Anda di halaman 1dari 11

BAB II

ILMU MA‘ĀNĪ

Definisi Ilmu Ma‘ānī

Yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengungkapkan ibaroh yang sesuai dengan ‫ مقتضى الحال‬dalam
berbagai situasi dan kondisi sehingga maksud dan tujuan bisa tersampaikan secara jelas dan gamblang.

Didalam ilmu ma’ani terdapat 6 bab, yaitu:

‫الباب األول‬
‫الخبر واإلنشاء‬

Setiap kalam itu ada kalanya yang berbentuk kalam khobar dan ada kalanya berupa kalam insya’. Yang
keterangannya sebagai berikut:

AL-KHOBAR (‫)الخبر‬

adalah kalam yang mungkin benar dan mungkin salah. Seperti contoh:

‫ وعلى مقيم‬، ‫سافر محمد‬

Sedangkan yang dimaksud dengan kebenaran suatu khabar adalah jikalau keberadaan khabar tersebut
sesuai dengan kenyataannya, sedangkan yang dimaksud dengan salahnya suatu khabar adalah apabila tidak
sesuai dengan kenyataan.

Adapun kalam insya’ adalah kalam yang tidak mengandung benar atau salahnya suatu perkara, karena
hanya bersifat menimbulkan/mewujudkan. Seperti contoh:

‫ أقم يا على‬، ‫سافرْ يا محمد‬

Pembagian kalam khabar

Khabar ada 2 macam, yaitu jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah.

1). Jumlah fi’liyah biasanya digunakan untuk meletakkan suatu pekerjaan di dalam zaman tertentu tapi
secara ringkas (tidak butuh lafadz bema’na zaman lagi).

Contoh ketika kita akan memberitahukan khabar kedatangannya zaid dalam zaman tertentu (misal zaman
yang sudah lewat), maka diucapkan ‫ جاء زيد‬. dan ketika hendak memberitahukan keberadaan zaid yang
sebentar lagi akan datang, maka diucapkan ‫يجيء زيد‬

2). Sedangkan jumlah ismiyah penggunaannya adalah hanya sekedar ingin menetapkan musnad pada
musnad ilaih saja, tidak memandang kapan pekerjaan tersebut terjadi.

Contoh ketika kita hanya sekedar memberi tahu mengenai berdirinya zaid saja, tidak bermaksud kapan toh
berdirinya, maka diucapkan ‫زيد قائم‬.

Kesimpulan:

Apabila kita hanya sekedar memberitahukan suatu khabar saja, tidak memandang kapan tejadinya khabar
itu, maka diucapkan ‫زيد قائم‬. Dan apabila tidak sekedar kasih informasi saja, akan tetapi ingin juga memberi
tahu kapan terjadinya pekerjaan tersebut, maka diucapkan ‫ قام زيد‬atau ‫( يقوم زيد‬memberi tahu kalau zaid
sudah berdiri atau akan berdiri).

Tujuan Khabar (‫)أغراض الخبر‬

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai (dimaksudkan) dari penyampaian suatu berita dalam kaitannya
dengan situasi dan kondisi si mukhotob:

(a) Fā’idah al-Khabar (‫)فائدة الخبر‬

Yaitu memberi tahu kepada mukhotob tentang kabar berita atau hukum yang terkandung dalam kalam
tersebut. Contohnya: ‫( حضر رئيس الجمهورية‬telah hadir presiden)

‫( جاء زيد‬Zaid sudah datang),

(b) Lāzim al-Fā’idah (‫)الزم الفائدة‬

Yaitu menyampaikan berita bahwa mutakallim mengetahui berita yang disampaikan, seperti seseorang
yang mengetahui temannya lulus ujian tetapi berita tersebut masih disembunyikan oleh yang
ْ ‫( َأ ْنتَ َن َجحْ تَ في‬engkau lulus ujian).
bersangkutan. Disebutkan ‫االخ ِت َبار‬

(c) Al-Fakhr (‫)الفخر‬

Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan kebanggaan (prestise). Contohnya sebagaimana sabda
Rasulullah:

ٍ ‫ب َب ْي َد َأ ِّني مِنْ قُ َري‬


‫ْش‬ َ ‫َأ َنا َأ ْف‬
ِ ‫ص ُح ال َع َر‬
Saya orang yang paling fasih berbahasa Arab selain itu saya berasal dari keturunan Quraisy.

(d) Izhhār al-Dha‘f(‫)إظهار الضعف‬

Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan atau menampakkan kelemahan.

Contohnya sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang kondisi Nabi Zakariya:

tA$s% Éb>u‘ ’ÎoTÎ) z`ydur ãNôàyèø9$# ÓÍh_ÏB Ÿ@yètGô©$#ur â¨ù&§9$# $Y6øŠx©

“Ia (Nabi Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi
uban….” (Q.S.Maryam [19]:4).

(e) Al-Istirhām dan al-Isti‘thāf (‫)االسترحام واالستعطاف‬

Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan kasih sayang dan belas kasihan. Contohnya:

‫هللا َو ُغ ْف َرا ِن ِه‬


ِ ‫ِإ ِّنيْ َفقِ ْي ٌر ِإلَى َع ْف ِو‬
Saya sangat mengharapkan ampunan dan magfirah dari Allah.

(f) Izhhār al-Tahassur ‘alā Syai’in Mahbub ‫) )إظهار التحسر على شيء محبوب‬

Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan rasa bersedih hati terhadap sesuatu yang dicintai.

Contohnya sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang isteri Imran yang
melahirkan anak perempuan bernama Maryam:

Contohnya:

$£Jn=sù $pk÷Jyè|Êur ôMs9$s% Éb>u‘ ’ÎoTÎ) !$pkçJ÷è|Êur 4Ós\Ré&

“Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, “Ya Tuhanku, Sesunguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan….” (QS. Āli ‘Imrān [3]: 36).
(g) Izhhār al-Faroh

Yaitu menyampaikan berita untuk memperjelas kebahagiaan

Contohnya:

‫جاء الحق وزهق الباطل‬

‫اضرب الخبر‬

Karena ruang lingkup bahasan ilmu Ma‘ānī berkaitan dengan efektivitas suatu berita yang sesuai dengan
situasi dan kondisi mukhotob, maka ada tiga bentuk penyampaian khabar yang dipergunakan mutakallim
untuk meyakinkan mukhotob:

(a) Al-Ibtidā’ī (‫)االبتدائي‬

Jika mukhotob tidak memiliki (tidak mengetahui) berita sama sekali mengenai suatu peristiwa, maka berita
yang disampaikan tidak perlu menggunakan taukīd (penguat/penegas), contohnya: ‫زيد جالس‬

(b) Al- Thalabī (‫)الطلبي‬

Jika mukhotob ragu atau bimbang mengenai kebenaran suatu berita, maka untuk meyakinkannya kita
cukup menggunakan satu taukid (penegas), contohnya: ‫إن زيدا جالس‬

(c) Al- Inkārī (‫)اإلنكاري‬

Jika mukhotob mengingkari kebenaran suatu berita atau tidak percaya dengan dengan adanya suatu
informasi, maka untuk meyakinkannya kita menggunakan satu taukid dulu, dan jika ternyata masih ingkar
maka ditambah dua taukīd atau lebih sesuai kadar ingkarnya, contohnya:

‫ان أخاك قادم‬

Jika masih ingkar, maka ditambah taukid lagi

‫إن أخاك لقادم‬

Jika masih ingkar juga, maka ditambah taukid lagi, dan begitu seterusnya

‫وهللا إن أخاك لقادم‬

Huruf Taukīd (‫)أحرف التوكيد‬

Ada beberapa huruf taukīd yang dipergunakan untuk memperkuat suatu berita sehingga mukhotob mantap
dengan kebenaran sesuatu yang disampaikan, yaitu:

‫ َأمَّا ال َّشرْ طِ َّي ِة‬،‫ َق ْد‬،ِ‫ َأحْ رُفُ ال َّت ْن ِب ْيه‬،‫الثقِ ْيلَ ُة‬
َّ ‫ ُن ْونُ ال َّت ْو ِك ْي ِد‬،‫ ُن ْونُ ال َّت ْو ِك ْي ِد ْال َخفِ ْي َف ُة‬،‫ اَل ُم ااْل ِ ْبتِدَ ا ِء‬،‫ ال َق َس ُم‬، َّ‫ َأن‬، َّ‫ِإن‬
alam Khabari (Pengertian, Pembagian, dan Tujuan) | Ilmu Maani

Kalam terbagi dua macam yaitu kalam khabari dan kalam insyai’. Kalam khabari atau jumlah khabariyyah
artinya kalimat berita. Kalau dalam bahasa Indonesia, kalimat berita diartikan kalimat yang memberikan
atau memaparkan sebuah kejadian/ peristiwa. Lalu dalam ilmu maani kalimat berita dideifinisikan apa ya?

Kalam Khabari

Pengertian Kalam Khabari

ُ‫َمااحْ َت َم َل الص ِّْد ُق َو ْالك ِْذب‬

Kalam khabari adalah pernyataan yang mengandung kebenaran dan kebohongan.


ً ‫ َو َكاذِبا ً إن كان م َُخالِفا‬،‫ان ُم َط ِابقا ً ل ِْل َواق ِِع‬
َ ‫ِق ِإ َذا َك‬ َ ‫ِصاح ِِب ِه ِبَأ َّن ُه‬
ٌ ‫صاد‬ َ ‫ه َُو َما يُمْ كِنُ ْال َق ْو ُل ل‬
Kalam Khabari adalah kalimat yang pembicaranya dapat dikatakan sebagai orang yang benar apabila sesuai
dengan kenyataan dan pembohong apabila berlainan dengan kenyataan.

Kalam Khabari ini disebut pula “Jumlah Mufidah“ dan setiap jumlah mempunyai 2 rukun, yaitu:

1. Mahkum alaih, yaitu yang dikenai hukum.

2. Mahkum fih, yang dipakai hukum.

Dalam ilmu ma’ani mahkum alaih disebut musnad ilaih dan mahkum fih disebut Musnad.

Pola Kalam Khabari

Kalam khabari dilihat dari sisi pembentuknya dibuat dengan memakai dua pola, yaitu:

1. Jumlah ismiyyah

Yaitu kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Contoh:

‫َأ َنا مُسْ ِل ٌم‬

Artinya: Saya seorang muslim.

2. Jumlah fi’liyyah

Yaitu kalimat yang terdiri dari fi’il dan fa’il. Contoh:

َ‫َجا َء َأحْ َمد‬

Artinya: Ahmad telah datang.

Macam-macam Kalam Khabari

Bila dilihat dari keadaan mukhathab atau orang yang menjadi lawan bicara, kalam khabari terbagi tiga
macam:

1. Khabar Ibtidai

Khabar ibtidai adalah apabila mukhatab tidak mengetahui tentang berita tersebut dan berita yang
disampaikan tidak perlu menggunakan taukid. Contoh:

َ ‫َأب ُْو‬
ٌ‫ك َم ِريْض‬

Artinya: Ayahmu sakit.

2. Khabar Thalabi
Khabar thalabi adalah apabila mukhathab ragu-ragu atau bingung mengenai kebenaran suatu berita dan
diharapkan mukhathab menjadi yakin akan kebenaran berita tersebut. Berita yang disampaikan lebih baik
menggunakan taukid. Contoh:

َ ‫ِإنَّ َأ َبا‬
ٌ‫ك َم ِريْض‬

Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit.

3. Khabar Inkari

Khabar inkari adalah apabila mukhathab mengingkari kebenaran suatu pernyataan yang disampaikan.
Dalam khabar inkari harus menggunakan taukid lebih dari satu terganting tingkat keingkaran mukhathab.
Contoh:
ٌ‫ك لَ َم ِريْض‬َ ‫ِإنَّ َأ َبا‬
َ ‫هللا ِإنَّ َأ َب‬
ٌ‫اك لَ َم ِريْض‬ ِ ‫َو‬
Artinya: sesungguhnya ayahmu sakit | Demi Allah, sesungguhnya ayahmu sakit.

Catatan: Meskipun dalam bahasa Arab menggunakan taukid lebih dari satu tapi dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan hanya satu saja. Bila menggunakan banyak “sesungguhnya” dalam bahasa Indonesia
termasuk pemborosan kata.

Huruf Taukid

Huruf taukid berguna untuk menguatkan atau menegaskan dari pernyataan yang terdapat pada suatu
kalimat. Ada beberapa huruf yang bisa digunakan untuk taukid, diantaranya:

- ( َّ‫ )ِإن‬atau ( َّ‫)َأن‬.

Taukid ini masuk ke mubtada’ khabar dan menashabkan mubtada’. Contoh:


ٌ‫ك َم ِريْض‬َ ‫ِإنَّ َأ َبا‬
ٌ‫ك َم ِريْض‬َ ‫َأعْ لَ ُم َأنَّ َأ َبا‬
- Huruf sumpah

Yaitu (‫)و‬, (‫)ب‬, dan (‫)ت‬, dan memajrurkan kata setelahnya. Contoh:

‫هللا َأ َنا فِيْ َب ْند ُْونج‬


ِ ‫َو‬
- Lam ibtida’

Yaitu lam sebelum isim atau fi’il. Bedanya dengan lam huruf jar adalah lam ibtida’ tidak beramal sehingga
i’rab kata setelahnya tetap sesuai kedudukan dalam kalimat. Contoh:

َ ‫ان َأب ُْو‬


‫ك َم ِريْضًا‬ َ ‫لَ َك‬
- Nun taukid khafifah

Yaitu nun sukun diakhir fi’il. Contoh:

‫لَ َن ُك ْو َننْ م َِن ْال َخاسِ ِري َْن‬

Artinya: Sungguh kami akan termasuk orang-orang yang rugi.

- Nun taukid tsaqilah

Yaitu nun bertasydid di akhir fi’il. Contoh:

‫لَ َن ُك ْو َننَّ م َِن ْال َخاسِ ِري َْن‬

Artinya: Sungguh kami akan termasuk orang-orang yang rugi.


- Huruf tanbih

Huruf tanbih digunakan untuk menarik perhatian mukhathab. Contoh:

ِ ‫َأاَل ِإنَّ َنصْ َر‬


ٌ‫هللا َق ِريْب‬

Artinya: Ingatlah! Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

- Huruf Tambahan

Contoh:

ٍ ‫َما َأ َنا ِب َم ِري‬


‫ْض‬

- Huruf (‫) َق ْد‬

Huruf (‫ ) َق ْد‬untuk taukid fi’il.

َ ‫ان َأب ُْو‬


‫ك َم ِريْضًا‬ َ ‫َق ْد َك‬
Tujuan Khabar (‫)أغراض الخبر‬

Tujuan asal dari kalam khabari ada dua, yaitu:

1. Faidatul khabar

Yaitu menyampaikan suatu hukum yang terkandung dalam suatu kalimat kepada mukhathab. Contoh:

‫ض َر َرِئيْسُ ْال ُج ْمه ُْو ِر َي ِة‬


َ ‫َح‬
Artinya: Pak Presiden telah datang.

2. Lazimul khabar

Yaitu memberiatahukan mukhathab bahwa mutakallim megetahui suatu hukum. Contoh:


ٌ‫َأ ْنتَ َم ِريْض‬

Artinya: Kamu sakit.

Selain kedua tujuan di atas, ada beberapa tujuan kalam khabari sesuai dengan subjek mutakallim dalam
menyampaikan suatu pernyataan. Diantaranya:

1. Al-Fakhr (‫)الفخر‬

Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan kebanggaan (prestise). Contohnya sebagaimana sabda
Rasulullah:

ٍ ‫ب َب ْي َد َأ ِّني مِنْ قُ َري‬


‫ْش‬ َ ‫َأ َنا َأ ْف‬
ِ ‫ص ُح ال َع َر‬
Artinya: Saya orang yang paling fasih berbahasa Arab selain itu saya berasal dari keturunan Quraisy.

2. Izhhar al-Dha‘f (‫)إظهار الضعف‬

Yaitu menyampaikan berita untuk menampakkan kelemahan. Contohnya:

‫َقا َل َربِّ ِإ ِّني َو َه َن ْال َع ْظ ُم ِم ِّني َوا ْش َت َع َل الرَّ ْأسُ َش ْيبًا‬

Artinya: “Ia (Nabi Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban….” (Q.S.Maryam :4).

3. Al-Tahassur (‫)التحسر‬

Yaitu menyampaikan berita untuk menunjukkan penyesalan.


Contohnya sebagaiman disebutkan dalam al-Qur’an yang mengisahkan tentang isteri Imran yang
melahirkan anak perempuan bernama Maryam: Contohnya:

‫ضعْ ُت َها ُأ ْن َثى‬ ْ َ‫ض َع ْت َها َقال‬


َ ‫ت َربِّ ِإ ِّني َو‬ َ ‫َفلَمَّا َو‬
Artinya: “Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata, “Ya Tuhanku, Sesunguhnya aku
melahirkannya seorang anak perempuan….” (QS. ‘Ali ‘Imran : 36).

4. Al-Istirham (‫)االسترحام‬

Yaitu menyampaikan berita untuk memohon kasih sayang dan belas kasihan. Contohnya:

‫هللا َو ُغ ْف َرا ِن ِه‬


ِ ‫ِإ ِّنيْ َف ِق ْي ٌر ِإلَى َع ْف ِو‬
Artinya: Saya sangat mengharapkan ampunan dan magfirah dari Allah.

Masih banyak lagi tujuan dari penyampaian kalam khabari tergantung maksud dan niat pembicara.

ADHRUBUL KHOBAR
َ ُ‫ "َأضْ رُب‬adalah khobar ditinjau dari ada tidaknya penggunaan kalimat "taukid"
Yang dimaksud dengan "‫الخ َبر‬
(penekanan) padanya. Ada tiga tingkatan penggunaan taukid sebagai berikut :

1. Jika yang diajak bicara mudah untuk menerima informasi yang akan disampaikan, maka sebaiknya tidak
usah menambahkan taukid padanya. Misal kita cukup mengucapkan :

َ ‫َأ ُخ ْو‬
‫ك َقا ِد ٌم‬

(Saudaramu sudah datang);

2. Jika yang diajak bicara masih ragu, maka sebaiknya menggunakan taukid, misal :

َ ْ‫ِإنَّ َأ َخا‬
‫ك َقا ِد ٌم‬

(Sungguh saudaramu sudah datang);

3. Jika yang diajak bicara mengingkarinya, maka dalam hal ini wajib menggunakan taukid, bisa dengan satu
taukid, dua taukid atau tiga taukid, misalnya :

✓ kepada orang yang tidak terlalu keras mengingkari menggunakan satu taukid :

َ ْ‫ِإنَّ َأ َخا‬
‫ك َقا ِد ٌم‬

✓ kepada orang yang mengingkari dengan pengingkaran pertengahan menggunakan dua taukid :

َ ْ‫ِإنَّ َأ َخا‬
‫ك لَ َقا ِد ٌم‬

✓ kepada orang yang mengingkari dengan pengingkaran keras, bisa menggunakan tiga taukid :
‫هّٰللا‬
َ ْ‫َو ِ ِإنَّ َأ َخا‬
‫ك لَ َقا ِد ٌم‬

Adapun alat-alat untuk mentauhidkan telah dibahas dalam kitab-kitab nahwu.

Ilmu ma’ani (‫)خروج الخبر عن مقتضى الحال‬

Ditulis olehovanida28 Juni 2019Diposkan padaTak Berkategori

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Segala ilmu pengetahuan adalah setinggi-tinggi tuntutan dan kebutuhan yang paling berguna. Ilmu ma’ani
adalah diantara ilmu pengetahuan yang agung kedudukannya, dan ilmu yang paling lugas dalam
memberikan penjelasan, sebab ilmu balaghoh itulah yang menjamin penjelasan mengenai hakikat-hakikat
al-Quran yang menjelaskan takwil yang samar, yang menanmpakkan tanda-tanda kemukjizatan dan yang
menghilangkan kerancuan kalimat yang singkat.

Ilmu ma’ani adalah dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan pola kalimat berbahasa Arab agar bisa
disesuaikan dengan kondisi dan tujuan yang dikehendaki penutur.

RUMUSAN MASALAH

Apa pengertian dari informasi yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan ?

Apa saja jenis- jenis dari informasi yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan ?

Bagaimana contoh identifikasi topik pembahasan dalam teks bahasa arab ?

TUJUAN

Mengetahui pengertian dari informasi yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan.

Mengetahui jenis- jenis dari informasi yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan.

Mengetahui identifikasi topik pembahasan dalam teks bahasa arab.

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN

Sebelum kita menyampaikan berita, alangkah baiknya kita mengetahui kondisi atau keadaan penerima
berita (mukhotob) dengan tujuan penyesuaian penggunaan kalam khabari, agar berita yang kita sampaikan
dapat diterima baik oleh penerima berita.

JENIS-JENIS

Jenis kalam khabari yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan (khuruj ’an muqtadha al-hal) adalah
penyampaian kalam khabar yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi penerima berita/mukhotob.

Jenis khobar yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan yaitu sebagai berikut :

Khabar ibtida’i ketika digunakan untuk komunikan yang dalam keadaan :


Ragu-ragu (al-mutaraddid),

Contoh dalam surat al-Kahfi:46

‫ال َما ُل َو ْال َب ُن ْو َن ِز ْي َن ُة ْال َح َيا ِة ال ُّد ْن َي‬


‫ا‬

“Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia.”

Pernyataan Allah di atas seharusnya disampaikan kepada seseorang yang kondisinya lugu, polos atau
mudah percaya (khali adz-dzihni) tanpa menggunakan pengukuhan. Akan tetapi bentuk khabar tersebut
disampaikan kepada orang yang kondisinya ragu-ragu (al-mutaraddid) dengan menggunakan satu
pengukuhan.

Tidak percaya (al-munkir),

Contoh seperti firman Allah dalam surat al-Baqarah 163

‫َوِإ ٰلَ ُه ُك ْم ِإ ٰلَ ٌه ٰ َو ِح ٌد‬

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang maha Esa.”

Pernyataan Allah di atas seharusnya disampaikan kepada seseorang yang kondisinya lugu, polos atau
mudah percaya (khalli adz-dzihni) tanpa menggunakan pengukuhan. Akan tetapi bentuk khabar tersebut
disampaikan kepada mukhotob yang kondisinya tidak percaya (al-munkir). Allah SWT menyatakan keesaan-
Nya kepada orang kafir yang seharusnya pernyataan tersebut menggunakan minimal dua pengukuhan
karena keingkarannya tetapi Allah SWT tidak menggunakannya karena sebenarnya di hadapan mereka
sudah terdapat bukti-bukti yang nyata dan argumen-argumen yang pasti. Jika mereka mau
mempercayainya, maka mereka tidak akan mengingkari keesaan Allah SWT.

Khabar thalaby ketika digunakan untuk komunikan yang dalam keadaan :

Belum tahu apa-apa/lugu (khali adz-dzihni)

Contoh:

َ ُ‫ِين َظلَمُوا ۚ ِإ َّن ُه ْم م ُْغ َرق‬


‫ون‬ َ ‫َواَل ُت َخاطِ ْبنِي فِي الَّذ‬

“Dan janganlah kau bicarakan kepada-Ku tentang orang-orang zhalim itu, sesungguhnya mereka itu akan
ditenggelamkan (QS. Hud :37)

Pada ayat tersebut komunikannya adalah Nabi Nuh. Ia sebagai khali al-dzihni karena ia pasti menerima apa
yang Allah putuskan. Namun di sisi Allah menggunakan taukid seolah-olah Nabi Nuh ragu. Hal ini dilakukan
untuk memperkuat suatu pernyataan terhadap seseorang yang tidak tahu apa-apa.

Keadaan tidak percaya (al-munkir)

Contoh :

‫ء َو ْال ُم ْن َك ِر‬Qِ ‫صاَل َة َت ْن َه ٰى َع ِن ْال َفحْ َشا‬


َّ ‫ِإنَّ ال‬

“Sesungguhnya shalat itu (mampu) mencegah perbuatan yang keji dan munkar”
Pernyataan di atas seharusnya disampaikan kepada seseorang yang ragu-ragu akan kemampuan/fungsi
shalat bagi pelakunya dengan menggunakan satu pengukuhan saja, yaitu َّ‫(ِإن‬inna). Akan tetapi khabar
tersebut disampaikan kepada mukhotob yang tidak percaya.

Khabar inkari ketika digunakan untuk komunikan yang dalam keadaan:

Tidak tahu apa-apa/lugu

Contoh:

‫ أو وهللا إن المدرس لقد كان حاضرا‬,‫ أو وهللا إن المدرس الحاضر‬,‫إن المدرس الحاضر‬

“Sesungguhnya dosen itu benar-benar datang” atau “demi Allah sesungguhnya dosen itu benar-benar
datang”, atau “demi Allah sesungguhnya dosen itu benar-benar pasti datang”.

Ragu-ragu (al-mutaraddid)

Contoh:

‫ أو وهللا إن المدرس لقد كان حاضرا‬,‫ أو وهللا إن المدرس الحاضر‬,‫إن المدرس الحاضر‬

“Sesungguhnya dosen itu benar-benar datang” atau “demi Allah sesungguhnya dosen itu benar-benar
datang”, atau “demi Allah sesungguhnya dosen itu benar-benar pasti datang”.

Pernyataan di atas seharusnya dikemukakan kepada seseorang yang mengingkari kedatangan dosen
dengan memilih salah satu pernyataan di atas sesuai dengan kadar keingkarannya, yakni yang pertama bisa
menggunakan pengukuhan (dengan huruf inna) ditambah lam ibtida’ (huruf lam yang berfungsi untuk
mengukuhkan, bisa disisipkan pada predikatnya) atau yang kedua bisa menggunakan sumpah ditambah
pengukuhan (dengan huruf inna) dan lam ibtida’, dan yang ketiga bisa menggunakan sumpah ditambah
pengukuhan (dengan huruf inna) ditambah lam ibtida’ dan lafadz qad sebelum kata kerja.

Dari pengertian, jenis-jenis dan contoh di atas, dilihat dari segi komunikan (mukhotob) bahwa
sesungguhnya penyampaian sebuah khabar itu tidak selamanya sesuai dengan maksud lahirnya(sesuai
kondisi komunikannya) akan tetapi ada juga khabar yang disampaikan yidak sesuai dengan kondisi
komunikannya.

ANALISIS KHURUJUL KHOBAR

َ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم ۚ ِإنَّ َز ْل َزلَ َة الس‬


1 ‫َّاع ِة َشيْ ٌء َعظِ ي ٌم‬
2 ‫ثم إنكم بعد ذلك لميتون‬

َ ‫َوما ُأ َبرِّ ُئ َن ْفسِ ي ِإنَّ ال َّن ْف‬


َ ‫س َأَلم‬
3 ‫َّارةٌ ِبالسُّو ِء‬

4 ‫هللا موجود‬

‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ْم ۚ ِإنَّ َز ْل َزلَ َة السَّا َع ِة َشيْ ٌء َعظِ ي ٌم‬
Jenis: khurujul khabar thalaby, keadaan: khalli al dzihni, alasan: pada kalimat tersebut terdapat satu
pengukuhan yang seharusnya ditujukan pada mutaraddid ( orang yang ragu).

‫ثم إنكم بعد ذلك لميتون‬

Jenis: khurujul khobar inkari, keadaan: khalli adz-dzihni, alasan: kalimat tersebut terdapat dua pengukuhan
yang seharusnya ditujukan kepada orang yang tidak percaya.

َ ‫َوما ُأ َبرِّ ُئ َن ْفسِ ي ِإنَّ ال َّن ْف‬


َ ‫س َأَلم‬
‫َّارةٌ ِبالسُّو ِء‬

Jenis: khurujul khabar thalaby, keadaan: khalli al dzihni, alasan: pada kalimat tersebut terdapat satu
pengukuhan yang seharusnya ditujukan pada mutaraddid ( orang yang ragu).

‫( هللا موجود‬ditujukan untuk mukhotob yang mengingkari bahwa Allah itu ada)

Jenis: khurujul khabar ibtadi’, keadaan: al- munkir, alasan: pada kalimat tersebut tidak terdapat
pengukuhan dimana ketika khabar ditujukan untuk orang yang ingkar harus disertai minimalnya dua
pengukuhan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Jenis kalam khabari yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan yaitu sebagai berikut :

Khabar ibtida’i ketika digunakan untuk komunikan yang dalam keadaan :

Ragu-ragu (al-Mutaraddid)

Tidak percaya (al-Munkir)

Khabar thalaby ketika digunakan untuk komunikan yang dalam keadaan :

Belum tahu apa-apa /lugu (khali adz-dzihni)

Keadaan tidak percaya (al-munkir)

Khabar inkari ketika digunakan untuk komunikan yang dalam keadaan :

Tidak tahu apa-apa/lugu (khali al-dzihni)

Ragu-ragu (al-mutaraddid)

Anda mungkin juga menyukai