Oleh
Tri Arfayanti
NIM 19013262
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ِ ) إِ) )َّن هَّللا َ) يَ) )أْ) ُم) ُر) ُك) ْم) أَ) ْ)ن) تُ) ) َ)ؤ) ُّد) و)ا) ا)أْل َ) َم) ا)نَ))ا
)ت) إِ)لَ) ٰ)ى) أَ) ْه) لِ) هَ) )ا) َو) إِ) َذ) ا
)س) أَ) ْ)ن) تَ) ْ)ح) ُك) ُم)))) و)ا) بِ)ا) ْل) َع)))) ْد) ِل) ۚ) إِ) )َّن هَّللا َ) نِ) ِ)ع) مَّ) اِ )َح) َك) ْم) تُ) ْم) بَ) ْي) َ)ن) ا)ل)ن)َّا
ِ )َيَ) ِ)ع) ظُ) ُك) ْم) بِ) ِه) ۗ) إِ) )َّن هَّللا َ) َك) ا) َ)ن) َس) ِم) ي) ًع) ا) ب
)ص) ي) ً)ر) ا
Yang terjemahannya mengatakan “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Jadi, meskipun Indonesia memiliki beragam suku bangsa dan
kepemimpinan, alangkah menyenangkannya jika kita memiliki pemimpin-
pemimpin daerah yang adil serta memberikan keteladanan bagi masyarakatnya.
Kemudian berkembang dan meluas menjadi agama-agama besar di Indonesia
turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan
1
kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu
negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang
tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga
keanekaragaman budaya dalam konteks kepemimpinan, peradaban, tradisional
hingga ke modern, dan kewilayahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Sebelum kita memahami keberagaman kebudayaan Indonesia, terlebih
dahulu patut kiranya kita memahami arti kebudayaan itu sendiri, kata
kebudayaan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
akal. Dengan demikian kebudayaan di artikan sebagai hal hal yang bersankutan
dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam bahasa inggris diterjemhkan
dengan istilah culture. Dalam bahasa Belanda di sebut cultuur. Kedua bahasa ini
di ambil dari bahasa latin colore yg berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan tanah. Dengan demikian culture atau
cultuur diartikan sebagai segala kegiatan manusia untuk mengolah dan
mengubah alam. ada pula yang berpendapat bahwa kata budaya dari budi daya
yang berarti daya dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa.
2.1.1. Definisi kebudayaan menurut para ahli
1. Melville J. Herkovits
Memandang bahwa kebudayaan suatu yang superorganic
karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi ke generasi yang
tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota
masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan
kelahiran.
3. E. B Taylor
Mengidentifikasikan bahwa kebudayaan sebagai komplikasi
(jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat.
3
4. Andes Eppink
Kebudayaan merupakan keseluruhan pengertian, nilai, norma,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial, dan religius.
5. Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia dalam rangka memenuhi kehidupan manusia dengan
cara belajar.
4
3. Kontak Antar Bangsa dengan Berbagai Budaya (Dinamis)
5
kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,
dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok
sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan
dengan budayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada
di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di
Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga
mencerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa di katakan bahwa Indonesia
adalah salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok
sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,
tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan di bandingkan dengan Negara lainnya. Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah
pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai
jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang di rangkai sejak dulu.
Interaksi antar kebudayaan di jalin tidak hanya meliputi antar kelompok
sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di
dunia. Labuhnya kapal-kapal portugis di banten pada abad pertengahan misalnya
telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada
saat itu. Hubungan antar pedagang Gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti
yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia.
Singungan-singungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya
elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain
bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya local di
tengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
6
konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban
dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan
kebudayaan berburu meramu yang jauh hidup terpencil. Hubungan-hubungan
antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai “Bhineka
Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamanya bukan
hanya mengacu kepada keanekaragaman kemlompok sukubangsa semata namun
kepada konteks kebudayaan.
Didasari pula bahwa dengan jumlah kemlompok sukubangsa kurang lebih
700’an suku bangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok
masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia
adalah masyarakat majemuk yang sesunguh nya rapuh. Rapuh dalam artian
dengan keragaman perbedaan yang di milikinya maka potensi konflik yang di
punyai juga akan semakin tajam. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam
masyarakat akan terjadi pendorong untuk mempekuat isu konflik yang muncul di
tengah-tengah masyarakat dan keragaman kebudayaan
7
Pola kegiatan ekonomi, Perwujudan kebudayaan yang ada contohnya:
nelayan, pertanian, kehutanan, dan perdagangan. Sehingga mereka akan
mengembangkan corak kebudayaan yang khas dan cocok dengan lingkungan
geografis mereka tanpa mengganggu kebudayaan yang lainnya.
8
2. Dalam bidang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan
objek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.
Masalah yang Timbul Akibat Keberagaman Budaya
9
karena ketegangan antar suku bangsa dan golongan tidak bisa diabaikan
begitu saja.
10
c. Konflik Antar Agama
Keanekaragaman agama yang dianut seringkali mendatangkan
perbedaan-perbedaan, baik dalam cara berpakaian, bergaul,
peribadatan, adat pernikahan, hukum waris, kesenian, dan atribut-
atribut keagamaan lainnya.
Jika para pemeluknya tidak menghayati secara mendalam dan
benar inti dari ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama-agama
mereka, akan sangat potensial untk terjadinya konflik, bahkan sampai
pada tingkat konflik politik. Konflik seperti ini juga sangat
dipengaruhi oleh keseimbangan jumlah penganut agama tertentu
dalam suatu masyarakat. Masyarakat Indonesia terdri dari ratusan
suku bangsa yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku
bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-
beda. Seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem
kepercayaan, dan sebagainya. Dengan identitas yang berbeda-beda
ini, kita dapat mengatakan bahwa Indonesia memiliki kebudayaan
lokal yang sangat beragam.
11
umumnya mendiami daerah-daerah pegunungan. Sedangkan
Masyarakat Bali Majapahit, pada umumnya tinggal di daerah-daerah
dataran dan menjadi mayoritas Bali.
12
laku kegiatan hidup manusia. Berikut ini pembahasan mengenai beberapa
contoh kepemimpinan lokal masyarakat di Indonesia:
13
diwarisi dari keislaman. Ketentuan ini dinisbatkan kepada tungku
tempat menyerang periuk. Jadi hanya dua tungku pastilah gagallah
acara menyerang/menanak.
Dalam pandangan hidup orang Aceh pemimpin merupakan
orang yang paling berat tanggung jawabnya. Ia juga harus memiliki
tingkat kesabaran yang tinggi karena seorang pemimpin harus
“tahan banting” dan tidak gampang menyerah atau berputus asa.
Selain itu, seorang pemimpin harus mampu menerima berbagai
kritik, baik yang sifatnya konstruktif maupun yang sifatnya
destruktif, sekaligus harus pula memahami karakter masyarakat
yang dipimpinnya secara baik. Tanpa kesabaran dan rela menerima
kritikan tajam, seorang pemimpin di Aceh tidak bertahan lama,
gagal, dan tidak berharga.
14
keharmoniasan, serta saling diuntungkan. Bentuk/wujud
kepemimpinan pada masyarakat Aceh memiliki kekhasan tersendiri,
sehingga tidak dapat disamaratakan dengan daerah lain. Upaya
penyamarataan, seperti melalui Undang-undang No. 5 Tahun 1979
tentang pemerintah desa tidak akan membawa kebaikan. Kiranya
perlu dikembangkan keberagamaan (kebhinekaan) dan mengurangi
keragamaan (keekaan)
15
kosmos-religius. Konsep ini akhirnya menimbulkan suatu
kepercayaan bahwa ibu-kota kerajaan atau istana (puri) bukan saja
sebagai pusat politik dan kebudayaan, tetapi juga sebagai pusat
magis kerajaan. Status raja kemudian disejajarkan dengan
kedudukan dewa, sehingga melahirkan “kultus dewa raja”, yang
diharapkan dapat memberi perlindungan, keselamatan dan
kesejahteraan bagi semua rakyatnya. Konsep kultus dewa raja ini,
dikenal juga dengan konsep divine kingship dari Heine Geldern. Hal
ini juga diterapkan oleh Clifford Geertz dalam tulisannya Negara:
The Theatre State in Nineteenth- Century Bali (l980), adalah suatu
ide politik yang dapat mengatur perilaku dan institusi sosial politik.
Dalam studi peradaban kuno dapat diketahui bahwa kesadaran
kolektif tentang dunia dan alam semesta yang kosmos-sentris sangat
menentukan gambaran (image) mereka tentang ruang dan waktu.
Ruang dan waktu dianggap sebagai daya kekuatan yang misterius
dan maha besar yang menguasai apa saja, yang mengatur dan
menentukan kehidupan di dunia fana, dan juga kehidupan para dewa
(Cassirer, l990:63). Terhadap kesejajaran antara makrokosmos dan
mikrokosmos, antara jagat raya dan manusia, menurut istilah di Bali
disebut bhuwana agung dan bhuwana alit, orang Bali percaya bahwa
manusia berada di bawah pengaruh tenaga-tenaga yang bersumber
pada penjuru mata angin, pada bintang-bintang dan planet-planet.
Kekuatan ini dapat menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan,
atau sebaliknya dapat membikin kehancuran tergantung pada
individu, masyarakat atau negara dalam menyelaraskan kehidupan
dan kegiatannya dengan jagat raya. Guna mengupayakan keselarasan
itu dapat ditempuh melalui petunjuk-petunjuk para ahli astrologi
untuk mengetahui serta menetapkan hari baik dan hari naas atau
buruk.( Swellengrebel, l960:36-53). Kepercayaan terhadap kosmos-
magis ini juga berkembang di Asia Tenggara. (Geldern, l982:2-
5).Beberapa jenis upacara yang dilakukan oleh orang Bali atau
masyarakat Bali sebagai wujud pengulangan seperti upacara ke
16
sanga atau tabuh gentuh, (tahun baru Isaka) melahirkan pandangan
kosmogonik tentang bergeraknya waktu secara siklus. Mengenai
gambaran waktu yang siklus ini sudah lama dikenal, disebut
mahayuga atau di Bali dikenal dengan caturyuga terdiri dari
Kertayuga atau Krtayuga, yaitu zaman keemasan, Tretayuga,
Dwaparayuga, dan Kaliyuga, yaitu zaman yang mendekati zaman
kehancuran atau kiamat di mana kemerosotan moral manusia sudah
tidak dapat dikendalikan lagi (lihat Tjatoerjoega (naskah), Gedong
Kirtya No. IIb l436; Resi Sasana Catur Yuga (naskah), Gedong
Kirtya, No.884).
17
menurut Cheung dan Chan (2008) memiliki sejumlah
karakteristik yang mencerminkan Kebajikan, Pembelajaran,
Harmonisasi, Peraturan,Inovasi, dan dasar pemikiran Konfusius
(Cheung dan Chan, 2008). Dari lima prinsip utama dalam
Konfusius yaitu: ren, chun tzu, li, te, wen, menurut Hill (2006)
kepemimpinan Tionghoa dipengaruhi 3 prinsip Konfusius yaitu
te (mengacu pada kekuasaan oleh aturan laki-laki (power of man
rules)), ren (menekankan pada hubungan yang ideal antar individu
yang didasarkan pada kebajikan, humanis, dan cinta kasih),dan yi
(mengacu pada aturan-aturan yang berkaitan dangan perilaku yang
baik, sesuatu yang seharusnya dilakukan) (Hill, 2006). Menurut
Cheng (2011) terdapat 10 karakteristik kepemimpinan
berdasarkan nilai-nilai Konfusius klasik yaitu: pemahaman yang
mendalam mengenai ren (kemanusiaan), menjalankan aturan
dengan kebajikan, memiliki kebajikan (kekuatan untuk
membangkitkan kesadaran dan mempengaruhi orang lain untuk
melakukan hal yang sama), mampu menegaskan keyakinan
individu dan kolektif dalam menjalankan kebijakan dan berelasi,
interaksi dan hubungan timbal balik berdasarkan pada instrospeksi
diri dan kepedulian terhadap orang lain, hadir sebagai contoh
yang menginspirasi dan membentuk kepercayaan dan rasa
hormat, adil dan berbudi, mampu menyelesaikan konflik dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, memiliki keberanian
dalam menghadapi krisis dan bertahan untuk mendidik penerus yang
potensial, praktek pengunduran diri yang bijak (Cheng, 2011).
Karakter kepemimpinan masa kini yang mencerminkan ideologi
Konfusius menurut McDonald (2011), adalah: (1) Terlihat tenang,
personal yang rendah hati yang memperoleh penghargaan
berdasarkan ’sense of ; relationship’ yang dipandang dari perspektif
orang lain adalah kebapakan dan spiritual; (2) Pemimpin yang
pluralistik dan holistik yang mencari kesempatan untuk
meningkatkan hubungan yang harmonis yang mengintegrasikan
18
seluruh fraksi yang ada; (3) Sementara mereka bekerja keras dan
ambisius, mereka tidak terlihat agresif; (3) Mereka akan
mengarahkan dan mencapai hasil sambil memproyeksikan atmosfir
kesabaran. (McDonald,2011)
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan bersama yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia yang merupakan puncak tertinggi dari kebudayaan-kebudayaan
daerah. Kebudayaan nasional sendiri memiliki banyak bentuk karena pada
daasarnya berasal dari jenis dan corak yang beraneka ragam, namun hal itu
bukanlah menjadi masalah karena dengan hal itulah bangsa kita memiliki
karakteristik tersendiri.
Untuk memelihara dan menjaga eksisitensi kebudayaan bangsa kita, kita
bisa melakukan banyak hal seperti mengadakan lomba-lomba dan seminar-
seminar yang bernafaskan kebudayaan nasional sehigga akan terjagalah
kebudayaan kita dari keterpurukan karena persaingan dengan budaya luar. Dan
dalam menyikapi keberagaman yang ada kita harus bisa bercermin pada inti
kebudayaan kita yang beragam itu karena pada dasarnya segalanya bertolak pada
ideologi pancasila.
Untuk menghadapi dampak negatif keberagaman budaya tentu perlu
dikembangkan berbagai sikap dan paham yang dapat menikis kesalahpahaman
dan membangun benteng saling pengertian. Gagasan yang menarik untuk
diangkat dalam konteks ini adalah multikulturalisme dan sikap toleransi dan
empati.
Sedangkan dalam mengkaji konsep-konsep kekuasaan dan sistem
kepemimpinan di Indonesia pada masa sekarang tidak dapat mengabaikan
tentang sumber-sumber kepemimpinan pada masa kerajaan, karena nilai-nilai
kepemimpinan pada masa itu masih relevan diterapkan sampai saat ini.
Hampir setiap kerajaan di Indonesia yang mengalami kejayaan dari periode
abad XIV sampai abad XIX sangat kaya dengan nilai-nilai kepemimpinan dan
konsep kekuasaan, merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang sangat
tinggi nilainya. Kekayaan budaya itu ternyata kurang mendapat perhatian dari
pemimpin-pemimpin yang hidup pada masa “modern” yang cendrung neolib,
transaksional. Kurang visioner, sehingga terpukau mempelajari konsep-
20
konsep kekuasaan dari dunia barat yang kadang-kadang tidak cocok dengan
alam budaya bangsa Indonesia. Guna menanggulangi krisis kepemimpinan
yang bersumber pada KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) sehingga
menyebabkan krisis ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan, perlu mencari
figur pemimpin yang cocok dengan aspirasi masyarakat Indonesia dan
berbudaya Indonesia, sehingga ke depannya muncul figur pemimpin
memahami sosio-kultural bangsanya berkan peranan saudara menjadi
pahlawan muda di masa depan.
21
Duniawi) Sultan Raja Raja
22
d. Hormat a. Ren/Jin: cinta
jawab),
kepada ulama kasih, rasa
b. Sakti,
e. Jiwa kebenaran,
(kekuatan
kebangsaan kebajikan, tahu
batin yang
f. Melindungi diri, halus budi
luhur dan
kaum lemah pekerti (sopan
suci),
(wanita) santun) serta
c. Wibuh ( kaya
dapat menyelami
dan berjiwa
perasaan orang
sosial),
lain.
d. Wirya
b. I/Gi, yaitu: rasa
(memiliki
solidaritas,
ketenangan
senasib
batin),
sepenanggungan
e. Wibawa
dan rasa mrmbela
(berwibawa,
kebenaran.
disegani
karena jujur c. Li atau Lee,
yaitu: sopan
dan rendah
santun, tata
hati),
krama, dan budi
f. Pradnyan
pekerti.
(berpengetahu
an, pandai, dan d. Ce atau Ti, yaitu:
bijaksana atau
berpandangan
kebijaksanaan
luas), dan
(wisdom),
g. Wicaksana
pengertian dan
(adil dan
kearifan.
bijaksana).
e. Sin, kepercayaan,
rasa untuk dapat
dipercaya oleh
orang lain serta
23
dapat memegang
janji dan
menepati janji.
Penjabaran dari 5
sifat mulia yang
menjadi dasar bagi
seorang pemimpin
Konfusius Sunda
tersebut adalah:
1) Moral
mengayomi
2) Nurani welas asih
3) Semangat belajar
seumur hidup
yang mawas diri
4) Hubungan
kemanusiaan
yang selaras dan
harmonis
5) Silih asih
humanistis
6) Keterbukaan
dalam silih asah
7) Moralitas silih
asuh
5. Bahasa Mandarin yang menjadi wacana sebagai salah satu syarat kelulusan
bagi siswa SLTA/MA adalah baik berdasarkan sejarah dan kebhinekaan. Hal
ini disebabkan dalam sejarahnya tionghoa memang sudah menguasai semua
sektor dan keberadaannya sudah menyebar keberbagai daerah di Indonesia.
Interpensi politik dan ekonomi menjadi sasaran utama yang ingin di kuasai.
24
Sejarah mengatakan bahwa Tionghoa telah banyak memberikan kontribusi
yang besar bagi kemajuan bangsa Indonesia sehingga sangat wajar bagi
pemikiran orang-orang Tionghoa untuk menuntut adanya timbal balik bagi
kontribusi yang diberikan kepada Indonesia selama ini baik dalam jabatan,
kedudukan, kekuatan prestise dan prestasi. Disebabkan semakin banyak hal-
hal yang kurang berkenan bagi bangsa kita dan merusak tatanan ideologi
bangsa kita. Salah satunya adalah Partai Komunis Indonesia yang
bertentangan dengan salah satu bunti pancasila, sila ke-1 “Ketuhanan Yang
Maha Esa” sedangkan PKI tidak mengenal adanya Tuhan. Maka dari itu
pemerintah berusaha agar bangsa Indonesia tidak dibodohi oleh kaum
Komunis yang mayoritasnya adalah kaum Tionghoa dengan cara kaum muda
Indonesia harus mampu memahami bahasa mereka yakni “Bahasa China atau
Mandarin”.
3.2. Saran
Peran pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik
nasional yang dapat mengakomodasikan apresiasi masyarakat yang
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Peran masyarakat meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada
kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh setiap budaya daerah.
Perlunya memperbaiki kepemimpinan di Indonesia pada masa sekarang
agar tidak mengabaikan tentang sumber-sumber kepemimpinan pada masa
kerajaan, karena nilai-nilai kepemimpinan pada masa itu masih relevan
diterapkan sampai saat ini.
Perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap perpecahan yang dibuat secara
sengaja dari bangsa pendatang.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adia Wiratmadja, G.K., l975. Leadership: Kepemimpinan Hindu. Magelang: (tt)
Babad Blahbatuh (manuskrip)
Cassirer, Ernest. l990. Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei Tentang Manusia.
Jakarta: Gramedia.
Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta : UI Press
Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan
Mertha Sutedja, Wayan. 1978. Dasar-Dasar Kepemimpinan Tradisionil di Bali.
Denpasar: Sumber Mas Bali.
M. Hakim Nyak Pha. 2000. “Adat dan Penegakan Disiplin Masyarakat”, dalam
Haba No. 13/2000 . BandaAceh: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional
Banda Aceh.
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Tionghoa-Indonesia
http://fakhrihsan.blogspot.com/2017/02/ilmu-budaya-dasar-lokal-di-
indonesia.html
https://www.academia.edu/3450216/SISTEM_KEPEMIMPINAN_PADA_ETNIS
_ACEH_DI_ACEH_System_Leadership_in_Acehnese_in_Aceh_
https://www.researchgate.net/publication/322003746_MODEL_KEPEMIMPINA
N_ETNIS_TIONGHOA_DI_JAWA_BARAT_SURVEI_PADA_PERHI
MPUNAN_FUQING_DI_JAWA_BARAT
26
KATA PENGANTAR
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah
banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk
itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu
penulis harapkan.
Penulis
27
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.................................................................................................... 3
2.1.1. Definisi kebudayaan menurut para ahli………………………….. 3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan................................... 4
2.3 Keberagaman Budaya Indonesia............................................................. 5
2.4 Bukti Sejarah........................................................................................... 6
2.5 Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya Indonesia..................... 7
2.6 Manfaat Keberagaman Budaya............................................................... 8
2.7 Beberapa Contoh Keberagaman Budaya Lokal dan Kepemimpinannya
Indonesia................................................................................................. 11
2.7.1 Kebudayaan Lokal.......................................................................... 11
2.7.2 Kepemimpinan Masyarakat Lokal di Indonesia............................. 12
DAFTAR PUSTAKA
28