Anda di halaman 1dari 12

STRUKTUR KEILMUAN DALAM BIDANG

SEJARAH PERADABAN ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam


yang dibina oleh Bapak Busairi, S.Ud, M. Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

1. MOH. GUSTI PURWONO (22382071003)


2. FAISAL ARIFIN (22382071017)
3. MIRZA KHOIRUN NISA’ (22382072013)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM MADURA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Struktur Keilmuan dalam Bidang Sejarah Peradaban Islam” ini
dengan baik dan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari
berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan
sesuai dengan harapan, walaupun di dalam pembuatannya kami menghadapi
kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Busairi, S.Ud, M. Ag. selaku dosen pengampu Sejarah
Peradaban Islam. Dan juga kepada teman – teman yang telah memberikan
dukungan dan dorongan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami
butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa
yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman–teman dan pihak
yang berkepentingan.

Pamekasan, 1 Maret 2023

Penulis
Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. II


Daftar Isi .......................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan.............................................................................................. 4
D. Manfaat ........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam................................................ 12
B. Dasar-Dasar Sejarah Peradaban Islam............................................. 12
C. Ruang Lingkup Sejarah Peradaban Islam........................................ 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 20
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam agama Islam, hadis memiliki posisi yang penting. Ini tidak dapat
ditawar lagi. Namun demikian, tidak semua hadis itu bersifat terpuji perawinya
dan tidak semua hadis-hadis itu bersifat dhaif perawinya, sehingga sangat wajar
manakala para muhadditsin sangat besar perhatiannya untuk melakukan
penelitian, penilaian dan penelusuran Hadis dengan tujuan untuk mengetahui
kualitas Hadis yang terdapat dalam rangkaian sanad dan matan yang diteliti,
sehingga Hadis tersebut dapat dipertanggungjawabkan keotentikannya.
Kritikan para periwayat hadis itu tidak hanya berkenaan dengan hal-hal
yang terpuji saja tetapi juga mengenai hal-hal yang tercela. Hal-hal dapat
dikemukakan untuk dijadikan pertimbangan dalam hubungannya dengan dapat
atau tidak diterimanya riwayat hadis yang mereka riwayatkan. Untuk itulah lebih
jelasnnya disini penulis akan membahas tentang “Struktur Keilmuan dalam
Bidang Sejarah Peradaban Islam.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sejarah peradaban islam?
2. Apa saja dasar-dasar dari sejarah peradaban islam?
3. Bagaimana ruang lingkup kajian sejarah peradaban islam?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu sejarah peradaban islam.
2. Untuk mengetahui apa saja dasar-dasar sejarah peradaban islam.
3. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup kajian sejarah peradaban
islam.
D. Manfaat Pembahasan
1. Bagi penulis, makalah ini menjadi sebuah media kreatifitas ilmu dalam
pengkajian mengenai struktur keilmuan dalam bidang sejarah peradaban
islam.
2

2. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat dijadikan referensi yang baik
dan mampu menambah pengetahuan.
BAB II
PEMABAHASAN

A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam


Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut Tarikh, berasal dari akar kata
ta’rikh dan taurikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa, pemberitahuan
tentang waktu, dan kadang kala kata tarikhusy-syay-i menunjukkan arti pada
tujuan masa berakhirnya suatu peristiwa. Sedang menurut istilah berarti
“Keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau
pada masa yang masih ada. Sedangkan pengertian selanjutnya memberikan makna
sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam
yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang
luas, dan pokok dari persoalan sejarah senantiasa akan sarat dengan pengalaman-
pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan
masyarakat.1

Berangkat dari pengertian sejarah sebagaimana yang dikemukakan di atas,


peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Kata
Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Di
Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang
mensinonimkan dua kata “kebudayaan” dan “peradaban”. Kebudayaan adalah
bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan
manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan
peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi
dan moral, maka peradaban terrefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.2

2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003); M. Solikhin,
Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Rosail, 2005).
3

B. Dasar-Dasar Sejarah Peradaban Islam


Dasar-dasar Peradaban Islam pertama kali ditetapkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk memperkokoh masyarakat dan negara
baru itu. Beliau meletakan dasar-dasar tersebut pada saat Beliau berada di Yastrib
atau yang sekarang kita kenal dengan nama Madinah. Tidak seperti pada saat di
Mekah, di Madinah Allah SWT banyak menurunkan wahyu yang berhubungan
dengan kehidupan masyarakat. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, tidak
hanya sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. 3 Dengan kata lain,
pada diri Nabi terkumul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan
sekuler. Beliau menjadi kepala negara bukanlah atas penunjukan dan bukan pula
atas dasar hak turun-temurun. Beliau menjadi rasul secara otomatis menjadi
kepala negara.

Dasar-dasar Peradaban Islam tersebut adalah :

1. Pembangunan Masjid.

Masjid merupakan hal yang paling fundamental yang pertama beliau


lakukan. Masjid tidak hanyak menjadi tempat sholat bagi umat muslim, tetapi
juga sebagai sarana penting untuk mempersatuakan kaum mulimin dan
mempertalikan jiwa mereka, di samping tempat merundingkan masalah-masalah
yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat
pemerintahan.[6]4

Allah SWT berfirman:

: Terjemahannya

“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba), sejak hari
pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya.” (Q.S. At-Taubah: 108)

                  Masjid merupakan pusat pembinaan, memakmurkan umat,


membimbing umat taat beribadah, dan menuntuk umat memperbaiki kehidupan
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 1999, hlm.
25.
4
4

lingkungan. Berbagai masalah umat Islam, dimusyawarahakan melalui masjid.


Seperti kalau ada persoalan keluarga, melatih prajurit dan melepas pasukan ke
medan perang, menerima tamu asing dari luar daerah, dan bahkan penginapan
bagi musyafir dan perawatan bagi pejuang-pejuang yang luka di medan perang
pun di masjid.

2. Ukuwah Islamiyah

Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat


“akha fulanun shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna
ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah
keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.[11]

Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang


hijrah dari Mekah ke Madinah, dan Anshar, penduduk madinah yang sudah
masuk Islam dan ikut membantu kaum muhajirin tersebut. Dengan demikian
diharapkan, setiap muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan
kekeluargaan. Apa yang dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu
bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama,
menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.

Di antara unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan


cinta yang paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati
dari perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan.

Al-Qur’an menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai


siksaan yang dijatuhkan Allah atas orang-orang yang kufur terhadap risalah-Nya
dan menyimpang dari ayat-ayat-Nya.

3. Hubungan dengan non-Islam

Saat menjadi kepala negara di kota Madinah, selain orang-orang Arab


Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang
masih menganut agama nenek moyang mereka. Stabilitas warga sangatlah penting
di situasi seperti ini. Beliau, Rasulullah, mengadakan ikatan perjanjian dengan
5

mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi


sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak-
hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.[15] Kemerdekaan setiap
golongan pun terjamin dan mereka bersama-sama saling menjaga dan
berkewajiban menjaga negeri Madinah dari ancaman ataupun serangan dari luar.

Dalam perjanjian itu jelas disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala


pemerintahan karena sejauh meyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas
mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang sosial, dia juga meletakan dasar
persamaan antara sesama manusia. Perjanjian ini, dalam pandangan
ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah.[16]

Dari catatan sejarah ini dapat kita pahami bahwa Rasulullah mengajarakan
kepada kita umat muslim untuk selalu menjalin hubungan yang harmonis
meskipun terhadap orang yang dapat dianggap non-muslim. Hal ini lah yang harus
kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bergaul, dan beraktivitas.
Karena lingkungan kita ini merupakan lingkungan yang plural, yang terdiri dari
berbagai komunitas, dan Islam juga mengajarkan setiap umatnya untuk memiliki
sifat toleransi. Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki
konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”[17]. Janganlah
memaksakan kehendak kita terhadap orang lain. Tetapi kita juga harus dapat
menjaga diri agar tidak terseret terlalu dalam ke dalam komunitas mereka. Dengan
kata lain, kita dituntut untuk dapat menempatkan diri, bukan malah menyesuaikan
diri.

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam


secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam
yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal
lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam
bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog
dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa
keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah,
karena itu tak mungkin disamakan.[18]
6

C. Ruang Lingkup Kajian Sejarah Peradaban Islam


Para ahli sejarah menjadikan ruang lingkup pembicaraannya pada
manusia dan waktu serta ruang, dengan demikian ruang lingkup penelitian
sejarah adalah semua usaha manusia pada suatu waktu dan pada tempat tertentu.

Dengan ruang lingkup yang dikemukakan, maka ada tujuh lapangan hidup
yang dibahas dalam ilmu sejarah, yaitu:

1. Manusia dalam arti individu maupun masyarakat.


2. Ekonomi
3. Politik
4. Ilmu pengetahuan dan teknologi
5. kesenian
6. Hukum
7. Agama dan keyakinan

Dari tujuh lapangan yang dikupas tersebut, lembaga politik dan aktifitas
manusia adalah yang paling banyak mendapat perhatian. Faktor yang
menimbulkan akibat demikian adalah karena lembaga politik dan aktifitas
manusia adalah dua hal yang peling banyak mempengaruhi kehidupan manusia
secara umum.6 Pertanyaan yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa aspek
yang lain kurang mendapat perhatian. Karenanya sebagaimana kita saksikan,
buku-buku yang membahas tentang sejarah ekonomi Islam sangat langka.
Demikan juga buku-buku yang membahas ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian, hukum dan bidang pemikiran agama Islam.
7

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah di atas, maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ilmu jarh wa al-ta'dil sangat berguna untuk menentukan kualitas perawi
dan nilai hadisnya. Jika kita tidak mengetahui benar atau salahnya
sebuah riwayat, kita akan mencampuradukkan antara hadits yang benar-
benar dari Rasulullah dan hadits yang palsu (maudhu’).
2. Ilmu Gharibil-Hadits, ialah Ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadh-
lafadh dalam matan Hadits yang sulit lagi sukar difahamkan, karena jarang
8

sekali digunakannya.macam-macam dari gharib hadist sendiri terbagi


menjadi dua yaitu, gharib mutlaq dan gharib nisby.
3. Mukhtalaf hadis dapat dimaknai dengan kontradiktifitas hadis. Dimana
hadis-hadis yang dari sisi teksnya atau redaksi maupun kandungannya
terkesan kontradiktif atau tampak bertentangan yang terkesan bertolak
belakang dengan ayat al-Qur’an yang sudah jelas pengertiannya. Mukhtalif
hadis ini dapat diselesaikan dengan empat cara yaitu, metode al-jam'u wa
taufiq, metode tarjih, metode naskh dan mansukh,.dan metode ta’wil.

B. Saran
9

DAFTAR PUSTAKA

Yahya, Muhammad. (2016). Ululmul Hadis (Sebuah Pengantar dan Aplikasinya).


Watampore: Syahadah
Marhumah. (2014). Ulumul Hadis: Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode, dan
Contoh. Yogyakarta: SUKA-Press.
Sulaemang. (2017). Ulumul Hadist. Kendari: AA-DZ Grafika.
‘Itr, Nuruddin. (2012). Ulumul Hadis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
MH Zubaidillah, “Ilmu Jarh Wa Ta’dil”, Jurnal OSF Prepints, 2018.
Bahija, Munas. “Ilmu Gharib Al-Hadist: Khazanah Penting dalam Keilmuan
Hadis”. Jurnal IB Times.id, 2022.
Nurdin, “Mukhtalifil Hadist”, Jurnal UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten,
2020.
“Jarh wa Al- Ta’dil Hadist”
https://catatan.bolpoint.wordpress.com/2011/10/31/al-jarh-wa-al-tadil-
hadist/. Diakses pada 10 September 09:24
“Ilmu Gharib Hadist”. https://emakalahonline.blogspot.com/2013/01/ilmu-
gharib-al-hadits.html?m=1. Diakses pada 10 September 09:56.
“Mukhtalif Al-Hadist”. http://ahsinunniam.blogspot.com/2016/10/makalah-
mukhtalif-al-hadist.html?m=1. Diakses pada 14 September 20:14.
“Makalah Mukhtalif Hadis”. https://abidnh.blogspot.com/2019/12/makalah-
mukhtalif-hadist.html?m=1. Diakses pada 14 September Pukul 21.37.

Anda mungkin juga menyukai