Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ISLAM DAN PERADABAN MELAYU

KARAKTERISTIK AKSARA PERADABAN MELAYU

Dosen Pengampu : Dr. Shalahudin.M.Pd.I

Disusun oleh :
Gusnita Asri ( 204190212)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
syafaat nya kepada kita hingga di akhirat kelak.
Penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Dosen Pengampu yang telah
memberikan amanah untuk menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang
"Karakteristik aksara peradaban melayu". Penulis tentunya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Jambi, 02-08-2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…… ……. ………. ……. … .. ………. …. …………………. …


DAFTAR ISI………. …………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………
A. Latar belakang………………. ……. …………………………………………….
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan masalah……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….
A. Pengertian peradaban melayu……………………………………………………..
B. karakteristik aksara peradaban melayu……………………………………………
C. karakteristik aksara arab- melayu…………………………………………………
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………….
A. Kesimpulan…. ……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..

2
BAB I
PENDAHULUAN

A . Latar masalah
Bahasa Melayu telah mempertahakan kedudukannya sebagai bahasa yang paling
berpengaruh di Asia Tenggara dan satu dari lima bahasa dunia yang mempunyai jumlah
penutur terbanyak. Bahasa Melayu merupakan bahasa Nasional satu-satunya dari empat
negara yaitu: Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura. Lebih dari sejuta penutur Bahasa
Melayu bermukim di Thailand, sementara minoritas bermukim di Birma, Sri Langka,
Australia, dan Negeri Belanda melekat dengan Bahasa Melayu sebagai bahasa yang
digunakan di tempat mereka. Budaya Melayu melalui bahasanya yang agung telah menjadi
lingua franca (alat komunikasi) di Asia. Sekurang-kurangnya sejak enam abad yang lalu,
Bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung antara berbagai suku bangsa di Nusantara dan
dari pulau-pulau di Pasifik dan Madagaskar karena erat kaitannya dengan perdagangan di
pelabuhan-pelabuhan Nusantara.
Perlu kita ketahui bahwa Bahasa Melayu dalam perkembangannya sebagai bagian dari
kebudayaan Melayu tidak dapat terlepas dari nilai Islam, baik isi dan substansi maupun
literasinya. Dari sudut substansi dan isi, pengaruh Islam terhadap Bahasa Melayu mengikuti
pola-pola budaya yang hidup dalam masyarakat penutur Bahasa Melayu. Hal ini dapat dilihat
dari ungkapan-ungkapan dan kosa kata dalam peristilahan-peristilahan, di mana bahasa Al-
Qur'an diserap menjadi Bahasa Melayu. Misalnya kata adil, makmur, masyarakat,
musyawarah, hakim, adat, alat, kursi dan kosa kata lainya yang begitu banyak. Sedangkan
dari sisi literasinya, pengaruh Islam sangat terlihat pada penerimaan orang Melayu dalam
menggunakan aksara Arab, yang notabenenya adalah akasara yang digunakan oleh sumber
ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan Sunnah. Padahal sebelum datangnya Islam ke Tanah
Melayu, Bahasa Melayu sudah menyerap unsur Bahasa Sansekerta sebagai akibat dari
pengaruh Hindu-Buddha pada masa itu. Setelah Islam datang dan Orang Melayu sebagai

3
pemeluknya, mereka mendapat inspirasi baru agar Bahasa Melayu ditulis dalam aksara Arab,
yang sampai sekarang masih tetap terpelihara.
Datangnya Islam di kalangan orang Melayu, dengan bertukarnya agama Hindu-Buddha-
Animisme kerajaan-kerajaan Melayu kepada Islam, maka Abjad Arab dan Tulisan Arab telah
diterima dan dijadikan sebagai kepunyaan. Bahasa Melayu yang tadinya merupakan bahasa
pasaran terbatas itu telah mengalami sutu perubahan besar, suatu revolusi. Selain diperkaya
perbendaharaaan-katanya dengan istilah-istilah dan perkataan Arab dan Parsi, Bahasa Melayu
juga dijadikan bahasa pengantar utama Islam di seluruh Kepulauan Melayu termasuk
kepulauan Melayu-Indonesia.

B . Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan peradaban melayu?
2. Bagaimana karakteristik aksara peradaban melayu?
3. karakteristik aksara arab- melayu?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan peradaban melayu
2. Untuk mengetahui karakteristik aksara peradaban melayu
3. Untuk mengetahui karakteristik aksara arab- melayu

4
BAB II
PEMBAHASAN

A . Pengertian Peradaban melayu


Secara etimologi, kata sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang dapat
mengambil alih dari bahasa Arab yaitu kata syajarah. Kata tersebut masuk ke dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia semenjak abad XIII, dimana kata itu masuk ke dalam
bahasa Melayu setelah akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Adapun
macam-macam kemungkinan arti kata syajarah, adalah: pohon, keturunan, asal-usul, dan juga
diidentikkan dengan silsilah, riwayat, babad, tambo, dan tarikh1
Jika Dunia Melayu dilihat secara komprehensif dalam rentang masa, dapat diketahui
bahwa sebelum datangnya Islam bangsa Melayu sudah ada, bahkan sejak zaman pra Hindu-
Buddha di Nusantara, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, terutama di Malaysia,
Sumatera, Kalimantan dan sekitarnya. Dalam perspektif kesamaan sejarah dan budaya, secara
umum identitas bangsa Melayu hingga saat ini terdiri dari empat fase pilar sejarah, yaitu; fase
pra Hindu-Buddha, fase Hindu-Buddha, fase Islam dan fase kolonialisme (Mahyudin Al
Mudra, 2008: 6-14). Namun hingga saat ini, pengaruh Islam pada suku bangsa Melayu sangat
kuat dan dominan dari pada yang lainnya.
Setelah masuk dan berkembangnya pemikiran Islam di Nusantara, terjadi perubahan
kebudayaan dan peradaban Melayu, baik dari segi gagasan (ideofak), aktivitas (sosiofak), dan
benda (artefak). Sebagian sejarahwan berpendapat, bahwa Islam masuk ke Nusantara sejak
sekitar abad permulaan kelahiran Islam (abad ke-7), pendapat lain abad ke-11, dan
berkembang semakin cepat pada abad ke-13 karena sudah dapat menguasai sebagian Melayu

1 Silsilah berasal dari bahasa Arab yang berarti urutan, seri, hubungan, daftar keturunan. Babad
berasal dari bahasa Jawa yang berarti riwayat kerajaan, riwayat bangsa, buku tahunan, kronik. Buku
tahunan adalah annual, riwayat peristiwa dalam tiap tahun. Kronik adalah kisah (fakta) peristiwa-
peristiwa yang disusun menurut urutan waktu, tanpa menjelaskan hubungan antara peristiwa-
peristiwa tersebut. Tarikh juga berasal dari bahasa Arab yang berarti buku tahunan, kronik,
perhitungan tahun, buku riwayat, tanggal, pencatatan tanggal. Sidi Gazalba, Pengantar Sejarah
sebagai Ilmu, Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1981. h. 1.

5
Nusantara dengan berdirinya kerajaan Islam. Secara umum, Islam dapat diterima dengan
mudah oleh bangsa Melayu karena karakternya yang igaliter dan populis. Islam tidak
mengenal sistem kasta dan kependetaan, sehingga memungkinkan keterlibatan semua lapisan
masyarakat dalam seluruh aspek kehidupan (Abdul Hadi, 2008:
http://ahmadsamantho.wordpress.com.).
Sementara itu, pengetahuan serupa yang tidak kronologis diistilahkan dengan scientia atau
science.Jadi, sejarah dalam perspektif ilmu pengetahuan menjadi terbatas hanya mengenai
aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu (unik) yang tersusun
secara kronologis.2 Hal ini senada dengan pengertian history is the past experience of
mankind 3 (sejarah adalah kejadian-kejadian masa lampau yang terjadi pada umat manusia).
Faktor lain adalah karena penyebaran agama Islam didukung oleh tiga kekuatan, yaitu
istana, pesantren dan pasar (Taufik Abdullah, 1988: t.hlm). Dengan dukungan tiga kekuatan
tersebut, pengaruh Islam dalam masyarakat Melayu sangat optimal. Secara kultur, Islam
disebarkan melalui pesantren dan pasar (pendidikan dan perdagangan), sedangkan secara
politik dilegitimasi oleh istana. Ilmu pengetahuan Islam, seperti ilmu hisab, perkapalan,
estetika, astronomi, logika, ekonomi, perdagangan dan lainnya berkembang begitu pesat.
Perkembangan keilmuan dan keimanan secara bersamaan menempatkan Islam sebagai poros
bagi kehidupan masyarakat Melayu yang mempengaruhi semua dimensi kehidupan mereka.
Adanya ungkapan populer yang secara eksplisit menunjukkan kuatnya pengaruh Islam,
seperti pengaruh Islam ini terdapat dalam mayoritas masyarakat Melayu pesisir, tidak di
daerah pedalaman.
Integrasi peradaban Islam dan peradaban Melayu melahirkan corak peradaban Melayu Islam
yang memiliki ciri-ciri dan karakteristik khusus dan berbeda dari peradaban Islam di wilayah-
wilayah lain. Eksistensi kekhususan itu, dari sisi intelektual, bukan hanya kerana dipengaruhi
pandangan dunia (world-view) bangsa Melayu itu sendiri, tetapi juga kerana peradaban
Melayu yang telah terbentuk bahkan sejak masa sebelum kedatangan Islam ke wilayah ini.
Perkembangan dan dinamika Dunia Melayu sendiri sejak zaman kedatangan Islam, zaman
kerajaan/kesultanan, zaman penjajahan/kolonialisme Eropa, dan zaman kemerdekaan telah
membentuk corak dan karakter peradaban Melayu yang tersendiri. Lebih dari itu, bahkan
salah satu faktor pemersatu terpenting di antara berbagai suku bangsa Melayu adalah Islam.
Islam mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara berbagai suku bangsa dan

2 bid., dan Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003), h. 4.
3 Encyclopedia Americana, jilid I4, U.S.A.: Grolier Educational, 2002, h. 226.

6
menjadi ´supra-identity´ lintas batas geografi, sentimen etnik, identitas kesukuan, adat istiadat
dan tradisi lokal lainnya. Walaupun (cabang pemahaman dalam Islam).
Kenyataan bahawa Islam merupakan faktor pemersatu telah mendorong kemunculan
faktor kedua, yaitu bahasa Melayu. Bahasa ini sebelum kedatangan Islam digunakan hanya
dalam lingkungan terbatas, seperti suku bangsa Melayu di Palembang, Riau, Deli (Sumatera
Timur), dan Semenanjung Tanah Melayu. Terdapat juga bahasa-bahasa lain yang digunakan
suku bangsa di Dunia Melayu, seperti bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Namun bahasa Melayu
lebih kokoh dibandingkan dengan bahasa Jawa, seperti peranannya sebagai ´lingua franca´
oleh para penyiar huruf Arab, yang kemudian melahirkan tulisan baru, huruf Jawi (Melayu-
Arab). Penyebaran dan pengembangan Islam lebih luas dengan menggunakan bahasa Melayu
sebagai lingua francamempunyai peranan penting dalam pembentukan tradisi keilmuan dan
intelektual Islam di Dunia Melayu Nusantara.
Sejak abad ke-16 Masehi, tradisi intelektual, sebagai buah dari perkembangan pemikiran
Islam, dalam peradaban Melayu semakin kentara disebabkan beberapa faktor; Pertama,
meningkatnya kegiatan rihlah `ilmiyyah (perjalanan menuntut ilmu) yang dilakukan para
pelajar Melayu Nusantara ke Tanah Arab, khususnya Mekah dan Madinah. Sumber-sumber
Arab menyebutkan bahawa para penuntut ilmu dari Melayu Nusantara ini dikenal sebagai
Ashab al-Jawiyyin. Sebagian besar pelajar Jawi ini kembali ke Nusantara, sebagian lain ada
yang menetap di Haramayn hingga tutup usia. Kedua, pada abad ke-17, para pelajar Jawi
yang kembali ke Nusantara dan menjadi ulama terkemuka di wilayah Dunia Melayu
menghasilkan karya-karya intelektual yang ´bermutu´ dan ´tahan zaman´ dalam bahasa
Melayu, sebagian karya mereka juga ada yang ditulis dalam bahasa Arab. Ketiga, adanya
diskusi dan debat intelektual di kalangan para ulama Melayu Nusantara mengenai subjek-
subjek tertentu, seperti doktrin dan penafsiran tentang konsep wahdat al-wujud yang
dirumuskan oleh sufi besar, Ibnu `Arabi. Diskusi dan debat ini mencerminkan bahwa suatu
corak pemikiran tertentu tidak diterima begitu saja, tetapi dikaji dan diperbincangkan,
kemudian dihubungkan dengan keadaan perkembangan Islam di Melayu Nusantara secara
keseluruhan sehingga melahirkan bentuk peradaban baru. Jika ditelusuri secara seksama,
masih banyak yang belum diketahui dan difahami tentang tradisi pemikiran dan peradaban
Islam di Dunia Melayu yang memiliki karakteristik khusus yang merupakan hasil karya para
pakar dan ulamanya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian-penelitian secara komprehensip
dan mendalam untuk menggali hasil-hasil peradaban Melayu Islam Nusantara.

B. Karakteristik Aksara Peradaban melayu

7
. Pada setiap suku bangsa pastinya memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi sebuah
identitasnya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa peradaban yang berbeda
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti iklim, kondisi geografis, agama dan kepercayaan
yang dianut dan sebagainya Maka, berikut ini adalah beberapa ciri-ciri unum peradaban
rumpun Melayu:
1. Menetap
Dalam kitab Sulalatus Salatin yang ditulis oleh Tun Sri Lanang (1612), Melayu Lama
menetap di suatu daerah dengan melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan harian seperti nelayan, bercocok tanum dan pertukangin Namun seiring
berubahnya zaman, Melayu modern telah berbaur dan melakukan banyak jenis
aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hariannya.
2. Bangunan
Adapun bentuk bangunan khususnya rumah rumpun Melayu lama berbentuk segi
empat dengan atap berbentuk limas. Rumah ini memiliki lantai yang agak tinggi dari
tanah (kurang lebih 1,5 s/d 2 meter). Disebutkan bahwa bentuk rumah yang seperti ini
adalah untuk menghindari serangan hewan buas. Dibeberapa daerah, rumah Melayu
Dalam kitab Sulalatus Salatin yang ditulis oleh Tun Sri Lanang (1612), Melayu Lama
menetap di suatu daerah dengan melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan harian seperti nelayan, bercocok tanam dan pertukangan Namun seiring
berubahnya zaman, Melayu modern telah berbaur dan melakukan banyak jenis
aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hariannya. 2. Bangunan Ada pun bentuk
bangunan khususnya rumah rumpun Melayu lama berbentuk segi empat dengan atap
berbentuk limas. Rumah ini memiliki lantai yang agak tinggi dari tanah (kurang lebih
15 s/d 2 meter). Disebutkan bahwa bentuk rumah yang seperti ini adalah untuk
menghindari serangan hewan buas. Dibeberapa daerah, rumah Melayu klasik
merupakan rumah panjang dimana setiap kepala keluarga beserta anggota
keluarganya menempati satu kamar. Konsep yang sama dengan rumah tinggal
berbentuk apartemen. Sedangkan pada Melayu modern. bentuk rumah sudah
bervariasi mengikuti perkembangan zaman yang umumnya sudah dipengaruhi
berbagai arsitektur dari barat
3. Pakaian
Pakaian Melayu umumnya sopan dan tertutup karena mayoritas Melayu memeluk
agama Islam sehingga memiliki adat istiadat yang dipengaruhi oleh ajaran Islam.
Pakaian wanita Melayu berupa baju kurung panjang sampai ke mata kaki. Baju yang

8
berlengan panjang ini dilengkapi dengan "kain tudung" namun banyak yang telah
disempurnakan menjadi jilbab karena ajaran Islam yang mewajibkan untuk menutup
aurat. Sedangkan pada Melayu modem, cara berpakaian telah berubah mengikuti tren
dan fashion. Hanya segelintir masyarakat Melayu yang masih teguh memegang tradisi
berpakaian sopan.
4. Agama dan kepercayaan
Pada awalnya, rumpun Melayu memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Namun demikian, secara alami adat istiadat rumpun Melayu sopan dan halus sesuai
dengan ajaran Islam (bahkan sebelum Islam datang ke Nusantara).
5. Seni
Ada pun di bidang seni, peradaban Melayu sangat kaya akan seniman-seniman besar.
Seni Melayu asli adalah hikayat, sajak, gurindam. tabuh gendang, pencak silat, tari-
tarian dan musik.
6. Sosial
Sistem organisasi sosial masyarakat Melayu lama lebih kepada sistem feodal yaitu
terdapat golongan pemerintah dan golongan yang diperintah. Golongan yang
memerintah terdiri daripada golongan raja, pembesar dan bangsawan manakala
golongan yang diperintah adalah golongan rakyat yang terdiri daripada saudagar,
petani serta hamba abdi.
7. Bahasa dan tulisan
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan sebagaialat komunikasi dalam
sekelompok orang. Manusia akanmenggunakan bahasa sebagai alat komunikasi satu
samalain.Masyarakat Melayu pada zaman dahulu sangat memperhatikan tatakrama
dalam bertutur terutama kepada raja dan kalangan atas.Mereka akan menggunakan
bahasa yang baik, lembut, dan sopan ketikaberbicara dalam kehidupan sehari-hari

C. karakteristik aksara Arab-melayu


Aksara Arab-Melayu adalah aksara Arab yang berkolaborasi dengan bahasa Melayu
dengan beberapa penyesuaian dan tambahan huruf. Artinya aksara Arab-Melayu merupakan
campuran aksara Arab yang terdiri dari 29 aksara yang dimulai dari “alif” sampai “ya” (‫ي‬-‫) ا‬
dan ditambah dengan lima aksara yang bukan aksara Arab, melainkan aksara yang diciptakan
oleh orang Melayu sendiri. Penambahan aksara tersebut digunakan untuk variasi menjawab
keperluan fonem Melayu yang lebih banyak dibandingkan fonem Arab itu sendiri. Aksara
tambahan itu ialah “ca” ( ‫)ج‬, “nga” ( ‫)غ‬, “pa” (‫) ف‬, “ga” ( ‫)ك‬, dan “nya” ( ‫)ث‬. Bentuk tempat

9
aksaranya sama dengan aksara Arab namun ditambahkan dengan beberapa titik sebagai
pembeda bunyi dan fungsinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ikram, bahwa dikarenakan
sistem fonologi bahasa Melayu tidak sama dengan sistem fonologi bahasa Arab, maka
digunakan bantuan titik diakritik untuk menyatakan bunyi bahasa yang tidak ada di dalam
bahasa Arab. Oleh karenanya, tidak semua huruf Arab dapat digunakan secara tepat untuk
menuliskan bahasa Melayu, kecuali dengan melakukan beberapa penambahan titik dengan
tidak mengubah bentuk huruf asalnya, seperti huruf p-c-g-ng-ny
Aksara Arab yang diadopsi oleh orang Melayu untuk menuliskan bahasanya merupakan
hasil dari pada kreativitas orang Melayu pada zaman lampau. Selain disebut dengan nama
Arab-Melayu, aksara ini juga dikenal dengan nama lain, yakni aksara Jawi. Namun sampai
saat ini tidak diketahui siapa orang yang memperkenalkan istilah tersebut. Sebab apabila
dicermati makna kata “jawi” memiliki arti yang beragam. Di Malaysia kata “jawi” digunakan
untuk jenis beras yang berasa seperti pulut. Di Minangkabau, Riau, atau Sumatra pada
umumnya, “jawi” bermakna “kerbau” atau “lembu”. Semua istilah ini tidak ada hubungan
dan kaitannya dengan penamaan aksara Jawi. Begitu juga jika dikatakan bahwa Jawi
merupakan perkataan Arab dari kelas kata ajektif terbitan dari kata (nama) Jawa, dengan
maksud penamaan tulisan yang berkait dengan suku/orang/pulau Jawa. Hal ini tidak logis,
karena Jawa sudah memiliki aksara yang digunakan untuk penulisannya jauh sebelum
kedatangan agama Islam. Kemungkinan kata “jawi” berasal dari kata Arab “al-jawwah”
untuk menamakan pulau Sumatra. Sebagaimana yang ditulis oleh Ibnu Batuttah dalam
bukunya al-Rih}lah menyebut pulau Sumatra sebagai al-Jawwah. Istilah tersebut diberikan
oleh orang Arab untuk penyebutan orang Sumatra yang beragama Islam dan menggunakan
bahasa Melayu. Oleh karena itulah orang Arab menyimpulkan orang Melayu dan Jawa
sebagai kelompok bangsa Jawi, makanya tulisan Melayu yang menggunakan huruf Arab
itupun disebut tulisan Jawi.16 Sebagaimana yang dikatakan oleh Marsden yang mengutip
pendapat Marco Polo yang mengatakan bahwa perkataan Jawi merupakan nama lain pulau
Sumatra pada zaman dulu ketika penduduk pulau ini telah memeluk agama Islam.Artinya,
orang Arab menggelari orang Melayu sebagai al-Jawwahyang dinisbatkan menjadi Jawwi.
Selain itu juga dikarenakan, bahwa pada zaman dahulu daerah kawasan Asia Tenggara
terkenal sebagai Javadwipa. Orang-orang atau penduduknya disebut dengan orang Jawa.
Orang Jawa di sini bukan berarti pulau Jawa yang dikenal sebagai salah satu pulau di
Indonesia.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Melayu merupakan
kebudayaan yang melekat pada bangsa sejak dulu dan merupakan kebudayaan
nusantara, serta yang paling dominan dalam kebudayan Melayu adalah persamaan
agama, selain itu adat dan bahasa juga Melayu. Pada dasarnya tiap kebudayaan
mempunyai tiga wujud. Seperti yang diklasifikasikan oleh koentjaraningrat bahwa
kebudayaan mempunyai tiga wujud: ide, aktifitas, dan artefak. Begitu pula kebudaya
Melayu, kebudayaan melayu juga memiliki tiga wujud kebudayaan, yaitu sutu
himpunan gagasan, jumlah perilaku yang berpola, dan sekumpulan benda dan artinya

11
DAFTAR PUSTAKA

Hoeve, I. B. van. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Kerajaan Siak. 1901. Babul Qawa‘id. Siak Sri Indrapura: Percetakan Kerajaan Siak Sri
Indrapura.
Prins, J. 1954. Adat en Islamietische Plichtenleer In Indonesia. Bandung: W. Van Hoeve
s‘Gravenhage.
Sujiman, P. H. M. 1983. Adat Raja-raja Melayu. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Tonel, T. 1920. Adat-istiadat Melayu. Naskah tulisan tangan huruf Melayu Arab, Pelalawan.
Yayasan Kanisius. 1973. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius.

12

Anda mungkin juga menyukai