Anda di halaman 1dari 4

Nama: Oktafiani Olivia Rif’ati

Kelas: 1B PBA

Materi: Rivew materi maqtha’, nabr, tanghim

MAQTHA, NABR, TANGHIM

A. Tekanan (Nabr)
1. Pengertian Tekanan (Nabr)
Stres atau dalam bahasa Arab di sebut ‫ النبر‬secara bahasa berarti yang terjadi dan yang
nampak, atau bisa juga mimbar dalam masjid atau semacamnya. Makna umum ini diteliti pada
petunjuk istilahnya, karena ia dalam Ilmu Ashwat berarti pengucapan salah satu silabel kata
dengan gambaran lebih jelas dan lebih terang dibanding silabel-silabel lain disekitarnya.
Tekanan ini mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah berpola, mungkin juga
bersifat distingtif, dapat membedakan makna, mungkin juga tidak distingtif. Dalam bahasa
Inggris tekanan ini bisa bersifat distingtif, tetapi dalam bahasa indonesia tidak. Umpamanya,
kata blackboard diberikan tekanan pada unsur black maka maknanya papan tulis, kalau ditekan
pada unsur board berarti papan hitam. Dalam bahasa indonesia kata orangtua bila tekanan
dijatuhkan baik pada unsur orang maupun tua maknanya tetap sama saja.

2. Macam-Macam Tekanan
Pada setiap pelafalan bahasa Arab memiliki tingkatan tekanan yang berbeda-beda selama
pelafalan ini berada dalam kata. Seperti dalam contoh kalimat ‫ك؟‬::‫ف حال‬::‫ كي‬. kalimat tersebut
mengantung 4 tingkatan dalam tekanan. Adapun kata ‫( كيف‬kayfa) terdiri atas dua satuan atau dua
suku kata yaitu ‫( كي‬kay) dan ‫( ف‬fa). Satuan atau suku kata yang pertama mengandung tekanan
yang lebih kuat dari pada satauan-satuan atau suku kata yang lain dalam kalimat tersebut.
Tekanan yang kuat disebut dengan tekanan pertama. Tekanan ini disimbolkan dengan
simbol: / \ /. Adapun satuan yang ketiga dari kalimat di atas termasuk jenis yang pendek tetapi
memanjang yang mendapatkan tingkatan yang lebih tinggi dari satuan-satuan sebelumnya
kecuali terhadap tekanan yang pertama. Tekanan yang berada pada tingkatan setelah tekanan
pertama dari segi kuatnya tekanan disebut dengan tekanan kedua. Tekanan kedua ini
disimbolkan dengan simbol / ˄ /.
Tekanan yang terletak pada suku kata yang keempat merupakan tekanan yang tingkatanya
berada posisi ketiga dari segi kekuatannya. Tekanan ini disebut dengan tekanan pertengahan
yang disimbolkan dengan / / / atau biasanya juga tanpa menggunakan simbol. Adapun tekanan
yang terletak pada suku kata yang kedua merupakan tekanan lemah dan disimbolkan dengan /
˅ /. Maka jika disimbolkan kalimat ‫ كيف حالك‬adalah sebagai berikut:
\ ˅ ˄ /
‫ لك ؟‬، ‫حا‬ ، ‫ ف‬، ‫كي‬
1 2 3 4
Kuatnya dan lemahnya tekanan merupakan perkara yang dipengaruhi oleh makna. Jika kita
mengatakan suatu suku kata tertentu atau yang spesifik maka sesungguhnya suku kata
tersebutlah yang memiliki tekanan paling kuat. Akan tetapi makna disini tidak kita hukumi
sebagai tekanan. Sebagaimana disebutkan di atas, tekanan dalam bahasa Arab terbagi menjadi 4
yaitu tekanan pertama, kedua, pertengahan dan lemah. Tekanan-tekanan tersebut memiliki
simbol yang membedakan tekanan yang satu dengan yang lainnya.

3. Kaidah-Kaidah Tekanan
Pada bagian ini kita akan memfokuskan pembahasan terkait kaidah Sesuat dengan
literature fonetik bahasa Arab yang banyak beredar kita dapat menyimpulkan letak tekanan
dalam bahasa Arab sebagai berikut:
a. Tekanan pada penggalan kata pertama
Fenomena ini terjadi apabila tiga penggalan kata terbuka dan pendek terdapat berturut-turut
dalam satu kata, seperti (‫)ح – ر – م‬. Atau kata tersebut mempunyai lebih dari tiga penggalan
kata, dimana tiga penggalan kata pertama terdiri atas penggalan kata pendek dan terbuka seperti
(‫ ة‬- ‫ ق – ب‬-‫)ر‬atau sebuah kalimat yang hanya terdiri atas satu penggalan kata saja ( ‫ ناس‬,‫ )نار‬ketik
waqaf.
b. Tekanan pada penggalan kata terakhir
Terjadi apabila penggalan kata tersebut dari wazan (CVVC), seperti (‫ )عبن‬dalam kata (
‫ )نستعين‬atau wazan (CVCC) ketika waqaf ( ‫ )تقّر‬dalam kata (‫)مستقر‬.
c. Tekanan pada penggalan kata sebelum akhir
Terjadi apabila penggalan kata yang teerakhir tidak dari dua wazan yang baru disebut
diatas dan dalam kata itu tidak terdapat tiga penggalan kata yang sama CV (pendek terbuka)
seperti (‫ )لُصْر َاَخ اَك َظاِلَم ا َاْو ُم ْظُلْو َم ا‬maka tekanan jatuh pada penggalan kata-kata sebelum akhir.
d. Tekanan pada penggalan kata ketiga dari akhir
Hal ini terjadi pada kondisi-kondisi sebagai berikut:
- Apabila dua penggalan kata sebelum akhir dari wazan (CV) seperti ( ‫ ابتكر‬,‫( )ازدهر‬CVC-CV-CV-
CV) maka akan jatuh pada dad an ta.
- Apabila penggalan kata yang ketiga dari akhir dari wazan (CVC) dan sebelum akhir dari wazan
(CV) seperti ( ‫مركبك‬, ‫مقدمك‬,), (CVV-CV-CVC) maka tekanan jatuh pada penggalan kata ketiga
dari akhir.
- Apabila penggalan kata yang terakhir dari wazan (CVV) dan yang sebelumnya dari
wazan (CV), seperti pada (‫ بكروا‬,‫)قدموا‬, (CV-CV-CVV) maka teknan jatuh pada penggalan kata
yang ketiga dari akhir.

B. Intonasi (Tanghim)
1. Pengertian Intonasi (Tanghim)
Intonasi adalah sebuah unsure dalam ucapan yang dapat membantu seseorang untuk
mengekspresikan sesuatu yang terdapat dalam hati dan perasaannya. Yang terjadi dengan naik
turunnya suara. Intonasi dalam banyak hal mempunyai fungsi kebahasaan yang sangat penting,
dengan intonasi makna suatu kalimat dapat berbeda.
Intonasi dapat terjadi dalam perpindahan dari suatu bunyi ke bunyi yang lain, sebagaimana
terjadi dalam perpindahan dari kalimat ke kalimat lain dengan naik, turun atau samanya intonasi
suara disbanding dengan suara yang sebelum atau sesudahnya.
Pada tataran kalimat, variasi-variasi nada pembeda maksud disebut intonasi. Intonasi dapat
diuraikan berdasarkan ciri-cirinya yang berupa tekanan, tempo dan nada. Tekanan adalah ciri-
ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran. Tempo adalah waktu yang dibutuhkan untuk
melafalkan suatu arus ujaran. Dalam bahasa Arab tempo ini diukur dengan satuan tempo
lamanya menggunakan huruf alif. Sedang nada adalah unsur suprasegmental yang diukur
berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran. Kenyaringan ini terjadi karena
getaran selaput suara.
Secara non linguistik, variasi nada ini bisa menunjukkan kadar emosi penutur. Misalnya,
nada tinggi tajam menunjukkan kemarahan, nada rendah menunjukkan kesusahan, dan nada
tinggi menunujukkan kegembiraan.
Namun dalam hal ini, jauh berbeda dengan bahasa Arab, karena pada umumnya orang
Arab menggunakan intonasi yang keras dan tinggi pada situasi apapun sehingga tidak dapat
menunjukkan kadar emosi penutur. Misalnya dalam pegucapan kalimat salam, mereka
menggunakan nada yang tinggi. Yang tentunya berbeda dengan pengucapan kalimat salam oleh
orang Indonesia.
2. Jenis-jenis Intonasi
Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya tiga macam nada, nada rendah biasa
dilambangkan dengan angka “1”, nada sedang biasa dilambangkan dengan angka “2”, dan nada
tinggi biasa dilambangkan dengan angka “3”. Dengan dasar kajian pola-pola nada ini, kalimat
bahasa indonesia dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya
(interogratif), dan kalimat perintah (imperatif).
Kalimat berita (deklaratif) ditandai dengan pola intonasi datar-turun.
 Rumáh sekarang máhal.
2 33 / 2 33 / 2 31t#
Kalimat tanya (interogratif) ditandai dengan pola intonasi datar-naik.
 Apa rumáh sekaráng mahal ?
2- 32 / 2 33 / 2 33n#
Kalimat perintah (imperatif) dutandai dengan pola intonasi datar-tinggi.
 Kamu kesini !
2 33 / 3 33 g#[1]

3. Fungsi Intonasi (Tanghim)


Intonasi mempunyai banyak fungsi kebahasaan. Diantaranya ada yang bersifat umum,
berlaku untuk semua bahasa, sebagian lainnya bersifat khusus yang hanya berlaku untuk bahasa
tertentu saja. Diantara fungsi kebahasaan dari intonasi adalah sebagai berikut:
a. Fungsi semantik, yang membedakan arti dari suatu kata atau kalimat. Suatu kata atau kalimat
jika dituturkan dengan intonasi yang berbeda dapat berdampak pada arti yang berbeda pula.
Seperti kata “Astagfirullah” jika dituturkan dengan intonasi menurun artinya adalah minta
ampun kepada Allah. Tetapi jika dituturkan engan naik, turun, naik maka bias berarti omelan,
karena tidak mengikuti aturan.
b. Fungsi ketatabahasaan, yang membedakan bentuk-bentuk kalimat. Suatu kalimat jika dituturkan
dengan intonasi yang berbeda dapat merubah bentuknya dari kalimat berita menjadi kalimat seru
atau Tanya. Contoh “‫ ”وصل القطار‬jika dituturkan dengan intonasi mendatar akan menjadi kalimat
berita, dan jika dituturkan dengan intonasi naik maka merupakan kalimat Tanya. Sedangkan
apabila dituturkan dengan intonasi naik turun maka kalimat tersebut menjadi kalimat takjub atau
heran.
c. Fungsi ekspresi kejiwaan, menunjukan sikap kejiwaan penutur. Seperti kalimat “ ‫لقد كسرت الباب مر‬
‫ ”ة اخرى‬apabila dituturkan dengan intonasi biasa kalimat tersebut berarti “saya tidak mengerti
maksudmu, coba ulangi ucapan anda” dan apabila dituturkan dengan intonasi naik maka akan
berarti persetujuan dan menguatkan pengertian. Dan jika naik turun berarti heran atau takjub.

C. Maqtha’

1. Pengertian

Menurut kamus Al-Munawwir secara bahasa maqtha’ berasal dari kata ‫ القطــع‬yang artinya
adalah potongan, sedangkan adaby berasal dari kata ‫ األدب‬yang artinya sastra. Jadi, teknik
tarjamah maqtha’ adaby yaitu sebuah teknik menerjemah di mana peserta didik menerjemahkan
teks bacaan yang ditulis dengan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Teks bacaan itu dibuat
berdasarkan poin-poin bab yang akan dipelajari peserta didik, misalnya peserta didik akan diajari
kosakata dan struktur nahwu bab pelajaran berikutnya, maka teks itu merupakan kutipan dari text
sastra yang ditulis dengan bahasa Arab atau guru bisa menulis potongan text yang mengandung
kaidah nahwu dan kosakata yang harus dipelajari. Penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia bisa dilakukan secara tulis, lisan atau tulis lisan secara bersamaan.

2. Langkah-langkah

Menggunakan tehnik tarjamah maqtha’ adaby Tehnik menerjemah ini memberikan


petunjuk dalam penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dengan memahami
terlebih dahulu jumlah fi’liyah dan untuk menterjemahkannya dalam bahasa Indonesia maka
padanan yang tepat adalah jumlah ismiyah, kemudian fi’il mabni ma’lum (kata aktif)
padanannya dalam bahasa Indonesia berbentuk majhul/ pasif, huruf jar, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai