Anda di halaman 1dari 20

KAJIAN LITERATUR

TENTANG AL-QUR’AN
I

Program Studi Magister Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta
1

• Literatur adalah bahan bacaan yang digunakan dalam


berbagai aktivitas, baik secara intelektual maupun rekreasi
(KBBI V)
• Kajian literatur merupakan penelusuran khazanah
kepustakaan yang dimaksudkan untuk mengetahui
pemikiran, teori dan metodologi seseorang atau kerangka
berpikir suatu temuan.
KAJIAN LITERATUR TENTANG AL-QUR’AN 2

• Kajian literatur tentang Al-Qur’an adalah matakuliah


yang mendiskusikan tentang berbagai literatur yang
menggambarkan keluasan perkembangan studi tentang
Al-Qur’an pasca Ulumul Al-Qur’an di Timur Tengah,
Barat dan Indonesia.
• Tujuan Kajian literatur tentang Al-Qur’an agar mahasiswa
memahami dinamika kajian tentang Al-Qur’an dalam
merespon perubahan sosial.
3

1. Pengantar Umum Perkuliahan dan Pembagian Tugas


2. Kajian Kontemporer Al-Qur’an
3. Dinamika Kajian Al-Qur’an
4. Syariat Humanis; Konsep Nasikh Klasik dan Kontemporer
5. Tafsir Kontekstual Al-Qur’an
6. Tafsir Fenomenologi
7. Tekstualitas Al-Qur’an
8. UTS
4

9. Al-Qur’an dalam Perspektif Feminis


10.Al-Qur’an dan Pembebasan Perempuan
11.Al-Qur’an Perspektif Perempuan
12.Inklusivisme Agama dalam Al-Qur’an
13.Pribumisasi Islam
14.Tafsir Transformatif
15.Quo Vadis Kajian Al-Qur’an
16.U A S
2. Paradigma Al-Qur’an
5
dan Model Kajian Al-Qur’an
• Paradigma adalah kerangka berpikir (KBBI V), seperangkat pra anggapan
konseptual, metafisik dan metodologis dalam tradisi kerja ilmiah.
• Paradigma Al-Qur’an  Kerangka berfikir seseorang dalam memahami
makna dan maksud yang disampaikan Al-Qur’an.
• Paradigma Al-Qur’an  Penafsiran Al-Qur’an oleh seseorang, seperti
seorang mufassir.
• Paradigma Al-Qur’an  Melahirkan berbagai model kajian terhadap Al-
Qur’an. Seperti kajian kontemporer Al-Qur’an karya Rashid Ridho,
Abbas Mahmoud Al-Akkad, Muhammad Arkoun dan lainnya.
3. Dinamika Kajian Al-Qur’an 6

• Kajian Al-Qur’an (Dirāsāt Qur’ āniyyāh) mengalami perkembangan.


Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, menjadi sumber wahyu,
demikian juga para sahabat yang menjadi saksi hidup turunnya Al-
Qura’n. Kajian Al-Qur’an saat itu berpusat pada atsar (baik hadis
nabawi atau pendapat sahabat dan kemudian tabi’in). Namun, pasca
tabi’in kajian Al-Qur’an berkembang sesuai dengan perkembangan
masalah yang dihadapi di setiap masa. Kemudian muncul cabang-
cabang ilmu dan studi Al-Qur’an sebagai dinamika kajian Al-Qur’an.
Termasuk, di antaranya perkembangan hari ini, yaitu diskursus
tentang hermeneutika dan sebagainya.
4. Syariat Humanis; Konsep Nasikh Klasik 7
dan Kontemporer
• Salah satu karakteristik syariat Al-Qur’an adalah humanis, applicable
dan memanusiakan manusia. Karena itu ada bahasan Nasikh Mansukh
dalam kajian studi Al-Qur’an dengan berbagai macam perbedaan
pendapat. Apakah semua bentuk nasakh mansukh itu ada?
• Adapun dalam studi kontemporer apakah kontekstualisasi kajian nasikh
dan Mansukh tersebut berlaku kebalikan. Seperti pemikir asal Sudan,
Mahmud Muhammad Thaha yang membuat teori evolusi syariah, yang
membagi ayat-ayat Al-Qur’an menjadi ayat Makkiyah yang universal
dan ayat-ayat Madaniyah yang bersifat particular yang dikhususkan
untuk umat Islam.
5. Tafsir Kontekstual Al-Qur’an 8

• Dalam memahami Al-Qur’an tidak cukup secara tekstual, namun


diperlukan pendekatan kontekstual.
• Fazlurrahman berpendapat bahwa semua ayat Al-Qur’an sebagaimana
pada saat ayat tersebut diwahyukan pada waktu tertentu dalam sejarah
beserta keadaan yang umum maupun yang khusus menyertainya, namun
pesan Al-Qur’an tidak berarti dibatasi oleh waktu dan keadaan yang
bersifat historis.
• Al-Qur’an adalah mukjizat abadi. Meskipun berbahasa Arab dan turun di
negeri Arab, tapi bersifat universal, melampaui waktu dan tempat yang di
alami oleh semua manusia. Meskipun tentunya terdapat tsawabit dan
mutaghayyirat.
6. Tafsir Fenomenologi 9

• Tafsir fenomenologi merupakan implikasi dari teori fenomenologi sosial. Hasan


Hanafi hendak menggabungkan antara tradisi dan modernitas dalam melihat
teks Al-Qur’an. Ia tidak puas dengan karya-karya tafsir klasik yang menurutnya
menyebabkan ayat Al-Qur’an senjang dengan kondisi. Ia menawarkan
pendekatan hermeneutika dengan mengadopsi teori fenomenologi Edmund
Husserl
• Pada perkembangannya dengan pendekatan ini, lebih mengutamakan realitas
daripada wahyu itu sendiri. Ayat-ayat Al-Qur’an menginduksi makna dari
realitas yang ada dan berkembang saat terjadi penafsiran Al-Qur’an.
• Hasan Hanafi mencoba menghilangkan otoritas para ulama yang telah berjasa
membuat teori-teori studi Al-Qur’an dan karya-karya klasiknya.
7. Tekstualitas Al-Qur’an 10

• Al-Qur’an sebagai teks yang diturunkan untuk menjadi pedoman diperlukan


pemaknaan yang lebih luas dari pemaknaan yang dibatasi kondisi pada saat
turunnya.
• Jika seseorang terjebak pada bingkai teks secara rigid, yang notabene adalah
“produk budaya” (menurut Nasr Hamid) abad 7 masehi, maka ia akan
terjebak pada pemahaman ayat yang cenderung mencerminkan budaya dan
lokalitas Arab yang dapat mengesankan bahwa Al-Qur’an telah ketinggalan
zaman. Padahal, Al-Qur’an itu diturunkan bukan hanya untuk orang Arab,
namun untuk seluruh umat manusia.
• Oleh sebab itu, menangkap nilai-nilai universal yang berbasis pada nilai-nilai
ideal moral menjadi sesuatu yang niscaya.
11

• UTS adalah perbaikan makalah


• Untuk UAS adalah menjawab soal-soal dari dosen pengempu.
• Untuk nilai akhir adalah akumulasi dari;
1. Kehadiran; 75% wajib hadir
2. Tugas harian; Tugas membuat makalah dan presentasi berkelompok,
serta keaktifan dalam diskusi setiap perkuliahan
3. Nilai UTS
4. Nilai UAS
9. Al-Qur’an dalam Perspektif Feminis 12

• Corak feminis menjadi salah satu warna kajian literatur dan studi Al-
Qur’an.
• Para feminis mengakui ketidaksetaraan gender yang kemudian
melahirkan perbedaan peran gender secara fungsional dalam
kehidupan sosial.
• Al-Qur’an dalam persepektif feminis adalah upaya untuk menjadikan
kesetaraan laki-laki dan perempuan di semua pemahaman Al-Qur’an
• Di antaranya: karya-karya Fatimah Mernisi, Asghar Ali, Rifaat Hassan
dan Aminah Wadud
10. Al-Qur’an dan Pembebasan Perempuan 13

• Pada saat Al-Qur’an diturunkan, kondisi perempuan sangat memprihatinkan. Ia


diperlakukan sebagai property yang bisa diwariskan. Ia terhalang dari hak-hak
ekonomi dan hak lainnya sebagai anggota masyarakat. Budaya patriarki sangat
mengakar kuat saat itu. Sehingga perempuan diperlakukan secara diskriminatif.
Al-Qur’an membawa misi pembebasan perempuan dari ketidakadilan tersebut.
• Paradigma tafsir klasik pun ternyata tak terlepas dari cengkraman ideology
patriarki. Terbukti dengan sedikitnya karya tafsir para penulis perempuan di
bidang kajian Al-Qur’an.
• Asma Barlas, bersama Amina Wadud hendak menampilkan pembacaan
kontekstual Al-Qur’an yang membebaskan perempuan dari ketidakadilan
11. Al-Qur’an Perspektif Perempuan 14

• Bagaimana seorang perempuan memahami Al-Qur’an. Inilah


diskursus yang perlu dipahami dengan baik agar nilai-nilai
universalitas Al-Qur’an berpihak kepada kaum perempuan
• Aminah Wadud dalam bukunya Al-Qur’an Menurut Perempuan
bermaksud meluruskan pemahaman yang bias gender dalam tradisi
dan kajian tafsir-tafsir yang mayoritas ditulis oleh para lelaki (kaum
laki-laki)
• Aminah mencoba meluruskan penafsiran-penafsiran yang menurutnya
bias gender sehingga melanjutkan cengkraman ideologi patriarki pada
kajiaan/studi Al-Qur’an.
12. Inklusivisme Agama dalam Al-Qur’an 15

• Islam adalah agama rahmat bagi alam semesta (‘alamin), sangat inklusif. Ia
membimbing semua manusia dari berbagai macam latar belakang, termasuk
latar belakang ideologisnya.
• Dengan konsep al-hanifiyah as-samhah Islam sangat terbuka dan toleran
dengan berbagai macam perbedaan dan pluralitas.
• Konsep-konsep inklusivisme dalam Al-Qur’an di antaranya bisa digali dari
pemikiran Nurcholish Madjid dalam bukunya Islam, Doktrin dan Peradaban.
• Seorang atau komunitas muslim memiliki kemampuan berinteraksi yang
baik dengan berbagai macam perbedaan dan mencari titik temu kebaikan di
tengah masyarakatnya.
13. Pribumisasi Islam 16

• Nilai-nilai universalitas Islam menjangkau berbagai kalangan manusia,


termasuk muslim Indonesia. Dalam perjalanan interaksi syariat Islam dengan
budaya dan adat lokal terjadi singgungan-singgungan.
• Hal tersebut yang dimaksud oleh Abdurrahman Wahid dengan Pribumisasi
Islam. Pribumisasi ini tak bermaksud mereduksi syariat Islam, namun
menjadikannya lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh kaum
muslimin di Indonesia secara sederhana.
• Atau dengan kata lain, ada nilai-nilai kearifan lokal yang bisa digabungkan
dengan nilai-nilai universalitas Islam yang dibawa oleh Syariat Al-Qur’an.
• Pembahasan mengenai universalisme Al-Qur’an, Budaya Arab dan Budaya
Indonesia serta Pribumisasi Al-Qur’an.
14. Tafsir Transformatif 17

• Di antara syariat yang memanusiakan manusia adalah zakat. Al-Qur’an


memiliki konsep kepedulian dan kesejahteraan sosial dan di saat yang sama
menghormati hak milik pribadi. Beberapa ulama maqashid menempatkan
perlindungan harta menjadi salah satu prioritas (dharuriyat)
• Syariat zakat di dalam Al-Qur’an pada saat turunnya mengangkat potensi
ekonomi yang dahsyat untuk memberdayakan masyarakat termasuk
mengentaskan kemiskinan.
• Dunia modern saat ini mengenal kebijakan pajak yang diwajibkan oleh
pemerintah. Bagaimana irisan antara zakat dan pajak? Masdar Farid
Mas’udi memiliki konsep menarik antara zakat dan pajak.
15. Quo Vadis Kajian Al-Qur’an 18

• Pembahasan mengenai relasi teks dan perubahan sosial, sinergi keilmuan dan
kajian Al-Qut’an Interdisipliner. Salah satu buku acuan adalah Istantiq Al-
Qur’an Pengenalan Studi l-Qur’an Pendekatan Interdisipliner karya Imam
Musbikin.
• Kajian Literatur tentang Al-Qur’an dengan pendekatan interdispiliner
memberikan wawasan keilmuan dari banyak sudut pandang dengan latar
belakang yang berbeda.
• Hal ini memperkaya pembacaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, melengkapi
khazanah tafsir yang sudah dihasilkan oleh para mufassir di setiap zaman.
Sehingga kandungan teks tersebut menjadi selalu relevan bagi setiap zaman.
Karena, ruh Al-Qur’an adalah selalu membawa perubahan dan dampak positif
dalam setiap perubahan di tengah masyarakat.
19

ALHAMDULILLAH
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai