Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KONSEP DASAR SEJARAH PERADABAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Muhamad Masrur, M.E.I

Oleh :

1. Siti Rofiqoh 4319119


2. Nur Rahmita Sari 4319144
3. Eka Nur Kharisma 4320006

KELAS A
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
ridha-Nya, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Sejarah
Peradaban Islam” dapat terselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan. Adapun tujuan penulisan ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam dan untuk menambah wawasan tentang penulisan makalah
dalam kehidupan sehari-hari secara optimal kepada pembaca.
Ucapan ditunjukkan kepada Bapak Muhamad Masrur, M. E.I selaku dosen
mata kuliah Sejarah Peradaban Islam serta kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini. Semoga dukungan dari berbagai pihak terkait mendapatkan
balasan dari Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda.
Tentunya laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, mohon
kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi pembaca.

Pekalongan, Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam..........................................................................................3
B. Metode Penelitian Sejarah.........................................................................................................5
C. Ilmu Dasar Sejarah dan Ilmu Bantu Sejarah..............................................................................7
D. Manfaat/urgensi Mempelajari Sejarah Peradaban Islam..........................................................16
E. Periode Sejarah Peradaban Islam.............................................................................................17
1. Periode sejarah klasik (610 – 1250 M).................................................................................17
2. Periode pertengahan (1250 – 1800 M).................................................................................19
3. Periode modern (1800 – sekarang)......................................................................................20
BAB III....................................................................................................................................23
PENUTUP...............................................................................................................................23
A. Kesimpulan..............................................................................................................................23
B. Saran........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan studi kehidupan sosial masa
lampau akan dapat dimengerti secara baik jika pelakunya mempunyai bekal
pemahaman tentang apa sebenarnya sejarah itu, bagaimana metodenya, dimana
kejadiannya, serta apa gunanya hal itu dipelajari. Tanpa jawaban yang benar
terhadap hal-hal yang dikemukakan, jarang sekali seseorang akan dapattertarik
dan dapat menarik manfaat dari pembelajaran ini. Dari sekian banyaknya
pertanyaan, pertanyaan mengapa merupakan pertanyaan yang ringan tetapi
memerlukan jawaban yang tepat dan untuk itu diperlukan penalaran yang logis
dengan mempergunakan informasi yang relevandanakurat.
Selanjutnya yang diperlukan dalam studi sejarah peradaban Islam adalah
tentang peradaban. Istilah peradaban muncul di tengah-tengah bangsa Indonesia
kirakira pada tahun 1920, ketika sedang digelorakan rasa kebangsaan. Siapa yang
mengusulkan istilah ini untuk dipergunakan tidak diketahui secara tepat. Karena
istilah ini lahir diketika Nusantara ini. Dalam Bahasa Belanda sudah dikenal
istilah cultur (Inggrisnya culture), yang jika dikupas dalam etymologi dalam
bahasa Latin berasaldan kata kerja colere, yang semula bergarti “mengusahakan
tanah”, memelihara tanah” atau menggarap tanah untuk ditanami. Lambat laun,
istilah kultur ini dipakai juga untuk semua usaha pertanian, perkebunan dan
kehutanan.
Pada zaman penjajahan Belanda, dahulu kita mengenal istilah suikercultur,
tabacs cultur dan sebagainya. Untuk kultur dalam arti pertanian itu sejak dahulu
sudah ada istilah padanannya dalam bahasa di Nusantara ini, yaitu dalam bahasa
Jawa yang berbunyi “Kabudidaya”. Otak manusia juga dianggap sama seperti
tanah, dalam artiannharus dipelihara, diusahakan dan diolah sebaik-baiknya agar
bisa menghasilkan. Lalu timbul pertanyaan, bagaimanakah istilah untuk kultur
yang berarti menjaga, memelihara dan mengembangkan ladang berupa otak
manusia. Untuk mejawab pertanyaan ini diusulkanlah istilah peradaban, yakni
dengan menghilangkan suku kata “di” dari kata “kabudidaya” yang mempunyai
arti yang sama dengan kultur dalam artian usaha pertanahan tadi.

4
Setelah mengalami perubahan-perubahan kecil, kata benda abstrak
“Peradaban” mempunyai pengertian yang sama dengan istilah kultur, dalam
artian sebagai usaha otak manusia atau akal budi manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari sejarah ?
2. Bagaimana metode penelitian sejarah ?
3. Apa yang dimaksud ilmu dasar sejarah dan ilmu bantu sejarah ?
4. Apa saja manfaat dari mempelajari sejarah ?
5. Bagaimana periodesasi sejarah peradaban islam ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sejarah
2. Untuk mengetahui metode penelitian sejarah
3. Untuk mengetahui ilmu dasar sejarah dan ilmu bantu sejarah
4. Untuk mengetahui manfaat dari mempelajari sejarah
5. Untuk mengetahui periodesasi sejarah peradaban islam

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam


Sejarah dalam bahasa indonesia sendiri merupakan kata serapan dari bahasa
Arab, yang berasal dari kata syajarah yang artinya pohon, kata syajarah juga
memiliki arti to happen, to occur dan too develop. Pengambilan istilah ini biasanya
dikaitkan dengan istilah syajarah al nisab (pohon silsilah, pohon genealogis) yang
1
kini sering disebut dengan sejarah keluarga . Dalam bahasa inggreris peristilahan
sejarah disebut history yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam,
khususnya manusia yang bersifat kronologis. Oleh karenanya pengetahuan serupa
yang tidak dapat dipahami dapat di istilahkan dengan science. Sehingga dapat
dipahami sejarah merupakan aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-
kejadian tertentu yang tersusun secara kronologis.
Sedangkan secara terminology sejarah merupakan suatu kejadian atau
peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah juga dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan yang berikhtiar untuk melukiskan atau menjelaskan fenomena kehidupan
sepanjang terjadinya perubahan karena adanya hubungan antara manusia terhadap
masyarakatnya. Dari beberapa uraian pengertian sejarah diatas dapat disimpulkan
bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang menggambarkan peristiwa masa
lampau umat manisua yang disusun secara kronologis untuk dijadikan sebuah
pembelajaran bagi manusia dimasa sekarang dan masa mendatang. Oleh karena itu
ada pepatah mengatakan bahwa sejarah adalah guru yang adalah guru yang paling
bijaksana
Berbicara mengenai sejarah hal ini tak jauh dari sebuah peradaban Islam.
Dimana peradaban merupakan terjemahan dari kata Bahasa Arab Al-Hadlarah al-
islamiyah yang sering diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan kebudayaan
Islam. Padahal kata kebudayaan dalam bahasa arab adalah al tsafaqah. Namun di
Indonesia sendiri banyak yang menyamakan diantara keduanya. Jika dilihat dari
kriterianya menurut Koentjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga
wujud sebagai berikut :

1
H. Muhammad In’am Esha, M.Ag, Percikan Filsafat Sejarah & Peradaban Islam,(Malang : UIN-Maliki Press,
2011), Hal 9.

6
1. Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks, ide-ide,
gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya,
2. Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat,
3. Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai bendabenda hasil karya.
Dilain sisi istilah peradaban juga dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur
dari kebudayaan yang halus dan indah. Peradaban sering juga dipakai untuk menyebut
suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem
kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Prof A. J. Wensink dalam bukunya yang berjudul “Genese et Evolution de la
Culture Musulmane” mengatakan bahwa antara kultur dengan civilization
mengandung makna yang berbeda. Menurutnya, culture jika kita terjemahkan
kedalam bahasa Indonesia bermakna kebudayaan sedangkan sivilization artinya ialah
peradaban. Civilaization berasal dan kata “Civic”, yang berarti menyangkut masalah
kewarganegaranyang berhubungan dengan hak dan kewajiban warga negara. Civitas
bahasa latin, berarti masyarakat atau dapat juga berarti negara. Diakui memang,
bahwa pengertian culture dan civilization untuk tiap-tiap bahasa adalah ruwet sekali2.
Setiap pengarang mengklaim bahwa istilah yang dipergunakan hanyalah yang
tepat dan paling benar. Karena bermacam-macam pendapat tentang istilah culture dan
civilisasi jalan yang terbaik ialah memilih salah satu pendapat yang telah
dikemukakan guna memudahkan kita dalam memahami peradaban itu selanjutnya.
Dalam hal ini pemahaman Wensink ada baiknya dipilih, sebab ia menjelaskan
pengertian yang dikemukakannya dengan rinci yang didahului rincian pengertian
masing-masing istilah tersebut dari segi pengertian bahasa.
Dengan demikian, penulis mengemukakan bahwa peradaban merupakan suatu
sikap batin sifat dari jiwa manusia, yaitu usahanya untuk mempertahankan hakikat
dan kebebasannya sebagai makhluk yang membuat hidup ini lebih indah dan mulia.
Sedangkan Peradaban ialah suatu aktivitas akhir. Walaupun antara keduanya,
peradaban dan kebudayaan sangat erat hubungannya, namun pengertiannya tetap
berbeda. Seseorang yang beradab belum tentu berbudaya. Kemajuan dalam bidang
materi tidak mesti bersesuaian dengan berkembangan akal. Sebaliknya manusia yang
berbudaya belum tentu sungguh-sungguh berkeadaban, contohnya Austria tinggi

2
Dra. Achiriah, M.Hum & Dra. Laila Rohani, M.Hum, SEJARAH PERADABAN ISLAM, ( Medan : PERDANA
PUBLISHING , 2018 ), Hal 7

7
dalam peradaban namun tidak dalam peradaban. Sedangkan Amerika tinggi dalam
peradaban namun tidak dalam peradaban, sebab Amerika tinggi dalam kemajuan dan
keteraturan tapi tidak tinggi dalam pengembangan akal, sedangkan Austria tinggi
dalam pengembangan akal tetapi tidak tinggi dalam kemajuan dan keteraturan3.
Disini kami penulis mengambil kesimpulan bahwa setiap pengertian yang
diberi predikat tertentu menjadi sukar untuk dirumuskan. Demikian juga hanya
pengertian peradaban Islam. Jika dilihat kepada data sejarah peradaban Islam maju
dan berkembang tidak hanya didukung oleh kaum muslimin tapi juga oleh orang-
orang non muslim seperti Hunain ibn Ishak, Theopolus, Almajusi dan lain-lain yang
berada dan bekerja dalam wilayah kekuasaan pemerintahan Islam. Dan istilah
kebudayaan mencakup juga peradaban, tetapi tidak sebaliknya, sebab peradaban
dipakai untuk menyebut kebudayaan yang maju dalam bentuk ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. peradaban Islam itu merupakan hasil cipta karsa dan rasa bersama
dari orang-orang yang berada dalam wilayah kekuasaan pemerintahan Islam tanpa
memperhatikan asal, bangsa, agama dan sebagainya. Akan tetapi, jika rumusan ini
dipergunakan sebagai ukuran, permasalahan yang timbul adalah “Apakah semua hasil
kecerdasan mereka itu termasuk yang tidak sesuai dengan prinsip ajaran Islam dapat
juga dinamakan peradaban Islam ?”4.
Dalam pengertian kebudayaan direfleksikan kepada masyarakat yang
terkebelakang, bodoh, sedangkan peradaban terefleksikan kepada masyarakat yang
sudah maju. Dan definisi peradaban disini adalah dimana islam telah di wahyukan
kepada Nabi Muhammmad Saw. Yang membawa bangsa Arab yang dulunya bodoh,
diabaikan dan tidak terkenal dan kini menjasikan bangsa yang maju, cepat
mengembangkan dunia, serta membina suatu kebudayaan dan peradaban yang penting
bagi sejarah kehidupan manusia dari dulu hingga sekarang.

B. Metode Penelitian Sejarah


Metode Penelitian sejarah menurut Gottschalk adalah proses kritis rekaman
dan peninggalan masa lampau. Menurut Abdurahman, metode sejarah dalam
pengertian umumnya adalah penyelidikan atas suatu masalah dengan mengaplikasikan
jalan pemecahannya dari persepktif historis. Sejarah sendiri merupakan cerita
3
Prof. Dr. H. J. Suyuthi Paulungan, M.A., Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, ( Jakarta : AMZAH , 2019 ), hal
19.
4
Dra. Achiriah, M.Hum & Dra. Laila Rohani, M.Hum, SEJARAH PERADABAN ISLAM, ( Medan : PERDANA
PUBLISHING , 2018 ), hal 9.

8
(narative) tentang peristiwa masa lampau kecuali mengungkapkan fakta mengenai
apa, siapa, kapan dan dimana juga menerangkan bagaimana sesuatu telah terjadi.
Penyusunan cerita demikian sebenarnya dapat dilakukan tanpa menggunakan teori
dan metodologi.
Masalah teori dan metodologi sebagai bagian pokok ilmu sejarah mulai di
ketengahkan apabila penulisan sejarah tidak semata-mata bertujuan menceritakan
kejadian tetapi bermaksud menerangkan cerita itu dengan mengkaji sebab-sebabnya,
kondisi lingkungannya, konteks sosial kulturalnya, dan secara mendalam hendak
diadakan analisis tentang faktor-faktor kausal, kondisional, serta unsur-unsur yang
merupakan komponen dan eksponen dari proses sejarah yang dikaji.
Dalam melakukan analisis, pengkaji memerlukan alat-alat yang di butuhkan
untuk memudahkan analisis tersebut, alat-alat itu harus memenuhi syarat-syarat
sehingga dapat berfungsi secara operasional, yaitu relevan dan cocok dengan obyek
yang dianalisis.
Langkah yang sangat penting dalam membuat analasis sejarah ialah menyediakan
suatu kerangka pemikiran atau kerangka referensi yang mencakup berbagai konsep
dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisis tersebut.
Tujuan penggambaran gejala sejarah sendiri ialah memberikan makna, sedangkan
penjelasan tentang sebab-sebab dalam sejarah naratif dilakukan secara implisit
didalam deskripsinya. Dengan demikian, tidak terasa dengan adanya kebutuhan teori
dan alat-alat analisis tadi. Hal itu baru dirasakan apabila eksplisit hendak dilakukan
analisis terhadap berbagai unsur dan faktor penyebab yang melatar belakangi gejala
sejarah. Pada tingkat ini, cara penggarapan sejarah sudah mengundang penggunaan
metode, metodologi dan teori.
Disini, metodologi dalam studi sejarah mau tak mau menuntut penyesuaian
agar dapat meningkat efektifitasnya. Penyesuaian itu akan terwujud sebagai perbaikan
kerangka konseptual dan teoritis sebagai alat analisis. Hal ini dapat dilakukan dengan
meminjam berbagai alat analisis dari ilmu sosial seperti sosiologi, anthropologi,
politikologi, dansebagainya.
Alat analisis dalam ilmu sejarah disebut juga dengan masalah pendekatan.
Penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat tergantung kepada pendekatan,
yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana kita memperhatikan, unsur-
unsur mana yang diungkapkan dan lain sebagainya. Hasil pelukisannya akan sangat
ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai, pendekatan tersebut diantaranya.

9
1. Pendekatan sosiologi,
Dilakukan dengan meneropong segisegi sosial peristiwa yang akan dikaji,
umpamanya golongan sosial mana yang berperan serta nilai-nilainya,
hubungan dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi
dan sebagainya.
2. Pendekatan anthropologi,
Dengan upaya mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari prilaku tokoh atau
orang-orang yang berperan dalam pelaku sejarah status dan gaya hidup, sistem
kepercayaan yang mendasari pola hidup dan lain-lain.
3. Pendekatan politikologi,
Dilakukan dengan menyoroti struktur kekuasaan, jenis kepemimpinan, hirarki
sosial, pertentangan kekuasaan dan sebagainya. Dengan sendirinya jelaslah
bahwa berbagai pendekatan itu hanya dapat dilakukan dengan bantuan
pengetahuan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial, yaitu sosiologi, anthropolgi
dan ilmu politik.
Karena ilmu sejarah bersifat empiris maka sangat primer pentingnya
berpangkal pada fakta-fakta yang tersaring dari sumber sejarah, sedangkan teori dan
konsep hanya merupakan alat untuk mempermudah analisis dan sintesis sejarah.
Maka dari itu, fakta-fakta tidak boleh dipakai untuk mendukung teori, bahkan
sebaliknya, teori yang tidak dapat menerangkan fakta-fakta perlu ditinggalkan.
Didalam sejarah teori terbatas sekali, hanya sekedar untuk membantu mengatur fakta
saja5.

C. Ilmu Dasar Sejarah dan Ilmu Bantu Sejarah


Ilmu Dasar Sejarah
Kuntowijoyo memberikan lima pokok-pokok pikiran terkait dengan sejarah
sebagai ilmu6 (Kuntowijoyo, 2005).
1. Sejarah itu bersifat empiris.
Sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusai sebagai objek (formal
dan material) yang terkam dalam dokumen dan memori kolektif manusia. Rekaman
itu kemudian diteliti oleh sejarawan untuk menentukan fakta sejarah. Selanjutnya,
fakta tersebut disintesakan yang menimbulkan penafsiran atas fakta. Hasilnya

5
Ibid., h.14.
6
Kuntowijoyo. (2005, h. 18)

10
dituangkan dalam tulisan sejarah (historiografi).Dalam batas tertentu, sejarah pada
dasarnya mempunyai kesamaan dengan ilmu alam masing-masing berdasar pada
pngalaman, pengamatan dan penyerapan.
Perbedaannya ialah bahwa dalam ilmu alam percobaan dapat dilakukan
berulang- ulang untuk menguatkan pengetahuan, sedangkan dalam studi sejarah tidak
demikaian. Suatu peristiwa hanya terjadi satu kali atau tidak berualang terutama dari
aspek waktu dan suasana zaman. Pelakuknya bisa sama namun belum tentu waktu dan
suasan yang menyebabkan peristiwa itu juga sama
2. Mempunyai objek.
Sejarah menjelaskan tentang apa yang dilakukan manusia di masa lalu.
Penekanannya pada dimensi waktu lampau yang membedakannya dengan ilmu
lainnya. Objeknya ialah pada kontuinitas dan perubahan yang dicapai oleh manusia
karena berkaitan dengan manusia, maka sejarah sering pula dikatogorikan sebagai
ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora).
3. Mempunyai teori.
Dalam studi sejarah teori sering disebut sebagai filsafat sejarah kritis
umumnya teori berkaitan dengan satu kumpulan tentang kaidah suatu ilmu atau
epistomologi dalam filsafat. Intinya sejauh mana pengetahuan tentang masa silam
dapat diperoleh dan bagaimana sifat pengetahuan itu. Dalam hal ini ada tiga hal yang
perlu dicermati yaitu:
a) pernyataan- pernyataan mengenai masa silam,
b) keterangan-keterangan diberikan kepada para ahli sejarah yang dilukiskan
dalam pernyataan itu dan
c) sejauh mana gambaran historis itu benar dan memadai, perlu diteliti lebih
lanjut.
Tiga aspek tersebut merupakan kaidah teori dalam sejarah. Upaya untuk
menerangkan dan menyebut sebab-sebab dalam peristiwa sejarah membawa cara
berpikir pada ruang kausalitas. Sampai pada tahap ini sejarah membutuhkan ilmu lain
terutama ilmu-ilmu sosial dalam memahami objek kajiannya.
4. Mempunyai generalisasi.
Sejarah seperti halnya ilmu lain, menarik kesimpulan umum. Hanya saja perlu
diingat ilmu-ilmulain bersifat nomotetis, sedangkan sejarah pada dasarnya bersifat
ideografis. Sosiologi dan antropologi dituntut untuk menarik kesimpulan-kesimpulan
umum yang berlaku dimana-mana dan dapat dianggap sebagai kebeneran umum.

11
Dalam ruang sejarah, waktu, tempat dan pelaku sering mewarnai timbulnya suatu
peristiwa dan membedakan antara satu dengan peristiwa lainnya. Generalisasi kaum
Marxis yang melihat semua revolusi sebagai perjuangan kelas tidak terbukti dalam
kasus revolusi Indonesia yang digerakkan oleh ide nasionalisme. Singaktnya,
generalisasi sejarah sering kali merupakan koreksi atas kesimpulan-kesimpulan ilmu
lain.
5. Mempunyai metode.
Hal ini berkaitan dengan tujuan ilmu sejarah yaitu menjelaskan tentang
kontuyuitas dan perubahan dalam kehidupan umatt manusia. Untuk mengetahuinya
maka perlu ada cara atau metode dalam menjelaskannya. Cara sistematis rekontruksi
masa silam meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

Ilmu Bantu Sejarah


1. Pengertian Ilmu Bantu Sejarah
Sumber sejarah adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam merekontruksi
peristiwa sejarah. Sumber sejarah merupakan segala jejak yang ditinggalkan dan
tentunya memiliki nilai informasi berharga terkait dengan objek yang direkonstruksi.
Karena sejarawan dihadapkan dengan ragam jejak masa lalu, maka sulit baginya
untuk mengkaji sumber-sumber itu bila hanya mengandalkan ilmu sejarahnya.
Keterbatasan sejarawan menjangkau semua sumber-sumber itu membuatnya harus
mencari alternatif lain yang dapat memudahkan pekerjaan rekonstruksinya. Oleh
karena itu, pada tahap inilah sejarah butuh ilmu lain sebagai ilmu bantu. 7. Penggunaan
ilmu-ilmu bantu ini tergantung pada pokok-pokok atau periode sejarah yang
dipelajari. Adapun ilmu-ilmu bantu yang merupakan pendukung sejarah itu dalam
bahasa Inggris disebut auxiliary sciences atau sister disciplines.8
2. Konsep Ilmu Bantu Sejarah
Mengenai ilmu apa saja yang termasuk sebagai ilmu bantu sejarah, di antara
para ahli terdapat perbedaan konsep :
a. LOUIS GOTTSCHALK dalam mengerti sejarah terjemahan Nugroho
Notosusanto (1981), menyebutkan filologi, epigrafi, palaeografi, hiraldik
genealogi, brafiografi, dan kronologi sebagai ilmu bantu sejarah.
b. SIDI GAZALBA dalam pengantar Sejarah Sebagai Ilmu menyatakan
bahwa ilmu purbakala, ilmu piagam, filologi, palaeografi, kronologi,
7
Rahman Abd Hamid(2011: 25-26)
8
Rustam E. Tamburaka. (1999: 35-39)

12
senumismatik, dan genealogi menjadi ilmu bantu sejarah. Gazalba
selanjutnya menambahkan bahwa ilmu sosial seperti etnografi, ekonomi,
dan ilmu sosial lainnya juga dapat membantu sejarawan dalam tugasnya
menyusun sejarah.
c. GILBERT J. GARRAGHAN, S.J. dalam A Guide to Historical Method
berpendapat bahwa auxallary sciences (ilmu bantu sejarah) terdori dari :
filsafat, biliografi, antropologi, linguistik, arkeologi, epigrafi, numismatik,
dan genealogi.
d. HERU SOEKRADI K. Dalam dasar-dasar Metodologi Sejarah
menempatkan filologi, arkeologi, numismatik, kronologi, epigrafi, dan
genealogi sebagai “ilmu bantu sejarah”, atau ancillary diciplin. Ilmu-ilmu
itu menurut Heru Soekradi sepenuhnya mengabdikan diri untuk sejarah.
Adapun yang termasuk sebagai ilmu ilmu bantu sejarah ialah ilmu-ilmu
sosial (auxillary disciplin).
Yang perlu mendapat perhatian adalah penguasaan dalam batas-batas tertentu
terhadap konsep-konsep ilmu-ilmu bantu akan memberikan prespektik atau sudut
pandang (visi) tertentu dari sejarawan terhadap pokok studi yang dihadapi. Yang
dimaksud dalam konteks ini ialah derajad subyektivitas atau pandangan sejarawan
akan ikut terpengaruhi oleh penguasaan di atas, subyektivitas itu berdasarkan dimensi
tertentu dari ilmu bantu yang digunakan untuk memandang, mendekati pokok studi
atau kajian. Pandangan seorang ahli ekonomi mungkin berbeda dengan pandangan
mereka yang ahli sosiologi terhadap perang Diponegoro. Berbeda pila mereka yang
ahli agama. Subyektivitas yang dihasilkan dikarenakan mereka melihat peristiwa
sejarah sebagai fenomena sosial dari sudut keahlian yang berbeda. Subyektivtas yang
demikian dalam studi sejarah analitis nampaknya sulit untuk dihindarkan.
Subyektivitas yang disebabakan oleh faktor-faktor dimensional disebut subyektivitas
dimensional. Bila ditinjau sejarawan menggunakan tinjauan atau pendekatan bersifat
multi dimensi dengan sendirinya langkah ini akan mengurangi bahkan dapat
menghapus subyektivitas dimensional, yang memandang suatu peristiwa hanya dari
dimensi ilmu tertentu. Obyektivitas hasil tinjauan multi dimensi suadah barang tentu
memiliki derajad lebih tinggi dibandingkan dengan obyektivitas yang dicapai dengan
cara-cara terdahulu.
Ilmu Bantu Sejarah9
9
Dhieraputra. 2011 diakses pada Selasa, 30 Oktober 2012

13
a. Paleontologi. Ilmu yang mengkaji bentuk-bentuk kehidupan purba yang
pernah hadir di muka bumi terutama fosil. Kata fosil berasal dari bahasa
Yunani fissilis yang artinya sesuatu yang digali dan dikeluarkan dari dalam
tanah. Jadi fosil adalah sisa-sisa binatang dan tumbuhan yang terpendam di
dalam tanah selama ratusan juta tahun dan tetap terpelihara bentuknya karena
telah membatu.
b. Paleoantropologi. Paleoantropologi mempunyai kajian berbeda dengan
paleontologi. Objek kajian paleoantropologi adalah mempelajari fosil manusia
purba. Ilmu ini berusaha mengkaji, merekonstruksi asal usul manusia,
evolusinya, persebarannya, lingkungannya, cara hidup dan budayanya. Fosil-
fosil manusia ditemukan pada kala pleistosen.Di Indonesia kajian manusia
purba telah banyak dilakukan oleh sarjana Eropa sejak akhir abad 19. Eugene
Dubois menemukan tulang rahang di daerah Trinil tepi Bengawan Solo.
Setelah direkonstruksi fosil itu diberi nama Pithecantropus Erectus yang
artinya manusia kera berdiri tegak. GHR. Von Koeningswald yang berhasil
merekonstruksi fosil Homo Soloensis (Manusia Solo), Homo Mojokertensis
(Manusia Mojokerto) dan Pithecantropus Mojokertensis (Manusia kera dari
Mojokerto) dan Meganthropus Paleojavanicus (Manusia besar Jawa purba).
c. Arkeologi. Arkeologi adalah kajian ilmiah mengenai hasil budaya pra sejarah
dan sejarah melalui penggalian (ekskavasi). Beberapa kelompok benda-benda
arkeologi adalah :
1) Semua benda buatan manusia dengan tujuan untuk kepentingan
manusia. Umumnya benda ini mudah untuk dipindah-pindah seperti
manik-manik, kapak batu dan lain-lain.
2) Bangunan tempat pemukiman yang sulit dipindahkan
3) Ekofak yaitu objek alamiah yang ikut tertimbun bersama-sama artefak
dan bangunan seperti sisa makanan kulit kerang.
4) Ilmu sejarah sangat terbantu dengan arkeologi karena kajian ini sangat
membantu dalam memberikan informasi tentang di mana, bilamana,
bagaimana kebudayaan atau suatu peradaban yang tinggi bisa tumbuh,
berkembang dan akhirnya runtuh. Di Amerika Serikat ilmu arkeologi
merupakan cabang antropologi sedang di Eropa, arkeologi masuk dari
ilmu sejarah.

14
d. Paleografi. Paleografi adalah ilmu membaca, menentukan waktu,
menganalisis tulisan-tulisan kuno yang ditulis di atas papirus, tablet-tablet
tanah liat, tembikar, kayu, perkamen (vellum) kertas dan daun lontar.
Contohnya adalah misteri tulisan hieoroglyph yang tertulis di papirus pada
zaman Firaun baru dapat terbaca pada tahun 1799 oleh ilmuwan Prancis Jean
Champollion. Contoh lagi adalah adalah tulisan paku pada zaman
Mesopotamia (Irak) dapat tebaca pada tahun 1846 oleh Sir Henry Rawlinson.
e. Epigrafi. Hampir mirip dengan Paleografi, Epigrafi lebih fokus ke objek
tempat menulis. Epigrafi adalah pengetahuan tentang cara membaca,
menentukan waktu dan menganalisis tulisan atau inskripsi pada benda-benda
yang bertahan lama seperti batu, logam atau gading. Secara sederhana
Epigrafi adalah ilmu membaca prasasti. Tokoh-tokoh epigraf asing yang
banyak melalukan penelitian di Indonesia adalah Casparis, Bosch, Coedes.
Sementara epigraf Indonesia yang terkenal adalah Purbacaraka, Buchori,
Sukarto K. Atmojo.
f. Ikonografi. Ikonografi adalah ilmu tentang arca/ patung kuno. Patung dan arca
yang ditemukan pada umumnya adalah bagian dari tempat-tempat beragama
(sakral). Patung-patung banyak ditemukan di beberapa peradaban besar dunia
seperti Mesir, Mesopotamia, Persia, India, Yunani, Romawi dan Cina. Sedang
di Indonesia, patung terbuat dari tanah liat, batu dan logam. Patung yang
dibuat pada masa prasejarah ditemukan di Pasemah. Umumnya patung yang
ditemukan di Indonesia merupakan personifikasi tokoh-tokoh sejarah seperti:
patung Rajasa (Ken Arok), Prajna Paramita (Ken Dedes), Kertanegara, Gajah
Mada, Tribuwana Tunggadewi.
g. Numismatik. Numismatik adalah ilmu yang mempelajari mata uang, asal
usul, teknik pembuatan, sejarah, mitologi dan seninya. Mata uang atau koin
adalah sepotong logam yang diberi bentuk dan berat tertentu yang memuat
tanda-tanda yang dicapkan di atasnya oleh pejabat pemerintah sehingga
menjadi jaminan sahnya mengenai nilai dan beratnya sebagai alat tukar
resmi.Bagi kajian sejarah, keberadaan mata uang atau koin menjadi sangat
penting karena dapat menunjukkan adanya kegiatan ekonomi, hubungan
dagang antar pulau di nusantara atau dengan luar nusantara, hubungan politik
dan budaya.

15
h. Ilmu Keramik. Keramik adalah nama umum untuk tembikar, cina dan
porselin. Pengetahuan tentang keramik merupakan ilmu bantu sejarah dan
kesenian yang penting. Hasil kajian tentang benda-benda ini merupakan
bahan penting untuk penyusunan sejarah baik pada periode pra sejarah dan
sejarah. Dari kajian tentang keramik akan diketahui perkiraan waktu, pemilik
atau pendukung kebudayaan keramik, lalu lintas perdagangan dan interaksi
antar daerah dan bangsa.Tembikar di Indonesia biasanya berupa alat-alat
dapur yang terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pecahan tembikar ini telah
ditemukan pada masa mesolitikum (batu madya) seperti sampah dapur
(kjokkenmoddinger) yang ditemukan di pantai timur Sumatra. Pada masa
neolitikum (batu baru), tembikar yang ditemukan telah dihias dan diperhalus.
i. Genealogi. Pengetahuan tentang asal-usul nenek moyang atau keturunan
keluarga keluarga seseorang. Biasanya hal ini dilakukan oleh para kaisar/raja
untuk legitimasi terhadap dirinya. Biografi dari orang/ tokoh dapat diteliti
melalui bio data atau curriculum vitae.
j. Filologi. Filologi adalah ilmu yang mempelajari naskah-naskah kuno.
Beberapa naskah yang sangat penting dalam mengkaji sejarah Indonesia.
Beberapa naskah kuno yang dikenal antara lain :
1) Negara kerta gama. Negara kerta gama adalah naskah lontar yang
ditemukan dan dirampas oleh Belanda di Puri Cakranegara Lombok
tahun 1894. Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Kuno, berhuruf Bali
dan berbentuk puisi (kakawin). Naskah ini ditulis oleh Mpu Prapanca
seorang pujangga Majapahit ditulis tahun 1365 setahun setelah Gajah
Mada wafat. Sekarang naskah ini disimpan di Universitas Leiden
Belanda. Beberapa sejarawan telah menterjemahkan naskah seperti oleh
Brandes dan H. Kern. Sementara sejarawan Indonesia yang
menterjemahkan naskah ini adalah Prof. Slametmulyono (1953).
Secara garis besar isi dari naskah Negara kerta gama antara lain :
tinjauan filsafat Prapanca dan tujuan penulisan, susunan pemerintah
pusat dan pemerintahan dalam negeri Majapahit, wilayah nusantara
yang dikuasai Majapahit, penyiaran agama Hindu-Budha, catatan
perjalanan Hayam Wuruk ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, sejarah
Singasari-Majapahit sejak Ken Arok hingga Hayam Wuruk dan Gajah

16
Mada, upacara kebesaran di Majapahit, dan peraturan mengenai
pertanahan agraria.
2) Pararaton. Naskah ini menggunakan bahasa Jawa Kuno, berbentuk
prosa, tidak diketahui penulisnya dan disusun sekitar abad 16. Pararaton
berisi tentang riwayat Ken Arok. Tahun 1920 naskah Pararaton ditulis
ke dalam bahasa Romawi dan diterjemahkan oleh Brandes. Nasakah
Pararaton berisi tentang kisah Ken Arok sebagai pendiri wangsa Rajasa,
istrinya Ken Dedes dan sejarah Majapahit 1486.
3) Kidung Sundayana. Kidung Sundayana berbentuk puisi (kidung).
Naskah ini ditemukan di Bali dan menggunakan bahasa Jawa Kuno
dengan pengarang yang belum diketahui. Isi secara umum naskah
Kidung Sundayana bercerita tentang kronologis perang Bubat yang
diawali dengan keinginan Hayam Wuruk mencari permaisuri. Maka
terpilihlah putri dari kerajaan Pajajaran yang bernama Citraloka.
Rombongan Pajajaran dan putri Citraloka akhirnya datang ke
Majapahit. Di sinilah awal masalah terjadi ketika Gajah Mada tidak
senang dengan cara Hayam Wuruk menyambut kerajaan Pajajaran.
Muncullah perselisihan paham antara Gajah Mada, Hayam Wuruk dan
pihak Pajajaran. Tidak adanya kesepakatan pihak meyebabkan
pertempuran antara kedua belah. Raja Pajajaran terbunuh dalam
peristiwa ini dan Citraloka akhirnya bunuh diri.
4) Babad Tanah Jawi. Naskah ini bercerita tentang pasang surut sejarah
Jawa yang meliputi akhir kerajaan Majapahit 1525 sampai Perjanjian
Giyanti 1755 yang membagi Mataram menjadi Surakarta dan
Yogyakarta. Secara rinci isi Babad Tanah Jawi adalah Kerajaan Demak
Bintoro, Mataram, walisongo terutama figur Sunan Kalijaga dan
perpecahan Mataram.
5) Carita Parahiyangan. Naskah berbahasa dan beraksara Sunda Kuno ini
ditulis pada daun lontar. Naskah ini pernah ditranskrip dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Pleyte dengan catatan dari
Purbacaraka. Isinya tentang leluhur raja Sunda (para hiyang) yang
dimulai dari kerajaan Galuh (Ciamis) sampai runtuhnya kerajaan
Pajajaran karena serangan Islam. Yang unik dari naskah ini adalah
terdapatnya nama raja Sanjaya dari kerajaan Mataram.

17
6) Hikayat Raja-Raja Pasai. Naskah ini ditulis dalam bahasa Melayu
sekitar abad 16 yang sekarang disimpan di perpustakaan Royal Society
di London. Hikayat ini bercerita tentang kerajaan Pasai (Aceh) periode
abad ke-13-16 M. Isi singkatnya adalah tentang raja Pasai yang
memeluk agama Islam yaitu Raja Ahmad dan saudaranya Muhammad,
tentang raja Samudra pertama yaitu Merah Silu yang masuk Islam
dengan gelar Malik as-Saleh, tentang adu kerbau besar Majapahit (Raja
Sang Nata dan Gajah Mada) dan anak kerbau dari Minangkabau (Patih
Suatang dan Patih Katamanggungan). Yang menarik dari hikayat ini
memuat tentang nama 35 daearah nusantara dan Semenanjung Melayu
yang ditaklukkan Majapahit.
7) Sejarah Melayu. Naskah Melayu ini menggunakan aksara Arab-Melayu
ditulis oleh Tun Sri Lanang (1565-1642) seorang bendahara dari
Kesultanan Johor. Buku ini ditulis sekitar tahun 1612 seabad setelah
Malaka ditundukkan Portugis tahun 1511. Penulisan acapkali tertunda
karena Aceh sering menyerang Johor sehingga penulis harus
mengungsi. Naskah ini sekarang disimpan di British Museum
London.Ringkasnya naskah ini berawal dari Sang Tri Buana yang turun
dari Bukit Seguntang Palembang sampai direbutnya Malaka oleh
Portugis tahun 1511. Sang Tri Buana ini dianggap sebagai pangkal
empat keluarga raja yang memerintah Palembang, Majapahit, Melayu
dan Minangkabau.
8) Etnografi. Etnografi adalah cabang dari antropologi yang
menggambarkan tentang kebudayaan suatu masyarakat atau kelompok
suku bangsa. Kajian etnografi diawali dengan keheranan orang-orang
Eropa terhadap bangsa di luar Eropa yang mempunyai kebudayaan yang
berbeda dengan mereka pada sekitar abad ke-16 M. Etnografi sangat
membantu penulisan sejarah etnis yang disebut etnohistory.
9) Ilmu-ilmu Sosial. Cabang-cabang ilmu sosial seperti ekonomi, geografi,
sosiologi, psikologi dan lain-lain menjadi pisau analisis yang sangat
membantu dalam penelitian dan penulisan sejarah.
10) Bahasa. Penguasaan bahasa adalah syarat mutlak bagi sejarawan dalam
melakukan penelitian dan penulisan sejarah. Penguasaan bahasa tidak
harus menjadi ahli, minimal dapat mengerti apa yang dibaca dan ditulis.

18
Sumber-sumber primer sejarah yang disimpan di arsip biasanya ditulis
dengan bahasa asing atau bahasa daerah tertentu. Jika ingin mengkaji
Indonesia pada masa kolonialisme maka sejarawan harus menguasai
Bahasa Belanda. Jika ingin meneliti sejarah pada masa Mataram,
Minangkabau atau Bugis maka sejarawan wajib menguasai Bahasa
Daerah. Jika ingin meneliti sejarah Hindu-Budha di Indonesia maka
sejarawan wajib menguasai Bahasa Sanskerta, Jawa Kuno atau Sunda
Kuno. Jika ingin meneliti sejarah pada penyebaran Islam di Indonesia
maka sejarawan wajib menguasai Bahasa Arab.
3. Kegunaan Ilmu Bantu Sejarah
Ilmu bantu sejarah digunakan sesuai dengan topik atau periode yang dikaji
serta merupakan alat (tools) yang membantu analisis secara kritis dan ilmiah. Selain
itu berguna pula untuk mengembangkan Ilmu Sejarah itu sendiri.

D. Manfaat/urgensi Mempelajari Sejarah Peradaban Islam10


Manfaat mempelajari sejarah peradaban Islam adalah sebagai edukatif atau
pelajaran. Banyak manusia yang belajar dari sejarah, belajar dari pengalaman yang
pernah dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang
dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya. Manusia melalui
belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. Baik itu belajar dari kesalahan
pada masa lalu, kesalahan diri sendiri maupun kesalahan orang lain. Selain itu sejarah
juga bisa menjadi sarana dalam memberikan inspirasi kepada peserta didik atau
bahkan sarana rekreatif supaya pembelajaran menjadi lebih santai.
Urgensi dari mempelajari sejarah peradaban islam memiliki beberapa manfaat,
seperti manfaat edukatif, inspiratif dan manfaat rekreatif. Mempelajari sejarah
peradaban islam juga memiliki tujuan seperti untuk mendapatkan informasi dan
pemahaman mengenai asal-usul khazanah budaya, untuk membentuk watak dan
kepribadian umat.
Jadi, secara keseluruhan tidak dapat dipungkiri bahwa sejarah peradaban islam
itu penting bagi umat manusia karena sejarah adalah gambaran masa lalu tentang
manusia dan sekitarnya sebagai mahluk sosial pada masa lampau. Sejarah tidak hanya
sekedar memberikan informasi yang terjadi pada masa lampau, tetapi juga
memberikan interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat pada hukum sebab
10
Shidgy Munjin. 2019. Skripsi Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
19
akibat. Mempelajari sejarah peradaban islam juga memiliki urgensi atau manfaat bagi
umat muslim karena dengan mengkaji sejarah, dapat diperoleh informasi tentang
aktifitas peradaban Islam dari zaman Rasulullah sampai sekarang, mulai dari
pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan kembali
agama Islam. Selain itu dengan mempelajari sejarah peradaban Islam diharapkan
seseorang dapat memiliki kemauan untuk melakukan pembangunan dan
pengembangan potensi diri dan dapat pula menyelesaikan problematika yang terjadi
pada masa kini, serta dapat memunculkan sikap positif terhadap berbagai perubahan
sistem peradaban manusia.

E. Periode Sejarah Peradaban Islam


1. Periode sejarah klasik (610 – 1250 M)
Periode ini di mulai sejak periode nabi Muhammad SAW hingga Khulafaur
rasyidin. Pada masa ini Islam berada dipuncak masa kejayaan, dan periode ini
pula dibagi menjadi menjadi dua fase:
a. Fase ekspansi, integrasi, dan masa kejayaan (650 – 1000 M). Pada fase ini
islam dibawah pimpinan khalifah khulafaur rasyidin mengalami
perkembangan yang sangat pesat hingga mencapai puncak kejayaan nya.
Islam tersebar luas, melalui Afrika utara Islam menyebar ke arah Barat, ke
arah Utara islam mencapai Spanyol, sedangkan melalui Persia islam
menyebar ke arah Timur hingga ke India. 11 Pada masa ini juga ilmu
pengetahuan berkembang.
b. Fase disintegrasi (1000 – 1250 M). Pada fase ini Islam sedikit megalami
kemunduran, hal tersebut ditandai dengan adanya perpecahan dan
kemunduran politik umat islam hingga dirampasnya Baghdad oleh tentara
Hulagu pada tahun 1258 M. Sistem pemerintahan pada fase disintegrasi
pun berbeda. Sistem pemerintahan pada masa khulafaur rasyidin berbentuk
demokrasi, sedangkan pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah sistem
pemerintahannya berbentuk monarki sehingga menyebabkan perpecahan
karena merebutkan kekuasaan.
Pada periode ini Islam berhasil membangun sistem politik yang sangat
kuat dan maju. Dengan sistem politik yang bagus serta penguasaan ilmu

11
Linda firdawati, NEGARA ISLAM PADA PERIODE KLASIK, Jurnal ASAS, Vol. 7, No.1, 2015, hlm 69

20
pengetahuan dan teknologi, umat islam menjadi penguasa ekonomi dunia.
Awal sejarah islam yaitu dari peristiwa turunnya kitab suci Al-quran kepada
Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 611 masehi. Kemudian dilanjutkan dengan
hijrah ke madinah pada tahun 622 M yang ternyata dakwahnya disambut dengan
baik dan sejak saat itu keberhasilan agama islam dimulai. Dalam hijrahnya beliau
berhasil membangun aliansi dengan kelompok lain yang mendiami Madinah,
yaitu kelompok Arab non-Muslin dan kelompok Yahudi, yang kemudian
dituangkan dalam perjanjian tertulis yang terkenal dengan sebutan Piagam
Madinah (Shuhuf Madinah). Isi dari Piagam Madinah tersebut tak lain mengenai
kesepakatan untuk hidup bersama secara damai di Madinah, toleransi, serta
bekerjasama demi kota Madinah. Islamisasi tersebut dilanjutkan oleh para sahabat
dan pengikutnya.
Pada masa khulafaur rasyidin kekuasaan politik Islam berkembang pesat dan
mencakup hingga ke wilayah Syria, Irak, Persia, dan Mesir. Secara kesimpulan,
Islam pada masa klasik telah berhasil mencakup wilayah kultural Arab, Syria,
Persia, Turki, Mesir, Afrika Utara, dan Andalusia. Yang dimana masing – masing
wilayah tersebut terdapat berbagai sub-kultur seperti bahasa, agama, adat istiadat,
dan aspek lainnya yang berbeda. Dengan segala perbedaan tersebut, Islam pada
masa klasik berhasil menyatukan ke dalam struktur pengelolaan sosial politik
yang kuat dan alhasil mampu bertahan hingga berabad – abad.12
Selain itu, Pada masa klasik, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan di
bidang agama dan kebudayaan. Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab
seperti Abu hanifah, Imam Malik, dan Imam Syafii. Kemudian tokoh tokoh di
bidang teologi, seperti Abu Hasan al-asy’ari, Al-Maturidi, dan Abu Huzail.
Dibidang tasawuf tokoh tokohnya yakni Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-
Bustami, al-Hallaj. Bidang filsafat dan Ilmu Pengetahuan, yag terkenal yaitu al-
Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Maskawih. Para khalifah mendukung terhadap ilmu
pengetahuan, dan semangat para ahli dalam menerjemahkan buku-buku berbahasa
asing sehingga melahirkan kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, dan
Islam mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-
Rasyid dan Al Makmun.13

12
Prof. Dr. Hasan Asari, MA. 2019. SEJARAH ISLAM MODERN Agama dalam Negosiasi Historis Sejak Abad XIX.
Medan. PERDANA PUBLISHING. Hlm 7
13
Linda firdawati, NEGARA ISLAM PADA PERIODE KLASIK, Jurnal ASAS, Vol. 7, No.1, 2015, h. 80

21
2. Periode pertengahan (1250 – 1800 M)
Pada periode ini, Islam mengalami kemunduran. Hal tersebut ditandai dengan
berhasilnya tentara Mongol menguasai Baghdad. Runtuhnya dinasti Abbasiyyah
merupakan suatu pukulan yang sangat keras dan berhasil mengubah arah sejarah
Islam dalam semua aspeknya. Terdapat tiga kerajaan besar pada masa ini, yaitu
Usmani di Turki (1299 – 1922 M), Mughal di India (1526 – 1857 M), dan Safawi
di Persia (1501 – 1732 M). Dalam hal pertahanan dan keamanan periode ini
banyak mengalami kemanjuan, namun dalam hal pendidikan lemah jika
dibandingkan dengan kemajuan pendidikan di Eropa.14
Perkembangan keagamaan pada peride pertengahan ini terus berkembang.
Jumlah umat islam sedunia jelas terus bertumbuh melalui proses islamisasi di
wilayah yang lebih luas. Melemahnya semangat ijtihad berdampak langsung pada
kualitas pemahaman dan praktik keagamaan umat Islam masa pertengahan.
Beberapa latarbelakangnya dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pertama, pada abad ke-11, tampaknya banyak fuqaha sesungguhnya tidak
memenuhi kualifikasi untuk berijtihad atau menjadi mujtahid.
b. Kedua, adanya kekhawatiran bahwa sebagian dari fuqaha baru tidak lagi
menjaga semangat yang asli, namun membawa motif-motif duniawi dalam
menjalankan fungsinya.
c. Ketiga, perkembangan berbagai aliran keagamaan yang menyimpang dari
praktik asli generasi paling awal (al-sâbiqûn al-awwalûn) dikhawatirkan
akan mendapatkan legitimasi dari para fuqaha yang semacam itu.
d. Keempat, ijtihad oleh mereka yang tidak sesuai kualifikasinya
dikhawatirkan akan semakin menyuburkan bid’ah di tengah masyarakat
Islam.15
Runtuhnya Dinasti Abbasiyah mengakibatkan umat islam kehilangan satu
elemen yang sangat yaitu sistem politik yang berpusat di Baghdad dan berada di
tangan dinasti Abbasiyah. Setelah pertengahan abad ke 13, Islam berkembang
dengan memiliki kerajaan – kerajaan besar dan kecil. Antara lain:
a. Dinasti Timuriyah (1370-1506) di Asia Tengah
b. Dinasti Safawiyah (15011732) di Persia
14
Juwari, SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DARI KLASIK, PERTENGAHAN, DAN MODERN. Taklimuna: Journal of
Education and Teaching, Vol.1 No.2, 2022, h. 57
15
Ahmed El-Ashker and Rodney Wilson, Islamic Economics: A Short History (Leiden: E. J. Brill, 2006), h. 291-
292.

22
c. Dinasti Mariniyah (1196-1428)
d. Dinasti Waththasiyah (1428-1549) di Al-Maghrib, Afrika
e. Dinasti Delhi (1206-1526)
f. Dinasti Mughal (15261857) di Anak Benua India
g. Kerajaan Aceh Darussalam (1496-1903) di Indonesia
h. Dinasti Turki Usmani (1299-1924) di Anatolia
3. Periode modern (1800 – sekarang)
Pada era ini, kondisi islam berbanding terbalik dengan era pada masa klasik.
Pada periode ini, banyak budaya budaya luar yang masuk sehingga banyak umat
islam yang kagum dan tertarik dengan budaya luar tersebut. Modernisasi masuk
dan merambah ke semua aspek kehidupan, tanpa terkecuali. Contohnya, umat
islam pada masa ini pun mengalami pembaharuan dalam hal pendidikan, yang
dimana pembaharuan tersebut terbagi menjadi tiga, antara lain :
a. Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern Barat. Dalam
golongan ini islam harus meniru baik pola ataupun sistem pendidikannya
b. Gerakan yang berorientasi pada sumber ajaran islam yang murni. Karena
umat islam mengalami kemunduran sebab mengikuti ajaran yang muncul
dari luar maka dari itu umat islam harus kembali kepada ajaran islam yang
murni.
c. Usaha pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat islam dengan
memperhatikan kondisi dan situasi masyarakat.
Menurut Syahrin Harahap, beliau berpendapat bahwa manusia yang
modernitas adalah manusia yang memahami modernitas, menganut dan
mengaplikasikan nilai-nilai fundamental sebagai berikut:16
a. Penghormatan terhadap akal. Manusia modern menghormati akal
sebagai anugerah Allah swt. yang membedakannya dari segala jenis
ciptaan lainnya.
b. Jujur dan memiliki tanggungjawab personal. Kejujuran adalah salah
satu simpul akhlak yang sangat fundamental dan kejujuran juga
merupakan awal dari sikap dan perilaku bertanggungjawab

16
Syahrin Harahap, “Universitas Islam sebagai Pusat Pembaharuan,” dalam Hasan Asari (ed.) Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara: Memperkokoh Eksistensi, Memperluas Kontribusi (Medan: IAIN Press, 2015), h. 158-
193.

23
c. Kemampuan menunda kesenangan sesaat demi kesenangan abadi.
Kemampuan menunda adalah kompetensi mental manusia modern.
Secara sistemik, kemampuan ini memungkinkan orang melihat sesuatu
yang kompleks dan mampu mengelola sebuah proses berjangka
panjang.
d. Komitmen waktu dan etos kerja tinggi. Manusia modern menghargai
waktu dan mampu mengelola penghargaan itu menjadi perilaku tepat
waktu, efisiensi waktu, dan prioritas waktu. Komitmen waktu yang
baik harus pula diimbangi dengan etos kerja yang baik.
e. Keyakinan akan keadilan yang merata. Manusia modern meyakini
bahwa keadilan dapat diperjuangkan sehingga merata di tengah
masyarakat. Keadilan sosial, dengan demikian, menjadi salah satu cita-
cita dari seorang manusia modern.
f. Penghargaan tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Manusia modern
menghargai ilmu pengetahuan: mendorong pengembangannya,
memanfaatkannya secara baik dalam kehidupannya. Ia tidak akan
tebelenggu oleh mitos, klenik, dan aneka praktik yang tidak berbasis
ilmu pengetahuan.
g. Perencanaan masa depan. Manusia modern, karena berpikiran jangka
panjang, memiliki perencanaan tentang masa depan. Ia memiliki
proyeksi masa depan dan bagaimana perannya dalam masa depan itu.
h. Penghargaan terhadap bakat dan kemampuan. Manusia modern
menghargai setiap bakat yang kemudian ditransformasikan ke dalam
serangkaian kemampuan.
i. Penegakan moralitas. Manusia modern menerapkan dan
memperjuangkan penegakan moralitas, baik pada tataran personal
maupun pada tataran sosial.
Singkatnya, sejarah Islam periode modern yaitu sebuah bagian sejarah dimana
modernitas di upayakan secara kolosal oleh umat islam dengan adanya nilai-nilai
modernitas diharapkan benar-benar menjadi masyarakat islam yang modern.17

17
Prof. Dr. Hasan Asari, MA. SEJARAH ISLAM MODERN Agama dalam Negosiasi Historis Sejak Abad XIX.
(Medan, PERDANA PUBLISHING, 2019), h. 16

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan
yang menggambarkan peristiwa masa lampau umat manisua yang disusun secara
kronologis untuk dijadikan sebuah pembelajaran bagi manusia dimasa sekarang dan
masa mendatang. Sedangkan peradaban merupakan suatu sikap batin sifat dari jiwa
manusia, yaitu usahanya untuk mempertahankan hakikat dan kebebasannya sebagai
makhluk yang membuat hidup ini lebih indah dan mulia.
Jenis pendekatan yang dipakai dalam metode penelitian sejarah yaitu:
pendekatan sosiologi, antrophology, dan politikologi. Lima pokok terkait sejarah
menurut kuntowijoyo, yaitu: Sejarah itu bersifat empiris, mempunyai objek,
mempunyai teori, generalisasi, dan metode. Ilmu bantu sejarah digunakan sesuai
dengan topik atau periode yang dikaji serta merupakan alat (tools) yang membantu
analisis secara kritis dan ilmiah. Selain itu berguna pula untuk mengembangkan Ilmu
Sejarah itu sendiri.
Periode ini di mulai sejak periode nabi Muhammad SAW hingga Khulafaur
rasyidin. Pada masa ini Islam berada dipuncak masa kejayaan, dan periode ini pula
dibagi menjadi menjadi dua fase:fase ekspansi (650 – 1000 M), dan fase disintegrasi
(1000 – 1250 M). Pada periode pertengahan , Islam mengalami kemunduran. Hal
tersebut ditandai dengan berhasilnya tentara Mongol menguasai Baghdad. Yang
terakhir yaitu Periode Modern. Pada periode ini, banyak budaya budaya luar yang
masuk sehingga banyak umat islam yang kagum dan tertarik dengan budaya luar
tersebut. Modernisasi masuk dan merambah ke semua aspek kehidupan, tanpa
terkecuali

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari segi isi maupun penulisan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah dimasa yang akan
datang. Demikianlah makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

25
DAFTAR PUSTAKA

Dhieraputra. 2011. Ilmu Bantu Sejarah(http://dhieraputra.blogspot.com/search?updated-


min=2011-01-01T00:00:0008:00&updatedmax=2012-01-01T00:00:00-08:00&max-
results=1, diakses pada Selasa, 30 Oktober 2012)
Hamid, Abd Rahman , Muhammad Saleh Madjid. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Ombak
Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogjakarta: Bentang.
Munjin, Shidgy. 2019. Urgensi Pemahaman Sejarah Islam dalam Mengembangkan
Pendidikan Umat. Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/63684015/Pendidikan_Sejarah_1_20200619-
96443-14jottt-libre.pdf?1592618890
Tamburaka, Rustam Effendy. 1999. Pengantar ilmu sejarah, teori filsafat sejarah, sejarah
filsafatdan Iptek. Jakarta: Rineka Cipta.
Prof. Dr. Hasan Asari, MA. 2019. Sejarah Islam Modern Agama dalam Negosiasi Historis
Sejak Abad XIX. Medan: PERDANA PUBLISHING.
Syahrin Harahap, “Universitas Islam sebagai Pusat Pembaharuan,” dalam Hasan Asari (ed.)
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara: Memperkokoh Eksistensi, Memperluas
Kontribusi (Medan: IAIN Press, 2015), h. 158-193.
Linda firdawati, “NEGARA ISLAM PADA PERIODE KLASIK”, Jurnal ASAS, Vol. 7,
No.1, (2015)
Juwari, “SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DARI KLASIK, PERTENGAHAN, DAN
MODERN”. Taklimuna: Journal of Education and Teaching, Vol.1 No.2 (2022).
H. Muhammad In’am Esha, M.Ag. 2011. Percikan Filsafat Sejarah & Peradaban Islam.
Malang : UIN-Maliki Press
Dra. Achiriah, M.Hum & Dra. Laila Rohani, M.Hum. 2018. Sejarah Peradaban Islam.
Medan : PERDANA PUBLISHING.
Prof. Dr. H. J. Suyuthi Paulungan, M.A. 2019. Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia.
Jakarta: AMZAH.

26

Anda mungkin juga menyukai