ISLAM NUSANTARA
Lestari, dan Abdul Quddus
Sanabil
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Katalog dalam Terbitan (KDT)
cm ISBN:
ISBN:
Penerbit:
CV. Sanabil
Jl. Kerajinan I Perum Puri Bunga Amanah
Blok C/13 Sayang-sayang, Cakranegara, Mataram
Email: sanabil.creative@yahoo.co.id
Telp./SMS 081805311362
iv
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Pengantar Penulis
v
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Penulis
vi
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Prolog
H. Mutawali
REKTOR UIN MATARAM
vii
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
viii
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
ix
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
x
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Isi
Pengantar Penulis ~ v
Prolog: Rektor UIN Mataram ~ vii
Daftar Isi ~ xi
Bagian 1
Pendahuluan ~ 1
Sketsa Gerakan Teologi
Pembaharuan dalam Islam ~ 1
Daftar Pustaka ~ 9
Bagian 2
Teologi Pandangan Dunia Islam
Reaktualisasi Nalar Kritis Islam ~ 12
Modernisme Barat:
Sebuah Telaah Kritis Kearah Perbandingan ~ 20
Epistemologi Barat ~ 25
Sketsa Historis Pengembangan Filsafat Islam ~ 30
Kemampuan Akal Dalam Filsafat Islam ~ 37 Akal
Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan ~ 41 Daftar
Pustaka ~ 49
xi
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 3
Geneologi-Historis
Pemikiran Teologi Modern Indonesia ~ 54
Daftar Pustaka ~ 64
Bagian 4
Teologi Eksklusivisme Islam Tipologi
Keyakinan, Pemahaman dan Pengamalan ~ 68
Geneologi Historis
Munculnya Eksklusivisme Islam ~ 68
Faktor Lahirnya Eksklusivisme Islam ~ 70
Karakteristik Eksklusivisme Islam ~ 77
Daftar Pustaka ~ 83
Bagian 5
Teologi Revivalisme Islam
Manifestasi Gerakan Furitanisasi Aqidah,
Ibadah dan Hukum Muamalah ~ 88
Daftar Pustaka ~ 91
Bagian 6
Teologi Islam Rasional ~ 92
Islam Rasional di Indonesia ~ 92
Daftar Pustaka ~ 99
Bagian 7
Teologi Neo-Modernisme Islam ~ 101
Daftar Pustaka ~ 107
xii
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 8
Teologi Islam Modernis ~ 109
Daftar Pustaka ~ 124
Bagian 9
Teologi Fundamentalisme-Radikalisme Islam
antara Pemurnian, Penguatan Ideologi dan Teror ~ 127
Definisi Fundamentalisme Agama ~ 129
Fundamentalsime Islam ~ 130
xiii
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
xiv
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 1
PENDAHULUAN
bad modern merupakan abad kelam bagi umat Islam. A Hal ini berbeda
dengan masyarakat Barat yang mengalami kemajuan dalam berbagai
aspek. Sadar akan kondisi keterbelakangan ini, maka di berbagai tempat,
di dunia Islam, muncul tokoh-tokoh yang mencoba
melakukan perubahan dengan cara dan jalan yang berbeda-
beda. Namun subtansi dan tujuan mereka sama, yakni
rekonstruksi peradaban Islam dengan cara menghidupkan
dan menegakkan kembali ijtihad dalam memahami ajaran
Islam. Tulisan ini tidak akan mengkaji semua tokoh
pembaharuan Islam secara detail, namun hanya sebagian saja.
Inti dari pemikiran pembaharuan atau modernime Islam yang
diusung oleh tokoh-tokoh tersebut adalah, menawarkan cara
1
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
2
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
3
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
4
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
5
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
6
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
7
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
8
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Abdullah, Amin, 1996. ‚Arkoun dan Kritik Nalar
Islam‛, dalam, Tradisi, Kemoderenan, dan
Metamodernisme, Yogyakarta: LkiS.
9
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
10
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
11
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 2
TEOLOGI PANDANGAN
DUNIA ISLAM
REAKTUALISASI NALAR KRITIS ISLAM
S
etelah kita kaji mengenai hajatan luhur para pemikir Islam modern di
atas, maka bagian ini kita akan melihat sebuah khazanah keilmuan
Islam yang masih layak untuk ditawarkan sebagai alat untuk
mengkonstruk
dunia yang lebih progres. Cara atau mekanisme dalam
mempersepsi dunia (world view) berpengaruh besar terhadap
tindakan manusia dalam kehidupannya. Atau dengan kata
lain, gambaran atau citraan manusia tentang dunia menuntun
tindakan, kepercayaan, dan arah. Jadi permasalahan tata cara
atau mekanisme dalam hidup berkaitan dengan bagaimana
cara memandang dunia. Sehingga pembahasan tentang
12
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
13
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
4
Sebagaimana yang dikutif dalam, Fachry Ali, Agama,
Islam dan Pembangunan, (Yogyakarta: PLP2M, 1985), h. 20.
5Joachim Wach, Sociology of Religion, (The university of
Chicago Press, 1948), h. 37.
6RolandRobertson, ed., Agama Dalam Analisa dan
Interpretasi Sosiologis, terj., Achmad Fedyani Saifuddin,
(Jakarta: CV Rajawali, 1992), h. 295-297.
7SafruddinBahar, The Religous of Man, (New York;
Hargestown San Francsco, 985), h. 29.
8Itulah sebabnya disamping manusia menerima agama dengan
emosionalitas dan semangat yang tinggi, namun juga harus di
14
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
15
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
16
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
12
Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, terj., H. M.
Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 310.
13Muhammad Al-Fayyadl, ‚Menjemput Islam Masa Depan‛
dalam pengantar, Ziauddin Sardar, Kembali ke Masa Depan,
terj., R. Cecep Lukman Yasin dan Helmi Mustafa, (Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta, 2005), h. 6-7.
17
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
18
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
19
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Modernisme Barat:
Sebuah Telaah Kritis Kearah Perbandingan
Abad modern dalam pandangan Seyyed Hussein Nasr
adalah abad dimana manusia kehilangan visi Ilahiahnya
sehingga menderita penyaakit kehampaan spiritual. Sebuah
kemajuan yang diharapkan dari Ilmu pengetahuan, teknologi
dan filsafat rasionalisme hanya mampu memberikan kepuasan
material-fisikal, tapi tidak mampu memberikan nilai spiritual
transendental yang hanya bisa didapat dengan jalan
kepatuhan kepada Tuhan.14 Senada dengan Nasr, Nurcholis
Madjid mengatakan bahwa abad modern sebagai abad
teknokalis telah mengabaikan harkat kemanusiaan yang
paling mendasar dari manusia, yakni nilai rohani. 15
Berbicara tentang abad modern di Barat, maka hal
penting yang dibicarakan sebagai indikator atau ciri
dominannya adalah, pertama lahirnya semangat humanisme-
antroposentrisme. Kedua lahirnya sains dan teknologi modern
sekuler dan positivistik.
Pertama, ideologi humansime-antroposentrisme.
Pandangan ini merupakan ajaran tentang indevendensi dan
liberitas manusia atas dirinya dan segala sesuatu di alam.
Disinilah lahir filosof dan ilmuan yang cendrung melahirkan
ide-ide yang rasionlaistis dan empirik. Dengan semangat
indevendensi ini banyak dari tokoh-tokoh ilmuan tersebut
tidak percaya pada Tuhan (atheis), seperti Darwin, Laplace,
14
Seyyed Hussein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, terj.
Abdul Hadi W.M., (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), h. 198.
15Nurcholis Madjid, Warisan Intlektual Islam; Khazanah
Intlektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 79.
20
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
21
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
22
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
23
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
24
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Epistemologi Barat
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episteme yang
berarti pengetahuan.30 Epistemologi merupakan teori tentang
ilmu pengetahuan, yang berkaitan dengan apa yang dapat
diketahui, ini terkait dengan objek; dan bagaimana
mengetahui sesuatu, ini terkait dengan metode. 31 Menurut H.
M. amin Abdullah terdapat tiga persoalan pokok dalam
masalah epistemologi ini, pertama, apakah sumber-sumber
pengetahuan itu?, darimana pengetahuan yang benar datang,
dan bagaimana cara diketahuinya?. Kedua, apakah sifat dasar
pengetahuan itu?, apakah ada dunia yang benar-benar di luar
pikiran manusia, kalau ada apakah dapat diketahui? Ini
merupakan persoalan apa yang tampak oleh indra dengan
25
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
26
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
27
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
37Istilah
Sekuler berasal dari kata latin ‘Saeculum ‘
yang berarti ruang dan waktu. Ruang menunjuk pada
pengertian duniawi, sedangkan waktu menunjuk pada
pengertian sekarang atau zaman kini. Istilah sekulerisme
pertama kali diperkenalkan oleh George Jacob Holyoake pada
tahun 1846 M. Menurutnya, Secularism is an ethical system
founded on the principle of natural morality and
independent of revealed religion or supernaturalism. Lihat
William H. Swatos, Secularization, dalam George Ritzer
(ed.) Encyclopedia of Social Theory, (London: Sage
Publication, 2005), vol.1, 680, Bandingkan dengan Harvey
Cox, The Secular City, (New York: The Macmillan Company,
1966), 2. Bryan wilson, Secularization, dalam Mircea Eliade
(ed.), The Encyclopedia of Religion, (New York: Macmillan,
1995), vol.13, h. 159 dan
http://atheism.about.com/library/FAO/religion/blrel sec
def.htm.
38Frithjof
Schuon, Understanding Islam, (trans.) D.M.
Matheson (London: Unwin Paperbacks, 1981). Frithjof Schuon
mendefinisikan Scientia sacra sebagai suatu karakteristik
sains yang secara konseptual masih terikat dan terintegrasi
dengan wahyu Ilahi. Nilai-nilai etika wahyu mendasari
bangunan sains secara paradigmatik. Sehingga tujuan ahir
dari sains bermuara pada pengungkapan kebesaran Tuhan
sebagai sumber segala kehidupan. Lawan dari Scientia Sacra
adalah Sains Profan atau Profan Knowledge.
39Dalamkonteks ini, istilah Barat tidak selamanya
merujuk pada letak geografis, tapi lebih pada paradigma
berpikir yang rasional dan ilmiah, serta mengesampingkan
peran spiritual. Sedangkan istilah modern disebut Hodgson
28
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
29
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
30
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
31
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
32
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
51
Nurcholish Madjit, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan,
(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1992), h. 69-70.
33
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
34
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
35
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
36
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
37
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
38
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
39
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
40
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
41
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
42
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
43
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
44
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
45
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
71Pengetahuan
burhani didasarkan pada objek eksternal
(materi maupun non materi, adanya persepsi dalam pikiran,
pengungkapan atas gambaran yang ada dalam pikiran melalui
bahasa), maka sebelum melakukan proses silogisme, terlebih
dahulu harus melewati beberapa tahapan: tahap pengertian
(proses abstraksi atas objek-objek eksternal yang diserap
akal), tahap pernyataan (proses pembentukan kalimat atau
proposisi atas pengertia-pengertian yang ada), tahap
penalaran (proses pengambilan keputusan berdasarkan atas
hubungan diantara premis-premis yang ada, inilah
silogisme). Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, h.
224-225.
46
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
47
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
48
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Abdullah, H. M. Amin. 1992. ‚Aspek Epistemoloi
Filsafat Islam‛. Dalam Irma Fatimah dkk,
Filsafat Islam: Kajian Ontologism,
Epistemologis, Aksiologis, Histories,
Prospektif. Yogyakarta: LESFI.
A. Boisard, Marcel. 1980. Humanisme Dalam Islam,
terj., H. M. Rasjidi. Jakarta: Bulan
Bintang.
Abu Zaid, Nasr, Hamid. 2003. Kriti Wacana Agama,
terj., Khoiron Nahdiyyin. Yogyakarta: LKis.
49
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
50
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
51
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
53
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 3
GENEOLOGI-HISTORIS
PEMIKIRAN TEOLOGI
MODERN INDONESIA
54
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
55
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
56
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
57
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
58
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
59
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
60
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
61
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
62
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
20
Tentunya masalah ini tidak akan dikaji secara historis,
dalam arti mengkaji sejarah awal masuk dan berkembangnya Islam
di Nusantara, namun lebih kepada masa dimana Islam mengalami
pluralitas pemahaman dan ekspresi pada masyarakat Indonesia,
terutama pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi. Atau
pada masa modern di Indonesia.
21Teori yang mengacu pada konsekwensi atau kepastian
yang mengarah pada dialektika sinergis antara diri dengan
lingkungan.
63
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
al-Syuhrawardi, Yahya, al-Din, Syihab, 2003. Hikmah
Al Israq: Teosofi Cahaya Dan Metafsika
Khuduri, terj. Muhammad`al- Fayyadl,
Yogyakarta: Islamika, cet. I.
64
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
65
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
66
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
67
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 4
TEOLOGI
EKSKLUSIVISME ISLAM
TIPOLOGI KEYAKINAN,
PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN
E
ksklusif berasal dari bahasa Inggris yakni, exlusive yang bermakna sendiri,
dengan tidak disertai orang lain, berdiri sendiri, terpisah dari yang lain, dan
tidak memiliki hubungannya dengan yang lain.1
Dalam kamus Oxford juga bermakna yang sama, yakni,
Exclusive bermakna, “tidak disertai yang lain”, terpisah dari
68
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
69
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
3Epistemologi
berasal dari bahasa Yunani atau Greek,
yakni episteme, yang berarti pengetahuan, ilmu pengatahuan,
dan logos berarti pengetahuan, imformasi. Dapat juga
disebut ‚Pengetahuan tentang pengetahuan‛, bahkan terkadang
disebut juga teori pengetahuan. Epistemologi berkaitan
dengan filsafat ilmu, terutama yang berkaitan dengan teori
ilmu pengetahuan. Berbicara tentang Epistemologi dalam
Islam, maka akan mengacu pada al-Qur’an dan Sunnah sebagai
objeknya, dan metodenya menggunakan bayani, burhani dan
irfani (akal, pengalaman dan intuisi), William L. Reese,
Dictionary Philosophy and Religion, (New York: Humanity
Books, 59 John Glenn Drive’ Amherst, 1996), h. 205.
4Dalam Islam corak kepemelukan yang rasional terdapat
pada para filosof dan teologi Qadiriyah dan Mu’tazilah.
5Dalam konteks Islam, kepemelukan dan pengamalan Islam
yang bersifat intuitif ini terdapat pada kelompok tasawuf.
70
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
71
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
72
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
73
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
74
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
75
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
18
Hal inilah yang diilustrasikan Robert N. Bellah dengan:
Dihadapan Nabi Muhammad masyarakat Arab telah melakukan
lompatan yang jauh kedepan dalam bidang sosial dan kapasitas
politik. Pada saat struktur yang sudah dibentuk oleh Nabi
tersebut dilanjutkan oleh para khalifah pertama untuk
menyediakan prinsif pembentukan suatu imperiom dunia, hasilnya
kemudian adalah sesuatu yang sangat modern untuk masa dan
tempatnya saat itu. Modern dalam hal tingginya tingkat
komitmen, keterlibatan dan partisipasi yang
diharapkan dari rakyat biasa sebagai anggota
masyarakat......, Sebagaimana yang dikutif dalam Nurcholish
Madjit, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, (Bandung:
Mizan, 1998), cet. XI., h. 62-63.
19Sejarahperkembangan Islam dibagi ke dalam tiga
periode, pertama periode klasik (650-1250), kedua periode
pertenghan (1250-1800), ketiga periode modern (1800-
sekarang). Dimasa klasik tersebutlah Islam mengalami
kemajuan peradaban. Harun Nasution, Pembaharuan Dalam
Islam; Sejarah Pemikiran Dan Gerakan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1975)h. 4-6.
20Nurcholish Madjit, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan,
h. 69-70.
76
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
77
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
2. Dogmatis
Karakteristik yang menonjol dari Islam Eksklusif adalah
dogmatisme terhadap doktrin-doktrin Isalam yang sudah ada
dalam pemahaman dan keyakinan, dengan demikian
cendrung pasif dan taken for grented dalam menerima dan
memahami Islam, menerima apa adanya Islam yang didapat
lewat pemahaman figur Islam yang dihormati, dan tidka
berupaya untuk menalar atau mempertimbangkan ajaran
Islam yang didapat. Taklid inilah corak yang has. Ajaran
78
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
3. Totalistik
Karaktersitik lain dari Islam eksklusif adalah
berpandangan totalistik. Islam dilihat sebagai agama yang
total (Kaffah), serta mengandung wawasan-wawasan, nilai-
nilai serta petunjuk yang bersifat lengkap, mencakup segala
aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, budaya, dan lain-
lainnya. Pandangan yang bersifat totalistik ini berasumsi
bahwa pemahamannya berangkat dari teks yang bersumberr
pada wahyu, dengan demikian maka segala aspek kehidupan
haru berdasarkan pada hukum dan ajaran Islam. 25
Di Indonesia, pandangan totalsitik ini ditemukan pada
sosok seorang Dr. Fuad Amsyari perlu disadari bahwa Islam
itu bersifat kaffah, utuh menyangkut segala segi kehidupan
termasuk mencari segala permaslahan harus berasal dari sumber-
sumber Islam. Tidak ada masalah apa pun di dunia yang itdak
dapat dipecahkan oleh acuan Islam. Karena itu strategi dan taktik
adalah bagian dari Islam, baik hal itu berkaitan dengan strategi
dan taktik dalam jihad atau strategi dan taktik manusia untuk
79
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
4. Fanatik
Fanatik juga merupakan sifat yang menonjol. Islam
Eksklusif menganggap bahwa hanya Islam sendiri yang
benar sedangkan yang lain salah, hanya kelompok dia yang
benar sedang yang lain salah. Fanatisme tidak menerima
pluralitas dalam Islam, baik mazhab, pemahaman dan lain
sebagainya. Dalam sejarah Islam ditemukan kelompok
Khawarij yang begitu eksklusif mempertahankan fanatisme
femahaman dan keyakinannya, sehingga menghantar
kelompok tersebut pada tingkat aktualisasi Islam yang keras,
penghujatan terhadap orang di luar kelompoknya sebagai
kafir dan harus diperangi. Di era sekarang karakter kwarij
masih ditemukan pada umat Islam, terutama pada kelompok
yang religius ekstrimis, seperti kelompok fundamentalisme
Islam dan Islam radikal. Di Indonesia bisa ditemukan pada
kelompok FPI dan Hizbu Tahrir.
26Sebagaimana
yang dikutif dalam, M. Syafi’I Anwar,
Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politik
Tentang Cendikiawan Muslim Orde Baru, h. 177.
80
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
5. Ideologis
Ini merupakan ciri dari Islam Eksklusif, bahwa Islam
dijadikan sebagai ideologi hidup, Islam dibuat sedemikian
rupa menjadi sumber dan alasan untuk menjastifikasi tujuan-
tujuan atau pola hidup yang dijalankan. Islam dijadikan
sebagai ideologi sering dipraktekkan oleh para politisi
dengan mebentuk partai yang berlabelkan Islam. 27 Disinilah
terlihat Islam dijadikan sebagai legitimasi dan jastifikasi
kepentingan. Islam dijadikan sebagai ideologi dapat diartikan
sebagai ideologi yang berazaskan pada Islam atas segala
tindakan yang dilakukan oleh umat Islam. 28 Dijadikannya
Islam sebagai ideologi disebabakan oleh pandangan dan
keyakinan bahwa Islam adalah agama yang bersifat universal
dan total.29 Di Indonesia ditemukan pada kelompok FPI dan
Hisbu Tahril yang cendring menjadi kerumunan muslim
yang bercorak simbolis dan sloganistik.
Dalam sejarah Islam awal gerakan Islam sebagai ideologi
dapat ditemukan pada pemberontakan Mu‟awiyah terhadap
Ali, kemudian kaum khawarij yang memberontak atas nama
keadilan dan kebaikan, dan pemberontakan Zaediyah dari
cucu Ali.30 Sedangkan di era modern dapat ditemukan dalam
gerakan-gerakan Islam yang berada dalam kelompok gerakan
81
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
6. Formalistik
Eksklusivisme dalam Islam juga memiliki karakteristik
legalisme atau formalisme, yakni lebih mengedepankan
ketaatan yang ketat dan formal pada ajaran Islam dalam
segala aspek kehidupan, yang ditandai dengan penggunaan
simbol-simbol Islam, seperti pembentukan politik Islam,
Bank Islam, asuransi Islam, dan yang paling dominant adalah
pola kebersilaman yang bersfiat Arabisme, yakni dengan
menggunakan pakean ala Arab atau gambis, dan
pemeliharaan jenggot. Menurut Azyumardi Azra, artikulasi
keberagamaan formalisme ini bisa melahirkan sikap
fundamentalsime, baik yang pada gilirannya juga dapat
mengambil berbagai bentuk ekskpresi, baik yang bersipat
damai maupun radikal, hal ini disebbakan oleh wataknya
yang cenderung literalis dalam memahami agama.31 Menurut
M. Sirajudin Syamsudin formalisme Islam sangat
mengedepankan ideologisasi atau politisasi yang mengarah
pada simbolisme secara formal.32 Formalisme Islam lebih
bersipat simbolis dan sloganistik.
Akhirnya, Islam eksklusif atau eksklusivisme Islam lebih
melihat Islam sebagai agama yang totalistik dan definitif
dalam memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi
dalam segala aspek kehidupan dan di setiap kondisi zaman.
Paradigma pemahaman terhadap ajaran Islam bersifat
82
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Abduh, Muhammad, 1989. Risalah Tauhid, terj.
Jakarta: Bulan Bintang, cet. I.,
Abdullah, Amin,. 1998. ‚Arkoun dan Kritik Nalar
Islam‛, dalam, Tradisi, Kemoderenan, dan
Metamodernisme, Yogyakarta: LkiS.
Adonis, 2007. Atstsabit wa al-Mutahwwil: Bahts fî
al-Ibdâ΄ wa al-Itbâ’ ‘inda al-’Arab, terj.,
Khairon Nahdiyyin, Yogyakarta: LKiS, cet. I.
Ali, Fachry, 1985. Agama, Islam dan Pembangunan,
Yogyakarta: PLP2M.
Arjoman, Amir, Said, 2006. ‚Thinking Globally About
Islam‛, dalam, The Oxford Handbook of Global
Religions, edited, Mark Juergensmeyer,
Oxford: University Press.
Azra, Azyumardi, 2000. Islam Subtantif: Agar
Umat
Tidak Jadi Buih, Bandung: Mizan, cet. I.
________, 1999. Konteks Berteologi di Indonesia:
Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina, cet.
I.
Bahar, Safruddin, 1985. The Religous of Man, (New
York; Hargestown San Francsco.
83
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
84
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
85
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
86
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
87
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 5
TEOLOGI
REVIVALISME ISLAM
MANIFESTASI GERAKAN FURITANISASI
AQIDAH, IBADAH DAN HUKUM MUAMALAH
88
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
89
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
90
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
B. Lawrence, Bruce, 2004. Islam Tidak Tunggal:
Melepaskan Islam Dari Kekerasan, terj.,
Harimukti Bagus Oka, Jakarta: Serambi, cet.
II.
Azra, Azyunardi, 1999. Islam Reformis; Dinamika
Intlektual dan Gerakan, Jakarta: PT Grapindo
Persada, cet. I.
91
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 6
TEOLOGI ISLAM
RASIONAL
92
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
93
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
94
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
6
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,
(Bandung: Mizan, 1996), cet. IV., h. 157.
7Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran,
h.157.
95
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
96
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
97
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
14
Contoh yang diajukan adalah masalah riba yang tetap
obsolut mesti sudah banyak orang yang melakukan riba, kemudian
babi, walaupun di Barat babi tidak haram dan dimakan namun
tidak mendatangkan penyakit. Semua itu tidak bisa dilakukan
perubahan, dalam arti ajaran Islam yang obsolut tidak bisa
mengikuti perkembanagn zaman dan tidak bisa diubah. Pada level
zhonni al -dalalah inilah hukum bisa
disesuaikan dengan perkembanagan zaman. Refleksi
Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun Nasution, h.
54.
98
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Ali, Fachry, 1996, Golongan Agama dan Etika
Kekuasaan: Keharusan Demokratisasi dalam
99
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
100
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 7
TEOLOGI NEO-
MODERNISME ISLAM
101
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
102
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
103
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
104
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
105
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
6
Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, terj., H. M.
Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), cet. I., h., 310.
7Muhammad Al-Fayyadl, ‚Menjemput Islam Masa Depan‛ dalam
pengantar, Ziauddin Sardar, Kembali ke Masa Depan, terj.,
R. Cecep Lukman Yasin dan Helmi Mustafa, (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2005), cet I., h. 6-7.
106
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Al-Fayyadl, Muhammad, 2005. ‚Menjemput Islam Masa
Depan‛ dalam pengantar, Ziauddin Sardar,
Kembali ke Masa Depan, terj., R. Cecep
Lukman Yasin dan Helmi Mustafa, Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, cet I.
Barton, Greg, 1999. Gagasan Islam Liberal Di
Indonesia; Pemikiran Neo-Modernisme
Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad
Wahib, dan Abdurrahman Wahid, terj., Nanang
Tahqiq, Jakarta: 1999, cet. I.
Boisard, Marcel A., 1980. Humanisme Dalam Islam,
terj., H. M. Rasjidi, Jakarta: Bulan
Bintang, cet.I.
Fachry Ali dan Bahtiar Efendy, 1986. Merambah Jalan
Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran Islam
Indonesia Masa Orde Baru, Bandung: Mizan.
Madjid, Nurcholis, 1987. Islam Kemordernan dan
Keindonesiaan, Bandung: Mizan.
Madjid, Nurcholis, 1992. Islam Doktrin dan
Peradaban, Jakarta: Paramadina.
Nasution, Harun, 2001. Pembaharuan Dalam Islam:
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta:
Bulan Bintang, cet. II.
107
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
108
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 8
TEOLOGI ISLAM
MODERNIS
109
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
110
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
111
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
112
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
113
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
114
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
115
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
116
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
117
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
118
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
119
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
120
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
24
Contoh yang diajukan adalah maslah riba yang tetap
obsolut mesti sudah banyak orang yang melakuakan riba,
kemudian babi, walaupun di Barat babi tdiak haram dan dimakan
namun tdiak mendatangkan penyakit. Semua itu tidak bisa
dilakukan perubahan, dalam arti ajaran Islam yang obsolut
tidak bsia mengikuti perkembanagn zaman dan tidak bisa diubah.
Pada level zhonni al -dalalah inilah hukum bisa
disesuaikan dengan perkembanagan zaman. Refleksi
Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun Nasution, h.
54.
25Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam; 70 tahun Harun
Nasution, h. 55.
121
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
122
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
123
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Ali, A. Mukti, 1998. Beberapa Persoalan Agama
Dewasa Ini, Jakarta: Rajawali.
Anwar, M. Syafi’i, 1995. Pemikiran dan Aksi Islam
Indonesia: Sebuah Kajian Politik Tentang
Cendikiawan Muslim Orde Baru, Jakarta:
Paramadina, cet. I.
Barton, Greg, 1999. ‚Memahami Abdurrahman Wahid‛,
dalam, Prisma Pemikiran Gusdur, Yogyakarta:
LKiS, cet. I.
Bassan Tibbi, Bassan, 1988. The Crisis of Modern
Islam: A preindustrial Culture in the
Scientific-Teknologikal Age, Slat Lake City:
The University of Utah Press.
124
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
125
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
126
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 9
TEOLOGI
FUNDAMENTALISME-
RADIKALISME ISLAM
ANTARA PEMURNIAN, PENGUATAN
IDEOLOGI DAN TEROR
127
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
128
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
129
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Fundamentalsime Islam
Sebagaimana disinggung diatas, bahwa pengalaman
fundamentalisme Kristen kemudian dibawa oleh para peneliti
untuk menamai gerakan kelompok Islam yang menentang
pemikiran yang bersifat pembaharuan dengan memasukkan
unsur-unsur modernisme kedalam tatanan sosial masyarakat.
Sehingga penerapan tersebut menjadi kontroversial saat
melabelkannya pada Islam. Seperti yang diungkapkan oleh
Martin Van Bruenessen: “menerapkan terminologi
fundamentalisme pada Islam akan menimbulkan beragam
asosiasi, sebab biar bagaiamanpun kita akan
mendeskripsikannya tetap akan menjadi ilusif dan sulit untuk
difahami”.7
130
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
131
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
132
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
133
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
134
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Radikalisme Islam
Bila kita berbicara tentang perubahan sosial (social
change), pada umumnya kita akan menemukan tiga macam
pendekatan, yaitu pendekatan konservatif, radikal atau
revolusioner dan pendekatan reformis. Dalam pandangan
Islam, pendekatan konservatif jelas tidak diunggulkan,
konservatif biasanya didukung oleh kaum formalis dan para
pembela buta terhadap tradisi serta mereka yang tergolong
ulama salafi. Konservatisme mengarah pada pelestarian
tradisi dan berupaya untuk dijadikan sebagai sarana dalam
menjawab permasalahan kehidupan sosial modern.
Pendekatan konservatisme tidak menghendaki adaya
perubahan dan "modernisasi" karena dianggap merusak
tatanan nilai tradisi yang digenggam. Sehingga tatkala akan
melakukan inovasi alternatif akan dianggap sebagai tindakan
yang salah. Keyakinannya adalah semua yang dicari umat
Islam sekarang sudah tercantum dalam khazanah tradisi yang
diwarisi.
Pendekatan radikal revolusioner mengarah pada
pencabutan tradisi sampai keakar-akarnya, dan menganggap
pelestarian tradisi sebagai penyebab stagnasi sosial. Padahal,
tidak semua tradisi berkonotasi dan bersubstansi negatif
destruktif. Adapun pendekatan reformis, sebagai jalan tengah
135
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
136
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
137
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
138
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
139
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
140
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
141
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
142
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
143
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
144
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
145
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
146
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
147
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
148
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
149
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
yang telah bekerja pada diri orang itu sendiri. Jalan menuju
pembebasan pribadi tidak bersifat privat atau melalui
meditasi namun lewat politik. Kesadaran berkembang lewat
tindakan yang sadar, reflektif, akurat. Pemisahan antara
pemikiran dan tindakan yang berorientasi pada pemahaman
agama yang diyakininya.42
Sejalan dengan itu Kuntowijoyo menyatakan bahwa
fundamentalisme Islam adalah gerakan anti industri, suatu
hal yang tidak disadari bahkan oleh pengikut
fundamentalisme itu sendiri, karena industrialisasi sudah
menimbulkan dampak negative seperti dominasi masa lalu
oleh masa kini, dominasi industri atas alam, dominasi bangsa
atas bangsa lain. Sejalan dengan itu kaum fundamentalis
memiliki karakter pemikiran berikut: 1) Kaum fundamentalis
ingin kembali ke zaman Rasul. Dalam berpakaian mereka
cenderung memakai jubah dan cadar dengan maksud untuk
menolak industri fashion . 'kesalahan' yang mereka lakukan
ialah menganggap fashion yang bersifat muamalah sebagai
akidah. 2) Kaum fundamentalis ingin kembali ke alam,
sebenarnya semboyan back to nature ini temannya, tetapi
dengan alasan lain misalnya, untuk menolak wewangian
buatan pabrik, kaum fundamentalis memakai bahan-bahan
alamiyah seperti siwak minyak wangi tanpa alcohol dan
sejenisnya. Kesalahannya sama dengan pertama. 3) Kaum
fundamentalis memiliki implikasi politik. Ini yang
menyebabkan negara-negara industri mencap
fundamentalisme sama dengan terorisme. Negara-negara
150
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Akbar S. Ahmed, 1994. Posmodernisme Bahaya dan
Harapan Bagi Islam (terj), Bandung: Mizan,
Cet. 4.
Alwi Shihab, 1998. Islam Inklusif Menuju Sikap
Terbuka Dalam Beragama, Bandung: Mizan, Cet.
4.
Armstrong, Karn, 2003. Islam Sejarah Singkat, terj.
Fungky kusnaendy Timor, Yogyakarta: Jendela,
cet. I.
Armstrong, Karn, 2001. Berperang Demi Tuhan, terj.,
Sartio Wahono dkk, Bandung: Mizan, cet. 2.
Azra, Azyumardi, 1996. Pergolakan politik Islam:
dari Fundamentalisme, Modernisme, Hingga
Post-modernisme, Jakarta; Paramadina, cet.
I.
Azra, Azyumardi, 1999. Konteks Berteologi di
Indonesia: Pengalaman Islam, Jakarta:
Paramadina, cet. I.
Edy Kristiyanto OPM, 1998. Perspektif-Perspektif
Historis Tentang Radikalisme Religius Dalam
Agama Katolik, Dalam Radikalisme Agama,
Bakhtiar Efendy (ed). Jakarta: PPIM-IAIN.
151
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
152
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
153
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 10
TEOLOGI
ISLAM LIBERAL
154
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
155
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
156
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
157
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
158
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
159
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
160
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
161
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Assyaukanie, Luthfi, 2002. Wajah Liberal Islam di
Indonesia, Jakarta: JIL.
Nasution, Harun, 2003. Pembaharuan dalam Islam:
Sejarah Pemimikiran dan Gerakan. Jakarta:
Bulan Bintang.
Raharjo, M. Dawam, 1999. Intlektual Intlegensia dan
Perilaku Politik Bangsa: Risalah Cendikiawan
Muslim, Bandung: Mizan, cet. IV.
162
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 11
TEOLOGI ISLAM
SPIRITUALIS
KESATUAN TEOLOGIS UNTUK HARMONIS
163
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
164
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
165
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
166
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
kasar yang disebut shuff atau wool. Pakaian wool menjadi ciri
pakean para zahid yang menjadi simbol dari kesederhanaan.
Korelasi antar pakaian wool dengan kesederhanaan hidup
para zahid memang relevan, karena para sufi pada masa-masa
awal relatif menjauhkan diri dari kemewahan materi, karena
diaanggap sebagai penghalang untuk mencapai kedekatan
dengan Allah. Bahkan Memakai pakean wool kasar sudah
menjadi kebiasaan dan identitas orang-orang saleh sebelum
datangnya Islam. Sehingga menurut Ibn kholdun kata sufi itu
merupakan kata jadian, sehingga berasal dari kata showf,
sebab para sufi sering memakai pakian dari bulu domba,
sebab dengan pakain yang sederhana dan kasar tersebut
dimaksudkan untuk menentang orang-orang yang suka
berpakaian mewah.6
Di samping itu ada yang mengatakan bahwa kata tasawuf
berasal dari bahasa Yunani, yakni sophos, yang berarti hikmah
atau kemulyaan. Dikatakan demikian, karena para sufi dalam
hidupnya selalu mencari hakekat atau hikmah. Pendapat lain
mengatakan bahwa kata sufi diambil dari kata shafa atau
shfwun yang berarti bening hal ini diidentikkan dengan
kejernihan dan kesucian hati para sufi. Kata tasauf juga
diambil dari kata shaff atau barisan terdepan, karena para sufi
dalam mencari keredhaan Allah selalu paling depan dan tidak
mau ketinggalan.7
Sedangkan definisi tasawuf juga mengundang perbedaan
pendapat. Diantranya, Ibrahim Basuni memberi definisi
167
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
168
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
169
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
170
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
171
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
18
Seyyed Hussein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, terj.
Abdul Hadi W.M., Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), h. 198.
172
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
173
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
174
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
175
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
176
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
177
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
178
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
179
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
180
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
181
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
30
Seyyed Hussen Nasr, ‚Kosmos dan Tatanan Alam‛, dalam
Seyyed Hussein Nasr, Ensiklopedi Tematis Spiritualistas
Islam, h. 468-472.
182
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
31
Makna ilusi dalam konteks ini adalah, jika seorang sufi
telah sampai pada ma’rifah maka yang dilihat dalam segala yang
ada di alam ini adalah Allah, atau dalam konteks tasawuf Ibn
Arabi ‚kesatuan wujud‛ (wahdatul al-Wujud).
32Yunasri Ali, Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep
Insan Kamil Ibn Arabi Oleh al-Jili, H. 13.
183
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
184
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
185
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
186
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
187
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
188
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
189
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
190
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
191
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Dafatar Pustaka
Al-Bana, Gamal, 2006. Pluralitas dalam Masyarakat
Islam, terj., Tim MataAir Publishing,
Jakarta: MataAir Publishing.
Ali, Yunasri, 1997. Manusia Citra Ilahi:
Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn Arabi
Oleh al-Jili, Jakarta: Paramadina, cet. I.
192
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
193
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
194
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
195
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 12
TEOLOGI ISLAM
EMANSIFATORIS
196
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
197
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
198
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
199
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
200
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
Mas’ud, F., Masdar, 2004. ‚Paradigma dan Metodologi
Islam Emansipatoris‛ dalam, Very
Verdiansyah, Islam Emansipatoris: Menafsir
Agama Untuk Praksis Pembebasan, Jakarta:
P3M, cet. I.
Verdiansyah, Very, 2004. Islam Emansipatoris:
Menafsir Agama Untuk Praksis Pembebasan,
Jakarta: P3M, cet. I.
201
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Bagian 13
TEOLOGI ISLAM
KULTURAL-
TRANSFORMATIF
202
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
203
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
204
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
205
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
206
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
207
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
208
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
209
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
210
Genealogi Pemikiran Modern I slam Nusantara
Daftar Pustaka
A. E. Priyono, 1998. ‚Feriferalisasi, Oposisi, dan
Integrasi Islam di Indonesia Menyimak
Pemikiran Kontowijoyo)‛, dalam prolog,
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi
Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, cet. VIII.
John M. Echols dan Hassan Shadily, 1997. Kamus
Inggris Indonesia,(Jakarta: Gramedia, cet.
VIII.
Kuntowijoyo, 1991. Paradigma Islam Interpretasi
Untuk Aksi, Bandung: Mizan, cet. I.
211
Biodata Penulis
212