ِ َ ُ في أ ُ ِّم ا ْل ِكت
َ اب َل َد ْينَا َل َعلِي
(٤﴿ ٌّ ح ِكي ٌم ِ ﴾ َو إِنَّه٣﴿ َا ج َع ْلنَاهُ ُقرآنًا َعر ِب ًيّا َّل َع َّل ُك ْم تَ ْع ِق ُلون
َ ْ َ َّ﴾ إِن٢﴿ ِ امل ُ ِبني
ْ ابِ َ ﴾ َوا ْل ِكت١﴿ حم
Haa Miim. Demi Kitab (Al Quran) yang menerangkan. Sesungguhnya Kami
menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). Dan
sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah
benar-benar Cnggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.
(QS. Az Zukhruf: 1-4)
Untuk memahami Al Qur’an kita perlu mempelajari bahasa yang digunakan Al Qur’an. Ada
beberapa alasan mengapa kita perlu mempelajari bahasa Al Qur’an:
1. Mukjizat nabi lain adalah mukjizat visual. Nabi Musa a.s. memiliki tongkat yang bisa
berubah menjadi ular, membelah lautan, dan seterusnya. Nabi Isa a.s. bisa
menyembuhkan lepra, menghidupkan orang maC, dan seterusnya. Hal-hal seperC ini
adalah visual experience, sementara Al Qur’an adalah audio experience. Visual
experience menghilang seiring dengan menghilangnya masa, hal itu akan menjadi
cerita. Namun demikian, audio experience bertahan sampai sekarang dan Cdak
lekang oleh waktu. Dari seluruh kitab suci di dunia, hanya Al Qur’an yang bertahan
dari perubahan (tashrif) melalui sistem hafalan.
Sayangnya, umat Islam saat ini Cdak bisa merasakan audio experience sebagaimana
yang dirasakan para shahabat. Bahkan saat kita mendengarkan bacaan imam saat
shalat, kita sama sekali Cdak mengerC apa yang diucapkan oleh imam dan kita
mencoba berimajinasi untuk menghilangkan kantuk kita. Saat kita mencari dalam
Google dengan kata kunci “miracle of the quran”, kita akan menemukan “scienCfic
miracle”, sesuatu yang memang disiapkan untuk kita pada saat audio experience
sudah Cdak bisa dirasakan oleh seCap manusia:
Al Quran ini Cdak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya
kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi.
(QS. Shad: 87-88).
Tantangan lainnya, audio experience ini Cdak gampang untuk bisa dijelaskan dengan
kata-kata atau gambar. Kita harus bisa merasakannya sendiri dan kemampuan untuk
bisa mengapresiasi Al Qur’an sebagaimana para shahabat mengapresiasinya adalah
anugerah Allah SWT yang paling besar.
Kita bisa mengetahui makna dari seCap ayat hanya dengan membaca terjemahan Al
Qur’an, tapi kita Cdak bisa menangkap mukjizat audio dari ayat tersebut. Sebagai
contoh, QS. Al Mudatsir: 3
(٣﴿ َو َر َّب َك فَ َكبِّ ْر
dan Tuhanmu agungkanlah!
1/6
Untuk keperluan internal
Lihatlah dalam ayat ini, susunan huruf-hurufnya. Kita akan menemukan susunan
huruf ini ibarat cermin (dengan mengecualikan huruf ‘wa’ di awal ayat).
ra, ba, ba, kaf , fa, kaf, ba, ba, ra
2. Bahasa Arab adalah bahasa yang kompleks dan indah. Sebelum Allah SWT mengutus
Nabi Muhammad SAW., ada dua buah peradaban besar yang bersaing, yakni
peradaban Romawi dan Persia. Mereka membanggakan hasil-hasil karyanya,
bangunannya, dan sebagainya. Bangsa Arab saat itu adalah bangsa yang nomaden.
Mereka berdagang, berinteraksi dengan bangsa lain, tapi secara umum mereka
adalah bangsa yang tertutup dan mengembangkan bahasa yang sangat “canggih”.
Bahasa Arab adalah bahasa yang mengandung kosakata (mufradat) sedemikian
banyaknya, bahkan untuk menyebut unta saja ada 300 macam cara1. Contoh paling
mudah bisa ditemui di QS. Al Ghasiyah: 17
َ ف
ي س ِّم ِ حتَّىٰ َيلِجَ ا ْل َج َم ُل
َ خ ُلونَ ا ْل َجن َّ َة ِ الس َم
ُ اء َو َال َي ْد َّ ابُ ا ال تُفَتَّحُ َل ُه ْم أ َ ْب َو
َ است َ ْكبَ ُروا َعن ْ َه ِ إِنَّ ا َّل ِذينَ َكذَّ ُبوا ِبآ َي
ْ اتنَا َو
٤٠﴿ َي امل ُ ْج ِر ِمنيْ ۚ َو َكذَٰلِ َك نَ ْج ِز اط ِ َخي
ِ ا ْل
Al Ibilu merujuk kepada kosakata unta secara umum. Al Jamalu merujuk kepada unta
jantan. Al Isyaru merujuk kepada unta beCna yang hamil tua dan dalam kondisi akan
melahirkan.
Contoh lain, perbedaan penggunaan “nafs” dan “ruh”. Lihatlah dalam QS. Ali Imran:
185 berikut:
ِ امل َ ْو
ت ِ س ذ
ْ َائ َق ُة ٍ ْ ُك ُّل نَف
1C. Neil, “Just how many words does Arabic have for camel?” Medium, 2014. Pranala luar: https://
medium.com/@chrisneil/just-how-many-words-does-arabic-have-for-camel-da5b58022564
2/6
Untuk keperluan internal
Mayoritas pembaca terjemah akan membayangkan makna yang sama antara nafs
dengan ruh.
Contoh lain: manusia bisa disebut sebagai “ins”, “insaan”, “alasi“, “basar”, dan
sebagainya. Masing-masing penyebutan memiliki makna yang keCka diterjemahkan
dalam bahasa lain memerlukan penjelasan yang lebih panjang dari kata aslinya.
ُ الَ ۚ َوال َّلـه ۖ فَ َل َّما زَا ُغوا أَزَاغَ ال َّلـهُ ُق ُلوبَ ُه ْم ول ال َّل ِـه إِ َليْ ُك ْم ُ س ِ ِ ِ ِ ِ َ ال ُم
َ ِّوسىٰ ل َق ْومه يَا َق ْوم ِ ل َم تُ ْؤذُونَني َو َقد تَّ ْع َل ُمونَ أَن
ُ ي ر َ َو إِذْ َق
٥﴿ َاس ِقني ِ َ يَ ْه ِدي ا ْل َق ْو َم ا ْلف
ول َيأ ْ ِتي
ٍ س ُ ش ًرا ِب َر
ِّ َاة َو ُمب َ
ِ ا ملَا َب ْنيَ َي َد َّي
ِ منَ الت َّ ْور ِّ ص ِّد ًق َ ول ال َّل ِـه إِ َل ْي ُكم ُّم
ُ س
ُ ي رَ ِّيل إِن َ ائ ِ سر ِ
َ ْ ِيسى ا ْبنُ َم ْر َي َم َيا َبني إ
ِ ال
َ ع َ َو إِذْ َق
ِ ات َقا ُلوا َهـٰذ
٦﴿ ٌَا س ْح ٌر ُّم ِبني ِ َ ا جا َءهُم ِبا ْلبَيِّن َ ۖ فَ َل َّم ي اس ُمهُ أ َ ْح َم ُد
ْ من بَ ْع ِدِ
Dan (ingatlah) keCka Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, mengapa kamu
menyakiCku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu?" Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah
memalingkan haC mereka; dan Allah Cdak memberi petunjuk kepada kaum yang
fasik. Dan (ingatlah) keCka Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat,
dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukC-bukC yang nyata, mereka berkata: "Ini
adalah sihir yang nyata”. (QS. Ash Shaf: 5-6)
Dari dua ayat ini kita bisa memahami bahwa Al Qur’an sangat relevan dengan realitas
yang sudah diketahui oleh ahli kitab di zaman Rasulullah SAW. Nabi Musa a.s.
(moses) memiliki ayah, sementara Nabi Isa a.s. (Jesus) Cdak memiliki ayah. Garis
keturunan ditentukan oleh sistem paternalisCk, garis keturunan ayah. Dengan
demikian, saat Musa memanggil Bani Israil, ia menggunakan kata “Yaa Qaumi”, wahai
kaumku—karena Nabi Musa a.s. memiliki silsilah dari garis ayah. Sementara Nabi Isa
a.s. melakukannya dengan menyebut “Yaa Banii Israail”, wahai Bani Israil, karena
Nabi Isa Cdak memiliki silsilah dari garis ayah.
3/6
Untuk keperluan internal
4/6
Untuk keperluan internal
“wa kallamallaha muusaa takliiman” bisa diarCkan “Nabi Musa berbicara kepada
Allah dalam suatu pembicaraan”. ArCnya sangat berbeda, hanya karena perbedaan
satu harakat fathah dan dhammah pada satu huruf “ha”.
6. Bahasa Arab digunakan untuk memahami bahwa “surah” dalam Al Qur’an bukanlah
sebuah chapter (bab). Membaca terjemahan saja Cdak cukup.
a. Chapter dalam sebuah buku Cdak akan pernah mengulangi apa yang sudah
dibahas dalam chapter sebelumnya. Apabila mereka ingin mengulangi apa
yang sudah pernah dibahas, mereka akan melakukan dengan sistem referensi
(sitasi ke chapter sebelumnya). Bisa juga dengan menggunakan footnote: lihat
kembali ke halaman sekian-sekian dan seterusnya. Sehingga ide dari chapter
adalah: mereka membangun cerita secara kronologis. Chapter juga Cdak bisa
digeser, Cdak bisa ditukar. Sementara surah Cdak sepert chapter, bisa juga
seseorang mempelajari surah secara terpisah, Cdak harus dipelajari secara
berurutan sebagaimana seseorang membaca buku..
b. Chapter memiliki kronologi, urutan, dan seterusnya. Sementara Al Qur’an
diturunkan Cdak seperC itu. Ayat-ayat Al Qur’an diturunkan sesuai dengan
keadaan yang terjadi saat itu (by demand). Al Qur’an juga Cdak diurutkan
berdasarkan subjek atau tema. Surah Al Baqarah temanya Cdak hanya satu.
Hampir semua tema dalam Al Qur’an ada dalam Al Baqarah. Al Baqarah
memiliki 286 ayat, dan surah ini Cdak hanya tentang sapi, tapi tentang banyak
hal. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa surah adalah standar tersendiri
dari Allah SWT, Cdak bisa disamakan dengan bab atau chapter.
7. Di dalam surah ada ayat-ayat. Bahasa Arab digunakan untuk memahami makna kata
“ayat” yang ada dalam Al Qur’an. Meski demikian, ayat Al Qur’an bukanlah verse
(baris dalam bait) sebagaimana kita temukan dalam puisi dan syair, sehingga kita
Cdak bisa membandingkan ayat dan verse. Definisi dari ayah adalah unik. Contoh:
a. Ayat dari Al Baqarah yang pertama adalah alif-lam-miim. Ayat pertama dalam
surah Ar Rahman: Ar Rahman. Tentu hal-hal ini menunjukkan bahwa ayat
bukanlah verse atau baris kalimat karena hanya terdiri dari satu atau
beberapa huruf, atau satu dua kata, sehingga kurang dari satu kalimat. Ada
juga ayat yang keCka digabung menjadi satu kalimat : Alhamdulillahi rabbil
‘alamiin, arrahmaanirrahiim, maaliki yaumiddin. Ada juga beberapa kalimat
yang tergabung dalam satu ayat, yakni ayat kursi.
b. Akar dari ayat : hamzah-ya-ya. Al Qur’an sendiri menyampaikan bahwa unit
terkecilnya dalah ayat. Meski demikian, disampaikan juga dalam Al Qur’an
bahwa langit dan bumi adalah ayat, Isa a.s. adalah ayat, cerita dari yusuf
adalah ayat juga. Demikian, makna ayat bukan hanya bagian dari buku, tapi
orang adalah ayat, cerita adalah ayat, sejarah adalah ayat, gunung adalah
ayat, apa yang ada di dalam tubuh manusia juga ayat. Segala sesuatu yang
ada di dalam alam semesta adalah ayat.
Ayat digunakan untuk mendeskripsikan seluruh kebenaran, realitas, dan
pengalaman yang dirasakan manusia. KeCka kita membaca Al Qur’an dan
menemukan bahwa hal-hal tertentu adalah ayat, maka perhaCkanlah
kalimatnya. Kita akan menemukan bahwa Allah SWT mendeskripsikan realitas
sebagai ayat.
5/6
Untuk keperluan internal
Tafsir terbaik dalam Al Qur’an adalah keCka kita mengalaminya sendiri, itulah
ayat. Inilah yang disebut sebagai ayat qauliyyah (dalam Al Qur’an) dan ayat
kauniyyah (dalam alam semesta).
c. Dengan demikian, secara umum pengerCan dari ayat adalah:
Referensi:
1. Al Qur’anul Karim — terjemah dan ayat Al Qur’an didapatkan dari web Tanzil.Net.
2. N.A. Khan dan S. Randhawa, “Divine Speech”, Texas: Bayyinah PublicaCon, 2016.
3. R. Farrin, “Structure and Qur’anic InterpretaCon”, Oregon: White Cloud Publishing, 2014.
4. M. Al Qaththan, “Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an”, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2009.
5. M. A. Ranginwala, “EssenCals of Quranic Arabic”, New Jersey: Islamic Learning
FoundaCon dan Islamic Circle of North America, 2013.
6/6