Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MUBHAMATUL QUR’AN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Bpk.M.Taqrib

Disusun oleh :

Febriyanto (2130304057)

Nadia (2130304067)

Chandra Dinata (2120304040)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh.


Bismillahirrahmanirrahiim,
segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala tuhan seluruh alam yang telah memberikan
rahmat Taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini dengan judul “Masyarakat Madani di Indonesia”.

Shalawat beserta salam tak henti-hentinya kami curahkan kepada Baginda kita Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam beserta keluarga sahabat dan para pengikut beliau
yang tetap Istiqamah dalam Amenjalankan syariat Islam hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun sebagai alat untuk belajar dan berdiskusi mengenai Pancasila dan
untuk meningkatkan semangat belajar para mahasiswa penyusunan makalah ini tidak luput
Dari kesalahan kami merasa masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini mulai dari
kesalahan kecil hingga kesalahan besar Kami sangat mengharapkan kritik dan saran maupun
masukan dari dosen dan teman-teman serta para pembaca agar agar kita bisa berjalan
Bersama-sama menuju pintu kesuksesan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk seluruh pihak yang Telah
memberikan motivasi dan dukungan untuk penulisan makalah ini kami sebagai penulis
berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua amin ya robbal alamin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Palembang, Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
A.Latar Belakang...............................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah...........................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
A. Pengertian Mubham......................................................................................................................7
B. Sebab-Sebab Ibham Dalam Al-Qur’an..........................................................................................8
C. Kaidah-Kaidah Mubham dan penerapannya dalam al-Qur’an.....................................................10
BAB III................................................................................................................................................16
PENUTUP...........................................................................................................................................16
A. Kesimpulan...............................................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18

3
4
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Al-qur’an merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW., dan sebagai hudan
(petunjuk) bagi umat mausia dan memiliki berbagai keistimewaan. Keistimewaannya
antara lain, susunan bahasanya yang unik dan mempesona, mengandung makna-
makna yang daoat dipahami oleh siapapun yang memahami bahasanya. Demikian
pula redaksi ayat ayat al-Qur’an tidak dapat dijangkau maksudnya secara pasti,
kecuali oleh pemilik redaksi tersebut sebagimana setiap redaksi yang di ucapkan atau
ditulis. Hal inilah yag kemudian dapat menimbulkan keanekaragaman dalam
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an.

Dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, para sahabat pun juga tidak jarang
berbeda pendapat atau bahkan keliru dalam memahami maksud dari firman-firman
Allah yang mereka dengar atau mereka baca, meski meraka mengetahui dan
menyaksian turunnya wahyu,mengetahui konteksnya, bahkan mengetahui secara
alamiah struktur bahasa dan arti kosakata nya.

Maka menjelaskan sebab-sebab perbedaan dikalangan mufassirin juga tidak kalah


pentingnya, hal ini disebabkan karena ahli tafsir menjelaskan ayat al-Qur’an, hokum-
hukunya secara langsung, universal, dan komprehensif.oleh karena itu, seseorang
yang ingin memahami bahasa al-Qur’an dan menafsirkannya secara utuh, maka
diantara syarat yang harus dimiliki adalah kemampuan dalam menguasai dan
memahami kaidah-kaidah tafsir. Dan salah satu kaidahnya adalah mubhamat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Mubham?
2. Apa Sajakah Penyebab Mubham?
3. Bagaimana Kaidah-Kaidah Mubham Dan Penerapannya Dalam Al-Qur'an?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Mubham

5
2. Untuk Mengetahui Sebab-Sebab Mubham

3. Untuk Mengetahui Kaidah-Kaidah Mubham Dan Penerapannya

Dalam Al- Qur'an

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Mubham
Kata al-Mubhamat menurut bahasa, berasal dari kata al- ibham yang
menunjuk kepada makna tersembunyi ( (‫ءافخال‬dan tertutup (‫)قال غتسالا‬. Misalnya
kalimat tariq mubhamyaitu jalan tersembunyi dan tidak jelas.1 Kata al-
Mubhamat berasal juga dari kata abhama yang bermakna samar-samar. Artinya
suatu lafaz yang maknanya tidak jelas, sehingga untuk memahaminya
diperlukan dalil lain. Adapun menurut istilah memiliki makna yaitu semua
lafaz yang termaktub dalam al-Qur’an tanpa menyebutkannya secara spesifik
atau sesuatu yang tertentu yang dikenal, baik dari manusia maupun selainnya.
Ilmu tentang mubhamat merupakan salah satu disiplin ilmu al-Qur’an yang
hanya bersumber pada penukilan (periwayatan), tidak pada yang lain. Misalnya
yang terdapat dalam QS. al-Naml/27: 23;

ْ َ‫ت ا ْم َراَةً تَ ْملِ ُكهُ ْم َواُوْ تِي‬


‫ت ِم ْن ُك ِّل َش ْي ٍء َّولَهَا َعرْ شٌ َع ِظ ْي‬ ُّ ‫اِنِّ ْي َو َج ْد‬
.
Artinya : Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka,
dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar.2

Berdasarkan terjemahan ayat diatas , bahwa yang dimaksud wanita yang


didalam ayat tersebut adalah Ratu Bilqis binti Syarahil yang memerintah
kerajaan Saba' pada masa Nabi Sulaiman. Negeri Saba' adalah kerajaan yang
ibu kotanya adalah Mar'rib yang terletak dekat kota san'a ( saat ini bernama
Yaman,)

1 1 Khalid Ibn 'Usman Al-Sabt,Qawa'id Al-Tafsir ; Jam'an Wa Dirasatan, Jilid II (CET. I;


Madinah : Dar Ibn Affan, 142H), h. 717.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur'an Dan Terjemahannya (Al-Madianh Al-Munawwarah : Mujamma'
Al-Malik Fahdli Al-Tiba'at Al-Mushaf, 1418 H), h.596.

7
B. Sebab-Sebab Ibham Dalam Al-Qur’an
Imam al-Zarkasyi dalam al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, pada pasal
mengenai ‘Ilmu alMubhamat dan Imam al-Suyuti dalam al-Itqan fi ‘Ulum al-
Qur’an pada pasal fi al-Mubhamat, keduanya menguraikan sebab-sebab atas
ketidakjelasan (mubham) dalam beberapa ayat al-Qur’an. Hal-hal tersebut
diuraikan sebagai berikut (Badr al-Din Muhammad bin ‘Abdullah al-Zarkasyi,
t.th.:
155);
Pertama,
‫ض ٍع ۤأ َخ َر‬
ِ ‫ستِ ْغنَا ُء بِبَيَانِ ِه فِ ْي َم ْو‬
ْ ِ ‫اَاْل‬
Yaitu suatu ayat yang mubham dijelaskan pada ayat lainnya. Misalnya dalam
QS. al-Fatihah/1: 7;

7 ࣖ َ‫ض ۤالِّيْن‬
َّ ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل ال‬ ُ ‫ص َراطَ الَّ ِذيْنَ اَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم ەۙ َغ ْي ِر ا ْل َم ْغ‬
ِ ‫ض ْو‬ ِ .

Artinya;(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya;


bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat".
Penjelasan ayat ini terdapat pada surat an-nisa/4; 69

‫هّٰللا‬ ٰۤ َ ‫هّٰللا‬
ّ ٰ ‫ش َهد َۤا ِء َوال‬
ۚ َ‫صلِ ِحيْن‬ ِّ ‫ول ِٕى َك َم َع الَّ ِذيْنَ اَ ْن َع َم ُ َعلَ ْي ِه ْم ِّمنَ النَّبِ ٖيّنَ َوال‬
ُّ ‫ص ِّد ْيقِيْنَ َوال‬ ُ ‫س ْو َل فا‬
ُ ‫َو َمنْ ُّي ِط ِع َ َوال َّر‬
ٰۤ
69 ‫ول ِٕى َك َرفِ ْيقًا‬ ُ‫ َو َحسُنَ ا‬.

Artinya: Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka


mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh
Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Kedua,
ْ ‫َأنْ يَتَ َعيَّنَ اِل‬
‫ستِ َها ِر ِه‬
Yaitu maksud yang diharapkan sudah jelas karena popularitasnya, misalnya
dalam QS. Al-Baqarah /2;35;

ْ ‫َوقُ ْلنَا ٰيٓ ٰا َد ُم ا‬


َ‫س ُكنْ اَ ْنتَ َوز َْو ُج َك ا ْل َجنَّة‬

8
Artinya; Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu
di dalam surga,,,
Dalam ayat ini,( nama Hawa istri Adam as) tidak disebut secara langsung,
sebab Adam tidak mempunyai istri selain Hawa.
Ketiga,
ْ ‫ لِيَ ُك ْونُ َأ ْبلَ َغ فِي ا‬، ‫س ْت ِر َعلَ ْي ِه‬
‫ستَ ْعطَافِ ِه‬ ْ َ‫ق‬
َّ ‫ص ُد ال‬
Yaitu sengaja menutupinya dengan tujuan menegaskan dan menguatkan
perintah menyanyaginya. Misalnya ayat QS.al-Baqarah/2:204.

‫ومنَ النَّاس منْ يعجبكَ قَولُ ٗه فى ا ْلح ٰيوة ال ُّد ْنيا وي ْ هّٰللا‬.
َ ‫ش ِه ُد َ ع َٰلى َما فِ ْي قَ ْلبِ ٖه ۙ َوه َُو اَلَ ُّد ا ْل ِخ‬
204 ‫ص ِام‬ َُ َ ِ َ ِ ْ ُ ِ ْ ُّ َ ِ ِ َ
Artinya :Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang
kehidupan dunia mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada
Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras.
Bahwa manusia yag dimaksud dalam ayat ini adalah Akhnas Ibn Syuraiq yang
pada awalnya sangat membenci Islam. Akan tetapi kemudian ia memeluk
agama yang dibawah oleh Nabi Muhamma SAW., bahkan ia mampu menjadi
muslim yang shaleh.
Keempat,
‫َأاَّل يَ ُك ْونُ فِ ْي تَ ْعيِ ْينِ ِه َكبِ ْي ُر فَاِئ َد ٍة‬
Tidak di temukan pengungkapannya (penetapannya) secara jelas manfaat yang
penting. Misalnya dalam QS. al-A'raf/7:163.

163 ‫ت‬ َّ ‫ض َرةَ ا ْلبَ ْح ۘ ِر اِ ْذ يَ ْعد ُْونَ فِى ال‬


ِ ‫س ْب‬ ِ ‫سـَٔ ْل ُه ْم َع ِن ا ْلقَ ْريَ ِة الَّتِ ْي َكانَتْ َحا‬
ْ ‫ َو‬.

Artinya : Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di
dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, ..63
Yang dimaksud al-qaryah dalam ayat ini adalah Negeri Ailah atau Tarbiyah.
Kelima,
َ‫ف َما لَ ْو ُعيِّن‬ ٍ ‫ َوَأنَّهُ َغ ْي َر َخا‬، ‫اَلتَّ ْنبِ ْيهُ َعلَى ا ْل ُع ُم ْو ِم‬
ِ ‫ بِ ِخاَل‬، ‫ص‬
Yaitu untuk memberi perhatian atas hal yang berifat umum, sekaligus
menunjukkan bahwa hal tersebut tidak berkenaan dengan seseorang secara
khusus, misalnya dalm QS. an-Nisa'/4 ;100.

9
‫س ْولِ ٖه ثُ َّم يُ ْد ِر ْكهُ ا ْل َم ْوتُ فَقَ ْد َوقَ َع اَ ْج ُر ٗه َعلَى هّٰللا ِ ۗ َو َكانَ هّٰللا ُ َغفُ ْو ًرا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫و َمنْ يَّ ْخ ُر ْج ِم ۢنْ بَ ْيتِ ٖه ُم َه‬
ُ ‫اج ًرا اِلَى ِ َو َر‬
100 ࣖ ‫ َّر ِح ْي ًما‬.
Artinya ;Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah
karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum
sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di
sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Ikrimah berkata; setelah 14 tahun saya mencari jawaban mengenai ‚siapa
keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju)…‛,
barulah saya mengetahuinya, dia adalah Damrah ibn al-‘Ais, salah seorang
mustad’afin di kota Mekkah, dia sakit-sakitan, ketika turun ayat perintah
berhijrah, dia keluar dari rumahnya dan wafat di Tan'im.
Keenam,
ْ ِ ‫ف ا ْل َكا ِم ِل د ُْونَ ااْل‬
‫س ِم‬ ْ ‫تَ ْع ِظ ْي ُمهُ بِا ْل َو‬
ِ ‫ص‬
Yaitu untuk mengagungkan dengan sifat/karakter yang sempurna tanpa
menyebutkan namanya, misalnya dalam QS.az-zumar/39 :33)

ٰۤ
33 َ‫ول ِٕى َك ُه ُم ا ْل ُمتَّقُ ْون‬ ُ‫ق بِ ٖ ٓه ا‬
َ ‫ص َّد‬
َ ‫ْق َو‬ ِّ ‫ي َج ۤا َء ِبال‬
ِ ‫صد‬ ْ ‫ َوالَّ ِذ‬.
Artinya; Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang
membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa.
Maksud dari ayat ‫ والذي جاء بالصدق‬menunjuk kepada Nabi Muhammad SAW.,
sedangkan kata‫ وص••دق به‬adalah Abu Bakar As-Siddiq, dan termasuk semua
orang yang berlaku jujur dan benar.
Ketujuh,
ِ ِ‫ف النَّاق‬
‫ص‬ ْ ‫تحقِ ْي ُرهُ بِا ْل َو‬
ِ ‫ص‬ ْ
Yaitu untuk merendahkan sifat/karakter yang jelek. Misalnya dalam QS.al-
Kauar/108:3.
3 ࣖ ‫اِنَّ شَانَِئكَ ه َُو ااْل َ ْبتَ ُر‬.
Artinya; Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari
rahmat Allah).

C. Kaidah-Kaidah Mubham dan penerapannya dalam al-Qur’an

10
Pada bagian kaidah-kaidah Mubham dalam al-Qur’an ini, penulis merujuk
kepada karya Khalid
ibn ‘Usman al-Sabt, Qawa’id al-Tafsir; Jam’an wa Dirasatan3. Dalam kitab ini
dijelaskan 3 (tiga) kaidah yang terkait dengan al-Mubhamat, sebagai berikut;
Kaidah pertama:
‫ال يبحث عن مبهم اخبر هللا باستنثاره بعلمه‬
Tidak diperlukan mencari hal-hal yang mubham yang telah diberitakan Allah
swt., karena hanya Allah swt. sendiri yang mengetahuinya‛.Penjelasan dari
kaidah ini bahwa mencari suatu ke-mubhaman dalam al-Qur’an yang tidak
diketahui merupakan suatu pembebanan yang tercela, menghabiskan umur
bahkan tidak bermanfaat. Hal ini secara tegas dikatakan ketika hal yang
mubham yang telah disampaikan Allah swt. Karena kekhususan ilmu-Nya dan
hal itu tidak ada pada makhluk-Nya.
Misalnya dalam QS.Al-Anfal/8:60;

‫ستَطَ ْعتُ ْم ِّمنْ قُ َّو ٍة َّو ِمنْ ِّربَا ِط ا ْل َخ ْي ِل ت ُْر ِهبُ ْونَ بِ ٖه َع ُد َّو هّٰللا ِ َو َع ُد َّو ُك ْم َو ٰا َخ ِريْنَ ِمنْ د ُْونِ ِه ۚ ْم اَل‬
ْ ‫َواَ ِعد ُّْوا لَ ُه ْم َّما ا‬
60 َ‫سبِ ْي ِل هّٰللا ِ يُ َوفَّ اِلَ ْي ُك ْم َواَ ْنتُ ْم اَل تُ ْظلَ ُم ْون‬ ‫هّٰللَا‬
َ ‫تَ ْعلَ ُم ْونَ ُه ۚ ْم ُ يَ ْعلَ ُم ُه ۗ ْم َو َما تُ ْنفِقُ ْوا ِمنْ ش َْي ٍء فِ ْي‬.
Artinya ; Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi
mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang
dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka
yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang
kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu
dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).

Namun, menurut Imam Zarkasyi, ada yang berani mengatakan, bahwa yang
dimaksud dalam ayat ini adalah dari golongan Jin, dan ada yang mengatakan
Quraizah (Badr al-Din Muhammad bin ‘Abdullah al-Zarkasyi, t.th.: 155); Akan
tetapi Imam Suyuti tidak menyetujui penafsiran tersebut, bahwa yang dimaksud
dalam ayat ini adalah bukan tidak diketahuinya jenis mereka, namun yang tidak
diperbolehkan adalah penetapan atas orang tersebut. Hal ini sejalan dengan
firman Allah swt. dalam QS. Al-Taubah/9: 101;(al-Suyuti, t.th.: 78)

3
Khalid ibn usman al-sabt,, Qawa'id Al-Tafsir; Jam'an Wa Dirasatan, 1421 H, hlm,540.

11
ۗ َ‫ب ُم ٰنفِقُ ْون‬
ِ ‫اق اَل تَ ْعلَ ُم ُه ۗ ْم نَ ْحنُ نَ ْعلَ ُم ُهم و ِم َّمنْ َح ْولَ ُك ْم ِّمنَ ااْل َ ْع َرا‬
ِ ۗ َ‫َو ِمنْ اَ ْه ِل ا ْل َم ِد ْينَ ِة َم َرد ُْوا َعلَى النِّف‬
١٠١ۚ ‫ب َع ِظ ْي ٍم‬ ٍ ‫سنُ َع ِّذبُ ُه ْم َّم َّرتَ ْي ِن ثُ َّم يُ َرد ُّْونَ اِ ٰلى َع َذا‬
َ
Artinya;Dan di antara orang-orang Arab Badui yang (tinggal) di sekitarmu,
ada orang-orang munafik. Dan di antara penduduk Madinah (ada juga orang-
orang munafik), mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Engkau
(Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami mengetahuinya. Nanti
mereka akan Kami siksa dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada
azab yang besar.
Dalam ayat ini yang tidak boleh ditetapkan adalah siapakah orang-orang
munafik yang dimaksudkan. Demikian pula dalam QS. Ibrahim (14): 9;

‫ح َّوعَا ٍد َّوثَ ُم ْو َد ەۗ َوالَّ ِذيْنَ ِم ۢنْ بَ ْع ِد ِه ْم‬ ٍ ‫ۗ اَلَ ْم يَْأتِ ُك ْم نَبَُؤا الَّ ِذيْنَ ِمنْ قَ ْبلِ ُك ْم َق ْو ِم نُ ْو‬
ِ ‫ت فَ َرد ُّْٓوا اَ ْي ِديَ ُه ْم ِف ْٓي اَ ْف َوا ِه ِه ْم َوقَالُ ْٓوا اِنَّا َكفَ ْرنَا ِب َمٓا اُ ْر‬
َ ‫س ْلتُ ْم ِب ٖه َواِنَّا لَفِ ْي‬
‫ش ٍّك ِّم َّما‬ ُ ‫َج ۤا َء ْت ُه ْم ُر‬
ِ ‫سلُ ُه ْم ِبا ْلبَيِّ ٰن‬
ٍ ‫تَ ْدع ُْونَنَٓا اِلَ ْي ِه ُم ِر ْي‬.
9‫ب‬
Artinya;Apakah belum sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu
(yaitu) kaum Nuh, ‘Ad, samud dan orang-orang setelah mereka. Tidak ada
yang mengetahui mereka selain Allah. Rasul-rasul telah datang kepada mereka
membawa bukti-bukti (yang nyata), namun mereka menutupkan tangannya ke
mulutnya (karena kebencian), dan berkata, “Sesungguhnya kami tidak percaya
akan (bukti bahwa) kamu diutus (kepada kami), dan kami benar-benar dalam
keraguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu serukan kepada
kami.”
Maka siapa saja yang berusaha mencari hal-hal ini dia dianggap berani
kepada tuhannya dan melampaui batas yang telah ditetapkan baginya.
Kaidah kedua :
‫االصل ان ابهم في القران فال طائل في معرفته‬
"pada dasarnya bahwa apa saja yang lafaznya mubham dalam al-Qur’an, maka
tidak diperlukan berpanjang lebar untuk mengetahuinya". Contoh mengetahui
bagian mubham yang tidak dapat memberi faedah, misalnya dalam QS.
alKahfi.18: 18;

ِّ ‫سبُ ُه ْم اَ ْيقَاظًا َّو ُه ْم ُرقُ ْو ٌد ۖ َّونُقَلِّبُ ُه ْم َذاتَ ا ْليَ ِم ْي ِن َو َذاتَ ال‬


: ‫ش َما ِل‬ َ ‫َوت َْح‬

ۖ‫ص ْي ۗ ِد لَ ِو اطَّلَعْتَ َعلَ ْي ِه ْم لَ َولَّيْتَ ِم ْن ُه ْم فِ َرا ًرا‬


ِ ‫سطٌ ِذ َرا َع ْي ِه بِا ْل َو‬
ِ ‫َو َك ْلبُ ُه ْم بَا‬

12
18 ‫ َّولَ ُملِْئتَ ِم ْن ُه ْم ُر ْعبًا‬.

Artinya; Dan engkau mengira mereka itu tidak tidur, padahal mereka tidur;
dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka
membentangkan kedua lengannya di depan pintu gua. Dan jika kamu
menyaksikan mereka tentu kamu akan berpaling melarikan (diri) dari mereka
dan pasti kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.
Banyak pula dari kalangan mufassirin yang berusaha menyebutkan berbagai
pendapat. Misalnya warna anjing ashab al-kahfi, namanya, bagian tubuh yang
dipukulkan orang yang terbunuh
dari sapi bani Israil, juga nama anak yang dibunuh oleh Nabi Khidr lalu Musa
mengingkari pembunuhan tersebut. Demikian pula mengenai jenis pohon yang
dibuat perahu oleh Nabi Nuh as.,
berapa panjang dan lebarnya dan berapa lapis kayu perahu tersebut, dan lain
sebagainya yang tidak ada manfaat untuk mencarinya dan tidak ada dalil yang
menetapkannya.
Kaidah ketiga:
‫علم المبهمات موقوف على القل المحض وال مجال للرايفيه‬
"Ilmu mengenai mubham tergantung kepada dalil naqli saja dan tidak ada
peluang bagi masuknya unsur ra’yu (pendapat)‛.

Kemubhaman dalam al-Qur’an juga diketahui dari al-Qur’an, sebagaimana


disebutkan dalam ayat lain atau ditunjukkan oleh konteksnya. Sebagaimana
pula dapat diketahui dari hadis Nabi saw.,
aqwal al-sahabah yang menyaksikan turunnya wahyu dan mengetahui sebab
nuzulnya.Adapun yang bersumber dari isra’iliyat dan tidak ada dalil yang
menunjukkan kesahihannya
baik dari al-Qur’an maupun al-sunnah, maka sikap tawaqquf yang dilakukan.
a. Contoh yang ada penjelasannya dari al-Qur’an.

Misalnya dalam QS. al-Fatihah/1: 4;

4 ‫مٰ لِ ِك يَ ْو ِم ال ِّد ْي ۗ ِن‬.

Artinya ;Pemilik hari pembalasan

13
Penjelasan dari ayat diatas terdapat pula pada surah al-infothor/82;

17-19.

17 ‫ َو َمٓا اَد ْٰرى َك َما يَ ْو ُم ال ِّد ْي ۙ ِن‬.

17.Dan tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

‫ثُ َّم َمٓا اَد ْٰرىكَ َما يَ ْو ُم ال ِّد ْي ۗ ِن‬

18. Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?

19 ࣖ ِ ‫ش ْيـًٔواال ْم ُر يَ ْو َم ِٕى ٍذ هّٰلِّل‬ ٍ ‫س لِّنَ ْف‬


َ ‫س‬ ٌ ‫ٍ َي ْو َم اَل تَ ْملِ ُك نَ ْف‬

(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya

(menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam

kekuasaan Allah.

b. Contoh yang ada penjelasannya dari al-Sunnah (hadis).

Misalnya firman Allah yang menyebutkan tentang Nabi Ibrahim as., dalam
QS. Ibrahim/14: 37;

ْ َ‫ص ٰلوةَ ف‬
: َ‫اج َع ْل اَ ْفـِٕ َدةً ِّمن‬ َّ ‫ع ِع ْن َد بَ ْيتِكَ ا ْل ُم َح َّر ۙ ِم َربَّنَا لِيُقِ ْي ُموا ال‬ٍ ‫ي َز ْر‬ ْ ‫س َك ْنتُ ِمنْ ُذ ِّريَّتِ ْي بِ َوا ٍد َغ ْي ِر ِذ‬ ْ َ‫َربَّنَٓا اِنِّ ْٓي ا‬
37 َ‫ش ُك ُر ْون‬ ِ ‫ار ُز ْق ُه ْم ِّمنَ الثَّ َم ٰر‬
ْ َ‫ت لَ َعلَّ ُه ْم ي‬ ْ ‫ي اِلَ ْي ِه ْم َو‬ ِ ‫النَّا‬.
ْٓ ‫س تَ ْه ِو‬

maka Artinya:Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian


keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah
Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka
melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur.

c. Contoh yang ada penjelasannya dari sahabat yang menyaksikan


turunnya wahyu.

Misalnya firman Allah dalam QS. al-Taubah/9: 106;

14
106 ‫ب َعلَ ْي ِه ۗ ْم َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
ُ ‫ َو ٰا َخ ُر ْونَ ُم ْر َج ْونَ اِل َ ْم ِر ِ اِ َّما يُ َع ِّذبُ ُه ْم َواِ َّما َيت ُْو‬.

Artinya ; Dan ada (pula) orang-orang lain yang ditangguhkan sampai ada
keputusan Allah; mungkin Allah akan mengazab mereka dan mungkin Allah
akan menerima tobat mereka. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

Bahwa yang dimaksud orang-orang lain yang ditangguhkan yaitu Hilal bin
Umayyah, Ka’ab bin Malik, dan Murarah bin al-Rabi’ (Quraish Shihab, 1998:
279). Sebagaimana dalam ayat QS. alTaubah/9: 118;

ٓ
‫س ُه ْم َوظَنُّ ْٓوا اَنْ اَّل‬
ُ ُ‫ضاقَتْ َعلَ ْي ِه ْم اَ ْنف‬
َ ‫ض بِ َما َر ُحبَتْ َو‬ ُ ‫ضاقَتْ َعلَ ْي ِه ُم ااْل َ ْر‬َ ‫َّو َعلَى الثَّ ٰلثَ ِة الَّ ِذيْنَ ُخلِّفُ ْو ۗا َح ٰتّى اِ َذا‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ُ ‫َاب َعلَ ْي ِه ْم لِيَت ُْوبُ ْو ۗا اِنَّ َ ُه َو التَّ َّو‬
118 ࣖ ‫اب ال َّر ِح ْي ُم‬ َ ‫ َم ْل َجا َ ِمنَ ِ آِاَّل اِلَ ْي ۗ ِه ثُ َّم ت‬.

Artinya :dan terhadap tiga orang yang ditinggalkan. Hingga ketika bumi
terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah
(pula terasa) sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak
ada tempat lari dari (siksaan) Allah, melainkan kepada-Nya saja, kemudian
Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

15
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa, Al-Qur’an
yang merupakan mukjizat terbesar Nabi SAW, memiliki banyak ilmu-ilmu
yang masih tersimpan. Salah satu kajian ulmunya adalah pembahasan
tentang mubhamat. Sudah jelas disini maksudnya dengan menggunakan
sumber lain, misal dengan riwayat, atau sudah dijelaskan dengan ayat lain.
Diantaranya:
1. Mubham adalah suatu lafaz yang maknanya tidak jelas,sehingga untuk
memahaminya diperlukan dalil lain. Menurut istilah yaitu semua lafaz yang
termaktub dalam al-Qur’an tanpa menyebutkannya secara spesifik atau
sesuatu yang tertentu yang dikenal, baik dari manusia maupun selainnya.
Ilmu tentang mubhamat merupakan salah satu disiplin ilmu al-Qur’an yang
hanya bersumber pada penukilan (periwayatan).
2. Sebab-sebab atas ketidakjelasan (mubham) dalam beberapa ayat al-
Qur’an. Di antaranya karena suatu ayat yang mubham telah dijelaskan pada
ayat lainnya. Dan karena yang diharapkan sudah jelas karena
popularitasnya.
3. Adapun kaidah-kaidah mubham;
a. Tidak diperlukan mencari hal-hal yang mubham yang telah diberitakan
Allah swt., karena hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
b. Pada dasarnya bahwa apa saja yang lafaznya mubham dalam al-Qur’an,
maka tidak diperlukan berpanjang lebar untuk mengetahuinya.
c. Ilmu mengenai mubham tergantung kepada dalil naqli saja
dan tidak ada peluang bagi masuknya unsur ra’yu (pendapat).

16
B.Saran
Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna Oleh karena itu sumbangan kritik dan saran yang membangun
semangat kami untuk menulis karya tulis ataupun makalah sehingga menjadi
lebih baik kedepannya. semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seluruh Insan
di bumi ini khususnya bagi para pembaca dan menjadi motivasi bagi seluruh
orang untuk berkarya.

Semoga kita semua senantiasa dalam naungan Allah subhanahu wa ta'ala dan
mudahmudahan makalah yang sangat sederhana ini bisa menjadi catatan amal
kebaikan bagi penulis Amin ya robbal alamiin

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Karim, A.-Q. (N.D.).

Al-Sabt, K. I. (1421 H). Qawa'id At-Tafsir,Jam'an Wa Dirasatan. Madinah: Dar Ibn Affan.

Al-Suyuti, A.-A. A.-F.-H. (N.D.). Al-Itfan Fi 'Ulum Al- Qur'an. Kairo: Al-Maktabah Al-
Taufiqiyah.

Al-Zarkasyi, I. B.-D. (N.D.). Al-Burhan Fi Ulum Al-Qur'an . Kairo: Maktabah Dar Al-Turas.

Hamzah, A. (2019). Kaidah Mubhamat Dalam Memahami Al-Qur'an. Jurnal Mimbar, 48-59.

Ri, D. A. (1418 H). Al-Qur'an Dan Terjemahnya. Al-Madinah Al-Manawwarah: Mujamma'


Al-Malik Fahdli Al-Tiba'at Al-Mushaf.

Shihab, Q. (1998). Membumika Al-Quran; Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan.

18

Anda mungkin juga menyukai