Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERKEMBANGAN DAN DINAMIKA ISLAM


DI SINGAPURA DAN BRUNAI DARUSSALAM

Disusun Oleh:

Siti Nurfadiah Firdina

(2130304070)

PROGRAM STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-nya
tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Dan tidak lupa pula
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Depi Kurniati, S.Pd., M.Pd.
Selaku dosen pengajar yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan
yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................I


DAFTAR ISI ........................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 7
2.1 Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Thailand (Patani) ..................... 7
2.1.1 Sejarah Islam di Thailand (Patani) ....................................................................... 7
2.1.2 Proses Penyebaran Islam di Kerajaan Patani .................................................... 10
2.2 Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Malaysia .................................. 11
2.2.1 Sejarah Perkembangan Islam di Malaysia ........................................................ 12
2.2.2 Kebangkitan Islam di Malaysia .......................................................................... 15
2.2.3 Dinamika Islam di Negara Malaysia Kontenporer .......................................... 16
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 1
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 1
3.2 Saran ............................................................................................................................ 2

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Thailand

Thailand merupakan sebuah negara dengan mayoritas penduduknya


menganut agama Budha aliran Theravada, namun ada minoritas kecil pemeluk
agama Islam. Dari sekian banyak penganut agama Islam di sana, terdapat sebuah
etnik Patani yang merupakan etnik Melayu yang sama dengan etnik Melayu di
beberapa negara mayoritas Islam di Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia, dan
Brunei. Meskipun dari segi politik mereka bagian dari negara Thailand, tetapi dari
segi bahasa dan budaya, mereka adalah Melayu, yang berbeda dengan etnik Siam
(etnik mayoritas di Thailand). Mereka pada umumnya berada di empat provinsi
yaitu Patani, Satun, Yala dan Narathiwat.

Sejarah Patani tidak terlepas dari sejarah awal kerajaan Melayu Patani yang
masih diselimuti kekaburan. Dalam catatan sejarah tidak dapat dipastikan mengenai
asal-usul atau tarikh yang sebenarnya kapan kerajaan Melayu Patani didirikan.
Menurut catatan pelaut-pelaut China yang menjalin hubungan dengan negeri-negeri
Asia Tenggara pada abad kedua Masehi, sebuah negeri yang bernama Lang-ya-shiu
(Langkasuka) telah ada pada waktu itu. Berdasarkan catatan tersebut, ahli-ahli
sejarah Eropa percaya bahwa negeri Langkasuka yang terletak di pantai timur
Semenanjung Tanah Melayu antara Senggora (Songkhla) dan Kelantan adalah
lokasi asal negeri Patani. Kerajaan tersebut beribu kota di sekitar daerah Yarang.
Kedudukan Patani yang sangat strategik dari segi geografis, menyebabkan
kota itu menjadi tujuan pedagang-pedagang asing baik dari barat maupun timur.
Dalam waktu yang singkat, Patani telah muncul sebagai kerajaan yang penting,
maju dari segi ekonomi, dan stabil dari segi politik dan pemerintahan.

Hubungan awal Patani dengan Islam terjadi akibat hubungan perdagangan


antara Arab, India dan China. Saudagar India dan Arab menduduki pusat-pusat

4
perdagangan Patani pada akhir abad ke-12 dan mereka menikahi penduduk
setempat dan membentuk masyarakat Islam awal. Lebih dari tiga abad setelah itu
Islam tersebar luas di kawasan tersebut hingga mempengaruhi golongan istana
untuk memeluk Islam. Karena sejalan dengan tradisi simbiosis antara agama dan
sistem pemerintahan kerajaan di Nusantara, serta kelaziman di kalangan pemegang
kekuasaan untuk menerima ”ideologi yang memberi legitimasi” sebelum rakyat
sendiri memeluknya, maka Islam dianut oleh keluarga para raja.1

Pemelukan agama Islam oleh golongan istana kerajaan Patani tidak jauh
berbeda dengan proses yang terjadi dengan kerajaan-kerajaan Islam yang lain di
Nusantara. Dalam hal ini, Raja Patani memeluk Islam disebabkan oleh faktor
penyembuhan. Faktor ini merupakan salah satu alasan mudahnya proses Islamisasi
di Nusantara. Menurut Azyumardi Azra, karena penyakit selalu dikaitkan dengan
sebab-sebab spiritual, agama-agama baru tidak dapat berkembang kecuali jika
mereka dipandang mempunyai jawaban terhadap penyakit. Dalam Hal ini, penyakit
Raja Patani diobati oleh seorang ulama Muslim yang berasal dari Pasai yaitu Syeikh
Sa’id atau Safiyy al-Din yang selanjutnya berhasil mengajak raja tersebut memeluk
Islam.

1.1.2 Malaysia

Pada awalnya, Malaysia adalah kerajaan federal di Asia Tenggara yang terletak di
semananjung Malaka dan sebagian Kalimantan Timur yang penduduknya
mayoritas Islam dan konstitusi sebagai agama resmi negara, sehingga syariat Islam
ditegakan dengan baik dan benar. Munculnya Islam di Malaysia berkat jasa para
pedagang yang mempunyai semangat yang tinggi dalam menyiarkan dan
mengembangkan Islam dari Arab melalui Malaka, yang saat itu sebagai pusat
perdagangan. Karena memang jalur perdagangan merupakan salah satu media yang
efektif dalam mengembangkan dan menyiarkan ajaran Islam.2

1
Muzakkir. Dinamika Perjuangan Muslim Patani, (Bandung: Cita Pustaka, 2007), hal. 6.
2
Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara, (Bandung: Nusa Media, 2011), hal. 111.

5
Malaysia dominan masyarakatnya muslim, tampak kelihatan sangat
heterogen terutama bila dilihat dari segi etnis, suku dan ras mereka. Karena itu, di
Malaysia dapat dijumpai sejumlah kelompok masyarakat muslim Indo-Melayu,
bahkan suku Bugis dan Makassar, banyak di sana. Walaupun Malaysia sebagai
salah satu negara yang masyarakatnya dominan muslim, namun tentu masih saja
menimbulkan pertanyaan mengenai tempat asal datangnya Islam di sana dan
bagaimana pola perkembangannya.

Perkembangan Islam di Malaysia ditandai dengan tumbuhnya


institusiinstitusi dengan baik hal ini peningkatan kesadaran beragama dalam sosial
keagamaan, politik, ekonomi dan lain-lainnya, sebagai contoh sebuah oposisi Islam
berkembang yaitu organisasi Kesatuan Nasional Melayu (UMNO) berusaha
menyokong oposisi keagamaannya sendiri melalui perekrutan tokoh-tokoh agama
dan berjanji memperjuangkan kepentingan Islam dan Pan-Melayu Islamic Party
(P.M.I.P) yang menjadi juru bicara bagi permusuhan komunitas Muslim terhadap
warga cina dan India. Orientasi keislaman P.M.I.P tidak hanya kepudulian ekonomi
tetapi juga kepedulian terhadap Perkembangan Islam. Malaysia dewasa ini semakin
menunjukkan adanya pluralitas keberagamaan yang dapat memberi perlindugan
bagi masyarakat non melayu yang pada umumnya menganut agama non Islam,
sehingga mereka hidup berdampingan satusama lain tanpa menimbulkan gejolak.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan tentang sejarah perkembangan dan dinamika islam di Thailand ?

2. Jelaskan tentang sejarah perkembangan dan dinamika islam di Malaysia ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tentang sejarah perkembangan


dan dinamika islam yang ada di Thailand.

6
2. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tentang sejarah perkembangan
dan dinamika islam yang ada di Malaysia.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Thailand (Patani)

Daerah Thailand terdiri dari dua bagian dengan agama, suku, etnis, daerah
dan budaya yang berbeda-beda. Bagian utara yang dikenal dengan kerajaan Thai
merupakan penganut agama Hindu terbesar, sementara di Selatan penganut agama
Islam. Dengan adanya dua wilayah tersebut, sehingga memberikan gambaran dari
sejarah kedua negara yang bersangkutan. Dinamika sejarah tentang kedua daerah
tersebut, pada awalnya adalah sebuah kerajaan dengan mempunyai dua raja dengan
kepemimpinan yang sama, tetapi mempunyai agama yang sama yakni penganut
agama Hindu.
Daerah bagian Utara, pada awalnya terbentuk sebuah kerajaan yang
bernama Sukhothai, kemudian digantikan oleh kerajaan Ayutthaya pada
pertengahan abad ke 14. Kerajaan Ayutthaya dikenal juga dengan kerajaan Siam.
Sementara, dibagian Selatan dikenal dengan kerajaan Patani.3 Perpindahan kerajaan
ini dari kerajaan yang selanjutnya tidak diketahui secara pasti penyebab dan
pengaruhnya, tetapi hal yang pasti adanya perebutan kekuasaan untuk memperluas
wilayahnya masing-masing. Kerajaan yang kalah maka akan diambil oleh kerajaan
yang menang dengan dibawah naungan kerajaan yang baru.

2.1.1 Sejarah Islam di Thailand (Patani)

Sejarah awal terbentuknya Patani, secara garis besar berasal dari Suku
Melayu yang berasal dari Malaysia. Hijrahnya Suku Melayu ke daerah ini yang
dikatakan sebagai pendatang juga, mempunyai keberuntungan yang luar biasa dari

3
Munir. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 87.

7
segi jalur utama sebagai jalur perdagangan. Oleh karena itu, daerah ini menjadi
rebutan, baik dari Kamboja, Pagan, India, Jawa dan Sriwijaya untuk mematok
wilayah ini. Namun, kerajaan yang paling besar menginginkan Patani adalah Thai,
sehingga usaha dan upaya terus dilakukan.4

Kedatangan Suku Melayu Malaysia yang pada waktu itu belum menganut
agama Islam di Thailand bagian Selatan, mempunyai tempat yang strategis sebagai
jalur utama perdagangan, maka secara otomatis pedagang-pedagang muslim dari
berbagai negara, baik Timur dan Tengah melalui jalur ini sekaligus menyebarkan
agama Islam. Jika dilihat dari sejarah masuknya Islam di Patani dengan jalur
perdagangan, maka hampir juga sama dengan negara-negara Asia Tenggara
lainnya.
Pedagang yang pertama kali melakukan jalur perdagangan di Patani berasal
dari Arab dan Persia. Kontak agama Islam dari pedagang muslim pada waktu itu
dengan jalur perdagangan, tidak membawa pengaruh yang begitu besar di Patani,
kecuali raja Patani dengan nama Phya Tu Nakpa masuk Islam. Padahal, agama
Islam telah ada di Patani sekitar 300 tahun lamanya. Islam hanya berkembang dari
kelompok komunitas yang kecil di Patani melalui perkawinan dengan penduduk
setempat. 5 Pengaruh agama Islam yang besar di Patani sehingga dikenal oleh
negara Asia Tenggara lainnya, ketika Phya Tu Nakpa masuk Islam dan mengganti
namanya menjadi raja Ismail Syah pada tahun 1500-an.
Lika-liku Phya Tu Nakpa masuk Islam dikarenakan sakit kulit yang
berkepanjangan yang tidak seorang dukun pun yang bisa mengobatinya. Namun,
diantara salah satu pihak kerajaan mendengar dari kampung sebelah kerajaan,
bahwa ada salah seorang yang bisa mengobatinya dengan gelar Syaikh, penganut
agama Islam yang taat. Mendengar hal tersebut, maka Phya Tu Nakpa memanggil
Syaikh tersebut, tetapi Syaikh mengajukan syarat kepada Phya Tu Nakpa jika
penyakitnya sembuh maka Phya Tu Nakpa harus memeluk agama Islam dan syarat
tersebut pun dipenuhi oleh Phya Tu Nakpa. Ketika pengobatan dilakukan dan

4
Muzakkir. Dinamika Perjuangan Muslim Patani, (Bandung: Cita Pustaka, 2007), hal. 9.
5
Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara, (Bandung: Nusa Media, 2011), hal. 224.

8
akhirnya Phya Tu Nakpa sembuh, maka janji tersebut tidak juga ditepati dan
akhirnya mengalami sakit kembali. Setelah tiga kali penyakit menyerang Phya Tu
Nakpa, dan diobati oleh Syaikh tersebut, barulah Phya Tu Nakpa mengikrarkan
dirinya untuk masuk Islam. Masuknya Islam Phya Tu Nakpa sehingga namanya
diubah menjadi Ismail Syah dan kerabat-kerabat, hulu-balang kerajaan
diperintahkan oleh raja Ismail Syah untuk memeluk agama Islam. Sejak saat itu,

raja Ismail Syah mengumumkan kerajaannya sebagai kerajaan Islam Melayu Patani
Darussalam, yang artinya “tempat yang damai”.6
Proses perjalanan raja Ismail Syah memeluk agama Islam membuat wilayah
Thailand bagian selatan terdiri kerajaan Islam yang terbesar, sementara di sebelah
utara kerajaan Thai yang terbesar juga dengan penganut agama hindu. Wilayah
Patani memainkan peranan yang begitu besar bagi agama Islam dari jalur
perdagangan yang dimilikinya, sehingga agama Islam di Patani mengalami
perkembangan yang begitu pesat.
Jalur-jalur perdagangan dari berbagai daerah, seperti Burma, Kamboja,
China, India, Nusantara, Persia, Yaman Malaysia, Indonesia dan Asia Tenggara
lainnya, kemudian diikuti dari negara Portugis, Jepang, Siam, Belanda dan negara
eropa lainnya menggunakan jalur perdagangan Patani sehingga pada abad ke 16,
Patani dikenal sebagai jalur pelabuhan untuk perdagangan yang terkenal di Asia
Tenggara. Kedatangan para pedagang dari berbagai daerah dengan penganut agama
Islam dari suku yang beragam dan terdiri dari beberapa para ulama, cendekiawan
maka dijadikan kesempatan oleh raja Ismail Syah untuk memanfaatkan keilmuan
para ulama dan cendekiawan tersebut untuk mengajar di istana kerajaan.
Ulama dan para cendekiawan mengajar para kerabat kerajaan di Istana
dengan berbagai macam keahlian yang dimilikinya. Ulama dari tanah Jawa sebagai
pengajar al-Qur’an dan kitab yang berbahasa Jawi. Begitu juga halnya dengan
ulama-ulama lainnya dengan mengajar ilmu-ilmu keislaman dan ilmu lainnya
dengan karakter yang berbeda-beda. Antusias kerabat di kerajaan membuat para

6
Muzakkir. Dinamika Perjuangan Muslim Patani, (Bandung: Cita Pustaka, 2007), hal. 11-12.

9
ulama menginginkan pembaharuan untuk mengajarkan Islam dengan mendirikan
pondok di wilayah-wilayah Patani.7

2.1.2 Proses Penyebaran Islam di Kerajaan Patani

1) Melalui proses perdagangan

Penyebaran Islam di Patani melalui perdagangan yang dilakukan oleh


pedagang-pedagang Islam yang saat itu berkunjung kenegara-negara yang sudah
bekerjasama. Pertama-tama para pedagang Islam ini biasanya datang kepemukiman
warga yang dekat dengan pelabuhan. Disela-sela waktu senggang para pedagang ini
mereka menceritakan perihal ihwal kepada masyarakat sekitar dimana tempat
mereka berdagang. Dari waktu kewaktu masyarakat sekitar dapat menerima agama
Islam dan penganutnya semakin bertambah. Meskipun pada saat itu penyebaran
Islam belum merata, hanya beberapa daerah saja di Patani. Namun, diterima
baiknya Islam ini menambah semangat para penyebar Islam untuk terus
memperkenalkan Islam kedaerah-daerah yang belum terjamah.

2) Melalui proses struktur sosial


Penyebaran Islam pada saat itu dimulai dari golongan teratas, seperti para
raja dan para menteri-menterinya. Dari sinilah dimulai penyebaran secara bertahap
dan bersetuktur, dari mulai raja-raja, para bangsawan, ulama dan sebagainya.
Dengan cara seperti ini rakyat-rakyat biasa yang cenderung bekerja sebagai pelayan
istana, petani, dan pelayan akan dengan sendirinya akan mengikuti jejak para raja
dan bangsawan maupun para ulama. Dari kontak-kontak sosial seperti inilah
selanjutnya menyebar kepada yang lainnya, seperti keluarga, kerabat, tetangga,
teman dekat, dan yang lainnya sampai batas pulau sekalipun. Dengan cara seperti
inilah penyebar Islam semakin efektif dan bertambah pengikutnya di Asia
Tenggara.

7
Munir. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 90.

10
3) Melalui proses pengajaran
Selain dengan proses berdagang dan melalui struktur sosial masyarakat, para
penyebaran Islam jiga menyebarkan Islam dengan cara pengajian atau pengajaran,
yaitu dengan membuka lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang selanjutnya
berubah menjadi pesantren atau pondok. Dengan telaten para pendakwah memberi
pengajaran yang dimulai dari mengajarkan rukun Islam, rukun Iman, baca tulis Al-
quran bahkan sampai mengajarkan hadis-hadis yang berkaitan langsung dengan
kehidupan masyarakat.
Pengajaran yang diberikan pada saat itu tidak terlalu muluk-muluk karna
disesuaikan dengan alam pemikiran mereka yang masih awam terhadap agama
Islam. Tidak jarang juga pada saat itu banyak pengajar yang diperlakukan tidak baik
oleh murid-muridnya. Namun, berkat keuletan dan kerja keras para pengajar, secara
perlahan-lahan semua materi pengajaran dapat disampaikan dan dipahami, sehingga
menimbulkan semangat dalam mengikuti pengajian-pengajian yang disampaikan
oleh para pendakwah. Dengan pesatnya penyebaran Islam ini maka para pendakwah
pada saat itu mulai berjuang mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan mulai
memproses pengkaderan supaya Islam dapat tersebar secara luas dan merata
kenegara-negara yang lain.8

2.2 Sejarah Perkembangan dan Dinamika Islam di Malaysia


Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak terlepas dari peran
kerajaankerajaan Melayu jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut.
Sebab, kerajaan-kerajaan di Malaysia dalam sejarahnya dikenal sebagai Kerajaan
Islam, dan oleh pedagang Gujarat, keberadaan kerajaan tersebut dimanfaatkan
untuk mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad kesembilan.9
Dari sini dapat dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia lebih belakangan
ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad
ketujuh. Berdasarkan keterangan ini pula, maka asal usul masuknya Islam ke

8
Muzakkir. Dinamika Perjuangan Muslim Patani, (Bandung: Cita Pustaka, 2007), hal. 15-17.
9
Hamid. Dinamika Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hal. 55.

11
Malaysia, sebagaimana dikemukakan Azyumardi Azra, datang dari India, yakni
Gujarat dan Malabar.
Sejak sebelum Islam datang ke wilayah Asia Tenggara, Malaysia berada di
jalur perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-kawasan Arab dan India
dengan wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat
perdagangan yang amat penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga menjadi
pusat bertemunya berbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang
berinteraksi secara kompleks.

2.2.1 Sejarah Perkembangan Islam di Malaysia


Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Asia
Tenggara termasuk di Malaysia, sedikitnya ada tiga teori. Pertama, teori yang
menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, Islam
datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga, Islam datang dari Benggali
(kini Banglades).

Sedangkan mengenai pola penerimaan Islam di Nusantara termasuk di


Malaysia, kita dapat merujuk pada pernyataaan Ahmad M. Sewang, bahwa
penerimaan Islam pada beberapa tempat di Nusantara memperlihatkan dua pola
yang berbeda yaitu:

1) Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian


berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas atau elite penguasa
kerajaan.
2) Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan, kemudian disosialisasikan
dan berkembang ke masyarakat bawah. Pola pertama biasa disebut bottom-up,
dan pola kedua biasa disebut top-down. Pola ini menyebabkan Islam
berkembang pesat sampai pada saat sekarang di Malaysia.10
Pola pertama melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan
orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta

10
Hamid. Dinamika Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hal. 59.

12
bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di
tengah komunitas yang majemuk ini tentu saja terdapat tempat mereka berkumpul
dan menghadiri kegiatan perdagangan termasuk merancang strategi penyebaran
agama Islam yang telah mereka bina sejak lama.

Seiring itu pula, pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa di
mana istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan
kehidupan sosial. Dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi
pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis
sebagai landasan legitimasi bagi penguasa Muslim.11

Memasuki awal abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris,


urusan-urusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi
sultan-sultan, dan hal itu diatur melalui sebuah departemen, sebuah dewan atau pun
kantor sultan. Setelah tahun 1948, setiap negara bagian dalam Federasi Malaysia
telah membentuk sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di
Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang diterapkan sebagai hukum status
pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah) yang
diketua hakim agama.

Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami


perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas
dan jurusan agama. Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas
Malaya yang kini kita kenal Universitas Kebangsaan Malaysia. Memasuki masa
pasca kemerdekaan, semakin jelas sekali pola perkembangan Islam tetap
dipengaruhi oleh pihak penguasa (top-down). Sebab, penguasa atau pemerintah
Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang
Malaka yang berisi tentang hukum Islam berdasarkan konsep Qur’ani berlaku di
Malaysia.

11
Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara, (Bandung: Nusa Media, 2011), hal. 112.

13
Di samping itu, ada juga undang-undang warisan Kerajaan Pahang
diberlakukan di Malaysia yang di dalamnya terdapat sekitar 42 pasal di luar
keseluruhan pasal yang berjumlah 68, hampir identik dengan hukum Islam madzhab
Syafi’i. Pelaksanaan undang-undang yang berdasarkan al-Quran dan realisasi
hukum Islam yang sejalan dengan paham madzhab Syafi’i di Malaysia, sekaligus
mengindikasikan bahwa Islam di negara tersebut sudah mengalami perkembangan
yang signifikan.12

Dengan adanya proses Islamisasi di Malaysia, peranan penting dalam


pengembangan ajaran Islam semakin intens dilakukan para ulama atau pedagang
dari jazirah Arab. Pada tahun 1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan
dan kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegiatan dakwah dan kajian
Islam oleh kaum intelektual, dan menyelenggarakan kegiatan keagamaan
intenasional berupa Musabaqah Tilawatil Qur’an yang selalu diikuti oleh qari dan
qari’ah Indonesia. Selain itu, perkembangan Islam di Malaysia semakin terlihat
dengan banyaknya masjid yang dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan
jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan
Islam di Malaysia tidak banyak mengalami hambatan. Bahkan ditegaskan dalam
konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di Kelantan,
hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992.13

Meski demikian, Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap


menjamin agama-agama lain, dan oleh pemerintah diupayakan tercipta kondisi
ketentraman, kedamaian bagi masyarakat. Walaupun pemegang jabatan adalah
pemimpin-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua
pihak.

12
Munir. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 72.
13
Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara, (Bandung: Nusa Media, 2011), hal. 116.

14
2.2.2 Kebangkitan Islam di Malaysia

Pengamalan islam menjadi lebih tampak jelas terutama setelah kebangkitan


Islam di Malaysia yang terjadi pada tahun 1970-an. Dan mencapai puncaknya pada
tahun 1980-an. Kebangkitan Islam di Malaysia terlihat jelas pada upaya muslim
Malaysia untuk mengamalkan ajaran islam secara lebih serius seperti: aktif solat
berjemaah di masjid, menghadiri wirid pengajian, banyak beramal sholeh,
mengucapkan salam saat bertemu, berhati-hati saat membeli makanan agar tidak
termakan pada yang haram, memakai busana muslim seperti jubah, jilbab atau baju
kurung dan telekung bagi wanita, memakai sarung, serban dan peci atau pakaian
lainnya yang jelas jelas mencirikan ketaatan sebagai muslim.14
Gerakan kebangkitan islam juga terlihat dikalangan mahasiswa di
kampuskampus Malaysia. Dikalangan mahasiswa terdapat sekelompok-
sekelompok pengajian yang dikenal dengan’dakwah’. Mereka secara aktif
mengadakan pengajian, puasa bersama, sholat malam bersama, dan tidak jarang
juga mengadakan zikir dan renungan malam bersama.
Dilatar belakangi oleh pendekatan dan pandangan internasionalis FOSIS
yang umum tentang islam, sementara mahasiswa asal Malaysia membutuhkan
persiapan diri untuk perjuangan islam di Malaysia setelah kembali, diawal tahun
1975, dua organisasi islam yang baru yang lebih militan terbentuk dikalangan
mahasiswa Malaysia di London, yaitu Suara Islam dan Islam Representation
Council (IRC). Berpegang pada ajaran-ajaran al-maududi, serta terinspirasi dari
jamaah islami dari Indo-Pakistan dan Ikhwan al- muslimin dari mesir, para
mahasiswa yang tergabung dalam duaorganisasi ini menjadi punya interpresentasi
Islam yang radikal. Terutama Suara Islam,saat itu berobsesi untuk melaksanakan
perjuaangan islam di Malaysia (revolusiislam), dengan perjuangan ideology yang
akan menyoroti konflik fundamental antara cara islam dan bukan islam.15

14
, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hal. 62.
15
Munir. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 75-76.

15
Dengan demikian, kebangkitan islam di Malaysia yang terlihat dari
kesadaran muslim Malaysia untuk mengamalkan ajaran islam yang lebih serius,
juga turut menguat nuansa islam di Malaysia, ditambah lagi oleh kenyataan bahwa
bersamaan dengan kebangkitan islam tersebut terdapat himbawan dan tuntunan
agar pemerintah memperlihatkan kebijakan dan program-program yang lebih
islami.

2.2.3 Dinamika Islam di Negara Malaysia Kontenporer

Kuatnya nuansa dan etos Islam di Malaysia dapat ditunjukkan dengan


melihat kenyataan bahwa dibandingkan dengan sejumlah negara yang punya jumlah
penduduk Muslim dan non-muslim yang hampir seimbang, hanya Malaysia yang
memberikan banyak tekanan pada simbol-simbol, lembaga dan pengamalan islam.
Kenyataan ini dapat dilihat terutama sejak kebangkitan Islam di Malaysia yang
berlangsung sejak tahun 1970-an dan mencapai puncaknya pada tahun 1980an. Hal
ini dapat dibuktikan mulai dari deklarasi pemerintahan untuk merevisi sistem
hukum nasional agar lebih selaras dengan Hukum Islam (1978).16
Deklarasi pemerintahan untuk menyusun kembali model dan sistem
ekonomi Malaysia menjadi model Islam (1980) selanjutnya diikuti oleh penyediaan
infrastruktur dan institusi-institusi Islam seperti Bank Islam Asuransi Islam,
Pegadaian Islam, Yayasan Ekonomi Islam, pembentukan kelompok Smber Daya
Islam seta kelompok Khusus Penegakaan Islam (1981-1982), Pembangunan
Sekolah Guru Islam (1980), pengadaan tempat yang permanen untuk Kamp
Training Islam Internasional (1982), kesponsoran pemerintah terhadap Rumah
Sakit Pusat Islam (1983), Pendirian Universitas Islam Internasional (1983),
deklarasi resmi tentang ‘Islamisasi Tubuh Pemerintahan’ (1984) deklarasi bahwa
‘Hanya Islam yang mendapat jatah waktu siaran di Radio dan TV
Malaysia’(1988).17

16
Hamid. Dinamika Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hal. 63.
17
Hamid. Dinamika Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hal. 64.

16
Dalam perkembangan terakhir, dukungan pemerintah terhadap Islam dapat
dilihat dari pembangunan secara besar-besaran pusat Islam di Putrajaya, serta
intensifikasi program-program dan kegiatan keislaman melalui lembaga itu.
Mengapa nuansa islam kelihatan lebih kuat di Malaysia dibanding dengan
Indonesia yang penduduknya 88% beragama islam? Hal ini disebabkan oleh faktor
sejarah perkembangan Islam yang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
perkembangan politik melayu sejak masa kesultanan Malaka. Kendati demikian,
kuatnya etos Islam di Malaysia hanya bisa dipahami secara berarti dan realistis jika
dihubungkan dengan banyak faktor lain yang telah memperkuat pengaruh islam
dalam berbagai fase sejarah malaysia.
Respon sultan dan masyarakat malaka yang sangat antusias terhadap
kedatangan islam, pada gilirannya turut pula mengangkat posisi malaka sebagai
pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkan dakwah keluar negeri,
banyak pula orang luar yang datang ke malaka untuk menuntut ilmu. Sunan bonang
dan sunan kalijaga dua ulama dari jawa yang sangat terkenal sebelumnya
menamatkan pengajiannya di malaka. 18
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di mulai dari paruh abad ke-15
islam telah menjadi unsur penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan malaka,
pusat kunci dari mana islam menyebar keseluruh bagian lain di nusantara. Sebagai
pusat penyebaran islam, malaka begitu peka terhadap pengembangan islam.
Langkah para sultan yang menitik beratkan pada pelayanan terhadap para ulama
memungkinkan islam berkembang pesat. Sementara itu islam yang mempunyai
dasar filosofis dan rasional yang kuat, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
melayu. Dalam keidupan sehari-hari, ajaran islam dan nilai yang konsisten dengan
islam, menjadi sumber penuntun hidup yang penting bagi melayu.

18
, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), hal. 64-65.

17
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Thailand

1. Sebelum menjadi nageri Islam, Patani dikenal sebagai kerajaan Hindhu


Brahma. Rajanya yang terkenal adalah Bhaga Datta (515M) yang berarti
“pembawa kuasa” ketika kerajaan Sriwijaya berhasil menaklukkan Nakorn
Sri Thamrat (sekarang legor di Thailand). Patani kini menjadi salah satu dari
lima provinsi di Thailand selatan dengan disebut provinsi Pattani, Yala,
Naratiwat, Satun dan Songkhla, yang banyak dihuni oleh umat Islam.

2. Masuk Islam di Patani, berdasarkan pendapat yang populer serta diterima


secara umum oleh ahli sejarah bahwa Islam masuk ke Patani melalui jalur
perdagangan. Karena perdagangan melalui Samudra Hindia dan laut Cina
selatan mulai sejak abad ke-10 dan berkembang sampai abad ke-11 M.

3. Keberhasilan yang berjaya dan perannya yang utama dalam bidang dakwah
Islamisasi di Semenanjung Melayu, Patani Darussalam memiliki banyak
peninggalan-peninggalan sejarah lama Islam, seperti masjid, makammakam
dan yang lebih penting ialah kitab jawi yang jumlahnya 56 cukup banyak.
Sekurang-kurang terdapat empat buah masjid bersejarah di Patani yang
semuanya berusia lebih satu abad.

3.1.2 Malaysia

1. Islam masuk pertama kali di Malaysia dibawah oleh pedagang Gujarat


sekitar abad ke-9 dengan pola penerimaan bottom up yang selanjutnya
mengalami perkembangan melalui proses pola top down. Setelah memasuki
abad ke-15 Islam di Malaysia mengalami perkembangan yang signifikan

1
dengan ditandai banyaknya bangunan masjid bahkan telah dibangun
lembaga pendidikan Madrasah Al-Mursyidiyah. Dan awal abad ke-20
dengan ciri khas perkembangan Islam oleh adanya koordinasi sultan-sultan
di setiap negara bagian dalam menegakkan hukum Islam. Setelah masa
kemerdekaan perkembangan pemeluk Islam dari segi kuantitasnya
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

2. Pemikiran dan Gerakan politik Islam lebih intensif sejak perjuangan


kompromi politik untuk mendapatkan kemerdekaan dari kolonilais Inggris.
Gerakan politik Islam menemukan momentumnya yang spektakuler yakni
menempatkan Islam sebagai agama resmi negara dan menempatkan etnis
Melayu sebagai kelompok spesial (special privileges).

3. Gerakan politik Islam yang dikendalikan oleh partai politik pemegang


tampuk kekuasaan, yaitu UMNO, meskipun beraliran Islam inklusif dan
menjunjung tinggi nilai nilai nasionalisme, kiprahnya tetap mengutamakan
nilai nilai Islam. Adapun partai oposisi seperti PAS yang lebih beraliran
“fundamentalis” dalam arti etik sebenarnya keinginannya telah teradopsi
oleh partai penguasa. Artinya bahwa kedua partai tersebut menguntungkan
keberadaan agama Islam.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang telah penulis buat. Semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini,
penulis mohon maaf sebesar-besarnya dan penulis mengharapkan saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.

2
3

Anda mungkin juga menyukai