BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
semula, ini menjadi keprihatinan sendiri bagi sahabat Nabi, termasuk sahabat
Nabi, seperti Abu Bakr as-Sidhiq, Umar ibn al-Khattab dan lain-lain, sampai
generasi pasca sahabat Rasul, tentunya segala daya upaya dilakukan untuk
tidak mudah, tapi itu harus dilakukan sebagai wujud meneruskan perjuangan
maka tidak heran apabila terjadi berbagai macam firqoh – firqoh atau sekte –
sekte yang bermunculan, ada yang cenderung ilmiah, ada yang cenderung
mendukung Ali yang disebut syiah, menurut mereka adalah yang berhak
tengah (midleway) ini diwakili oleh Abu Hasan al-Basri. Semua pengikut
firqoh/sekte merasa bahwa kelompok atau aliran mereka yang paling benar,
Tentu itu juga tidak salah karena yang namanya penafsiran tentu tergantung
latar belakang seorang penafsir, kalau seorang penafsir yang sudah kedoktrin
Syi’ah maka baginya syiah adalah yang paling benar, kalau sudah kedoktrin
kelompok yang lain pula maka sang penafsir juga kelomoknya yang paling
benar, yang menjadi tidak menarik adalah ta’asup pada kelompok yang
mengurai salah satu diantara aliran yang ada, yaitu kelompok rasionalis
(Mu’tazilah) yang mengedepankan akal pikiran manusia untuk kita kaji kita
dalami, sebagai suatu sejarah perjalanan Islam yang dimiliki oleh kaum
Muslimin seluruh Dunia, ciri utama dari aliran ini dibandingkan dengan aliran
referensi kitab – kitab yang penulis miliki, seperti kitab Maqoolat al-
Karena keterbatasan penulis baik secara ilmu maupun secara pengalaman dan
cara penulisan harapan dari penulis adalah mohon saran – saran kritik yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mu’tazilah
Syi’ah dan Khawaij. Sejarah telah mencatat bagi kita (Kaum Muslimin)
dokumentasi berupa dua buku yang ditulis pada permulaan abad ke dua
Keagamaan yang dipegang mayoritas Muslimin pada saat itu. Kedua buku
Ubaid (80-144 H) seorang tokoh (syaikh) dan Zahid muktazilah dan buku
Asnaf al- Murjiah yang disusun oleh Washil bin ‘Atho (80-181 H) seorang
budak bani Dhiyyah, sering juga dikatakan seorang budak bani Makzum yang
madzhab Muktazilah.
mengerjakan dosa besar menjadi kafir dan akan menjadi penghuni Neraka
secara abadi. Sedangkan mayoritas Umat Islam kala itu mengatakan: mereka
masih seorang Mukmin yang fasik dikarenakan melakukan dosa besar. Abu
5
Khudaifah Washil bin ‘Atha ketika itu, mengikuti pengajian yang diadakan
oleh Hasan al-Basri dan berguru kepadanya. Suatu hari pelaku masalah dosa
besar ini menjadi tema pembahasan dan Hasan al – Basri apa yang dipegang
oleh Umat. Akan tetapi Washil bin ‘Atho mempunyai pendapat lain, dia
berkata: “Komentar dan pendapatku mengenai pelaku dosa besar ini adalah
bahwa Dia bukan Mukmin dan bukan pula seorang Kafir, ia berada dalam
Pendapatnya ini membuat Hasan al- Basri marah dan mengusirnya dari
majelis pengajianNya dan Washil bin “Atha mengasingkan diri dan memilih
bin Ubaid dan jamaahnya. Oleh karena itu dia dan pengikutnya dijuluki al –
Aliran mu’tazilah lahir pada masa pemerintahan Bani Umayah, yakni pada
masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dan anaknya Hisyam. Mu’tazilah
berasal dari kata kerja yakni ‘azala artinya berpisah. Maka Mu’tazilah itu berarti
memisahkan diri. Meraka adalah pengikut dari Abul Husail Washil bin Atha yang
memisahkan diri dari gurunya yang bernama Hasan Basri. Ada sebagian pendapat
bahwa aliran Mu’tazilah muncul sejak zaman sahabat, mereka adalah golongan
pengikut Ali yang memisahkan diri dari politik terutama disaat turunnya Hasan
bin Ali dari kursi kholifah. Kelompok ini kemudian memusatkan diri kepada
1
Aliran Teologi Islam, Abu Hasan Ismail al-Asya’ari (pencetus Aliran Ahlussunnah Wal-Jama’ah.
6
mereka inilah yang mula-mula mengadakan diskusi dalam agama secara filsafati.
Masalah pertama yang menjadikan mereka berpisah dari Hasan ialah masalah
dosa besar. Persoalan ini muncul pada saat seorang bernama Wasil bin Atha
berada dimajelis kuliah gurunya bernama Hasan. Di dalam kesempatan ini Washil
berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah fasik, yakni suatu
posisi yang berada diantara dua keadaan maksudnya orang itu tidak mukmin juga
tidak kafir.
Dalam kaitan ini dijelaskan pula bahwa pada suatu waktu datang menanyakan
suatu soal yang memerlukan jawaban dari sang guru. Pertanyaan itu ialah bila
didalam surga karena ia seorang yang beriman atau dineraka karena ia melakukan
Sang murid mendengar soal ini bangkit semangatnya untuk menjawab. Secara
neraka, tetapi ia ditempatkan diantara kedua tempat ini. Yakni disuatu tempat
ditengah-tengah antara surga dan neraka. Pendapatnya ini berlainan secara drastis
dengan pendapat gurunya. Karena pendapat ini ia pun mengasingkan diri dan
pengasingan ini dan berpisah dari golongan sang guru serta mengadakan jamaah
oleh sebab itu Hasan Basri kemudian berkata “I’tazala ‘annawashil, artinya
Washil telah memisahkan diri dari kita. Menurut kaum Mu’tazilah sumber
ketetapan akal dan ketentuan wahyu maka yang ditamakan adalah ketetapan akal.
Panggilan atau nama yang mereka pilih itu yakni Ahli keadilan disebabkan
mereka memberi hak asasi bagi setiap manusia untuk menerima atau menafsirkan
eksistensi dari sifat-sifat Allah maka tidak terdapat paksaan dari Allah bahkan
ini. Hal ini dianggap satu keadilan dimana manusia tidak dipaksa bahkan diberi
kekuasaan.2
Menurut A.hanafi aliran Mu’tazilah adalah aliran aqidah islam yang terbesar
dan tertua, serta telah memainkan peranan penting dalam sejarah pemikiran dunia
1. Di Basrah, yang dipimpin oleh Washil bin Atha’ dan Amr bin Ubaid.
11. Tuhan itu wajib mambuat yang baik dan yang lebih baik
C. Pencetus Mu’tazilah
Mu’tazilah adalah Washil bin ‘Atha. Dia adalah salah seorang sastrawan
huruf ghin. Di dalam al- Kamil, Abu al-Abbas al-Mubarrad berkata: “Washil
bin ‘ Atha mempunyai satu keanehan, yakni ia tidak fasih melafalkan huruf
3
Drs. Syahminan Zaini. Kuliah Aqidah Islam. 1983. Surabaya : Al-ikhlas
9
ra, oleh karena itu ia selalu berusaha meniadakan dalam setiap kata
pembicaraanya dari huruf tersebut dan dia tidak menguasainya. Hal ini
dalam syair :
sebagai gantinya.
‘Amr bin ‘Ubaid, al-Sabil ila ma’rifat al-Haq, al-Dakwah dan Kitab
Washil bin ‘Atha lahir di Madinah pada tahun 80H. Dan meninggal
Selain Washil bin ‘Atha ada juga ‘Amr bin Ubaid. yang dimaksud
“Amir bin ‘Ubaid adalah Abu ‘Usman ‘Amr bin ‘Ubaid bin Bab budak Bani
‘Aqil seorang theolog dan Zahid. Kakeknya dari Sabi Kabil, salah satu
dibina oleh Nabi, jika terjadi sesuatu hal (masalah) ia langsung bertindak
duduk, jika duduk karena sutu masalah maka langsung berdiri. Aku tidak
pernah melihat seorang pun selainnya yang keadaan lahirnya selaras dengan
4
Ibid.
11
Suatu hari Amr bin ‘Ubaid masuk ke dalam istana Khalifah Abu
untuk berdiskusi lalu Abu Ja’far al – Mansur duduk didekatnya lalu berkata
kepadanya, berilah aku nasehat , Lalu ia memberi nasehat yang diminta oleh
kamu pegang tidak akan pernah kamu peroleh jika orang sebelummu tidak
urusan siang hari. Ketika ia bangkit hendak berdiri untuk pulang, Khalifah
ambilah, ia menjawab atas nama Allah aku tidak mau menerimanya. Ketika
itu hadir pula Mahdi bin Abu Ja’far seraya berkata : Amirul Mu’minin
bersumpah atas nama Allah dan engkau juga? Amr bin ‘Ubaid
Mahdi. Amr bin ‘Ubaid berkata demi Allah, kau telah berikan kepadanya
bukan pakaian orang – orang yang shaleh, kau namai Dia bukan yang bukan
haknya, kau serahkan kepadanya urusan yang dapat disia – siakan dan
ayahmu bersumpah , itu membuat aku merasa berdosa karena kifarat yang
jangan kau temui Aku lagi, kata Amr bin ‘Ubaid, itulah sebenarnya
غيرعمروبن عبيد
yang memiliki dasar ajarannya yang tersusun secara hirarki, ditambah lagi
Nidlam , Hisyam ibn Umar asya-Syaebani yang al – Fuwathi dan Abu Yusuf
Bisriy yang terkenal dengan nama al – Jahidz dan Qodli Abu Abdullah ibn
Farh ibn Jarir al – Iyadiy yang lebih dikenal dengan panggilan Ibn Abu
Du’ad⁴. Kepada Abu Yusuf bergurulah Muhammad ibn Abdul Wahab ibn
Salam ibn Khalid ibn Humran ibn Abban yang dikenal dengan julukan al -
Jubair⁵. Kepada Jahid bergurulah Ja’far ibn Mubasyar dan Ja’far ibn Harb
Abdullah al – Iskafi.
muridnya diantaranya, abu Hasyim Abdus Salam ibn Muhammad ibn Abdul
Wahab al – Juba’i dan Abu Hasan al – Asya’ri yang kemudian menjadi tokoh
pendiri Madzhab Ahlu sunnah Wal Jama’ah. Mengenai kisah dan diskusi dan
debat antara al – Juba’i dengan al – Asy’ari ini dianggap oleh Ulama sebagai
5
Mahan Al-Juba’iy dalam wafiyat al-A’yan 3/398
14
Mendengar, dan Maha Melihat, dan Diapun tanpa jisim, tanpa bayang-
bayang, tanpa bekas, tanpa bentuk, tanpa daging , tanpa darah, tanpa
karakter, tanpa aksiden, tanpa warna, tanpa rasa, tanpa bau, tanpa dimensi
depan , belakang, tanpa atas atau bawah, tanpa ruang atau waktu, tanpa
musibah, tanpa berfikir atau terduga, yang Maha terdahulu yang senantiasa
ada, yang Maha Tahu, Yang kuasa, Yang Maha Hidup, yang tidak terlihat,
dan tertirukan, dan Dia adalah sesuatu yang tidak seperti segenap sesuatu,
Yang tahu tetapi tidak selayaknya orang tahu,Yang kuasa, tidak layaknya
orang kuasa, yang hidup tapi tidak selayaknya hidup, yang kekal dan
dahulu sendiri, dan tidak ada tuhan selain Nya, dan tidak ada sekutu Nya,
dan tidak ada pemimpin Nya ataupun pembantuNya, tidak ada teladan
kesaktian menimpa diri Nya, tiada kesudahan dan kehabisan , tiada lenyap
15
dan tiada sifat lemah dan kurang, dan Dia pun terbatas dari kehendak
mereka tanpa berusaha lebih jauh untuk menerangkan apa yang diebut
banyak pula pengikut aliran yang lain seperti halnya aliran Khawarij,
mereka.
2. Keadilan Tuhan
prinsip dasar.
mendapat siksa dan ini pasti terjadi. Tuhan tidak dapat berbuat lain kecuali
melaksanakan janji-Nya.
ada pengampunan bagi orang yang berbuat dosa besar tanpa tobat,
tidak disebut adil jika ia tidak member pahala kepada orang yang berbuat
kepada orang yang taat pada Allah, dan Allah mengancam / menyikasa
penting. Dengan ajaran ini, Washil rela memisahkan diri dari gurungya.
Menurut Washil, pelaku dosa besar juga orang musyrik tidak mukmin dan
tidak kafir pula tatapi fasiq. Kefasikan ini berada diantara iman dan kafir.
qur’an dan Hadits. Ayat al-qur’an yang dimaksud surat al-isra’ ayat 110,
tengah-tengah.
17
menduduki dua hukum diantara dua hukum, yaitu Fasiq dia tidak
dihukumi kafir, karena kenyataannya masih beriman pada Allah. Dia tidak
tidak bisa dihkumi sebagai Muslim dan Mu’min yang “ baik “ karena
Ajaran yang terakhir ini secara prinsip tidak berbeda dari pendapat
berbuat baik dan larangan berbuat buruk itu dalakukan dengan lunak atau
diluruskan.
mengenai kedudukan akal dan wahyu. Dalam hal ini ada empat hal yang
E. Perlawanan Mu’tazilah
Mu’tazilah lah yang paling banyak mendapatkan tekanan, akan tetapi mereka
posisi seperti ini, dia berada pada garda paling depan dalam memahami
Mubarrad ketika berkata “ Aku belum pernah melihat orang yang fasih
7
Drs. Supiana, M. Ag. Dan M. Karman, M. Ag. Materi Pendidikan Agama Islam. 2004. Hal 181-
185
19
Hudza’il sangat baik dan mahir berdiskusi. Kusaksikan hal itu dalam
kuliahnya yang kala itu p[embicaraannya diisi lebih dari tiga ratus bait
makna yang dalam dan rumit lalu menyusunnya dalam ungkapan dan
penjelasan yang prima dan hal-hal lainnya yang tak terhitung jumlahnya.”
Amr bin ‘Ubaid salah satu tokoh madzhab ini, adalah teman-teman dan
sahabat dekat Khalifah Abu Ja’far al – Mansur, hanya saja Amr bin ‘Ubaid
Ali ibn Sulaiman, salah seorang pejabat dinastiy Abbasiyah dan dengan
Ahmad ibn Abu Dawud, seorang Hakim Agung Khalifah al-Mu’tasim dan
isinya dia berkata : Sungguh kasih sayang mereka bagaikan kasih sayang
orang Syi’i terhadap Ali AR. Akibat dari kesemua ini adalah terjalinnya
sampai bulan Jum’at al-Tsani tahun 218 H. Menanggapi surat ini penguasa
dari Hakim, para saksi dan para ahli Hadihtnya lalu mereka itu.
ahli fiqih, ahli hadith, muadzin, sampai seluruh tenaga pengajar sehingga
masyarakat banyak yang melarikan diri dari penjara penuh dengan orang-
orang yang menolak eruan pemerintah, ketika itu juga Ibnu Abu al-Laits
Rabb Al-Qur’an al-Makhluk. ( Tidak ada Tuahn selain Allah Rabb Al-
Fustat, Mesir. Pada zamanini pula para Fukaha penganut Madzhab Syafi’i
meraih tokoh yang menjadi pengikutnya lalu mereka dikirim menjadi Da’i ke
Salim di kirim ke wilayah Khurasan dan Tarmudz, juga di utus untuk berdebat
dengan Jahm ibn Shafwan sampai akhirnya Jahm kalah olehNya. Al-Qosim
terutama dari para Ulama setempat sehingga misi mereka hampir tidak
sampai Yakut berkata : “Pengikut Washil ibn ‘Atha sangat banyak jumlahnya.
Mereka hampir mencapai 30.000 orang dalam setiap halaqohnya”. Hal yang
senada juga diungkapkan oleh ash-Safadiy seraya berkata : Barang siapa yang
sedangkan tokoh yang lainnya menjadikan sebagai metode dalam dialog dan
taklid, dan memusuhi, pintu kebimbangan menanti para teolog ini dan pintu
keyakinan telah tertutup dari mereka dan bukanlah merupakan takdir Allah
terlahiirnya seorang tokoh dalam Agama ini yang terpercaya baik dalam
keadaan sunyi maupundalam keadaan ramai, yang berpegang teguh pada Al-
terhadab hal yang menjadi pegangan para pendahulu yang shaleh ( Salaf As-
Shaleh ) seperti tokoh – tokoh ahli Hadit, seorang yang kemudian menguasai
terjadi dalam Agama ( Islam ) mampu melepaskan diri dari cengkeraman dan
kungkungan orang – orang yang berada di jalur yang bathil serta mampu
keluar tipu daya mereka. Itulah Dia Abu Hasan Asy’yari yang mereka
maksud.
yang mereka anut dengan pidatonya : “ sandaran otoritas pendapat kami dan
keyakinan ke Agamaan yang kami anut adalah berpegang teguh pada Al-
pembela Hadith dan terhadap apa yang dikatakan oleh Ahmad bin Hambal,
dari agama yang benar karena dia adalah seorang imam yang paripurna,
lebih lanjut mengenai masalah yang sama dapat kita temukan buku karyanya
Dengan Ilmu dari yang telah disebutkan itulah kami berkata dan bermadzhab.
prasangka (Prejudice ) bahwa sia-sia faham i’tizali belum sirna dalam jiwa
dalam tulisan Ibn al-Jauzi. “ Asy’ariy itu hidup dalam faham Mu’tazilah
dalam rentang waktu yang cukup panjang, lalu ia menawarkan faham baru
terhadap Masyarakat”. Akan tetapi pada kurun berikutnya banyak juga yang
menerima faham Asya’ariy ini dapat mereka yakini bahwa apa yang mereka
lakukan berdasarkan motif yang baik, hal itu dapat dibuktikan dari komentar
dan lain-lain. Ia bergaul pada pembela sunah dan Hadith sebagaimana halnya
25
Hadith, seperti dari Ibn Aqil dan murid-muridnya, diantaranya Ibn al-Faraj al-
Jauzi. Sedang para pendahulu pengikut Ahmad ibn Hanbal seperti Abu Bakar
Abdul Azis dan Abu Hasan At- Thaimiy dalam karya-karyanya mereka
dengan sunnah dan mereka menganggap apa yang dikatakan oleh asy’ariy
(kebebasan memilih / free will ) maka ibn kullab dan Asy’ariy serta orang-
dengan Ahmad ibn Hanbal sebagai madzhab anutan, sebenarnya bukan hanya
qadli Abu Ya’la dan pengikutnya, Ibn Aqil , Abu Hasan Azzaquni dan
yang tulud dan jujur untuk memadukan anatara penganut RASIONALIS dan
penganut SUNNAH8.
8
Aliran Theologi Islam, Karangan abul Hasan al-Asyhari, buku I
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
dikaitkannya dengan keluarnya Washil ibn Atha dari halaqoh GuruNya, Hasan
Basri, karena perbedaan tentang status orang Islam yang melakukan dosa besar.
mengenai kalam Mu’tazilah, yang dirumuskan dalam 5 (lima) prinsip pokok yang
1. Tauhid
2. Keadilan Tuhan
5. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar (perintah berbuat baik dan larangan berbuat
jahat)
28
DAFTAR PUSTAKA
Remaja Rosdakarya.
Drs. Supiana, M. Ag. Dan M. Karman, M. Ag. Materi Pendidikan Agama Islam.