Oleh Kelompok 4:
1. M Surahman Abd Aziz (12301173059)
2. Muhammad Fathur Rohman (12301173060)
3. Umi Nur Habibah (12301173061)
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Nafi’ dan Warsy ......................................................... 2
B. Kaidah-kaidah Imam Nafi’ ................................................................. 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
B. Saran .....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Arab merupakan komunitas dari berbagai suku yang
tersebar di Jazirah Arab. Setiap suku mempunyai bentuk dialek yang
berbeda dengan suku-suku lainnya. Namun demikian, mereka telah
menjadikan bahasa bahasa Quraisy sebagai bahasa resmi dalam
berinteraksi. Oleh karena itu, wajarlah apabila Alquran diturunkan dalam
bahasa Quraisy.
Maka lahirlah macam-macam qiro’ah dengan melihat gejala dari
beragam dialek yang ada. Keberagaman dialek sesungguhnya merupakan
suatu fenomena yang tidak dapat dihindari sehingga Rasulullah sendiri
membenarkan pembacaan Alquran dengan berbagai macam bacaan
(qira'ah). Karena banyaknya macam-macam lajhah bahasa maka kamu
menyusun makalah ini untuk membahas kaidah-kaidah bacaan qiro’at dari
Imam Nafi’ dengan riwayat Warsy.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Serta Biografi Imam Nafi’ dan Warsy
1. Imam Nafi’
Nama lengkap dari Imam Nafi’ adalah Nafi’ bin ‘Abdurrahman bin
Abi Nu’aim al-Laitsiy atau bisa dikenal dengan julukan Abu Ruwaim.
Beliau lahir pada tahun 70 H. Imam Nafi’ berasal dari Asbihan dan
menetap di kota Madinah. Sejak muda ia telah menekuni Al-Quran dan
baru berguru tentang Qur'an kepada lebih dari 70 guru. Setelah dia
dewasa, Imam Nafi’ pergi ke kota Madinah dan menetap di sana hingga
wafat pada tahun 169 H,
Dari sekian banyak gurunya inilah, Imam Nafi’ melakukan seleksi
bacaan, yaitu mengambil bacaan yang sama di antara guru-gurunya, dan
meninggalkan bacaan yang berbeda. Hasil dari penyeleksian inilah
kemudian dijadikan kaidah tersendiri oleh Imam Nafi’, yang kemudian
dikenal luas oleh para generasi berikutnya sebagai qira’at Imam Nafi’.
Terdapat banyak komentar dari para ulama, baik yang semasa
maupun yang hidup setelahnya, perihal pribadi dan bacaan Imam Nafi’.
Namun, komentar-komentar yang ditujukan kepada beliau mengarah pada
satu kesimpulan, yaitu pujian. Dalam istilah ilmu hadits disebut dengan
ta’dil.
Kealiman dan keistiqamahan yang dimiliki Imam Nafi’,
mengantarkan beliau menjadi seorang maha guru yang disenangi oleh
para murid-muridnya. Hal ini tandai oleh banyaknya murid beliau dari
berbagai Negara seperti Mesir, Sham, Madinah dan lainnya. Namun, di
antara sekian banyak murid beliau, yang paling terkenal dan kemudian
menjadi perawi Imam Nafi’adalah Imam Qolun dan Imam Warsy.
2. Warsy
Nama lengkapnya adalah Utsman bin Sa’id bin ‘Abdullah Abu
Sa;id Qibthi al-Misr, dikenal dengan julukan Warsy. Leluhur beliau
berasal dari daerah Qairuwan (kota yang terletak di Negara Tunisia),
2
namun beliau lahir dan tumbuh besar di Mesir pada tahun 110 H di kota
Qaft, wilayah Shoid (dataran tinggi: pegunungan).
Dalam dunia intelektual Muslim, Imam Utsman ini lebih dikenal
dengan julukan Imam Warsy, yang merupakan panggilan dari gurunya,
Imam Nafi’. Menurut riwayat, julukan Warsy disematkan kepada Imam
kelahiran Mesir ini dikarenakan gerak langkah beliau yang lamban.
Kata warsy ( )ورشberasal dari kata warasyan ( )ورشانyang berarti
seekor burung yang mirip merpati putih. Kata warasyan ini kemudian
disingkat menjadi “Warsy”.
Warsy pergi ke Madinah khusus untuk belajar dengan Imam Nafi’
dan dapat menyelesaikan beberapa kali khatam di hadapan gurunya tahun
155H, kemudian ia kembali ke Mesir dan mengajar Qiraat di sana hingga
wafatnya pada tahun 197 H. Warsy ini terkenal sebagai qori’ yang
memiliki suara yang indah dan merdu., menguasai tajwid, dan juga tata
bahasa arab yang bagus.
B. Kaidah-Kaidah Bacaan Qiro’ah Imam Nafi’ Riwayat Warsy
1. Basmalah
Membaca basmalah antara dua surat terdapat 3 wajah: Fashl dengan
basmalah, Saktah tidak dengan basmalah, dan Washl tidak dengan
basmalah
2. Mad dan Qoshr
a. Mad Mutashil dibaca dengan 6 harakat
b. Mad Munfashil dibaca dengan 6 harakat
Warsy menetapkan alif ( )اَناyang jatuh sebelumnya hamzah qatha’,
3
Warsy membacanya dengan 4 atau 6 harakat, dan tawasud itu lebih
utama.
e. Ijtima’ Sababain lil Mad
( َ خسئين, ْال َمئ َاب, َ )م ْست َ ْهزءونberkumpulnya dua sebab mad yaitu mad
thobi’i dan mad ‘aridl lis sukun, maka pengamalannya digunakan
yang lebih kuat dari mad-mad tersebut, yaitu mad ‘aridl lis sukun.
Apabila dibaca dengan qashr maka 3 harakat, ketika dibaca dengan
tawasud maka boleh 4 harakat, 6 harakat, dan ketika dibaca panjang
maka 6 harakat.
f. Shilah Mim Jama’
Dibaca washl mim jama’ yang jatuh sebelum hamzah qatho’ maka
mimnya dibaca dhommah. Dalam hal ini maka dibaca mad munfashil
dengan 6 harakat. Contoh:
٦ َعلَ ۡيهم َءأَنذَ ۡرت َهم أ َ ۡم لَ ۡم تنذ ۡره ۡم ََل ي ۡؤمنون َ ْإ َّن ٱلَّذينَ َكفَروا
َ س َوآ ٌء
3. Ha’ Kinayah
Ha’ kinayah yang terletak diantara dua huruf yang berharakat maka
dibaca washl.
Contoh:
( أ َ ْرجهal-A’raf : 111) dan (asy-Syu’ara’ : 36)
َ َو َما ٓ أَنpada surat al-Kahf ayat 64
Warsy meriwayatkan lafadz س ٰىنيه
َّ علَ ۡيه
dan lafadz َٱّلل َ pada surat al-Fath ayat 10, dengan membaca
kasrah ha’ kinayahnya.
Lafadz فيه م َهانًاpada surat al-Furqan ayat 69 ha’nya dibaca dengan
pendek.
4. Hamzah Mufrod
a. Ibdal (pergantian). سأ َ َل
َ menjadi َسا َل
b. Hadzaf (Pembuangan)
4
َضهون َ ٰ ( يat-Taubah : 30)
( دَ ًّكاKahf : 98)
( ش ْر ًكاal-A’raf : 190)
َ( لَ ْي َكةasy- Syu’ara : 176)
c. Hamz
النَّبىءdan َ النَّبو َءةdibaca mad mutashil
( كفؤً اal-Ikhlas : 4)
( مي َك ٰىئ َلal-Baqarah : 98)
ص ٰى
َ ( َوأ َ ْوal-Baqarah :132)
زَ َكريَّآء
( ۡٱلبَر ْيئَةal-Bayinah : 6, 7)
d. Naql (Pemindahan) : adalah pemindahan harakat hamzah ke huruf
mati sebelumnya, kemudian hamzah tersebut dibuang (tidak dibaca
lagi)
e. Tashil (Mempermudah)
ٰٓ
وٱلَّـي, dengan membuang ya’ dan mentashil hamzah.
5. Dua Hamzah dalam Satu Kata
Dua hamzah qatho’ yang keduanya berharakat dalam satu kalimat, Warsy
membacanya dengan mentashil hamzah yang kedua. Contoh:
)َ (أ َءى َّمة,)( َءامنتم
6. Dua Hamzah dalam Dua Kata
Dua hamzah qatho’ dalam dua kalimat. Contoh:
)ً ( َجآ َء أ َّمة,)َ(للنَّبي إ ۡن أ َ َراد
7. Saktah dan Idraj
Memasukan penempatan berikutnya tanpa menghentikannya:
a. Dengan ikhfa’ ( ع َو ًحا قَي ًماAl-Kahfi:1-2)
b. Dengan idghom ( َّم ْرقَدنَا َهذَاYasiin: 52)
c. Dengan idghom ( َمن َّراقAl-Qiyamah: 28)
d. Dengan idghom َ( بَل َّرانAl-Mutoffifin: 14)
5
Warsy membaca idghom dalam sejumlah lafadz yang terdapat
perselisihan di antara pembacanya, yakni:
a. Mengidghomkan dal dalam lafadz ) (قدke dalam huruf dhod dan dzo’
َّ ْ (فَقَد,)َّضل
seperti: )ظلَ َم َّ ْ(فَقَد
ْ (كَان
b. Mengidghomkan ta’ ta’nits sakinah ke dalam huruf dzo’ seperti: َت
)ًظال َمة
َّ
c. Mengidghomkan dzal ke dalam huruf ta’ ) ُّ (ات َّ َخذْتsesuai tempatnya.
d. Mengidghomkan nun ke dalam huruf wawu dalam )(يس َو ْالق ْر َءان
e. Pada ayat ) (ن َوالقَلَمterdapat dua wajah bacaan:
- Idghom
- Idzhar
f. Mengidzharkan huruf ba’ sakinah sebelum huruf mim: )(وي َعذبْ َم ْن
َ
g. Mengidzharkan huruf tsa’ ke huruf dzal seperti firman Allah:
ْ ( يَ ْل َه
) َث ذَلك
h. Mengidzharkan huruf ba’ ke huruf mim seperti firman Allah:
)(ار َكبْ َم َعنَا
ْ
9. Lam Tarqiq dan Taghlid
Asal dari lam tarqiq merupakan salah satu huruf istifal, dan Warsy
menyendirikan dengan taghlid setiap lam yang difathah dan bertempat
setelah shod atau to’ atau dzo’, dengan syarat yang terdapat pada ketiga
huruf berikut; lam yang difathah atau disukun, ada pula lam mukhofafah
atau musyaddadah, dan lam mutawasitoh atau mutatorifah, seperti;
ْ (َل ي
) َظلَمون َ ,)ظلَّم ْ ( َم,)طلَبًا
َ (ب,)طلَع َ ( ,)ٌص ََلح
ْ (إ,)َ صلَوة
َّ (ال
6
Baqoroh:249], [Al-An’am:119], [Al-A’raf:118], [An-Nahl:58, Az-
Zukhruf:17], [Shod:20].
c. Ketika terdapat huruf alif setelah lam setelahnya boleh difathah dan
taklil. Pada lafadz: )صلًّى
َ [ (مAl-Baqoroh:125], )صلَ َها
ْ َ[ (يAl-Isro’:18, Al-
Lail:15], )صلَى َ [Al-Insyiqoq:12, Al-A’la:12], )صلَى
ْ َ(وي ْ َ [ (تAl-
Ghasyiah:4], )صلَى
ْ س َي
َ ( [Al-Masad:3],
Maka dibaca fathah dzatnya ya’, dan dibaca taqlil (imalah sughro)
dzatnya ya’.
10. Ro’ Tafkhim dan Tarqiq
Warsy menyendirikannya dengan menarqiqan ro’ fathah atau dhommah,
dan terletak setelah huruf yang dikasroh atau setelah ya’ sukun (madyah
atau layyinah), seperti: ) َ ْاْلَمرون,)(شَاك َرا
Contoh ro’ tafkhim: ) َ (ف ْق َرت,)ص ًرا
ْ (إ,)ص ًرا
ْ (م
َ (أ َ ْب,)(الق َرى
Contoh ro’ tarqiq: )صره ْم
11. Taqlil dan Imalah
Warsy memperkecil fathahnya ro’ pada lafadz )[ (مجْ رى َهاHud:41] dan
mendhommah mimnya.
Warsy membaca dengan imalah huruf ha’ pada lafadz )[ (طهTaa Haa:1]
dan tidak membaca imalah pada lafadz selainnya.
Imalah ialah mendekatkan fathah dengan kasroh dan alif dengan ya’
Taqlil ialah bacaan antara fathah dengan imalah kubro.
Contoh kata yang dibaca taqlil: ) (دَ َعا,) ( َعفَا,) (خ َََل,)اى
َ ص َ ( ,)شفَا
َ ( َع,)سنَا َ ( ,)صفَا
َّ (ال
12. Ya’ Idhofah
Ya’ idhofah ialah ya’ tambahan menunjukkan pada mutakallim yang
berhubungan dengan isim, fi’il dan huruf.
Warsy meriwayatkan dengan fathah ya’ idhofah waqi’ah sebelum hamzah
qoto’ yang difathah, seperti: )ى أ َ ْعلَم
َ (إن
َ ( َعذَاب
atau didhommah )ى أصيب
atau dikasroh )ى إ ََّل
َ (ت َْوفيق.
13. Ya’ Zaidah
Ya’ zaidah ialah ya’ tambahan yang berlebihan, yang dihapus
penulisannya untuk meringankan, terdapat perselisihan bacaan dalam
7
pembuktiannya dan pembuangannya washol dan waqof, disebut tambahan
atau berlebihan karena bentuknya dikurangi dalam Alquran.
Warsy meriwayatkan sebagai pembuktikan ya’ tambahan dalam sejumlah
lafadz.
( الدَّاع> إذَا د َ َعان> فَ ْل َي ْست َجيبواAl-Baqarah [2]: 186)
>( الت َّ ََلقGhafir [40]: 16)
>( التَّنَادGhafir [40]: 32)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam qiro’ah Nafi’ riwayah Warsy ini terdapat ialah empat belas
kaidah. Di antaranya ialah basmalah, mad dan qoshr, ha’ kinayah, hamzah
mufrod, dua hamzah dalam satu kata, dua hamzah dalam dua kata, saktah
dan idraj, idgom dan idzhar, lam tarqiq dan taghlid, ra’ tafkhim dan
tarqiq, taqlil dan imalah, ya’ idhofah, ya’ zaidah.
Namun, lantaran minimnya pembacaan salah satu dari kami,
menjadikan kaidah-kaidah lain belum tuntas untuk disampaikan.
Keseluruhan kaidah tersebut merupakan varian bacaan dari kekayaan
Alquran, yang disebarkan orang-orang Islam, yang mewarnai mereka
dalam membaca.