Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU

Dosen pengampu : Dr. Hervrizal, S.Ag, M.A

Disusun oleh :

Alif Kurnia (2304114030)


Irfan Abdillah (2304127410)
Jaka (2304112340)
Jandu Aditya (2304111022)
Misriyadi (2304112310)

BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan Kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Islam dan Masyarakat Melayu” .

Tidak lupa kami ucapka kepada dosen yang telah memberikan materi
kepada kami. Dalam penyusunan makalah ini masih sangat banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penyusun, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun
harapkan demi menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Semoga Allah Swt. memberkahi makalah ini sehingga dapat bermanfaat


bagi kita semua, terutama bagi diri penyusun sendiri.

Pekanbaru, 29 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................

1.1 Latar Belakang..................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................

1.3 Tujuan................................................................................................

BAB 2. PEMBAHASAN.......................................................................

2.1 Islam dan Pengaruhnya Terhadap Budaya Melayu...........................

2.2 Internalisasi Nilai-nilai Islam dan Tamaddun Melayu......................

2.3 Khazanah Kebudayaan Melayu.........................................................

BAB 3. PENUTUP.................................................................................

3.1 Kesimpulan........................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam merupakan syari’at yang diturunkan kepada umat manusia dimuka


bumi ini supaya mereka bisa beribadah kepada-Nya. Penanaman keyakinan
terhadap Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah,
sekolah maupun lingkungan.

Kebudayaan Melayu memiliki nilai-nilai universal yang diakui oleh umat


manusia, seperti nilai keyakinan kepada kekuasaan Sang Pencipta, Tuhan, nilai
“persebatian” sesama umat, nilai musyawarah dan mufakat, serta menjaga dan
menciptakan keadilan, sehingga orang Melayu mempunyai harkat, martabat, dan
marwah yang dipandang sejajar dengan menusia dan masyarakat.

Kebudayaan Melayu dikenal dengan kebudayaan dan ajaran Islam nya yang
sangat kental. Agama Islam memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam
kebudayaan orang Melayu. Ciri Melayu sejak orang Melayu menganut Islam
dikenal ialah beradat dan berbahasa Melayu.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja pengaruh Islam dalam Budaya Melayu


2. Apa saja internalisasi nilai-nilai Islam dan Tamaddun dalam Melayu
3. Apa saja khazanah kebudayaan melayu

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Islam dalam Budaya Melayu


2. Untik mengetahui internalisasi nilai-nilai Islam dan Tawaddun dalam
Melayu
3. Untuk mengetahui khazanah kebudayaan Melayu
BAB 2

PEMBAHASAN

Suku bangsa Melayu di Nusantara, dari perspektif antropologi, dapat


dikelompokkan kedalam suku Melayu Tua (proto-Malay) dan suku Melayu Muda
(Deutro-Malay). Suku Melayu Tua seperti suuku Batak, Nias, Mentawai, Enggano
di Sumatera. Lalu, suku Dayak di Kalimantan, Toraja dan Minahasa di Sulawesi,
formalnya masih animisme dan beragama kristen. Karena dari semula telah
menjadi sasaran utama dari usaha kristenisasi penduduk pribumi di masa kolonial
Belanda dan era kemerdekaan, sementara suku Melayu Muda simanapun
umumnya beragama Islam. Suku Melayu Muda yang ada di Jawa, Madura, dan
Sunda diluar jawa memiliki sikap dan sudut pandang budaya yan sinkretik-
sentripetal dan suku Melayu Muda yang ada di luar Jawa m 1emilki sikap dan
sudut pandang yang umumnya sinetik-sentrifugal.

Hal memperlihatkan bahwa karena Melayu itu identik dengan beragama


Islam dan Islam sebagai sumber dan nilai-nilai Melayu dan kenyataanya umat
Islam di Indonesia sebagai mayoritas. Sebagaimana proses peralihan dari Bahasa
Melayu yang didominasi Bahasa Melayu Praklasik, atau disebut juga sebagai
Bahasa Melayu Arkhis menjadi satu ciri utama perkembangan pada masa kerajaan
Samudera Pasai pada abad ke-14. Peralihan tersebut dicirikan terutama oleh
penggunaan huruf Jawi (aksara Arab), sebagai wujud adopsi unsur-unsur Arab-
Islam yang mekin berpengaruh dalam perkembangan sosial-politik dan ekonomi
pada periode itu. Proses serupa terus berlanjut pada kerajaan Malaka di abad ke-
15.2

Hanya melalui Islam bangsa Melayu mampu untuk memperteguh dan


meperkasakan semula jati diri mereka. Nilai akhlak, moral dan etika yang terbit
daripada agama Islam menjadi ajaran dan landasan memelihara diri serta
masyarakat pada masa kini. Islam dan Melayu tidak boleh dipisahkan.3

1
Nyayu Soraya, Islam dan Peradaban Melayu, (Serang: Desanta Publisher: 2021), hal. 115-116.
2
Nyayu Soraya, Islam dan Peradaban Melayu, (Serang: Desanta Publisher: 2021), hal. 116.
3
Nyayu Soraya, Islam dan Peradaban Melayu, (Serang: Desanta Publisher: 2021), hal. 119-120.
2.1 Islam dan Pengaruhnya terhadap Budaya Melayu

Masuknya pengaruh Islam ke dalam peradaban Melayu tidak hanya pada


tataran religius saja, namun lebih luas dan komprehensif pada bidang lain
diantaranya sebagai berikut:4

1. Kepercayaan

Sebelum datangnya Islam, layaknya masyarakat lain, orang-orang Melayu


juga memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan animisme
merupakan satu bentuk culturals universal yang ada di kalangan suku-suku
primitif. Islam datang dan mengubah keyakinan orang Melayu dari mempecayai
dewa-dewa seperti yang mereka anut pada zaman Hindu-Buddha kepada
mempercayai Allah Tuhan Yang Maha Esa. Al-Qur’an menjadi pegangan hidup
dan sumber rujukan bagi umat Islam, baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
Segala macam tatacara dan adab sehari-hari berdasarkan kepada ajaran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Kepercayaan sesat yang dapat merusak
akidah umat Islam dan memecah belah masyarakat berangsur-angsur diganti
dengan kepercayaan kepada keesaan Allah.

2. Politik

Pada zaman prasejarah masyarkat Melayu belum mempunyai sistem politik


yang kompleks, tetapi mereka sudah mengenal musyawarah dan mufakat untuk
melakukan sesuatu pekerjaan. pada awalnya, susunan organisasi kemasyarakatan
dalam bentuk unit-unit perkampungan. Hubungan mereka pada masa lampau
berdasarkan asas kekeluargaan dan kesukuan. Menurut Koentjaraningrat dari
organisasi desa, suku-suku, itu berkembang menjadi sebuah negara melalui
penaklukan oleh salah satu persukuan kelompok-kelompok kecil.

Struktur organisasi politik Melayu tradisional berawal dari desa dan


kampung, kemudian diikuti dengan daerah atau jajahan dan seterusnya menjadi
negeri. Ketika pengaruh Hindu-Buddha masuk, organisasi politik pada awal
masehi mulia berkembang dari penguasaan kawasan kecil kepada organisasi
4
Nyayu Soraya, Islam dan Peradaban Melayu, (Serang: Desanta Publisher: 2021), hal. 120-129.
politik yang besar dan menguasai kawasan yang lebih luas. Sistem politik Hindu
diserap oleh orang Melayu dengan berbagai penyesuaian. Setelah para raja
Melayu menganut agama Islam, sistem pemerintahan pun disesuaikan dengan
ajaran Islam. Walaupun pengaruh Hindu-Buddha masih ada, namun beberapa
perubahan terus terjadi, misalnya gelar Sri Maharaja yang dipakai dalam kerajaan
Sriwijaya diubah menjadi gelar Sultan seperti Raja Samudera Pasai bergelar
Sultan Mahmud Badaruddin, Raja Palembang Darussalam bergelar Sultan
Hasanuddin dan lainnya. Demikian layaknya gelar sultan pada raja-raja Islam
yang ada di India dan Asia Barat.

3. Adat Istiadat

Pelakasanaan aaadai istiadat dalam masyarkat Melayu sudah dilakukan


sejak seseorang terlahir hingga meninggal dunia. Seperti adat melenggang perut
sewaktu ibu mengandung, mencecah garam, menjejak kaki ke bumi dan beberapa
acara pernikahan dan kematian. Setelah mereka menganut Isla adat ini diganti
denga acara-acara Islami. Pembacaan mantera yang biasa dilakukan pada acara
adat diganti dengan pembacaan surah Al-Fatihah. surah Al-Ikhlas atau surah Yasin
dan doa-doa kepada Allah. Dalam adat pernikahan diadakan upacara bersanding,
pasangan pengantin di atas pelaminan.

Penggunaan sirih pinang, beras kunyit dan inai merupakan pengaruh Hindu.
Setelah mereka memeluk Islam adat ini berubah. Walaupun unsur budaya lama
masih seperti meminang, berinai, dan bersanding masih dilakukan oleh sebagian
Orang Melayu, namun sudah banyak disesuaikan sengan aturan-aturan dalam
agama Islam dan tidak bertentangan dangan prinsip dasar ajaran agama Islam.
Jika seseorang meninggal duni, ahli warisnya mengadakan acara adat kematian
berupa kenduri arwah memperingati 7 hari, 40 hari, dan 100 hari. Setelah mereka
memluk Islam acara semacam ini lambat lau berkurang, mereeka hanya melaukan
acara ta’ziyah malam pertama, kedua dan ketiga.

4. Kesenian

Sebelum datang Islam, pengaruh India dalam bidang kesenian sangat


terlihat, seperti pada bangunan keagamaan. Penggunaan batu dan bata sebagai
bahan utama bangunan yang dianggap lebih tahan lama dan sesuai untuk
membangun rumah dewa dan dewi. Sedangkan pengaruh Islam dalam bidang
kesenian ini dapat dilihat pada makam atau batu nisan, masjid dan perhiasan-
perhiasannya. Batu nisan merupakan karya seni Islam yang pertama sekalu masuk
ke Nusantara. Contohnya batu nisan Syeikh Abdul al-Qadir Husain Alam
bertarikh 903 M. di Linggir Kedah. Pada permukaan makam-makam ini terdapat
tulisan yang dipatahkan ayat Al-Qur’an serta ajaran Islam menekan tentang
syari’at dan tasawuf. Masjid juga merupakan karya seni Islam yang terpenting di
Nusantara. Dari segi coraknya, masjid-masjid yang dibangun pada abad ke-14
hingga 18 M. masih berbentuk tradisional.

Pengaruh tradisi ini dapat dilihat pada bentuknya yang tersusun sebagai
lanjutan dari seni Bali yeng disebut Meru. Pengaruh Hindu lebih jelas lagi pada
zaman Sunan Kudus. Terdapat juga pengaruh masyarakat tradisional pada bentuk
perhiasannya. Pola-ppola yang menjadi perhiasan dari zaman pra Islam seperti
daun-daunan, bunga teratai, bukit-bukit karang, pemandangan dan garis-garis
geometri masih dilestarikan. Di samping itu, terdapat juga perkembangan senu
khath Islam. Ini dapat dilihat pad bangunan makam, mesjid dan sebagainya. Tidak
dapat dinaifkan bahwa seni Islam ini juga masih melestarikan unsur pra Islam
yang dianggap tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

5. Kesusateraan

Sebelum kedatangan unsur luar, masyarakat pribumi Melayu sudah


mempunyai kesusateraan sendiri. Sebelum mereka mengenal tulis baca, dalam
menyampaikan perasaan atau curahan hati mereka hanya memakai tutur kata. Ini
dikenal sebagai sastra lisan. Kedatangn budaya Hindu dan Buddha mempengaruhi
sastra Melayu, seperti penerimaan dua buah epik Ramayan, lahirnya karya-karya
prosa dan juga puisi seperti hikayat Seri Rama, Rama Keling dan sebagainya.
Unsur kepercayaan Hindu dari epik tersebut yang mempengaruhi karya sastra
Melayu ialah cerita dewa dewi yang bersifat manusia dan Tuhan, kejadian luar
biasa seperti penjelmaan dalam berbagai bentuk serta senjata ghaib dan sakti.

Setelah kedatangn Islam proses penanaman aqidah Islam dengan cerita atau
kisah-kisah melalui dua cara, yaitu dengan menggubah cerita yang berisi unsur
Islam dan mengenengahkan cerita-cerita baru yang berasal dari tradisi Islam
seperti kisah-kisah tauladan dan kisah para Nabi. Kesusasteraan Melayu awalnya
dengan cara lisan kemudian diikuti dengan tulisan Arab Melayu (Jawi). Dari sini
dimulainya oenulisan dan penyalinan kitab-kitab yang berkaitan dengan agam
Islam, seperti kitab-kitab Risalat Dua Kalimah Syahadah, peraturan dan rukun-
rukun sembahyang, peraturan puasa dan sebagainya. Kemudian dikembangkan
pula dengan doa-doa dan kisah-kisah Nabi, kitab fiqh, tafsir al-Qur’an, hikayat
para Nabi, cerita pahlawan Islam dan lainnya. Kedatangan Islam menyebabkan
kesusasteraan masyarakat Melayu makin berkembang dan berdiri di landasan
yang benar. Kesusasteraan masyarakat pribumi tidak hilang bahkan dilestarikan
hingga sekarang.

Di antara sastra melayu yang populer adalah “syair” yang merupakan puisi
Melayu asli dan ia tidak dapat dipastikan apakah keberadaannya lebih awal dari
pada zaman Hamzah Fansuri (1625-1630). Puisi Melayu yang tertua ini dapat
dilihat pada syair-syair Hamzah Fansuro; Syair Dagang, Syair Si Burung Pincai,
Syair Perahu yang menampilkan alur pikiran dan perasaan para ahli sufi Persia.

6. Sastra Istana dan Adab

Ada sejumlah karya yang dibuat bertujuan untuk menasihati atau menghibur
yang dikenal dengan istilah “adab” dalam sejarah satera Melayu pengaruh Arab
dan Persia. Ia memaparkan kisah-kisah dan peristiwa-peristiwa di sekitar istana,
khusunya mengenai sultan, seperti Bustan al Salatin dan Taj al-Salatin yang tidak
pernah dinamakan “kitab” atau “hikayat” bahkan sejarah atau silsilah juga dapat
digolongkan ke dalam sastera yang berpengaruh Islam. Dari sejumlah besar karya-
karya Melayu lama yang dibuat antara tahun 1400 hingga 1650 M tergolong
dalam cerita raja-raja, karya-karya sejarah dan hukum kanun, karena para penulis
istana menulis untuk memenuhi permintaan raja-raja Melayu yang mengagumi
nenk moyang mereka dari Raja Iskandar Zulkarnain dan keturunan Persia.

Karya-karya tersebut digolongkanke alam “sastera istana” atau “adab”.


Misalnya karya-karya sejarah atau silsilah dan kitab-kitab petunjuk raja-raja ini
hanya lahir di sekitar istana saja. Bahkan banyak karya-karya serupa, seperti
Sejarah Melayu telah disesuaikan dengan keinginan dan keperluan raja-raja.
Bhkan karya-karya yang mengandung unsur jenaka, hiburan dan dedaktif
biasanya disusun dan diperuntukkan budi pekerti dan moralitas masyarkat yang
ceritanya diambil berasarkan episode sejarah Islam yang memuat prinsip-prinsip
pemerintahan, perundang-undangan dan akhlak raja-raja.

7. Bahasa Melayu

Sebuah kenyataan bahwa Islam telah mempengaruhi pemikiran dan


kebudayaan masyarakat Melayu, terutama dalam aspek bahasa. Pengaruh Islam
terhadap bahasa Arab. Pengaruh ini berlaku tiga aspek; yaitu abjad tulisan, tata
bahasa dan perbendaharaan kata. Kedatangan Islam yang membawa abjad Arab
(huruf Hija’iyah), tata bahasa dan perbendaharaan kata, di samping pendidikan
Islam tentunya, telah meningkatkan taraf bahasa Melayu sebagai alat
penhgucapan intelektual dan sekaigus menjadi bahasa perantara di Nusantara ini.
Sebelum kedatangan Islam bhasa Melayu telah memainkan peranan penting. Ada
dua aspek penting dari pengaruh Islan dalam bahasa Melayu:

a. Abjad Tulisan

Semua abjad tulisan Arab (huruf hija’iyah) diambil menjadi abjad tulisan
Melayu (Jawi) dengan berbagai modifikasi seperlunya, serentak dengan
tersebarnya aagama Islam di Nusantara yang sudah dimulai pada sekitar akhhir
abad ke-7 M. Asalnya, sebelum kedatangan Islam, bahasa melayu telah memiliki
abjad dan sistem tulisan sendiri, yaitu abjad atau huruf Palawa, seperti yang
ditemukan pada prasasti-prasasti di Kdukan Bukit (638 M), Talang Tuwo (684 M),
Kota Kapur (686 M) dan Kerang Berahai (686 M), tetapi sistemnya tidak praktis
seperti tulisan Jawi Melayu yang berasal dari huruf-huruf Arab dan Persia yang
kemudian digunakan sebagai tulisan rasmi Melayu.

b. Tata Bahasa

Ciri-ciri tata bahasa Arab dan balaghahnya masuk ke dalam kaedah tata
bahasa Melayu. Ini jelas terlihat dalam tata bahasa Melayu lama. Di antara aspek
penting dalam tata bahasa ialah morfologi “bentuk kata”. Pengaruh Arab terhadap
tata bahasa Melayu ini di antaranya: Pertama, bahasa Melayu mempunyai
persamaan sifat dengan bahasa Arab dari segi linguistik, di mana bahasa Melayu
dan bahasa Arab tergolong sebagai Oligo-sintesis, hampir semua perbendaharaan
kata dapat dibentuk dari kata dasar yang sedikit jumlahnya. Misalnya dari kata
dasar ilmu (Arab: ‘Ilm) dapat dipecahkan sekurang-kurangnya menjadi delapan
kata atau lebih, seperti: ‘alima, ‘alama, ta’allama, ista’lama, mengetahui,
mengajar, belajar, minta diajar, dan lainnya.

Sebelum kedatangan Islam, penggunaan tata bahasa Melayu sudah ada


namun belum semamju setelah adanya pengaruh Islam. Dari peninggalan seejarah
ditemukan stu manuskrip dalam huruf Rancang asli yang merrupakan satu-
satunya inskripsi yang menunjukkan bahasa Melayu mendahului bahasa Sanskerta
sebagai bahasa kuno rasmi di tanah Jawa. Perubahan menyeluruh terjadi setelah
kedatangan Islam dan kebudayaan Arab Persia di “Dunia Melayu” Nusantara.

2.2 Internalisasi Nilai-nilai Islam dan Tamaddun Melayu

Istilah tamadun digunakan secara meluas oleh ahli-ahli sejarah,


antropologi dan arkeologi. Secara etimologis kata tamadun berasal dari bahasa
Arab yang terdapat dalam beberapa istilah antaranya madaninah, tamadun,
hadarah dan umran. Hadarah dimaksudkan sebagai satu daerah, kota, bandar,
kampung atau yang yang diusahakan. Tamadun yang berarti memiliki ciri-ciri
hidup kota atau bertamadun. Kota dalam bahasa Arab adalah mudun yang
memiliki ciri-ciri tamadun. Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah telah menggunakan
kata umran mengenai ibu-ibu kota dengan arti kawasan tanah yang didiami atau
tinggal menetap, berkembang subur dan maju. Kemudian juga menggunakan kata
hadarah sebagai lawan dari kata badi dan badiyah.

Secara terminologi, tamadun mengandung berbagai arti. Sementara


Farmer5 mendefinisikan tamadun sebagai unit budaya yang terbesar dalam
organisasi manusia yang terdiri dari gabungan normanorma sosial, tradisi dan
institusi-

institusi yang berlanjut dari satu generasi ke satu generasi yang lain.

5
Farmer, L. et.al. 1977. Comparative History of Civilizations in Asia. Massachusetts: Addison
Wesley Publishing, hlm. 11.
Sedangkan Toynbee (1960:20) mendefinisikan tamadun sebagai suatu pemikiran
dan gaya kebudayaan yang melahirkan institusi politik, undangundang, kesenian,
kesusastraan, agama, dan akhlak. Beg67 (1985:18) memberikan sembilan ciri
tamadun yang masih berada dalam proses perkembangan. Ciri-ciri tersebut adalah
(1) berakhirnya corak hidup nomaden dengan penciptaan alat-alat baru dalam
pertanian; (2) bermula peternakan dan pembagian kerja berdasarkan kelompok;
(3) pertumbuhan kota dan negara, wujud status sosial, menggunakan sisitem
pengairan untuk pertanian, penggunaan peralatan, tembaga, dan gangsa dan wujud
sistem tulisan, angka dan kalender; (4) penggunaan sistem pengairan secara
meluas; (5) penciptaan alat dari besi, pengeluaran alat-alat baru, perkapalan dan
penggunaan wang logam untuk memudahkan perdagangan;(6) revolusi
peternakan; (7)revolusi perdagangan; (8) revolusi teknologi; (9) revolusi industri.

Sebagaimana yang telah diketahui secara umum bahwa Islam masuk ke


Melayu melalui berbagai cara, misalnya dengan perdagangan, perkawinan dan
yang paling penting adalah melalui dakwah. Tanggungjawab berdakwah yang
dilakukan oleh umat Islam tidak hanya terbatas kepada sebuah suku bangsa saja
akan tetapi kepada seluruh suku bangsa yang ada di dunia ini. Dikarenakan Islam
merupakan agama yang bersifat universal, maka dakwahnya juga bersifat
universal. Umat Islam sangat yakin bahwa agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw sebagai rahmat untuk seluruh alam. Berdasarkan keyakinan
tersebut maka orang-orang Arab pada awal Islam meluaskan penyebaran Islam
tidak hanya di sekitar Jazirah Arab saja melainkan juga ke seluruh pelosok dunia
termasuk Nusantara.

Menurut Shalaby7 orang-orang Arab di zaman dahulu dan pada abad-abad


pertengahan telah memegang kendali perdagangan laut antara Mesir dan Iran
(Parsi) serta antara India dan Asia Tenggara. Kenyataan ini dapat dibuktikan
daricatatan–catatan China purbakala yang menyebutkan bahwa orang orang Arab
dan Parsi telah memiliki pusat-pusat perdagangan dan tempat tinggal di Kanton
China pada tahun 300 M. Demikian hasil penelitian Azra (1994:11) menjelaskan
6
Beg, M.A.J. 1985. Islamic and Western Concepts of Civilization. Kuala Lumpur: University of
Malaya Press, hlm. 18
7
Ahmad Shalaby.1974. Sejarah Kebudayaan Islam.Jakarta: Bulan Bintang, 133.
sudah terjalin hubungan dagang antara Timur Tengah dengan masyarakat
Nusantara jauh sebelum wujudnya agama Islam. Oleh karena itu ketika utusan
khalifah Usman bin Affan sampai di China, mereka terlebih dahulu berdakwah
kepada masyarakat yang berasal dari Timur Tengah.

Dalam hal ini kapanpun terjadinya hubungan orang Arab dengan orang
Melayu tidak terlalu perlu dipermasalahkan sebab kedatangan mereka, baik dari
Arab langsung atau dari Persia maupun dari wilayah India yang membawa agama
Islam ke Nusantara menimbulkan sebuah perubahan yang hampir menyeluruh di
dalam kehidupan orang Melayu yang selama ini kuat berpegang kepada ajaran
Hindu-Buddha dan animisme/ dinamisme.

Dengan keyakinan yang utuh dari umat Islam bahwa Islam merupakan
risalah terakhir yang diturunkan kepada Muhammad Saw untuk seluruh umat di
dunia ini. Dalam ajarannya, Islam tidak hanya mengatur hubungan antara manusia
dengan penciptanya saja akan tetapi juga mengatur hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya. Aturan itu diramu dengan sedemikian rupa dan sangat
sempurna sekali sehingga umat yang patuh dan taat pada aturan yang dibuat akan
menemukan dan mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian lahir dan batin.
Selanjutnya, agama Islam sebagai pandangan hidup orang Melayu telah menjadi
norma dan sistem nilai serta spirit bagi orang Melayu, karena agama Islam dengan
segala ajarannya menjadi pedoman bagi masyarakat Melayu dalam bertindak,
bersikap dan berprilaku ketika terjadi interaksi antar sesamanya, baik secara
kelompok kecil maupun kelompok besar.

Pada waktunya kehidupan orang Melayu dijalani dengan mengikuti ajaran


Islam karena Islam menjadi pegangan orang Melayu secara keseluruhan sehingga
tidak heran jika muncul statemen yang mengatakan bahwa ‘Melayu identik Islam,
syara’ mengata, adat memakai.’ Statemen tersebut sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat Melayu. Artinya penyatuan Islam dengan orang Melayu sudah
menyeluruh tanpa ada yang tertinggalkan. Demikian juga segala perilaku dan
tingkah laku, baik yang 8 nampak wujudnya maupun yang tidaknampak wujudnya
diamalkan sesuai dengan koridor Islam.
Masyarakat Melayu yang notabenenya masyarakat yang menganut ajaran
Islam,secara jelas dipengaruhi oleh sistem Islam dan selanjutnya akan
mempengaruhi pula terhadap pandangan hidupnya. Orang Melayu akan
mengatakan bahwa agama Islam itu dapat dipakai untuk hidup dan dapat
ditumpangi untuk mati. Bermakna bahwa agama Islam dengan segala aspeknya
dapat dipakai untuk menyelesaikan persoalan hidup. Persoalan hidup orang
Melayu akan tercermin pada perilaku orang Melayu dalam kehidupan sehari-hari,
baik kehidupan individual maupun kehidupan berkelompok karena keberadaan
Islam di wilayah Melayu telah membawa perubahan yang cepat dalam alam
pikiran masyarakat Melayu.Bahkan kedatangan Islam adalah revolusi besar dalam
tamadun Melayu. Kitab suci Al- Qur’an telah menjadi pedoman dasar revolusi
Islam yang telah memajukan ekonomi, politik, social dan budaya. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Thamrin8 bahwa perubahan mendasar yang terjadi di Alam
Melayu terlihat pada kebudayaan yakni (1) Islam mengikis kebu byaan kuno; (2)
Islam memperbaiki dan menyempurnakan kebudayaan Melayu kuno; (3) Islam
menciptakan kebudayaan baru dalam kebudayaan Melayu.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa internalisasi Islam terjadi kepada
semua aspek kehidupan orang Melayu yang dengan mudah menerima Islam
karena ajaran Islam yang lebih memberikan pandangan baru kepada orang
Melayu. Artinya dalam aspek sosial kemasyarakatan, penyatuan Islam dan
tamadun Melayu terlihat secara nyata karena sebelum disentuh oleh Islam,
struktur sosial masyarakat Melayu terbagi kepada dua kelompok dimana antara
kelompok yang satu dengan kelompok lainnya mempunyai jurang pemisah yang
dalam.Berkaitan dengan pembahasan ini maka internalisasi Islam dan tamadun
Melayu ditinjau dari aspek keyakinan dan kepercayaan, pendidikan dan ilmu
pengetahuan serta sosial masyarakat Melayu saja.

2.3 Khazanah Kebudayaan Melayu

8
Husni Tamrin dan Afrizal Nur. 2007. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau, Laporan Hasil
Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, hlm 3.
Beberapa warisan kebudayan Melayu yang mungkin dapat dijadikan dasar
dan falsafah hidup bagi orang Melayu. Semua warisan tersebut merupakan buah
pikir, buah kerja, dan karya cipta yang telah ditunjukkan oleh nenek moyang
orang Melayu, yang sekarang sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikan
warisan budaya tersebut di kalangan orang Melayu dewasa ini. Tidak hanya
menjaga dan mengamankan warisan budaya Melayu tersebut, akan tetapi generasi
kini maupun mendatang sudah harus mengkaji, mendalami berbagai warisan-
warisan kebudayaan Melayu yang masih misterius dan belum penah tersentuh
oleh pakar-pakar Melayu.

Oleh sebab itu, kekayaan yang masih tersimpan dan terbenam di dalam
bumi Melayu ini, perlu kita bersinergi untuk mengungkap kembali, sehingga
warisan budaya Melayu ini dapat diketahui dan dipelajari oleh generasi Melayu
mendatang.

1. Gurindam 12

Gurindam adalah bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua larik
(baris), mempunyai irama akhir yang sama dan merupakan satu kesatuan yang
utuh. Larik atau baris pertama berisikan semacam soal atau perjanjian, sedangkan
bait kedua adalah jawaban soal atau akibat dari perjanjian tersebut. Berikut ini
kutipan definisi Raja Ali Haji mengenai gurindam, yaitu: "...perkataan yang
bersajak akhir pasangannya, tetapi sempurna perkataannya dengan satu
pasangannya saja. Jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan sajak yang
kedua itu jadi seperti jawab".

Berdasarkan definisi Raja Ali Haji ini, Takdir Alisjahbana kemudian


menjelaskan bahwa, gurindam terbentuk dari sebuah kalimat majemuk yang
dibagi menjadi dua baris yang bersajak. Tiap-tiap baris adalah kalimat.
Perhubungan antara kalimat pertama dan kedua seperti perhubungan anak kalimat
dengan induk kalimat. Jumlah suku kata tiap baris dan pola rimanya tidak
ditentukan. Biasanya, untuk menyampaikan suatu ide tertentu, diperlukan
beberapa rangkain baitgurindam. Kata gurindam berasal dari bahasa Tamil yang
berarti perhiasan atau bunga. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa
gurindam berasal dari bahasa Sangsekerta. Gurindam berisi nasehat ataupun
filsafat hidup, karena itu tidak bisa digunakan untuk bersenda gurau atau berkasih-
kasihan dalam kehidupan keseharian. Mungkin karena sifat dan fungsinya yang
formal, maka jenis sastra ini tidak begitu populer di masyarakat Melayu. Karena
kurang populer, maka tentu saja agak sulit mencari contoh gurindam- gurindam
lama. Satu-satunya yang sering dirujuk adalah Gurindam Dua Belas karya Raja
Ali Haji (1847 M). Gurindam ini disebut dua belas karena terdiri dari dua belas
pasal. 9

GURINDAM I
Ini gurindam pasal yang pertama
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah.
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari.
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya.
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat.

GURINDAM II
Ini gurindam pasal yang kedua
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut.
Barang siapa meninggalkan sembahyang,
seperti rumah tiada bertiang.
Barang siapa meninggalkan puasa,
tidaklah mendapat dua temasya.
Barang siapa meninggalkan zakat,
tiadalah hartanya beroleh berkat.
9
Rosa,F. et al. 2017. Karya sastra Melayu Riau. Deepublish, 6-15
Barang siapa meninggalkan haji,
tiadalah ia menyempurnakan janji.

GURINDAM III
Ini gurindam pasal yang ketiga:
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita.
Apabila terpelihara kuping,
khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila terpelihara lidah,
nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan,
daripada segala berat dan ringan.
Apabila perut terlalu penuh,
keluarlah fi’il yang tiada senonoh.
Anggota tengah hendaklah ingat,
di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki,
daripada berjalan yang membawa rugi.

GURINDAM IV
Ini gurindam pasal yang keempat:
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh.
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah daripadanya beberapa anak panah.
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Jika sedikitpun berbuat bohong,
boleh diumpamakan mulutnya itu pekong.
Tanda orang yang amat celaka,
aib dirinya tiada ia sangka.
Bakhil jangan diberi singgah,
itupun perampok yang amat gagah.
Barang siapa yang sudah besar,
janganlah kelakuannya membuat kasar.
Barang siapa perkataan kotor,
mulutnya itu umpama ketur.
Di mana tahu salah diri,
jika tidak orang lain yang berperi.

GURINDAM V
Ini gurindam pasal yang kelima:
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa,
Jika hendak mengenal orang yang berbahagia,
sangat memeliharakan yang sia-sia.
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Jika hendak mengenal orang yang baik perangai,
lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

GURINDAM VI
Ini gurindam pasal yang keenam:
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
yang ada baik sedikit budi,

GURINDAM VII
Ini Gurindam pasal yang ketujuh:
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta.
Apabila banyak berlebih-lebihan suka,
itulah tanda hampir duka.
Apabila kita kurang siasat,
itulah tanda pekerjaan hendak sesat.
Apabila anak tidak dilatih,
jika besar bapanya letih.
Apabila banyak mencela orang,
itulah tanda dirinya kurang.
Apabila orang yang banyak tidur,
sia-sia sahajalah umur.
Apabila mendengar akan khabar,
menerimanya itu hendaklah sabar.
Apabila menengar akan aduan,
membicarakannya itu hendaklah cemburuan.
Apabila perkataan yang lemah-lembut,
lekaslah segala orang mengikut.
Apabila perkataan yang amat kasar,
lekaslah orang sekalian gusar.
Apabila pekerjaan yang amat benar,
tidak boleh orang berbuat onar.

GURINDAM VIII
Ini gurindam pasal yang kedelapan:
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya.
Kepada dirinya ia aniaya,
orang itu jangan engkau percaya.
Lidah yang suka membenarkan dirinya,
daripada yang lain dapat kesalahannya.
Daripada memuji diri hendaklah sabar,
biar pada orang datangnya khabar.
Orang yang suka menampakkan jasa,
setengah daripada syirik mengaku kuasa.
Kejahatan diri sembunyikan,
kebaikan diri diamkan.
Keaiban orang jangan dibuka,
keaiban diri hendaklah sangka.

GURINDAM IX
Ini gurindam pasal yang kesembilan:
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan,
bukannya manusia yaituiah syaitan.
Kejahatan seorang perempuan tua,
itulah iblis punya penggawa.
Kepada segaia hamba-hamba raja,
di situlah syaitan tempatnya manja.
Kebanyakan orang yang muda-muda,
di situlah syaitan tempat berkuda.
Perkumpulan laki-laki dengan perempuan,
di situlah syaitan punya jamuan.
Adapun orang tua yang hemat,
syaitan tak suka membuat sahabat
Jika orang muda kuat berguru,
dengan syaitan jadi berseteru.

GURINDAM X
Ini gurindam pasal yang kesepuluh:
Dengan bapak jangan durhaka
supaya Allah tidak murka.
Dengan ibu hendaklah hormat
supaya badan dapat selamat.
Dengan anak janganlah lalai
supaya dapat naik ke tengah balai.
Dengan istri dan gundik janganlah alpa
supaya kemaluan jangan menerpa.
Dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kapil.

GURINDAM XI
Ini gurindam pasal yang kesebelas:
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa.
Hendaklah jadi kepala,
buang perangai yang cela.
Hendaklah memegang amanat,
buanglah khianat.
Hendak marah,
dahulukan hujjah.
Hendak dimalui,
jangan memalui.
Hendak ramai,
murahkan perangai.

GURINDAM XII
Ini gurindam pasal yang kedua belas:
Gurindam Dua Belas, pasal yang ke 11 dan ke 12
Raja mufakat dengan menteri,
seperti kebun berpagarkan duri.
Betul hati kepada raja,
tanda jadi sebarang kerja.
Hukum adil atas rakyat,
tanda raja beroleh inayat.
Kasihkan orang yang berilmu,
tanda rahmat atas dirimu.
Hormat akan orang yang pandai,
tanda mengenal kasa dan cindai.
Ingatkan dirinya mati,
itulah asal berbuat bakti.
Akhirat itu terlalu nyata,

2. Tunjuk Ajar Melayu

Tenas Effendy (9 November 1936 – 28 Februari 2015) merupakan seorang


yang sangat ahli dan akrab dalam seni bahasa dan tradisi Melayu. Ia tunak
mengumpulkan tafsir-tafsir empirik dan kitab-kitab otoritatif yang berserakan
dengan kondisi kenyataan yang terus berubah. Ia mampu mengambil intisari dari
tafsir-tafsir tersebut lalu kemudian dipadukan dengan kelaziman sastrawi. Ia
seperti sosok pengembara peradaban yang mampu terus bercerita dalam merawat
tradisi dan kebudayaan melayu melalu seni baca tulis.

TAM berisi pernyataan yang bersifat khas, mengandung nilai nasihat dan
petuah, amanah, petunjuk dan pengajar serta contoh teladan yang baik. Dapat
mengarahkan manusia pada kehidupan yang benar dan baik serta dalam keridhaan
Allah untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat.
10
Tenas Effendy merumuskan TAM. Ia mengemukakan :
yang disebut tunjuk ajar dari yang tua,
petunjuknya mengandung tuah
pengajarannya berisi marwah
petuah berisi berkah
amanahnya berisi hikmah
nasehatnya berisi manfaat
pesannya berisi iman
kajinya mengandung budi
contohnya pada yang senonoh
teladannya di jalan Tuhan

10
Tenas Effendy dan Mahyudin Al Mudra. 2006. Tunjuk ajar melayu. Yogyakarta : Balai Kajian
dan Pengembangan Budaya Melayu, 10-11
Tunjuk Ajar Melayu yang disusun oleh Tennas Effendy tersebut secara
garis besar berisi 25 pemikiran utama yang disebut juga sebagai Pakaian Dua
Puluh Lima. Dari ke 25 butir pemikiran utama tersebut, di setiap butirnya
mengandung nilai konseling spiritual yang dapat digunakan untuk membimbing
kondisi spiritual seseorang. Diantara sifat yang 25 itu adalah sifat tahu asal mula
jadi, tahu berpegang pada Yang Satu, sifat tahu membalas budi, sifat hidup
bertenggangan, mati berpegangan, sifat tahu kan bodoh diri, sifat tahu diri, sifat
hidup memegang amanah, sifat benang arang, sifat tahan menentang matahari dan
sebagainya.

Upaya penyebaran dan pewarisan tunjuk ajar Melayu yang dilakukan


secara tradisional meliputi dua cara yakni melalui lisan-verbal dan suri-teladan.
Melalui suri tauladan misalnya dengan langsung menunjukkan perbuatan,
tindakan serta prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang mengacu pada nilai-nilai
tunjuk ajar tersebut, sementara melalui pewarisan dilakukan dengan peristiwa
lisan yang dilakukan sehari-hari, misalnya nasihat para oran tua kepada
anaknyanya, dongeng seorang ibu kepada anaknya menjelang tidur, dendang syair
dan cerita-cerita dongeng yang langsung keluar dari si tukang cerita. Bisa juga
melalui upacara adat yang ada dalam tradisi kehidupan melayu.

TAM secara metafor memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan


masyarakat Melayu diantaranya adalah :
Sebagai pegangan
Sebagai azimat,
Sebagai pakaian
Sebagai rumah
Sebagai tulang
Sebagai jagaan
Sebagai amalan dan
Sebagai timang-timangan bagi diri.

Sementara bagi mereka yang melanggar nilai-nilai tunjuk ajar tersebut,


dikatakan akan:
tidak jadi orang,
tidak selamat,
tidak terpuji
tidak bertuah
tidak terpandang
tidak sentosa
tidak terpilih
tidak diberkahi
tidak disayangi

Butir-butir yang terkandung dalam Tunjuk Ajar Melayu seringkali


disandarkan pada pernyataan ‘kata orang tua-tua dulu’. Wawasan pengalaman
yang didapati oleh orang-orang terdahulu melalui dua sumber yakni bacaan
terhadap alam (melalui interaksi ekologis), serta bacaan terhadap kitab-kitab
otoritatif.

Setelah Islam masuk ke dalam tradisi dan budaya melayu, tafsir-tafsir


tersebut semakin kekal karena semakin membuat kebudayaan Melayu lebih
bersinar. Al-Quran, Hadits, kitab-kitab para ulama dan aulia mengekalkan lagi isi
setiap tafsir dari butir tunjuk ajar yang ada. Pada kondisi ini tak heran jika Tunjuk
Ajar Melayu memiliki posisi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Dijadikan sebagai rujukan dan patokan utama untuk kesadaran, moralitas, serta
pembentukan jatidiri dalam kehidupan sosial masyarakat Melayu tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Shalaby, Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

Beg, M.A.J. Islamic and Western Concepts of Civilization. Kuala Lumpur:


University of Malaya Press, 1985.

Fitria Rosa, Neni Hermita dan Achmad Samsudin. Karya sastra Melayu Riau.
Yogyakarta : Deepublish, 2017

Husni Tamrin dan Afrizal Nur. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau, Laporan
Hasil Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru, 2007.

Soraya, N. 2021. Islam dan Peradaban Melayu. Desantara Publisher. Serang.

Tenas Efendi. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta : Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu, 2006.

Thamrin, H. 2018. Antropologi Melayu. KALIMEDIA. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai