Nurul Awwaliyah
Teologi islam
helen sagit a
A. Latar Belakang
Aliran Mutazilah merupakan aliran fikiran Islam yang terbesar dan tertua. Pada
aliran ini melahirkan pemikiran teologi. Ada dua factor yang menyebabkan munculnya
teologi tersebut.1 Pertama, factor internal yang muncul karena konflik politik yang terjadi
antara umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad yang telah memecah menjadi dua
kubu (sunni dan syiah). Peristiwa ini semakin menjadi jadi setelah tragedi terbunuhnnya
Khalifah Utsman bin Affan , yang semula teologisnya tidak begitu kental namun semakin
hari semakin jelas pendapat teologinya. Kedua, factor eksternal yaitu pertarungan dan
perdebatan teologi antar umat Islam diantaranya permasalahan tentang teologi itu sendiri,
mengenai sifat-sifat Tuhan. Pada aliran mutazilah ini mempunyai pengikut yang cukup
besar dan mempunyai cara pandang yang saling berhadapan secara diametral. Aliran
mutazilah ini sebagai representasi kelompok rasial.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah lahirnya aliran mutazilah?
2. Siapa saja tokoh-tokoh mutazilah?
3. Apa saja ajaran pokok aliran mutazilah?
4. Apa saja fakta tentang mutazilah?
5. Bagaimana penyandaran Mutazilah kepada filsafat Yunani?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah lahirnya aliran mutazilah
2. Mengetahui tokoh-tokoh mutazilah
3. Mengetahui ajaran pokok aliran mutazilah
4. Mengetahui fakta tentang mutazilah
5. Mengetahui penyandaran Mutazilah kepada filsafat yunani
BAB II
PEMBAHASAN
1 Dr. Nasihun Amin, M. Ag, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam, hlm. 98.
1. Kota Basrah merupakan pusat ilmu dan peradaban Islam dan tempat bertemunya
aneka budaya dan agama.
2. Banyak orang-orang yang hendak menghancurkan Islam dari segi aqidah.
3. Perguruan di masjid Basrah yang berbentuk halaqoh di bawah asuhan Hasan Basri
(21-110 H).
Aliran ini cepat berkembang menjadi aliran yang membahas persoalan-persoalan ilmu
kalam lebih mendalam dan bersifat filosofis dari pada yang dibahas aliran-aliran
sebelumnya. Dalam pembahasan masalah banyak menggunakan akal, sehingga terkenal
dengan sebutan ”Aliran Rasional Islam”.
Kata Mutazilah berasal dari kata I’tazala (memisalkan). Dalam referensi imlu kalam,
nama itu berpusat dari peristiwa diri Wasil ibn ‘Ata’ dan temannya ‘Amr ibn ‘Ubaid dari
gurunya yang bernama Hasan al-Basri di Basrah.2 Wasil selalu mengikuti pelajaran-
pelajaran yang diberikan Hasan al-Basri di masjid Basrah. Pada suatu hari datang
seseorang bertanya mengenai pendapatnya tentang orang yang berdosa besar.
Sebagaimana telah diketahui, bahwasanya aliran Khawarij yang memandang kafir bagi
seseorang yang melakukan dosa besar. Berbeda juga dengan aliran Murjiah, yang
memangdang orang yang berdosa besar tetap mukmin.
Ketika Hasan al-Basri masih berfikir, Wasil mengeluarkan pendapatnya sendiri
dengan mengatakan “Saya berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah
mukmin dan bukan juga kafir, tetapi mengambil posisi diantara keduanya. “Kemudian ia
berdiri dan menjauhkan diri dari Hasan al-Basri pergi ke tempat lain di masjid (di sana ia
mengulang-ulangi pendapatnya). Atas peristiwa tersebut, Hasan al-Basri mengatakan
“Wasil menjauhkan diri dari kita (I’tazala anna)”. Dengan demikian, ia bersama teman-
temanya kata al-Syahrastani disebut kaum Mutazilah.
Menurut al-Bgdadi, Wasil dan teman-temanya ‘Amr Ibn ‘Ubaid Ibn Bab diusir oleh
Hasan al-Basri dari majlisnya karena adanya pertakaian antara mereka mengenai
persoalan qodar dan orang yang berdosa besar. Keduanya menjauhkan diri dari Hasan al-
Basri dan mereka serta pengikutnya disebut kaum Mutazilah karena mereka menjauhkan
diri dari paham umat pemahaman Islam tentang dosa besar. Menurut mereka ini bukan
kafir dan bukan pula mukmin. Demikian keterangan al-Bagdadi tentang pemberian nama
Mutazilah kepada golongan ini. 3 Tentang penamaan Mutazilah ini terdapat beberapa
versi, namun sebagai tanda bagi aliran Ilmu Kalam yang rasional dan liberal setelah
peristiwa Wasil Ibn Ata, dan jauh sebelum itu telah terdapat kata I’tazala, Mutazilah.
Wasil disebut Syaikhul Mutazilah wa qadimuha. 4
Disamping alasan-alasan klasik tersebut, ada teori maju yang dikemukakan oleh
Ahmad Amin.5 Nama Mutazilah sudah ada ebelum adanya peristiwa Wasil dengan Hasan
6
Harun Nasution, Teologi Islam, hlm. 42.
7
Dr. Nasihun Amin, M. Ag, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam, hlm. 102.
8 Harun Nasution, Teologi Islam, hlm. 52.
memberikan pengertian yang menodaai keesaan dan kebaikanNya, mereka menakwilkan
sehingga sesuai dengan apa yang ditunjukkan dalil-dalil akal.
Hisyam ibn Amr al-Fuwah, seorang pemimpin lain dari cabang Bagdad mengatakan
bahwa surge dan neraka belum mempunyai wujud sekarang karena masa memasuki surge
atau neraka belum tiba. Dengan demikian, adanya surge dan neraka sekarang tidak ada
faedahnya.
Al khayat dalam membahas soal sifat, mengatakan bahwa kehendak bukanlah sifat
yang melekat pada zat Tuhan dan Tuhan berkehendak bukan melalui zatNya. Jika
dikatakan Tuhan berkehendak berarti itu ia mengetahui, berkuasa, dan tidak dipaksa
melakukan perbuatan-perbuatanNya. Dan kalua disebut Tuhan menghendaki perbuatan-
perbuatan itu seuai dengan pengetahuanNya. Dan jika selanjutnya disebut bahwa Tuhan
menghendaki perbuatan-perbuiatan hambaNya, maka yang dimaksud ialah
Tuhanmemerintahkan supaya perbuatanperbuatan itu dilakukan. Dan arti Tuhan
mendengar adalah Tuhan mengetahui apa yang didengar, demikian pula Tuhan
mengetahui apa yang dilihat. Inilah intopeksi al-Khayyat tentang peniadaan sifat Tuhan.
Beberapa pemimpin-pemimpin Mutazilah serta pendapat-pendapat mereka mengenai
persoalan-persoalan teologi. Seolah-olah dapat dirasakan, pemikiran-pemikiran yang
mereka keluarkan banyak dipengaruhi oleh filsafat Yunani. 9
Menurut al-Khayyat, orang yang diakui menjadi pengikut atau penganut Mutazilah,
hanyalah orang yang mengakui danmenerima kelima dasar itu. Orang yang menerima
hanya sebagian dasardasar tersebut tidak dapat dipandang sebagai orang MUtazilah. Al-
Ushul al Khamsah sebagai dijelaskan oleh pemuka-pemuka Mutazilah sendiri, diberi
urutan pentingnya kedudukan tiap dasar tersebut. Golongan lain menamakan Mutazilah
dengan golongan Mu’attilah karena menafikan sifat-sifat Tuhan, tetapi mereka sendiri
menamakan dirinya dengan ahli keadilan dan keesaan (ahlu al adl wa al tauhid)
5. al-Amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil Munkar (memerintahkan kebaikan dan
melarang keburukan)
Prinsip ini lebih banyak berkaitan dengan amalan lahir dan bidang fiqh
daripada lapangan aqidah serta ketauhidan. Seperti yang terdapat dalam Qs. Ali
Imran ayat 104 dan surat Lukman ayat 17. Pada prinsip ini wajib dilakukan orang
Muslim, tetapi sejarah mencatat bahwa betapa gigihnya orang-orang Mutazilah
memperjuangkan prinsip ini. Bahkan tidak segan-segan menggunakan kekerasan
dalam melaksanakan prinsip tersebut meskipun terhadap umat Islam sendiri,
seperti yang terjadi pada ahli hadist dalam masalah kemakhlukan al-Quran yang
terkenal dengan istilah al-mihnab.12 Dalam pelaksanaan ajaran ini diperlukam
syarat-syarat, antara lain13:
a) pengetahuan yang pasti bahwa yang diperintahkan adalah sesuatu yang
baik dan dicegah adalah sesuatu yang jelek.
b) Pengetahuan atau dugaan yang kuat bahwa perbuatan yang tidak baik
tersebut telah benar-benar ada atau telah gterjadi. Contohnya, telah
11
Prof. Dr. H. Ghazali Munir, MA., Ilmu Kalam Aliran-Aliran dan Pemikiran, hlm. 62.
12
Ibid, hlm. 73-78. Harun Nasution, Teologi Islam, hlm. 52-56.
13 Dr. Nasihun Amin, M. Ag, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam, hlm. 108.
tersedia alat-alat minum (minuman keras), alat-alat judi dan lainya.
Pengetahuan atau dugaan yang kuat bahwa pencegahan tersebut tidak
bakal menimbulkan kerugian yang besar. Misalnya, jika dilakukan
pencegahan minuman keras maka akan menimbulkan hura-hura atau
pembunuhan dikalangan kaum muslimin, maka pencegahan tersebut tidak
wajib dilakukan.
c) Pengetahuan atausangkaan yang kuat, bahwa tindakan itu akan
menimbulkan pengaruh. Jika sadar bahwa kata-katanya bakal
menimbulkan pengaruh, maka tidak wajib.
d) Pengetahuan atau sangkaan yang kuat, bahwa tindakanya tidak bakal
menimbulkan kerugian pada harta atau dirinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkataan mutazilah berasal dari kata Bahasa Arab yaitu I’tazala yang artinya
“meninggalkan” atau “menjauhkan diri”. Mutazilah adalaha salah satu aliran teologi
dalam agama Islam. Kelahiran Mutazilah oleh lawan-lawanya, biasanya dikaitkan dengan
keluarnya Washil ibn Atha dari halaqoh gurunya yaitu Hasan Basri karena perbedaan
status orang Islam dalam melakukan dosa besar.
Diantara dokrin aliran Mutazilah yang sering muncul oleh mereka mengenai lima
prinsip pokok yang disebut al-ushul al-khamsah yaitu :
1. Tauhid
2. Keadilan Tuhan
3. Al-wa’du wal wa’id (janji dan ancaman)
4. Manzilah bainal manzilatain (tempat antara dua tempat)
5. Amar ma’ruf dan nahi munkar (perintah berbuat baik dan larangan berbuat jahat)
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sekiranya dalam penulisan ada kekeliruan, kami berharap pembaca dapat meluruskanya
DAFTAR PUSTAKA
Munir, Ghazali. 2010. Ilmu Kalam, Aliran-Aliran, dan Pemikiran, Semarang: RaSAIL
Media Group.
Dr. Nasihun Amin, M. Ag, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: UI
Press, 1986.
Lihat al-Farq, hlm. 20-21.
Subhi, Ahmad Mahmud. 1969 Fi Ilmil Kalam, Kairo : Darul Kutbh al-Jam’iyah
Lihat Fajr al-Islam.
Asy’ary, Abu Hasan, Aliran Teologi Islam, buku I.