Anda di halaman 1dari 14

STRUKTUR KEILMUAN DALAM BIDANG SEJARAH PERADEBAN ISLAM

MAKALAH
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah peradeban islam
yang diampu oleh bapak Busairi, S.Ud, M. Ag.

Disusun Oleh kelompok 1 HES-C:

SAIFUR RAHMAN (22382041059)


ZAINUR RAHMAN (22382041113)
FEBINA ULFA DWI YANI (22382042023)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pamekasan, 28 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Pengertian peradeban islam....................................................................... 2


B. Dasar dasar peradeban islam .................................................................... 3
C. Ruang lingkup bahasan peradeban islam .................................................. 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradaban umat Islam menurut sejarah diakui pernah mengalami puncak
kejayaan pada lima abad pertama sejak kemunculan Islam.Prof.H. Abdurrahman
Mas‟ud dalam kata pengantar buku Sejarah Peradaban Islam mengatakan bahwa
hal tersebut (kejayaan Islam) sangat berkaitan dengan keberhasilan umat Islam
dalam memahami, menyerap, mentransfer, serta melaksanakan ajaran-ajaran
Rasulullah secara konsisten, dinamis dan kreatif.Seluruh ajaran Rasulullah
Shallallahu‟alaihi wasallam dapat dilihat dan dipelajari dalam dua sumber utama
yang menjadi panduan hidup umat Islam yaitu al-Qur‟an dan al-Hadits.
Mengenai al-Qur‟an Allah Ta‟ala telah mengabarkan agar umat Islam
memperhatikan al-Qur‟an karena di dalam al-Qur‟an terdapat pelajaranpelajaran
berharga: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran”.4 Ayat tersebut menunjukkan bahwasanya
di dalam al-Qur‟an sarat dengan pelajaran, termasuk didalamnya nilai-nilai, yang
dapat digunakan dalam menjalani kehidupan ini yang pada akhirnya seorang
Muslim mendapat kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian sejarah peradeban islam?
2. Apa yang di maksud peradeban islam?
3. Apa saja ruang lingkup peradeban islam?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian sejarah peradeban islam.
2. Untuk mengetahui pengertian peradeban islam.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup peradeban isam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian sejarah peradeban islam


Sejarah secara etimologi (arti bahasa) dalam bahasa indonesia berasal dari
bahasa melayu, Yang mengambil dari kata “al – syajarah” dari bahasa arab,yang
semula berarti pohon.1 Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-
Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang
yang mensinonimkan dua kata “kebudayaan” dan “peradaban”. Kebudayaan adalah
bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan
manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan
peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi
dan moral, maka peradaban terrefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud:
1. Wujud Ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan lain-lain.
2. Wujud Kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud Benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan
unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.
Dalam definisi peradaban yang dimaksud disini yakni Islam yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa bangsa Arab yang
semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain,
menjadi bangsa yang maju, dan cepat mengembangkan dunia, membina satu
kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia
hingga sekarang. Dengan demikian jelas bahwa kedatangan Islam mempunyai
makna kemanusiaan yang tinggi, cita-cita dan semangat Islam adalah peneguhan
kemanusiaan, memperteguh kesetiaan manusia terhadap tugas dan kewajibannya
sebagai wakil Allah di muka bumi.

1
Fadil, sejarah peradeban islam dalam lintasan sejarah, (malang : uin malang press,2008) hlm, 1

2
Sejak waktu zaman Rasulullah Saw, kebudayaan Islam berkembang terus
menerus sejalan dengan perkembangan pemikiran dan meluasnya kekuatan politik
dan daerah penganut Islam, terbentuk bermacam macam struktur, ide, dan lembaga-
lembaga dalam politik, lapangan ibadah, lapangan hukum, lapangan seni, lapangan
ekonomi, lapangan sosial serta bermacam-macam lapangan kebudayaan yang lain.
Yang jelas benar menonjol dalam perkembangan kebudayaan Islam yang berpusat
pada al-Qur’an itu adalah kedinamisannya menyerbu keluar dari keterbelakangan
kebudayaan bangsa Arab, yang hidup terpencil di gurun-gurun pasir yang tandus,
dan keluasan berfikir yang mendorongnya.
Yang sangat menarik dalam perkembangan kebudayaan Islam dari abad
ketujuh sampai ketiga belas adalah bagaimana kebudayaan dan agama yang berasal
pada bangsa Arab di gurun pasir yang miskin dan terpencil dengan pimpinan Nabi
Muhammad Saw dan khalifah khalifah Rasyidin dan khalifah raja-raja, dan yang
disebut pertama kali dari kebudayaan saat itu adalah ilmu. Sedangkan landasan dari
pembahasan ini yakni “peradaban Islam” adalah “kebudayaan Islam” terutama
wujud idealnya, sementara landasan “kebudayaan Islam” adalah agama Islam. Jadi
dalam Islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama-agama bumi,
agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau
kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam
adalah wahyu dari Tuhan.2

B. Dasar dasar peradeban islam


Peradaban Islam adalah realitas yang terjadi dalam sejarah kehidupan
manusia yang nilai-nilainya terkandung dalam sumber ajaran Islam, yaitu Al-
Qur'an dan Sunnah Nabi. Paparan periodisasi sejarah peradaban Islam dalam
beberapa perspektif ahli sejarah begitu penting dipahami, dan sebagai bahan
perbandingan terhadap proses analisis sesudahnya termasuk hasil temuan para
orientalis. Sebagai penguatan kurikulum PTAI di Indonesia.

2
Siti zubaidah, sejarah peradeban islam (medann : perdana mulya sarana, 2016) hlm, 3-5

3
Apa-apa yang terkandung dalam sejarah dapat mengacu kepada dua konsep
secara terpisahyaitu :
1. muatan sejarah yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau,
keseluruhan pengalaman manusia.
2. sejarah sebagai suatu cara yang dengannya fakta-fakta sejarah diseleksi,
diubah-ubah, dijabarkan dan dianalisis.
Pengertian pertama memberikan pemahaman akan arti objektif tentang
masa lampau dan hendaknya dipahami sebagai aktualitas sejarah.
Adapun yang kedua, sejarah menunjukkan maknanya yang subjektif sebab
masa lampau itu telah menjadi sebuah kisah, di mana ketika diungkapkan akan
memberikan nilai tersendiri yang dapat diambil.
Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman bagi masyarakat sesudahnya untuk
melangkah atau juga membentuk peradaban yang lain yang lebih sempurna.
Sesuatu hal dalam bentuk peradaban yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw.
ketika berada di Makkah dan Madinah merupakan kontribusi peradaban Islam yang
mengandung nilai-nilai sejarah tersendiri, bahkan belum pernah ada sebelumnya
dalam sejarah peradaban umat manusia. Dalam kurun waktu 22 tahun sekian bulan
telah terjadi revolusi peradaban Islam yang memberi pengaruh sangat signifikan
bagi kelanjutan sejarah selanjutnya. Tidak seorang pun yang tak mengakui akan
kebesara tokoh ini, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS Al-A'raf (7): 158,
bahwa Nabi diutus untuk semua umat, dan QS Al-Ahzab (33):40, bahwa Nabi
adalah penutup Nabi-nabi. Bahkan Allah telah menegaskan dalam QS 'Ali Imran
(3): 81, bahwa para Nabi pernah diambil sumpahnya untuk percaya dan membela
Nabi Muhammad Saw. sebagian ulama meyakini bahwa pemilihan hal-hal tersebut
berkaitan dengan kepribadiannya dan bukanlah suatu kebetulan.3
Lembaga pertama yang dibangun Nabi dalam rangka pembinaan
masyarakat adalah masjid yaitu Masjid Quba. Selang beberapa hari kemudian
Masjid Nabawi pun dibangun setelah beberapa hari tiba di Yatsrib. Selain
digunakan untuk beribadah, masjid oleh Nabi sebagai tempat bertemu dengan para
sahabat. Di tempat ini pula komunitas Muslim melakukan kegiatan belajar,

3
Rusyidi sulaiman, sejarah peradeban islam (jakarta: Rajagrafindo persada, 2014) hlm, 101-102.

4
mengadili suatu perkara, berjual beli, bermusyawarah untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan umat dan berbagai kegiatan lainnya. Ternyata Nabi
Muhammad tidak hanya pemuka agama, tapi dikenal sebagai politisi ulung,
diplomat yang bijak, pahlawan besar di medan perang, bijak dalam memperlakukan
musuh. Adanya Piagam Madinah menunjukkan bahwa Nabi adalah negarawan
yang cerdas (the state man), tiap tiap golongan memiliki hak kemerdekaan dalam
memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing. Islam sebagai agama samawi
begitu diapresiasi oleh pemeluk agama lain saat itu, disebabkan oleh sikap tokoh
utamanya yang sangat bijak dan komunikatif. Muhammad Saw. tidak hanya
diperuntukkan bagi segelintir Orang, melainkan bagi semua umat manusia.
Beberapa asas masyarakat Islam yang diletakkan oleh Nabi Muhammad,
antara lain adalah:
pertama, al-ikhwah (persaudaraan), persaudaraan yang hakiki adalah
persaudaraan seiman dan seagama. Bangsa Arab yang sebelumnya lebih
menonjolkan identitas kesukuan, kemudian menggantikannya dengan identitas
baru, yaitu Islam. Menyatunya kaum Muhajirin dengan kaum Anshar disebabkan
oleh ikatan persaudaraan yang ikhlas di antara mereka. Persaudaraan tidak sekadar
hubungan formal, melainkan hubungan psikologis yang sangat kuat didasarkan atas
sense of relationship. Persaudaraan tersebut berkembang menjadi persaudaraan
Islam (ukhuwah islamiyah), tanpa terkecuali berlaku bagi seluruh umat Islam,
disebut Islamisme atau Wahdah Islamiyah." Al- Afghani menyebutnya, "Pan-
Islamisme". Ikatan persaudaraan yang luas akhirnya menjadi sempit karena motif-
motif tertentu, terutama politik. Nasionalisme misalnya bagi tokoh-tokoh islamis,
sangat membatasi keleluasaan umat Islam dalam mengekspresikan pemikiran
politik mereka."4
Kedua, al-musawah (persamaan), dasar peradaban yang menegaskan bahwa
komunitas Muslim semuanya sama, berasal dari keturunan yang satu, yaitu Nabi
Adam as. Bangsa Arab tidak lebih mulia dari 'ajam (Bukan Arab) kecuali
ketakwaan kepada Allah, Swt. Sebagaimana dalam QS AL Hujurat (49):13.
Berdasarkan asas tersebut, setiap warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan dan
kebebasan. Semangat membebaskan hamba sahaya waktu itu merupakan realisasi

4
Ibid hlm103-104.

5
dari asas ini. al-musawah juga berarti semua orang setara satu sama lain, tidak ada
perbedaan dan perlakuan khusus bagi orang tertentu. Sebagai individu,
kedudukannya sama dan setara dengan individu lain di tengah masyarakat.
Muhammad Saw. tidak pernah membeda-bedakan kaumnya,bahkan Nabi
melakukan "Tabanni", memperlakukan Zaid yang statusnya budak sebagai anak
sendiri. Sebagai contoh sikap egaliter, Nabi juga tidak menunjuk seorang pengganti
pasca kepemimpinannya agar umat Islam memiliki kebebasan sikap dalam memilih
seorang pemimpin. Siapa pun berhak menjadi pemimpin karena adanya kesetaraan
bagi setiap Muslim, tentu dengan persyaratan tertentu layaknya pemimpin pada
umumnya, seperti kepribadian, integritas diri, kekuatan dan keberanian moral, dan
pengakuan publik akan kepemimpinannya. Sifat-sifat yang selama ini dilekatkan
kepada Nabi (siddiq, tabligh, amanah, dan fathanah) merupakan hal yang wajib
dipersyaratkan bagi seorang pemimpin dalam Islam.
Ketiga, al-tasamuh (toleransi), salah satu asas masyarakat Islam yang telah
dibuktikan dengan Piagam Madinah. Umat Islam dianjurkan hidup berdampingan
dan saling menghargai dengan komunitas agama lain. Bila demikian, pemeluk
agama lain (Yahudi misalnya) merasa damai karena mendapat perlindungan dari
negara dan juga leluasa melaksanakan ajaran agamanya. Bersikap toleran bukan
bearti membaur dalam kegiatan ritual keagamaan agama lain, tapi seseorang masih
tetap mempertahankan keyakinannya, Sebaliknya sikap partikularistik terhadap
agama yang dianut, dan menganggap sesat agama atau mazhab lain juga tidak
dibenarkan. Keempat, al-tasyawur (bermusyawarah), satu asas yang menganjurkan
untuk saling bermusyawarah.5
Sekalipun Muhammad Saw. yang status sosialnya lebih tinggi di tengah
masyarakat, selalu bermusyawarah, meminta pendapat para sahabat dalam
menyelesaikan beberapa masalah umat. QS Ali Imran (3): 159." Namun demikian
perihal musyawarah, Nabi tidak meletakkan rinciannya, bahkan tidak juga
memberikan pola tertentu. Itu sebabnya cara suksesi yang dilakukan empat
khalifah-Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra.:-berbeda-beda di antara satu dan
lainnya. Bila dilakukan, maka hal itu bertentangan dengan prinsip syura yang

5
Ibid hlm, 105.

6
diperintahkan Al-Qur'an. Dengan demikian, Rasulullah telah memberi kebebasan
bagi umat Islam untuk mengatur urusan dunianya sendiri.

Tidak mudah melibatkan seluruh anggota masyarakat dalam musyawarah,


tetapi keterlibatan mereka dapat diwujudkan melalui orang- orang tertentu sebagai
representasi mereka, yang disebut, "ahl al-hal wa al- agd, ahl al-Ijtihad", dan juga
"ahl al-syura". Terma modern yang diadopsi dari Barat sebagai ganti istilah
musyawarah (syura) adalah demokrasi Dalam politik kenegaraan, semangat
berdemokrasi dibuktikan dengan ide Trias Politika, yaitu legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Apakah hal tersebut merupakan jelmaan dari ide musyawarah dalam
Islam, beberapa pendapat membahasnya. Sebagian mengambil sikap setuju, dan
sebagian lain menolaknya secara keras.
Kelima, al-ta'awun (tolong menolong) dalam berbuat kebajikan adalah
kewajiban bagi setiap Muslim kepada siapa pun, baik sesama agama maupun non-
Muslim. QS Al-Maidah (5):2. Kebaikan atau kebajikan adalah antonim dari
kemungkaran, kesesatan dan kejahatan, terderivasi dari kata dalam Bahasa Arab,
"al-Khair, al-Birr dan al-Ma'ruf" Berbuat baik dan bersikap lembut serta
memudahkan identik, "having the right dan desired qualities, giving satisfaction,
enjoyable, beneficial, wholesome morally right, advantagerous and profitable".
Sebagai agama yang benar, Islam menyerukan umatnya untuk melakukan kebajikan
dan meninggalkan kemungkaran. Empat punakawan dalam pewayangan Jawa juga
merupakan representasi batasan kebajikan dan kemungkaran. Petruk misalnya
identik dengan kebajikan, karena ia disimbolkan sebagai orang yang shaleh-diambil
dari kata dalam Bahasa Arab, yaitu, 'fatruk, berarti "maka tinggalkan", selalu saja
dihadapkan dengan bagong-identik dengan kesesatan (simbol kejahatan), diambil
dari kata dalam Bahasa Arab, “al-Baghyu". Begitu juga Semar dan Gareng,
keduanya memiliki simbol tersendiri. Keseluruhannya menyatu dalam kalimat,
"fatruk al-Baghya, wa Sammir al-Khair" (maka tinggalkan kesesatan, dan
berjuanglah untuk menggapai sebuah kebajikan). Sebagai Muslim jawa, seseorang
dianjurkan untuk berbuat baik dan saling tolong menolong.6

6
Ibid hlm, 106.

7
Dan keenam, al-'adalah, keadilan berkaitan erat dengan hak dan kewajiban
setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan posisi masing-
masing." Di satu isi, seseorang hendaknya memperoleh sementara di sisi lain
berkewajiban memberikan hak kepada orang han yang berhak menerima. QS Al-
Nisa' (4): 58," Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya kesempurnaan pribadi,
standar kesejahteraan masyarakat dan sekaligus jalan terdekat menuju kebahagiaan
ukhrawi. Perintah bersikap adil berarti perintah agar seseorang bersikap objektif,
tidak pilih kasih dalam menetapkan keputusan. Adil tidak mesti sama (sawa")
bagiannya, tapi boleh juga seimbang (tawazun) atas dasar kemaslahatan bersama
dan masing-masing pihak sudah menyetujuinya.7

C. Ruang lingkup sejarah peradeban islam


Para ahli sejarah menjadikan ruang lingkup pembicaraannya pada manusia
dan waktu serta ruang, dengan demikian ruang lingkup penelitian sejarah adalah
semua usaha manusia pada suatu waktu dan pada tempat tertentu. Dengan ruang
lingkup yang dikemukakan, maka ada tujuh lapangan hidup yang dibahas dalam
ilmu sejarah, yaitu:
1. Manusia dalam arti individu maupun masyarakat.
2. Ekonomi
3. Politik
4. Ilmu pengetahuan dan teknologi
5. kesenian
6. Hukum
7. Agama dan keyakinan
Dari tujuh lapangan yang dikupas tersebut, lembaga politik dan aktifitas
manusia adalah yang paling banyak mendapat perhatian. Faktor yang menimbulkan
akibat demikian adalah karena lembaga politik dan aktifitas manusia adalah dua hal
yang peling banyak mempengaruhi kehidupan manusia secara umum.
Pertanyaan yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa aspek yang lain
kurang mendapat perhatian. Karenanya sebagaimana kita saksikan, buku-buku

7
Ibid hlm, 107.

8
yang membahas tentang sejarah ekonomi Islam sangat langka. Demikan juga buku-
buku yang membahas ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, hukum dan bidang
pemikiran agama Islam.8

8
Laila rohani, sejarah peradeban islam (medan : perdana publishing, 2018) hlm, 11

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejarah secara etimologi (arti bahasa) dalam bahasa indonesia berasal dari
bahasa melayu, Yang mengambil dari kata “al – syajarah” dari bahasa
arab,yang semula berarti pohon
2. Peradaban Islam adalah realitas yang terjadi dalam sejarah kehidupan manusia
yang nilai-nilainya terkandung dalam sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi. Apa-apa yang terkandung dalam sejarah dapat mengacu kepada
dua konsep secara terpisahyaitu :
a. muatan sejarah yang tersusun dari serangkaian peristiwa masa lampau,
keseluruhan pengalaman manusia.
b. sejarah sebagai suatu cara yang dengannya fakta-fakta sejarah diseleksi,
diubah-ubah, dijabarkan dan dianalisis.
3. ruang lingkup penelitian sejarah adalah semua usaha manusia pada suatu waktu
dan pada tempat tertentu. Dengan ruang lingkup yang dikemukakan, maka ada
tujuh lapangan hidup yang dibahas dalam ilmu sejarah, yaitu:
a. Manusia dalam arti individu maupun masyarakat.
b. Ekonomi
c. Politik
d. Ilmu pengetahuan dan teknologi
e. kesenian
f. Hukum
g. Agama dan keyakinan
B. Saran
Apabila makalah yang sudah kami susun terdapat banyak kekurangan, baik
dari segi kata, susunan makalah, penulisan ejaan, dan lainnya. Kami sebagai penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan kami. Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan, sehingga adanya saran dari
pembaca dapat membuat kami bisa memperbaiki makalah dan bisa lebih baik lagi
kedepannya dalam pembuatan makalah.

10
DAFTAR PUSATAKA

Fadil, sejarah peradeban islam dalam lintasan sejarah, malang, uin malang

press, 2008.

Zubaidillah Siti, sejarah peradeban islam, medan, perdana mulya sarana, 2016.

Sulaiman rusyidi, sejarah peradeban islam, jakarta, Rajagrafindo persada, 2014.

Rohani laila, sejarah peradeban islam, medan, perdana publishing, 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai