal / sifat / silah.

BAB MAF’UL BIH


Maf’ul bih adalah istilah untuk isim yang dibaca nasob yang
menjadi obyek fa’il (jatuhnya pekerjaan fa’il) Maf'ul bih dibagi dua:
- Maf’ul bih isim dzohir contoh:
‫رضب زید عمرا‬
- Maf'ul bih isim dhomir ada dua macam.
Dhomir muttashil, contoh:
‫أكرمين‬
Dhomir munfasil, contoh:
‫أكرمت إياك‬
Maf’ul bih terkadang tidak hanya satu bahkan kadang lebih dari
satu jika fi’ilnya bisa muta’adi pada maf’ul lebih dari satu. Contoh:
‫علمت زيدا عالما‬

BAB MAF'UL MUTLAQ


Maf'ul mutlak Adalah istilah untuk masdar yang berstatus untuk
‘amilnya sebagai:

22
o taukid (penjelas) makna ‘amilnya. contoh:
‫رضب زید رضبا‬
o penjelas bilangan ‘amilnya. contoh:
‫رضب زید رضبتنی‬
o penjelas bentuknya. contoh:
‫رضبت زیدا رضبا األمري‬
o pengganti pelafatan fi’il nya yang terbuang. contoh:
‫صربا ىلع الشدائد‬
‫ر‬
‫"سقيا لك ورعيا* صربا ىلع الشدائد* أتوانيا وقد جد قرناؤك؟ * محدا وشكرا ال كفرا* عجبا‬
"‫لك* وبل الظاملنی* تبا للخائننی* وحيك* أنت صديیق حقا‬
Adapun ‘amilnya yang biasa menasobkan maf’ul mutlak itu ada tiga:
- Fi’il tam. contoh:
‫رضبت زیدا رضبا‬
- Sifat musyabihat. contoh:
‫رأيته مرساع إرسااع‬
- Masdar contoh:
‫ر‬
‫فرحت باجتهادك اجتهادا حسنا‬

‫ر‬
‫وبراءة هل مما ال يليق‬ ‫ ومعىن "سبحان اهلل" تزنیها هلل‬،"‫ ومعاذ اهلل‬،‫ومن هذه املصادر "سبحان اهلل‬
‫ر‬
.‫ وال يستعمالن إال مضافنی‬،‫ أي أعوذ به‬،‫ وعىم "معاذ اهلل" عياذا باهلل‬.‫به‬

MAF’UL MIN AJLIH


Maf’ul min ajlih adalah istilah untuk isim yang dibaca nasob yang
berstatus penjelas penyebab terjadinya pekerjaan. Adapun syarat-syarat
maf'ul min ajlih itu ada tiga:
1. Berupa masdar
2. Tergolong bahasa perasaan (hati)
3. Antara masdar, fi’il dan fa’il zamannya sama

23
Jika tidak memenuhi persyaratan tiga tersebut maka tidak boleh
dihukumi nasob sebab menjadi maf’ul min ajlih, akan tetapi harus
dijerkan dengan huruf jer yang mempunyai makna ta’lil. contoh:
َ
‫جئت للقراءة واألرض وضعها لالنام‬

BAB HAL
Hal adalah istilah untuk sifat yang dimunculkan guna untuk
menjelaskan tingkah / keadaan Isim yang disifati. Hukum-Hukum yang
berkaitan dengan hal diantaranya:
1. Berupa isim nakiroh, jika terpaksa ada yang berupa isim ma’rifat maka
harus di ta’wil nakiroh. Contoh: ‫جاء زید وحده أي منفردا‬
2. Yang umum hal berupa isim musytaq jika berupa jamid maka harus di
ta’wil musytaq. seperti contoh :
‫ر‬
‫ أي مرتتبنی‬،‫ مضيئة؛ بعته يدا بيد أي متقابضنی؛ وأدخلوا رجال رجال‬:‫بدت اجلاریة قمرا أي‬
3. Hal tidak di muncul kan kecuali jatuh sesudah kalam tam.
4. Shohibul hal berupa isim ma’rifat atau boleh berupa isim nakiroh
dengan musawwigh / ketentuan yang memperbolehkan.
5. Hal secara umum berupa isim musytaq namun juga tidak jarang hal
berupa jumlah atau syibeh jumlah yang tam (sempurna) dengan uraian
sebagai berikut:
o Hal berupa jumlah (fi’liyah / ismiyah) itu sebenarnya hanyalah
ta’wilan dari isim musytaq. Contoh:
‫ر‬
‫ واتلأویل جاء راكضا وذهب متحدرا‬."‫"جاء سعيد يركض" وحنو "ذهب خادل دمعه متحدر‬
‫دمعه‬
Adapun persyaratan jumlah yang menjadi hal diantaranya yaitu:
1. Berupa jumlah khobariyah bukan jumlah insyaiyah.
2. Mengandung robit yang mengaitkan dengan sohibul hal dan robit
adakalnya berupa dhomir. contoh:
‫جاء زید حيمل املاء‬
adakalnya berupa huruf wawu. contoh:
‫لنئ أكله اذلئب وحنن عصبة‬
24
adakalanya berupa dhomir dan wawu. contoh:
‫جاء زيد وثوبه جيد‬
o Hal berupa syibeh jumlah. Syibeh jumlah menjadi hal sebenarnya
bukan syibeh jumlah itu sendiri yang menjadi hal akan tetapi yang
menjadi hal adalah isim musytaq yang menjadi ta’alluqnya yang
tersimpan. Contoh :
".‫ وحنو "نظرت العصفور ىلع الغصن‬،"‫"رأيت اهلالل بنی السحاب‬

BAB TAMYIZ
Tamyiz adalah istilah untuk isim nakiroh yang berstatus sebagai
penjelas / tafsir kemubhaman suatu zat (benda) atau nisbat (golongan)
atau bisa dinamai mana-mana isim nakiroh yang dimunculkan sebagai
tafsir yang menyimpan makna ‫ من‬bayaniyah. Sama seperti hal
menyimpan makna ‫ في‬. contoh :
‫ر‬
‫ وإذا قلت "طاب املجتهد‬،‫ فاملعىن أنك اشرتیت عرشین من الكتب‬،"‫"اشرتیت عرشین كتابا‬
‫ر‬
‫ فاملعىن أنه طاب من جهة نفسه‬،"‫نفسا‬
Hukum-hukum tamyiz diantaranya: Tamyiz berupa isim nakiroh
dan Tamyiz tidak muncul kecuali sesudah kalam tam.
Tamyiz dibagi menjadi dua: tamyiz zat /tamyiz mufrod dan
tamyiz nisbat/tamyiz jumlah.
 Tamyiz zat artinya tamyiz yang menafsiri isim mubham dan tamyiz
zat ini kadang dengan bentuk lain yaitu di jerkan dengan ‫ من‬contoh:
‫ وملء السوق من كتب‬، ‫عندي رطل من زیت‬
Adapun zat mubham yang dimaksud dalam Bab tamyiz diantaranya
yaitu:
1. isim adat, contoh:
‫ر‬
‫ وملكت تسعنی هلجة؛‬،‫اشرتیت عرشین غالما‬
Dan isim adat ada dua:
o Adat sorih artinya adat yang jelas bilangannya seperti :
‫الواحد والعرشة واألحد عرش والعرشین وحنوها‬
o Adat mubham artinya adat yang tidak jelas bilangannya,
seperti :

25
‫كم وكأين وكذا‬
2. nama takaran seperti (‫)مثقال قصبة قنطار صاع ذراع‬. contoh:

‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬


‫ "عندي‬،"‫ " اعط الفقري صااع قمحا‬،‫ "لك قنطار عسال‬،"‫مثقال ذرة خريا " عندي قصبة أرضا‬
‫ر‬
"‫ذراع جوخا‬
3. nama serupa takaran seperti ‫ شرب مد مثقال‬contoh:
‫ر‬
" ‫ اشرتیت قفزيا برا وشربا أرضا‬.‫عندي مد ابلرص أرضا‬
4. sesuatu yang menjadi cabang dari tamyiz. contoh :
‫ وجبة خزا‬،‫ وباب ساجا‬،‫هذا خاتم حديدا‬
 Tamyiz nisbat / tamyiz jumlah artinya tamyiz yang Menafsiri jumlah
yang mubham nisbatnya. Tamyiz nisbat ini ada kalanya muncul dari
dari fa’il. contoh:
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫ وطاب حممد نفسا‬،‫ وتفقأ بكر شحما‬،‫تصبب زید عرقا‬
ada kalanya munculnya dari maf’ul. Contoh :
‫وفجرنا االرض عيونا‬
adakalanya munculnya dari selain fa’il atau maf’ul. contoh:
‫ وامجل منك وجها‬،‫ وزید أكرم منك آبا‬،‫أنا أكرث منك ماال‬

BAB ISTITSNA’
Istitsna’ adalah mengecualikan / mengeluarkan hukum sesuatu
yang jatuh sesudah adat istitsna’ dari hukum sebelum adat istitsna’ (jadi
sesuatu yang sebelum adat istitsna’ dinamakan mustatsna minhu yang
sesudah nya dinamakan mustatsna).
Adat istitsna’ ada delapan yang satu berupa huruf yaitu ‫ إال‬yang
dua berupa isim yaitu ‫ غير‬dan ‫ سوی سوی سواء‬yang dua fi’il yaitu ‫ ليس‬dan
‫ ال يكون‬dan yang ketiga fi’il berkarakter huruf yaitu: ‫ خال عدا حاشا‬.
Mustatsna dibagi menjadi dua mustatsna muttasil dan munqothi’.
Muttasil artinya mustatsna termasuk jenisnya mustatsna minhu dan
istitsna’ ini mempunyai faedah takhsis. Contoh :

26
‫ر‬
"‫"جاء املسافرون إال سعيدا‬
Munqothi’ artinya mustatsna bukan termasuk jenisnya
mustatsna minhu dan istitsna’ ini mempunyai faedah istidrok. Contoh :
"‫"احرتقت ادلار إال الكتب‬
Hukum hukum mustatsna:
1. Istisna dengan ‫( إال‬munqothi’ ataupun muttasil) di baca nasob ketika
jatuh sesudah kalam tam mujab (tam artinya kalam yang
menyebutkan mustatsna minhu dan mujab artinya yang tidak
didahului nafi atau istifham atau nahi)
contoh yang muttasil :
‫قام القوم إال زیدا وخرج انلاس إال عمرا‬
contoh yang munqothi’:
‫قام القوم إال محارا‬
2. Istitsna’ dengan ‫ إال‬yang muttasil dan jatuh sesudah kalam tam yang
bukan mujab hukumnya boleh wajah dua, boleh badal boleh nasob
menjadi istitsna’:
‫ما قام القوم إال زید وإال زیدا‬
َ َ َ َ َ ٌ َ ُ َ ٌ َ َ ُ َ
‫َما ف َعلو ُه إال قليل من ُهم (سورة النساء) َوال يَلتَفت منكم أ َحد إال ام َراتك (سورة هود) قال‬
َ َ َ َ ‫َو َمن َيقنُط من َر‬
)‫محة َربه إال الضالون (سورة احلجر‬
3. Istitsna’ dengan ‫ إال‬yang munqothi’ dan jatuh sesudah kalam tam
yang bukan mujab hukumnya wajib nasob contoh :
َ َ َ َ
‫ر‬
‫محارا‬ ُ
‫القوم إال‬ ‫ ما قام‬،)‫َما ل ُهم به من علم إال اتبَاع الظن (سورة النساء‬
4. Mustatsna yang jatuh sesudah kalam yang tidak tam/kalam naqis
(kalam yang mustatsna minhu nya tidak disebut) atau biasanya
dinamakan istitsna’ mufarrog hukumnya dibaca sesuai dengan
tuntutan ‘amilnya contoh:
‫ر‬
‫ وما مررت إال بزید‬،‫ وما رأيت إال زیدا‬،‫ما قام إال زید‬
Istitsna’ mufarrog ini tidak bakal terjadi di selain kalam yang manfi.
)‫(كواكب اذلریة‬

27
o Istisna dengan ‫ غير‬dan ‫ سوى سوى سواء‬selalu diidhofahkan artinya
mustatsna selalu dibaca jer, sebab menjadi mudhof ilaih dari adat
tersebut. Dan hukum I’robnya adat tersebut seperti hukumnya
mustatsna dengan ‫ إال‬.
1. Dibaca nasob jika jatuh sesudah kalam tam yang mujab. contoh :
‫قام القوم غري زید‬
2. Boleh dua wajah jika jatuh sesudah kalam tam yang manfi. contoh :
‫ما قاموا غري زید أو سوى زید‬
3. Dibaca sesuai dengan tuntutan ‘amilnya jika jatuh sesudah kalam
naqis. contoh :
‫ وما مررت بغري زید‬،‫ وما رأيت غري زید‬،‫ما قام غري زید وسوى زید‬
o Istitsna’ dengan ‫ ليس‬dan ‫ ال يكون‬hukumnya hanya dibaca nasob sebab
jadi khobar. contoh:
‫قام القوم ليس زیدا وال يكون زیدا‬
o Istitsna’ ‫ خال وعدا وحاشا‬boleh wajah dua jer dan nasob. contoh:
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫ وعدا زیدا وعدا زید وحاشا زیدا وحاشا زید‬،‫قام القوم خال زیدا وخال زید باجلر‬
Jika dibaca jer maka menganggap adat huruf jer. Jika dibaca nasob
maka diangggap fi’il.

BAB IDHOFAH
Idhofah artinya mengaitkan dua isim dengan mentakdirkan
(mengira-ngirakan) huruf jer. Idhofah di bagi dua idhofah lafdziyah dan
idhofah ma’nawiyah. Idhofah ma’nawiyah artinya idhofah yang
mempunyai makna ta’rif (ketika mudhof ilaih berupa ma’rifat) contoh
‫ دار زيد‬atau makna takhsis (ketika mudhof ilaih nakiroh). Contoh: ‫غالم‬
‫رجل‬
Idhofah lafdziyah artinya idhofah yang tidak mempunyai faedah
ta’rif atau takhsis dan tujuan nya hanyalah untuk takhfif (mamperingan)
dengan membuang tanwin atau nun tastniyah atau nun jama’. Adapun
ketentuannya (idhofah lafdziyah) adalah:

28
- Mudhof berupa isim sifat (Isim fa’il, isim maf’ul, sifat musyabihah).
- Mudhof ilaih berupa fa’ilnya atau maf’ulnya. contoh :
‫ اعرش رجال‬، ‫ انرص رجال مهضوم احلق‬، ‫ رأيت رجال نصار املظلوم‬، ‫هذا الرجل طالب علم‬
‫حسن اخللق‬
Hukum mudhof ada dua: harus sepi dari tanwin atau nun tatsniyah atau
jama’ dan harus sepi dari ‫أل‬
Idhofah ada 4 Macam:
1. Idhofah lamiyah artinya idhofah yang mentadirkan makna lam
(ikhtisos /milki). contoh:
‫ أخذت بلجام الفرس‬، ‫هذا حصان عيل‬
2. Idhofah bayaniyah artinya idhofah mentadirkan makna min dengan
ketentuan mudhof ilaih merupakan jenis dari mudhof. contoh:
‫هذا باب خشب ذاك سوار ذهب هذه أثواب صوف‬
3. Idhofah dzorfiyah artinya idhofah yang mentakdirkan makna ‫في‬
dengan ketentuan mudhof ilaih merupakan dzorof untuk mudhof.
contoh :
‫أخذت ماء الكوز‬
4. Idhofah tasbihiyah artinya idhofah yang mentakdirkan makna kaf
tasbih dengan ketentuan memudhofkan musyabbah bih pada
musyabbah. contoh :
‫وانترث لؤلؤ ادلمع ىلع ورد اخلدود‬

‫ألف ألف صىل اهلل ىلع حممد‬

29
DAFTAR ISI
BAB KALAM ......................................................................................... 1
MENGENAL JUMLAH DAN SYIBEH JUMLAH............................... 3
BAB MU’ROB DAN MABNI ............................................................... 5
BAB FA’IL ........................................................................................... 12
BAB NA’IBUL FA’IL .......................................................................... 14
MUBTADA’ DAN KHOBAR ............................................................. 15
‘AMIL YANG MASUK MUBTADA’ DAN KHOBAR ..................... 17
BAB NA’AT ......................................................................................... 17
BAB ‘ATOF.......................................................................................... 19
BAB MAF’UL FIH............................................................................... 21
BAB MAF’UL BIH .............................................................................. 22
BAB MAF'UL MUTLAQ .................................................................... 22
MAF’UL MIN AJLIH .......................................................................... 23
BAB HAL ............................................................................................. 24
BAB TAMYIZ ...................................................................................... 25
BAB ISTITSNA’ .................................................................................. 26
BAB IDHOFAH ................................................................................... 28

30

Anda mungkin juga menyukai