Anda di halaman 1dari 39

‫هللا َو َب َر َكاتهُ‬ ‫كم َْو َر ْح َمةُ‬

‫ُ‬ ‫الس َال ُم َعليَ‬


‫ْ‬ ‫َّ‬
‫ِ‬
Profil
 Muhammad Alfatih Suryadilaga
 Lamongan, 26-01-1974
 Wakil Dekan AUPK FUSAP UIN
 Dosen IAT, Sos Fishum , PPS
 IV/b Lektor Kepala Mk. Hadis
770 kum.
 Asesor BAN-PT, 2010-sekarang
 Trainer Penyusunan Anggaran
Responsif Gender (ARG) Prop.
DIY, 2009-sekarang
 Ketua Redaksi Jurnal Esensia
 Sekretaris Redaksi Jurnal
Musawa
PENELITIAN LIVING HADIS
Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, M.Ag.
Pengantar:

living hadis” tampaknya belum begitu


mendapat perhatian di lingkungan
masyarakat akademis, terutama
STAIN/IAIN/UIN dan kampus-kampus
Islam lainnya. Kajian-kajian akademik
mahasiswa jurusan Tafsir-Hadis di UIN
Sunan Kalijaga lebih banyak menekankan
pada kajian-kajian teks, baik teks sumber
(al-Qur’an dan hadis) maupun teks-teks
produk pemikiran tentang al-Qur’an dan
hadis.
RAGAM KAJIAN STUDI HADIS PTAI

Ilmu Hadis • IRH


• IMH

• Hadis
Penelitian • Kitab Hadis (UH-K, UH-
Hadis M, UNH, O, dll)
• Masyarakat

Syarah • Hermeunika Hadis


• Ma’anil Hadis
Hadis • Hadis Mawdu’i
Penelitian Hadis

Hadis –sanad dan matan-

KH: UH-Klasik

KH: UH-Modern
Lanjutan-2

KH: UNH

KH: Orientalis

KH: masyarakat

KH: kawasan
Sanad
Kitab
Kawas Matan
an

Kitab Kitab
di Mu’ta
Masy Penelitian barah
Hadis

Kitab Kitab
Orient Antolo
a-lis gi

Kitab Kitab
Mode Non-
rn Ul
Hadis
Living Hadis mulai menarik
setelah diadakan sebuah seminar
di UIN Sunan Kalijaga oleh
FKMTHI (Forum Komunikasi
Mahasiswa Tafsir-Hadis se-
Indonesia) dengan mengambil
tema “Living Qur’an: Al-Qur’an
sebagai Fenomena Sosial-Budaya”
pada tanggal 13-15 Maret 2005.
PENGERTIAN:
living hadis” dapat dimaknai sebagai gejala
yang nampak di masyarakat berupa pola-
pola prilaku yang bersumber dari maupun
respons sebagai pemaknaan terhadap hadis
Nabi Muhammad saw.
Di sini terlihat adanya pemekaran wilayah
kajian, dari kajian teks kepada kajian sosial-
budaya yang menjadikan masyarakat agama
sebagai objeknya
 Berawal dari Hadis yang diusung oleh
figur Nabi Muhammad saw.
 Berpijak dari adanya dalil perintah untuk
patuh kepada Rasulullah saw.
 Fenomena kecenderungan mengikuti
Rasulullah saw. yang semakin meluas
Sejarah panjang hadis
dari kelahirannya tidak saja
memunculkan variasi teks-teks hadis
dalam khazanah keilmuan hadis
tetapi juga mewariskan sejumlah
tradisi
yang hidup di masyarakat
Dalam sejarah Islam, tindakan sahabat Rasulullah
saw. yang tidak disyari’atkan oleh nabi dikenal
dengan sebutan awwaliyat Namun istilah tersebut
tidak lazim dipakai dalam tradisi ilmu fiqih atau hadis.

Tradisi sahabat yang tidak ada pada masa Rasulullah


saw. sebetulnya banyak sekali, namun yang terekam
oleh Sarafudin al-Musawi dalam al-Nash wa al-Ijtihad
97 buah yang dapat diprinci sebagai berikut: masa
Abu Bakar 15 kasus, Umar ibn al-Khattab 55 kasus,
Usman ibn Affan 2 kasus, Aisyah 13 kasus, Khalid ibn
Walid 2 kasus, Mu’awiyah 10 kasus
Ragam Kajian Non Teks atas Hadis
Teks-teks QH dalam keseharian
(everyday life) “Tindakan” sebagai sebuah “teks”


Deduktif: Fakta: ayat menjadi “teori Induktif : Ada tindakan,
dalam bertindak” (sadar) kemudian “dibaca”, ditafsir,
dihubungkan dengan teks QH

Teks QH sebagai internalisasi (nirsadar, sudah menjadi “etos”)
(sengaja dijadikan doktrin, 
Teks QH sebagai Eksternalisasi
propaganda untuk menumbuhkan (Tindakan itu ternyata tanpa
etos) dan obyektifikasi (mengapa sadar terkait dengan “teks QH)
“hidup”, di kalangan siapa, dalam 
Contoh tema : Akulturasi Islam
konteks sosial apa, untuk tujuan apa) dan budaya lokal dalam

Contoh tema : teks-teks kaligrafi, arsitektur Jawa, Etos Islam dalam
teks rajah, Teks QH favorit dalam kultur bertani, Etos Islam dalam
khutbah jum’at di pasar, di kearifan lingkungan masyarakat,
lingkungan dst...
ahmadi/nu/muhammadiyah, dst
Ragam Living Hadis:

Tradisi Tulis

Tradisi Lisan

Tradisi Praktik
Tradisi Tulis

Tulis menulis tidak hanya sebatas sebagai bentuk ungkapan


yang sering terpampang dalam tempat-tempat yang
strategis seperti bus, masjid, sekolahan, pesantren, dan
fasilitas umum lainnya.
Di masa kampanye presiden di Makassar banyak spanduk
terpampang dengan tulisan ‫لن يفلح قوم ولو امرهم إمرأة‬
Jargon tersebut muncul untuk menanggapi pesaing politik
Golkar yaitu Megawati Soekarno Putri tahun 1999
Tradisi lisan
Lahir seiring dengan praktik yang dijalankan oleh
umat Islam. Seperti bacaan dalam melaksanakan
shalat shubuh di hari jum'at. Di kalangan pesantren
yang kiayinya hafiz al-Qur’an, shalat shubuh hari
jum'at relatif panjang karena di dalam shalat
tersebut dibaca dua ayat yang panjag yaitu hamim
al-sajadah dan al-insan, puji-pujian menjelang
shalat rawatib, shalawat tarhim menjelang shubuh
atau shalat lainnya,
Contoh:

Di pondok pesantren Tebu Ireng Jombang,


ada tradisi pembacaan Kitab Sahih al-
Bukhari selama bulan puasa, di
Magelang ada Bukhorenan, membaca
hadis dengan cara muqoddaman, joged
shalawat mataram, dan lain-lain
Muqoddaman di PP Luqmaniyah
Joged Sholawat Mataram
Tradisi Praktik
Tadisi praktik dalam living hadis ini
cenderung banyak dilakukan oleh umat
Islam. Hal ini didasarkan atas sosok Nabi
Muhammad saw. dalam menyampaikan
ajaran Islam. Salah satu persoalan yang ada
adalah masalah ibadah shalat dan
sebagainya sebagai impolementasi
keyakinan ketaatan pada Allah swt. dan
Rasul-Nya
Contoh:
Khitan perempuan
Contoh Skripsi Living Hadis
o Ali Wasik, "Fenomena Pembacaan al-Qur’an dalam Masyarakat (Studi
Fenomenologis atas Masyarakat Srumbung Segoroyoso Pleret Bantul)"
Skripsi di Jur Tafsir-Hadis Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2005
o Afa Prasetyo, "Fenomena Pembacaan al-Qur’an di Makam Sunan Giri
(Cara Pandang Masyarakat terhadap Hadis Nabi saw.)" Skripsi di Jur
Tafsir-Hadis Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 200.
o Nazilatur Rahmah, "Khitan Perempuan di Masyarakat Banjar Anyar Paciran
Lamongan", Skripsi di Jur. Tafsir-Hadis Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2005.
o Syamsul Kurniawan, "Hadis Jampi-jampi dalam kitab Mujarrabat Melayu
dan Taj al-Muluk Menurut Pandangan Masyarakat Kampung Seberang
Kota Pontianak Propinsi Kalbar " Skripsi di Jur. Tafsir-Hadis Fak. Ushuluddin
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.
o Farhan Abdullah, "Hadis-hadis tentang Jimat: Studi atas Pemaknaan dan
Pengamalannya di Desa Rambutan Jambi" Skripsi di Jur. Tafsir-Hadis Fak.
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005
Pengertian Etnografi
.

Dari aspek bahasa , etnografi


berarti deskripsi atau
gambaran tentang suatu
masyarakat atau suatu
komunitas. Etnografi adalah
karya tulis ilmia yang disusun
untuk mendiskripsikan keadaan
suatu masyarakat atau
komunitan.
Ciri ciri khusus penelitian etnografi
1. Sumber data bersifat ilmia
2. Bersifat deskritif ( pemerian )
3. Saat di lapangan , peneliti harus bertingkah laku
sebagaimana masyarakat yang ditelitinya
4. Menggunakan purposive sampling dalam hal
pengumpulan data, bukan menggunakan probabilitas
statistik
5. Peneliti merupakan intrumen yang terpenting dalam
pengumpulan data
6. Menggunakan data kuantitatif maupun kualitatif
7. Studi kasus untuk memahami bentuk-bentuk tertentu
8. Titik berat perhatian harus pada pandangan emik
9. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama
FENOMENA LIVING HADIS DI
MASJID BESAR MATARAM
KOTAGEDE :

(1) fenomena ziarah kubur di pemakaman


(pesarean) Panembahan Senopati;
(2) fenomena seputar praktik shalat (praying
cycle), dibatasi hanya pada shalat Jumat;
(3) fenomena transkripsi kaligrafi hadis
rukun Islam.
FENOMENA LIVING HADIS DI PONDOK
PESANTREN KRAPYAK (ALI MAKSUM
DAN AL-MUNAWWIR):

(1) fenomena seputar praktik shalat,


dibatasi hanya pada shalat Jumat;
(2) fenomena pembacaan kitab-kitab
hadis selama bulan Ramadhan; dan
(3) fenomena pembelajaran al-Qur’an.
Pendekatan:
 Historis-filosofis, yakni upaya untuk menelisik
persoalan ini dari kacamata historis terutama
ketika menjelajahi rekaman perjalanan living
hadis. Tidak lupa pula, pendekatan filosofis juga
diambil ketika menelaah nilai-nilai yang abadi
dan yang boleh berubah dalam prinsip dasar
living hadis kaitannya dengan sumber ajaran Islam.
 Akulturasi juga perlu dipakai untuk mengetahui
proses dan hasil interaksi antara ajaran-ajaran
yang ada dalam hadis dengan sistem
kepercayaan atau budaya lokal dalam suatu
masyarakat.
 Keilmuan hadis, dari sudut penilaiannya yang
normatif, tidak dialpakan untuk melihat
bagaimana proses pemaknaan masyarakat Islam
terhadap hadis.
Pendekatan fenomenologi digunakan
untuk mencari atau mengamati fenomena
living hadis sebagaimana yang tampak.
Dalam hal ini ada tiga prinsip yang
tercakup di dalamnya: (1) sesuatu itu
berwujud; (2) sesuatu itu tampak; (3)
karena sesuatu itu tampak dengan tepat
maka ia merupakan fenomena.
Penampakan itu menunjukkan kesamaan
antara yang tampak dengan yang diterima
oleh si pengamat, tanpa melakukan
modifikasi.
Living hadis, dalam perspektif keilmuan UIN
Sunan Kalijaga, tidak lagi menggunakan ilmu-
ilmu hadis (mus}t}alah}a>t al-hadi>th) saja.
Tetapi memadukannya dengan ilmu-ilmu
sosial-historis untuk mengamati dan
menjelaskan bagaimana suatu fenomena hadis
terjadi dan berkembang di masyarakat Islam.
Sehingga dari sudut penilaiannya, tidak
berhenti pada aspek normatif-doktrinal
semata, namun lebih pada menjelaskan proses
pembentukan suatu fenomena keagamaan
sebagai bagian dari historisitas Islam.
Lanjutan:
Penelitian ini bersifat deksriptif-
analitis. Maksud dari deskrptif di sini
adalah usaha untuk menggambarkan
konsep dasar living hadis dan
mencari bentuk dan ragam living
hadis serta menganalisis faktor
pembentukan fenomena living hadis
tersebut.
Metode induktif. Yaitu pola
pikir yang berangkat dari
nilai-nilai khusus yang
bersifat partikular untuk
selanjutnya diturunkan
pada sejumlah kasus umum.
Fenomena-fenomena hadis
dianalisis dan kemudian
disimpulkan dalam
rumusan-rumusan umumnya.
Lanjutan Metode:
 IPD menggunakan observasi partisipan, kecuali
untuk fenomena pembacaan kitab-kitab hadis
selama bulan Ramadhan. Instrumen lainnya
adalah wawancara dan dokumen (tertulis dan
tidak tertulis).
 Variabel atau unsur yang menentukan sesuatu
sebagai fenomena living hadis adalah bahwa
fenomena tersebut berhubungan atau
bersumber, baik langsung maupun tidak
langsung, dari hadis-hadis Nabi Muhammad
saw.
Pertanyaan:
Arif
 STAIN pekalongan ada 14 skripsi, hadis/tafsir/living
hadis, perayaan asyurah di komunitas Pekalongan,
Implikasi Zakat di Desa, dll. Pengampu Mk. Metodologi
Studi Hadis
 Kerangka teoritik antropologi, psikologi, sosiologi.
 Kebingungan mencari landasan dalam melakukan
penelitian.
 Format mk. Antropologi/sosiologi/psikologi.
 Pengalaman di Lapangan: masih di lingkup teks, liv.
Hadis di bukan komunitasnya, syi’ah dan salafi. Cara
terjun di lapangan bagaimana?
Siti Jazirah/Afiatul Azkiya’
 Liv. Qur’an dan Hadis, latar belakangnya?
 Banyak mana ke Liv. Qur’an atau Hadis?

 Pen Liv. Qur’an dan Hadis? Apa selainnya ditutup?


 Apakah batasan-batasan dalam LQH?
 LQH, apakah tidak membuat adanya justifikasi
bahwa yang dilakukan di masyarakat merasa
benar.
 Ulama modern dan klasik, apakah memiliki
keunggalannya.

Anda mungkin juga menyukai