Disusun oleh :
BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan Kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Islam dan Masyarakat Melayu” .
Tidak lupa kami ucapka kepada dosen yang telah memberikan materi
kepada kami. Dalam penyusunan makalah ini masih sangat banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penyusun, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun
harapkan demi menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................
1.3 Tujuan................................................................................................
BAB 2. PEMBAHASAN.......................................................................
BAB 3. PENUTUP.................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Kebudayaan Melayu dikenal dengan kebudayaan dan ajaran Islam nya yang
sangat kental. Agama Islam memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam
kebudayaan orang Melayu. Ciri Melayu sejak orang Melayu menganut Islam
dikenal ialah beradat dan berbahasa Melayu.
Adapun rumusan masalah dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1
Nyayu Soraya, Islam dan Peradaban Melayu, (Serang: Desanta Publisher: 2021), hal. 115-116.
2
Nyayu Soraya, Islam dan Peradaban Melayu, (Serang: Desanta Publisher: 2021), hal. 116.
3
Nyayu Soraya, Islam dan Peradaban Melayu, (Serang: Desanta Publisher: 2021), hal. 119-120.
2.1 Islam dan Pengaruhnya terhadap Budaya Melayu
1. Kepercayaan
2. Politik
3. Adat Istiadat
Penggunaan sirih pinang, beras kunyit dan inai merupakan pengaruh Hindu.
Setelah mereka memeluk Islam adat ini berubah. Walaupun unsur budaya lama
masih seperti meminang, berinai, dan bersanding masih dilakukan oleh sebagian
Orang Melayu, namun sudah banyak disesuaikan sengan aturan-aturan dalam
agama Islam dan tidak bertentangan dangan prinsip dasar ajaran agama Islam.
Jika seseorang meninggal duni, ahli warisnya mengadakan acara adat kematian
berupa kenduri arwah memperingati 7 hari, 40 hari, dan 100 hari. Setelah mereka
memluk Islam acara semacam ini lambat lau berkurang, mereeka hanya melaukan
acara ta’ziyah malam pertama, kedua dan ketiga.
4. Kesenian
Pengaruh tradisi ini dapat dilihat pada bentuknya yang tersusun sebagai
lanjutan dari seni Bali yeng disebut Meru. Pengaruh Hindu lebih jelas lagi pada
zaman Sunan Kudus. Terdapat juga pengaruh masyarakat tradisional pada bentuk
perhiasannya. Pola-ppola yang menjadi perhiasan dari zaman pra Islam seperti
daun-daunan, bunga teratai, bukit-bukit karang, pemandangan dan garis-garis
geometri masih dilestarikan. Di samping itu, terdapat juga perkembangan senu
khath Islam. Ini dapat dilihat pad bangunan makam, mesjid dan sebagainya. Tidak
dapat dinaifkan bahwa seni Islam ini juga masih melestarikan unsur pra Islam
yang dianggap tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
5. Kesusateraan
Setelah kedatangn Islam proses penanaman aqidah Islam dengan cerita atau
kisah-kisah melalui dua cara, yaitu dengan menggubah cerita yang berisi unsur
Islam dan mengenengahkan cerita-cerita baru yang berasal dari tradisi Islam
seperti kisah-kisah tauladan dan kisah para Nabi. Kesusasteraan Melayu awalnya
dengan cara lisan kemudian diikuti dengan tulisan Arab Melayu (Jawi). Dari sini
dimulainya oenulisan dan penyalinan kitab-kitab yang berkaitan dengan agam
Islam, seperti kitab-kitab Risalat Dua Kalimah Syahadah, peraturan dan rukun-
rukun sembahyang, peraturan puasa dan sebagainya. Kemudian dikembangkan
pula dengan doa-doa dan kisah-kisah Nabi, kitab fiqh, tafsir al-Qur’an, hikayat
para Nabi, cerita pahlawan Islam dan lainnya. Kedatangan Islam menyebabkan
kesusasteraan masyarakat Melayu makin berkembang dan berdiri di landasan
yang benar. Kesusasteraan masyarakat pribumi tidak hilang bahkan dilestarikan
hingga sekarang.
Di antara sastra melayu yang populer adalah “syair” yang merupakan puisi
Melayu asli dan ia tidak dapat dipastikan apakah keberadaannya lebih awal dari
pada zaman Hamzah Fansuri (1625-1630). Puisi Melayu yang tertua ini dapat
dilihat pada syair-syair Hamzah Fansuro; Syair Dagang, Syair Si Burung Pincai,
Syair Perahu yang menampilkan alur pikiran dan perasaan para ahli sufi Persia.
Ada sejumlah karya yang dibuat bertujuan untuk menasihati atau menghibur
yang dikenal dengan istilah “adab” dalam sejarah satera Melayu pengaruh Arab
dan Persia. Ia memaparkan kisah-kisah dan peristiwa-peristiwa di sekitar istana,
khusunya mengenai sultan, seperti Bustan al Salatin dan Taj al-Salatin yang tidak
pernah dinamakan “kitab” atau “hikayat” bahkan sejarah atau silsilah juga dapat
digolongkan ke dalam sastera yang berpengaruh Islam. Dari sejumlah besar karya-
karya Melayu lama yang dibuat antara tahun 1400 hingga 1650 M tergolong
dalam cerita raja-raja, karya-karya sejarah dan hukum kanun, karena para penulis
istana menulis untuk memenuhi permintaan raja-raja Melayu yang mengagumi
nenk moyang mereka dari Raja Iskandar Zulkarnain dan keturunan Persia.
7. Bahasa Melayu
a. Abjad Tulisan
Semua abjad tulisan Arab (huruf hija’iyah) diambil menjadi abjad tulisan
Melayu (Jawi) dengan berbagai modifikasi seperlunya, serentak dengan
tersebarnya aagama Islam di Nusantara yang sudah dimulai pada sekitar akhhir
abad ke-7 M. Asalnya, sebelum kedatangan Islam, bahasa melayu telah memiliki
abjad dan sistem tulisan sendiri, yaitu abjad atau huruf Palawa, seperti yang
ditemukan pada prasasti-prasasti di Kdukan Bukit (638 M), Talang Tuwo (684 M),
Kota Kapur (686 M) dan Kerang Berahai (686 M), tetapi sistemnya tidak praktis
seperti tulisan Jawi Melayu yang berasal dari huruf-huruf Arab dan Persia yang
kemudian digunakan sebagai tulisan rasmi Melayu.
b. Tata Bahasa
Ciri-ciri tata bahasa Arab dan balaghahnya masuk ke dalam kaedah tata
bahasa Melayu. Ini jelas terlihat dalam tata bahasa Melayu lama. Di antara aspek
penting dalam tata bahasa ialah morfologi “bentuk kata”. Pengaruh Arab terhadap
tata bahasa Melayu ini di antaranya: Pertama, bahasa Melayu mempunyai
persamaan sifat dengan bahasa Arab dari segi linguistik, di mana bahasa Melayu
dan bahasa Arab tergolong sebagai Oligo-sintesis, hampir semua perbendaharaan
kata dapat dibentuk dari kata dasar yang sedikit jumlahnya. Misalnya dari kata
dasar ilmu (Arab: ‘Ilm) dapat dipecahkan sekurang-kurangnya menjadi delapan
kata atau lebih, seperti: ‘alima, ‘alama, ta’allama, ista’lama, mengetahui,
mengajar, belajar, minta diajar, dan lainnya.
institusi yang berlanjut dari satu generasi ke satu generasi yang lain.
5
Farmer, L. et.al. 1977. Comparative History of Civilizations in Asia. Massachusetts: Addison
Wesley Publishing, hlm. 11.
Sedangkan Toynbee (1960:20) mendefinisikan tamadun sebagai suatu pemikiran
dan gaya kebudayaan yang melahirkan institusi politik, undangundang, kesenian,
kesusastraan, agama, dan akhlak. Beg67 (1985:18) memberikan sembilan ciri
tamadun yang masih berada dalam proses perkembangan. Ciri-ciri tersebut adalah
(1) berakhirnya corak hidup nomaden dengan penciptaan alat-alat baru dalam
pertanian; (2) bermula peternakan dan pembagian kerja berdasarkan kelompok;
(3) pertumbuhan kota dan negara, wujud status sosial, menggunakan sisitem
pengairan untuk pertanian, penggunaan peralatan, tembaga, dan gangsa dan wujud
sistem tulisan, angka dan kalender; (4) penggunaan sistem pengairan secara
meluas; (5) penciptaan alat dari besi, pengeluaran alat-alat baru, perkapalan dan
penggunaan wang logam untuk memudahkan perdagangan;(6) revolusi
peternakan; (7)revolusi perdagangan; (8) revolusi teknologi; (9) revolusi industri.
Dalam hal ini kapanpun terjadinya hubungan orang Arab dengan orang
Melayu tidak terlalu perlu dipermasalahkan sebab kedatangan mereka, baik dari
Arab langsung atau dari Persia maupun dari wilayah India yang membawa agama
Islam ke Nusantara menimbulkan sebuah perubahan yang hampir menyeluruh di
dalam kehidupan orang Melayu yang selama ini kuat berpegang kepada ajaran
Hindu-Buddha dan animisme/ dinamisme.
Dengan keyakinan yang utuh dari umat Islam bahwa Islam merupakan
risalah terakhir yang diturunkan kepada Muhammad Saw untuk seluruh umat di
dunia ini. Dalam ajarannya, Islam tidak hanya mengatur hubungan antara manusia
dengan penciptanya saja akan tetapi juga mengatur hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya. Aturan itu diramu dengan sedemikian rupa dan sangat
sempurna sekali sehingga umat yang patuh dan taat pada aturan yang dibuat akan
menemukan dan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian lahir dan batin.
Selanjutnya, agama Islam sebagai pandangan hidup orang Melayu telah menjadi
norma dan sistem nilai serta spirit bagi orang Melayu, karena agama Islam dengan
segala ajarannya menjadi pedoman bagi masyarakat Melayu dalam bertindak,
bersikap dan berprilaku ketika terjadi interaksi antar sesamanya, baik secara
kelompok kecil maupun kelompok besar.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa internalisasi Islam terjadi kepada
semua aspek kehidupan orang Melayu yang dengan mudah menerima Islam
karena ajaran Islam yang lebih memberikan pandangan baru kepada orang
Melayu. Artinya dalam aspek sosial kemasyarakatan, penyatuan Islam dan
tamadun Melayu terlihat secara nyata karena sebelum disentuh oleh Islam,
struktur sosial masyarakat Melayu terbagi kepada dua kelompok dimana antara
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya mempunyai jurang pemisah yang
dalam.Berkaitan dengan pembahasan ini maka internalisasi Islam dan tamadun
Melayu ditinjau dari aspek keyakinan dan kepercayaan, pendidikan dan ilmu
pengetahuan serta sosial masyarakat Melayu saja.
8
Husni Tamrin dan Afrizal Nur. 2007. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau, Laporan Hasil
Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, hlm 3.
Beberapa warisan kebudayan Melayu yang mungkin dapat dijadikan dasar
dan falsafah hidup bagi orang Melayu. Semua warisan tersebut merupakan buah
pikir, buah kerja, dan karya cipta yang telah ditunjukkan oleh nenek moyang
orang Melayu, yang sekarang sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikan
warisan budaya tersebut di kalangan orang Melayu dewasa ini. Tidak hanya
menjaga dan mengamankan warisan budaya Melayu tersebut, akan tetapi generasi
kini maupun mendatang sudah harus mengkaji, mendalami berbagai warisan-
warisan kebudayaan Melayu yang masih misterius dan belum penah tersentuh
oleh pakar-pakar Melayu.
Oleh sebab itu, kekayaan yang masih tersimpan dan terbenam di dalam
bumi Melayu ini, perlu kita bersinergi untuk mengungkap kembali, sehingga
warisan budaya Melayu ini dapat diketahui dan dipelajari oleh generasi Melayu
mendatang.
1. Gurindam 12
Gurindam adalah bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua larik
(baris), mempunyai irama akhir yang sama dan merupakan satu kesatuan yang
utuh. Larik atau baris pertama berisikan semacam soal atau perjanjian, sedangkan
bait kedua adalah jawaban soal atau akibat dari perjanjian tersebut. Berikut ini
kutipan definisi Raja Ali Haji mengenai gurindam, yaitu: "...perkataan yang
bersajak akhir pasangannya, tetapi sempurna perkataannya dengan satu
pasangannya saja. Jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan sajak yang
kedua itu jadi seperti jawab".
GURINDAM I
Ini gurindam pasal yang pertama
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.
GURINDAM II
Ini gurindam pasal yang kedua
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
9
Rosa,F. et al. 2017. Karya sastra Melayu Riau. Deepublish, 6-15
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.
GURINDAM III
Ini gurindam pasal yang ketiga:
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.
GURINDAM IV
Ini gurindam pasal yang keempat:
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.
GURINDAM V
Ini gurindam pasal yang kelima:
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
GURINDAM VI
Ini gurindam pasal yang keenam:
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,
GURINDAM VII
Ini Gurindam pasal yang ketujuh:
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.
GURINDAM VIII
Ini gurindam pasal yang kedelapan:
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.
GURINDAM IX
Ini gurindam pasal yang kesembilan:
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.
GURINDAM X
Ini gurindam pasal yang kesepuluh:
Dengan bapak jangan durhaka
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai
supaya dapat naik ke tengah balai.
Dengan istri dan gundik janganlah alpa
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kapil.
GURINDAM XI
Ini gurindam pasal yang kesebelas:
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
jangan memalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.
GURINDAM XII
Ini gurindam pasal yang kedua belas:
Gurindam Dua Belas, pasal yang ke 11 dan ke 12
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,
TAM berisi pernyataan yang bersifat khas, mengandung nilai nasihat dan
petuah, amanah, petunjuk dan pengajar serta contoh teladan yang baik. Dapat
mengarahkan manusia pada kehidupan yang benar dan baik serta dalam keridhaan
Allah untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
10
Tenas Effendy merumuskan TAM. Ia mengemukakan :
yang disebut tunjuk ajar dari yang tua,
petunjuknya mengandung tuah
pengajarannya berisi marwah
petuah berisi berkah
amanahnya berisi hikmah
nasehatnya berisi manfaat
pesannya berisi iman
kajinya mengandung budi
contohnya pada yang senonoh
teladannya di jalan Tuhan
10
Tenas Effendy dan Mahyudin Al Mudra. 2006. Tunjuk ajar melayu. Yogyakarta : Balai Kajian
dan Pengembangan Budaya Melayu, 10-11
Tunjuk Ajar Melayu yang disusun oleh Tennas Effendy tersebut secara
garis besar berisi 25 pemikiran utama yang disebut juga sebagai Pakaian Dua
Puluh Lima. Dari ke 25 butir pemikiran utama tersebut, di setiap butirnya
mengandung nilai konseling spiritual yang dapat digunakan untuk membimbing
kondisi spiritual seseorang. Diantara sifat yang 25 itu adalah sifat tahu asal mula
jadi, tahu berpegang pada Yang Satu, sifat tahu membalas budi, sifat hidup
bertenggangan, mati berpegangan, sifat tahu kan bodoh diri, sifat tahu diri, sifat
hidup memegang amanah, sifat benang arang, sifat tahan menentang matahari dan
sebagainya.
Fitria Rosa, Neni Hermita dan Achmad Samsudin. Karya sastra Melayu Riau.
Yogyakarta : Deepublish, 2017
Husni Tamrin dan Afrizal Nur. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau, Laporan
Hasil Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru, 2007.
Tenas Efendi. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta : Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu, 2006.