Anda di halaman 1dari 14

NAMA-NAMA 25 NABI DAN RASUL SERTA SIFAT-

SIFAT WAJIB BAGI ALLAH

Alam agama islam terdapat 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dengan Nabi Muhammad
SAW sebagai nabi yang terakhir untuk seluruh umat spanjang masa, yaitu :
1. Adam AS.
2. Idris AS.
3. Nuh AS.
4. Hud AS.
5. Soleh AS.
6. Ibrahim AS.
7. Luth AS.
8. Ismail AS.
9. Ishak AS.
10. Yakub AS.
11. Yusuf AS.
12. Ayub AS.
13. Sueb AS.
14. Musa AS.
15. Harun AS.
16. Zulkifli AS.
17. Daud AS.
18. Sulaiman AS.
19. Ilyas AS.
20. Ilyasa AS.
21. Yunus AS.
22. Zakaria AS.
23. Yahya AS.
24. Isa AS.
25. Muhammad SAW.
Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi atau nabi/rasul yang memiliki ketabahan yang
luar biasa dalam menjalankan kenabiannya :
1. Nuh AS.
2. Ibrahim AS.
3. Musa AS.
4. Isa AS.
5. Muhammad SAW.

Rukun iman dalam agama islam ada 6 (enam). Salah satunya adalah iman kepada
malaikat. Iman kepada malaikat artinya meyakini bahwa Allah SWT memiliki
malaikat-malaikat yang diciptakanNya. Ada 10 Malaikat yang wajib diketahui,
sepuluh malaikat tersebut yaitu:

1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Mikail
3. Malaikat Israfil
4. Malaikat Izrail
5. Malaikat Munkar
6. Malaikat Nakir
7. Malaikat Raqib
8. Malaikat Atid
9. Malaikat Malik
10. Malaikat Ridwan
Tugas-tugas dari para 10 malaikat tersebut yaitu:

 Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan
rosul. Malaikat Jibril adalah penghubung antara Allah SWT dengan nabi dan
rosul-Nya.
 Malaikat Mikail bertugas memberi rejeki kepada manusia
 Malaikat Israil bertugas meniup terompet sangkakala pada hari kiamat.
 Malaikat Izrail bertugas sebagai pencabut nyawa
 Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyakan dan melakukan pemeriksaan
manusia di alam kubur tentang amal perbuatan mereka saat masih hidup
 Malaikat Raqib bertugas mencatat segala amal baik yang dilakukan manusia
 Malaikat Atib bertugas mencatat segala perbuatan buruk yang dilakukan
manusia.
 Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka
 Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga.

20 sifat wajib ALLAH dan penjelasannya

berhubung sekarang banyak aliran sesat,(syiah,darul arqam,wahabi,salafi,millata


abraham,islam liberal,ldii,mukmin mubaligh) saya posting artikel tentang tauhid ahlus
sunnah wal jamaah.
dari http://orgawam.wordpress.com/2008/09/11/sifat-20-allah-swt/
1. Wujud : Artinya Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada disebabkan dengan
sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur
Al-Maturidi bukan ia a’in maujud dan bukan lain daripada a’in maujud , maka atas
qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi
pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ain Al-maujud , karena
wujud itu zat maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat.
Kepercayaan bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi
semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman
Allah SWT. yang bermaksud :
” Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi
nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman :
Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah SWT.
menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya
lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih
dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka
apabila disebut Allah SWT. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu
Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah
ulama menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu
yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-
tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu tiap-tiap azali tidak boleh
disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat
bagian :
· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah
kepada anak )
· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain
daripada Allah Ta’ala.

3. Baqa’ : Artinya Kekal


Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya ialah
menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain daripada Allah
Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan
kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi
(yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka,
jisim atau jasad para Nabi dan Rasul). Perkara –perkara tersebut kekal secara
mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala pada
mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang
kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika
bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid
berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah
perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian :
· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.
· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga
dan lain-lain lagi.
· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada
perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan
segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telahada atau yang belum
ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta’ala menyerupai dengan yang baharu
pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya. Sesungguhnya zat Allah Ta’ala bukannya
berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang
dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada bertempat dan
tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tiada bersamaan dengan
sifat yang baharu karena sifat Allah Ta’ala itu qadim lagi azali dan melengkapi
ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada
segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara saja.
Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan
Allah SWT. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang
layak dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah
Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak berkehendak kepada
yang menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah SWT.
berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya. Allah SWT itu
terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama adapada perbuatannya atau
hukumannya. Allah SWT menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-
undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada sekalian makhluk
. Allah SWT menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan
belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada
mengambil apa-apa manafaat di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali
menjadi mudharat kepada Allah Ta’ala atas sebab kemaksiatan dan kemungkaran
hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah
perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hambaNya jua. Firman
Allah SWT. yang bermaksud :
” Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada dirinya jua
dan barangsiapa berbuat jahat maka balasannya (siksaannya ) itu tertanggung ke atas
dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat 46 ). Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala
yang maujudat itu dengan nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang
menjadikannya, terbahagi kepada empat bagian :
· Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat
Allah SWT.
· Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu
segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
· Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada yang
menjadikannya Yaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
· Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah
Ta’ala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada sifat dan pada
perbuatan sama ada bilangan yang muttasil (yang berhubung ) atau bilangan yang
munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat (
menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Ta’ala
tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain. Dan menafikan Kam
Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada zat Allah Ta’ala )seperti
tiada zat yang lain menyamai zat Allah Ta’ala.
Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada Sifat (
menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak sekali-kali bagi Allah
Ta’ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat dan menafikan Kam Munfasil pada
sifat ( menafikan bilangan –bilangan yang bercerai pada sifat ) Yaitu tidak ada sifat
yang lain menyamai sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.
Makna Esa Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil pada perbuatan
( menafikan bilangan yang bercerai–cerai pada perbuatan ) Yaitu tidak ada perbuatan
yang lain menyamai seperti perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam
alam semuanya perbuatan Allah SWT sama ada perbuatan itu baik rupanya dan
hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti
kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau perbuatan yang lainnya ,semuanya
perbuatan Allah SWT dan tidak sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada
hakikatnya hanya pada usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas. Maka wajiblah
bagi Allah Ta’ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi Kam yang lima itu Yaitu :
1. Kam Muttasil pada zat.
2. Kam Munfasil pada zat.
3. Kam Muttasil pada sifat.
4. Kam Munfasil pada sifat.
5. Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain menyamai dengan
zat , sifat dan perbuatan Allah SWT . Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan
yang membawa kepada menyekutukan Allah Ta’ala dan perkara-perkara yang
menjejaskan serta merusakkan iman.

7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.


Memberi bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap sesuatu. Pada hakikatnya
ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit ( tetap ) berdiri pada zat Allah SWT.
yang mengadakan tiap-tiap yang ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju
dengan iradah. Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas
pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan
sesuatu . Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagaiFikiran
dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
a. Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad
akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya
terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun
tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah SWT.
b. Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang
beriktiqad manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-
mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali ).
c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan
perjalanan orang-orang Islam Yaitu beriktiqad bahwa hamba itu tidak digagahi
semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang disengajanya, tetapi ada
perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada
memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada
segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar
serta usaha hamba adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan
suruhan dan tegahan ( ada pahala dan dosa ).
8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.
Maksudnya menentukan segala mumkin ttg adanya atau tiadanya. Sebenarnya adalah
sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada Zat Allah Ta’ala yang menentukan
segala perkara yang harus atau setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta’ala
yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang diperbuatnya. Umat Islam
beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah dengan
mendapat ketentuan daripada Allah Ta’ala tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya ,
miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib (
bagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah SWT. yang bermaksud : ”
Janganlah kamu lupakan nasib ( bagian ) kamudi dalam dunia ” . (Surah Al – Qasash :
Ayat 77). Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh untuk
kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah perintah Allah Ta’aladan
menjauhi akan segala larangan dan tegahannyadan bermohon dan berserah kepada
Allah SWT.
9. ‘Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah Ta’ala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yangMaujud (ada)
atau yang Ma’adum ( tiada ). Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit )
qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala Maha Mengetahui akan
segala sesuatu sama ada perkara. Itu tersembunyi atau rahasia dan juga yang terang
dan nyata. Maka ’ilmu Allah Ta’ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu diAlam
yang fana’ ini.

10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala.


Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat Allah Ta’ala .
Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat
qudrat, iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan Kalam.
11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada Zat Allah
Ta’ala. Yaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang
maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang ada itu harus sama ada
atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab (terdinding ) seperti dengan
sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta’ala Maha
Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah
Ta’ala yang bermaksud :
” Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.
( Surah An-Nisa’a – Ayat 148 )

12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .


Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada zat Allah
Ta’ala. Allah Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh
manusia atau tidak, jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan
sebagainya. Firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Dan Allah Maha Melihat akan
segala yang mereka kerjakan “. ( Surah Ali Imran – Ayat 163 )

13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.


Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali , berdiri pada zat
Allah Ta’ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka
ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ”
Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku ………”. ( Surah Taha – Ayat 14 ) Dan
daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” ……..(
kata orang Nasrani ) bahwasanya Allah Ta’ala yang ketiga daripada tiga……….”.
(Surah Al-Mai’dah – Ayat 73). Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah
Ta’ala yang bermaksud : ” Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang
kamu perbuat itu”.
(Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96). Kalam Allah Ta’ala itu satu sifat jua tiada berbilang.
Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan Yaitu :
1. Menunjuk kepada ‘amar ( perintah ) seperti tuntutan mendirikan solat dan lain-
lain kefardhuan.
2. Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain
larangan.
3. Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaundan lain-lain.
4. Menunjuk kepada wa’ad ( janji baik ) seperti orang yang taat dan beramal soleh
akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5. Menunjuk kepada wa’ud ( janji balasan siksa ) seperti orang yang mendurhaka
kepada ibu & bapak akan dibalas dengan azab siksa yang amat berat.
14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan
Dan Mentiadakan.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada
ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan
menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan
tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Iradat.
16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-
tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada
ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada
ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-
tiap yang Maujud.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada
ia ma’adum, Yaitu lain daripada sifat Sama’.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap
yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada
ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada
ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.
SIFAT MUSTAHIL BAGI ALLAH S.W.T
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang
menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab
itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :
1. ‘Adam beerti “tiada”
2. Huduth beerti “baharu”
3. Fana’ beerti “binasa”
4. Mumathalatuhu Lilhawadith beerti “menyerupai makhluk”
5. Qiyamuhu Bighayrih beerti “berdiri dengan yang lain”
6. Ta’addud beerti “berbilang-bilang”
7. ‘Ajz beerti “lemah”
8. Karahah beerti “terpaksa”
9. Jahl beerti “jahil/bodoh”
10. Mawt beerti “mati”
11. Samam beerti “tuli”
12. ‘Umy beerti “buta”
13. Bukm beerti “bisu”
14. Kaunuhu ‘Ajizan beerti “keadaannya yang lemah”
15. Kaunuhu Karihan beerti “keadaannya yang terpaksa”
16. Kaunuhu Jahilan beerti “keadaannya yang jahil/bodoh”
17. Kaunuhu Mayyitan beerti “keadaannya yang mati”
18. Kaunuhu Asam beerti “keadaannya yang tuli”
19. Kaunuhu A’ma beerti “keadaannya yang buta”
20. Kaunuhu Abkam beerti “keadaannya yang bisu”
SIFAT HARUS BAGI ALLAH S.W.T
Adalah sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala hanya satu saja Yaitu Harus bagi Allah
mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut sebagai “mumkin”
(Fi’lu kulli Mumkinin Autarkuhu). Mumkin ialah sesuatu yang harus ada dan tiada.
Harus disini artinya boleh-boleh saja. Artinya boleh-boleh saja Allah SWT
menciptakan sesuatu, yakni tidak ada paksaan dari sesuatu, karena Allah bersifat
Qudrat dan Irodah. Dan boleh-boleh saja bagi Allah SWT meniadakan sesuatu.
.
Wallahu a’lam

Sifat Jaiz Bagi Allah

SIFAT SIFAT JAIZ BAGI ALLAH


Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz
yang dimiliki oleh Allah. Boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu itu
”ada” atau boleh atau mungkin membuatnya ”tidak ada”, maksudnya disini boleh
melakukannya atau meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk membuat sesuatu
atau meninggalkannya. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan
langit, bumi dan matahari dll dan dilain fihak boleh atau mungkin juga bagi Allah
untuk tidak menciptakannya.
Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti menghidupkan atau mematikan tapi
Allah mempunyai hak muthlaq untuk memnghidupkan atau mematikan.
َ ‫َّللا َوتَعَالَى‬
َ‫ع هما يُش ِْركُون‬ ُ ُ‫ار َما كَانَ لَ ُه ُم ا ْل ِخيَ َرة‬
ِ ‫س ْب َحانَ ه‬ ُ ُ‫َو َربُّكَ يَ ْخل‬
ُ َ‫ق َما يَشَآ ُء َويَ ْخت‬
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali
tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan (dengan Dia). (al-Qashash 6)
Hikmah Dan Atsar
Tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah untuk
melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang Maha
Kuasa, tidak bisa dipaksa atau dikuasai. Sedangkan usaha dan doa manusia hanya
sekedar perantara untuk mengharap belas kasih Allah dalam mengabulkan apa yang
diinginkan. Keputusan akhir adalah mutlak ada pada kekuasaa Allah.
‫ يجوز في حقه تعالى فعل كل ممكن أو تركه فهو الفاعل المختار لكل شيئ‬: ‫ الجائز في حق هللا تعالى‬-
‫علَى ك ُِل‬
َ ُ‫َّللا‬
‫ق َما يَشَآ ُء َو ه‬ ِ ‫ت َواأل َ ْر‬
ُ ُ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما يَ ْخل‬ ِ ‫اوا‬ ‫خيرا كان أو شرا قال هللا تعالى { َو هَّللِ ُم ْلكُ ال ه‬
َ ‫س َم‬
‫ِير } و الدليل العقلي على ذلك انه لو لم يكن فعل كل ممكن أو تركه جائزا في حقه لكان واجبا‬ ٌ ‫ش َْيءٍ َقد‬
‫فيصير الممكن واجبا و لو استحال عليه شيئ منها لصار الممكن مستحيال و كالهما باطل‬

SIFAT JAIZ ALLAH (SIFAT BOLEH BAGI ALLAH)

Disamping sifat sifat wajib dan mustahil bagi Allah ada lagi sifat boleh atau sifat jaiz
yang dimiliki oleh Allah, artinya boleh atau mungkin bagi Allah menjadikan sesuatu
itu ”ada” atau boleh atau mungkin juga membuatnya ”tidak ada”, maksudnya disini
boleh melakukannya atau meninggalkannya. Allah sangat berkuasa untuk memilih,
membuat sesuatu atau meninggalkannya. Dan dalam pembuatan apa saja Allah itu
tidak dipaksa atau terpaksa. Contohnya, boleh atau mungkin bagi Allah menciptakan
langit, bumi dan matahari dll dan dilain fihak boleh atau mungkin juga bagi Allah
untuk tidak menciptakannya. Tidak wajib bagi Allah membuat sesuatu seperti
menghidupkan atau mematikan tapi Allah mempunyai hak muthlaq untuk
memnghidupkan atau mematikan
‫علَى ك ُِل ش َْيءٍ قَدِير‬
َ ُ‫َّللا‬
‫ق َما يَشَآ ُء َو ه‬ ِ ‫ت َواأل َ ْر‬
ُ ُ‫ض َو َما بَ ْينَ ُه َما يَ ْخل‬ ِ ‫اوا‬ ‫َو هَّللِ ُم ْلكُ ال ه‬
َ ‫س َم‬
”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(al-Ma’idah: 17)
Jelasnya, tidak seorangpun dari makhluk Allah yang berhak untuk memaksa Allah
untuk melaksanakan atau meninggalkan sesuatu. Karena Allah adalah Dzat yang
Maha Kuasa. Kekuasaanya tidak bisa dipaksa. Jika bisa dipaksa berarti wajib
dilakukan. Maka mustahil bagi Allah memiliki sifat itu.

Anda mungkin juga menyukai