Berikut ini adalah Malaikat beserta tugas-tugasnya harus kita tahu, yaitu :
Sifat-Sifat Malaikat
Sama seperti manusia dan jin, malaikat juga memiliki sifat namun sangatlah jauh
perbedaan antara sifat malaikat dibandingkan dengan manusia dan jin, adapun sifat-
sifat malaikat yaitu ialah :
Tidak seperti manusia yang seringkali tidak patuh terhadap perintah Allah SWT,
Berbeda dengan Malaikat yang selalu takut, tunduk dan taat terhadap Allah SWT.
Suci di sini maksudnya yaitu suci dari hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur,
berdebat, bercanda, dan lain-lainnya.
Malaikat memang makhluk Allah yang diciptakan oleh cahaya (nur) dengan memiliki
tugas atau misinya masing-masing. Ternyata, malaikat juga memiliki suatu kuatan
yang dahsyat. Tidak hanya diberikan kekuatan, melainkan juga diberi anugerah
kecepatan cahaya.
Para malaikat selalu patuh terhadap perintah Allah SWT sehingga mereka selalu
beribadah kepada Allah, melakukan ketaatan kepada-Nya, serta melaksanakan
perintah-perintah-Nya tanpa merasakan lelah dan bosan, tidak seperti diri manusia.
Malaikat Mendengar, Melihat dan Berbicara
Allah juga memberikan karunia kepada malaikat, berupa pendengaran, melihat dan
berbicara sehingga mereka bisa berdialog dengan Allah. Dalam berdialog, malaikat
tak pernah mendahului perkataanNya.
Malaikat tak pernah berbuat maksiat sama sekali dan akan senantiasa untuk selalu
mengamalkan apa saja yang diperintahkan oleh-Allah SWT.
Malaikat juga memiliki sifat malu, Seperti dalam hadits yang berbunyi :
“Nabi Muhammad bersabda, “Bagaimana aku tidak malu terhadap seorang laki-laki
yang malaikat pun malu terhadapnya”.” (HR Muslim).
Para malaikat tidak suka dengan aroma yang bau. Tidak hanya itu saja, gonggongan
anjing juga menjadi salah satu pertanda adanya setan, serta keberadaan dari patung
sendiri seperti berhala atau menyerupai makhluk hidup, sehingga malaikat enggan
datang ke rumah yang ada anjing dan patungnya.
Berbeda dengan manusia para malaikat tidak akan pernah merasakan lapar dan
haus, sehingga mereka tidak makan dan minum.
Seperti yang dijelaskan dalam surat Az Zariyat ayat 27-28.
Terjemahan surat Az Zariyat ayat 27 : “Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim
lalu berkata : “Silakan Anda makan”.”
Terjemahan surat Az Zariyat ayat 28 : “(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu
Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata : “Janganlah kamu takut”,
dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak
yang alim (Ishak).”
Walaupun memang benar jika malaikat itu adalah makhluk ghaib, ternyata malaikat
juga bisa mengubah wujudnya sendiri menjadi rupa orang lain. Tentunya atas
kehendak Allah SWT.
Merasakan Kematian
Memiliki Ilmu
Allah SWT membebani para malaikat dengan berbagai macam tugas baik itu di langit
dan di bumi. Oleh karena itu, maka malaikat dibekalai ilmu, berkenaan dengan tugas
yang berikan kepada mereka.
Demikianlah pembahasan kami mengenai Pengertian Malaikat, Tugas Tugas
Malaikat dan Sifat-Sifat Malaikat. Semoga bisa menambah Iman kita kepada Allah
SWT. Amiin.
Sifat Wajib Bagi Allah : Pengertian, Arti dan Dalilnya – Pada Kesempatan kali
ini Fiqih.co.id akan menuliskan mengenai Pengertian Sifat Wajib bagi Allah. Sebagai
Muslim yang Mukmin tentunya wajib memahami Pengertian Sifat tersebut sebagai
‘aqidah.
1. Wujud (Ada)
Sifat Wajib bagi Allah yang pertama adalah wujud (ada). Allah SWT itu dzat yang pasti
adanya. Kita wajib meyaqini adanya Allah. Adapun dalilnya Sebagaimana dalam Q.S
As-Sajdah: 4
Artinya: “Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi
kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa’at 1190. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. As-Sajdah: 4).
Pengertian Wujud
Allah itu ada dibuktikan dengan berbagai ciptaan-Nya. Contoh; Tidak mungkin ada
langit dan bumi jika tidak ada yang menciptakanny. Tidak ada yang isa menciptakan
langit dan bumi kecuali hanya Allah. Dan demikia itu adalah salah satu bukti adanya
Allah.
Oleh karenanya sangat tidak patut bagi manusia yang lemah ini menuhankan kepada
yang selain Allah. Kita wajib menyembahNya. Allah berfirman;
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha: 14)
2. Qidam (Terdahulu)
Wajib bagi Allah adalah “Qidam” artinya: terdahulu. Wajib bagi kita mengi’tiqadkan dan
meyaqini bahwa hanya Allah yang paling awal. Adapun dalilnya Sebagaimana dalam
QS. Al-Hadid ayat 3
Artinya: “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia
Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid: 3)
Pengertiannya adalah;
Allah adalah sang Pencipta yang menciptakan alam semesta dan segala isinya.
Sebagai pencipta, tentunya Allah SWT telah ada lebih dahulu dari apapun yang
diciptakannya. Tidak ada pendahulu atau yang lebih dulu dari Allah Ta’ala.
3. Baqa’ (Kekal)
Allah SWT itu Maha kekal. Tidak akan pernah fana, binasa atau berahkir. Tiada akhir
bagi Allah SWT. Dia akan tetap ada selamanya.
Pengertian Baqa’
Baqa’ itu artinya kekal dan maha kekal sangat tidak mungkin akan binasa. Adapun
dalilnya adalah Sebagaimana dalam Q.S Ar-rahman 26-27 Allah berfirman;
Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS. Ar-rahman ayat 26)
Artinya: “Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
(QS. Ar-Rahman ayat 27)
6. Wahdaniyah (Esa/Tunggal)
Allah itu Maha Esa, Dia Maha Tunggal. Artinya tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah satu-
satunya Tuhan pencipta alam semesta. Adapun Bukti keesaan Allah SWT terletak
dalam kalimat syahadat “Laa ilaha Illallah” yang artinya “Tiada Tuhan selain Allah”.
“Katakanlah Dialah Allah, Yang Maha Esa.” (QS. Al-Ikhlas: 1)
7. Qudrat (Berkuasa)
Allah Ta’ala adalah Maha kuasa atas segala sesuatu. Taka da satupu yang bisa
menandingi kekuasaan Allah. Adapun dalilnya adalah firman-Nya;
“Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20)
8. Iradat (Berkehendak)
Iradat sifat wajib bagi Allah SWT. Pengertiannya; Allah itu Maha menentukan segala
sesuatu. Ketika Allah SWT berkehendak maka jadilah hal itu, maka tidak seorang pun
yang mampu menghalangi atau mencegah-Nya.
Dalilnya adalh firman-Nya;
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa
yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107)
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.”(QS. Yasiin: 82)
9. ‘Ilmun (Mengetahui)
Maksudnya; Allah Maha mengetahui atas segala sesuatu. Baik yang dzahir maupun
yang tersembunyi.
Dalilnya ialah Firman Allah;
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS.
Qaf: 16)
Ads by Ad.Plus
Alasan Allah Swt. mengutus para rasul adalah untuk memberi kabar gembira dan
memberikan peringatan. Kabar gembira maksudnya menyampaikan janji Allah Swt. bagi
orang yang menaati perintah-Nya. Bagi mereka diberikan kenikmatan dan kesenangan
di dunia maupun di akhirat kelak.
Rasul memberi peringatan, yaitu bagi mereka yang ingkar kepada Allah Swt. dan Rasul-
Nya akan mendapat balasan buruk yaitu neraka jahanam.
Nabi dan rasul adalah manusia biasa, laki-laki yang dipilih oleh Allah Swt. untuk
menerima wahyu. Sebagaimana manusia lainnya rasul pun hidup seperti kebanyakan
manusia, yaitu makan, minum, berjalan-jalan, nikah, punya anak, merasa sakit, senang,
susah, semakin tua, mati, dan sifat-sifat manusiawi lainnya.
Sifat tersebut lebih dikenal dengan “sifat-sifat wajib bagi rasul” artinya sifat yang harus
dimiliki seorang rasul. Ada empat sifat wajib Rasul yang perlu kita ketahui, Yaitu:
Pertama, rasul itu bersifat siddiq artinya jujur dan benar. Seorang rasul selalu benar
dalam perkataan dan perbuatan, mustahil dia berkata dusta atau bohong.
Kedua, rasul harus amanah artinya dan dapat dipercaya. Seorang rasul mustahil
khianat. Dia wajib menyampaikan amanah Allah Swt. kepada kaumnya. Semua
perkataan, perbuatan dan tindakan rasul harus benar, dan tidak boleh ingkar janji.
Ketiga, rasul bersifat tablig artinya menyampaikan. Seorang rasul harus menyampaikan
pesan Allah Swt. kepada umat walaupun terasa sulit atau dianggap membahayakan.
Rasul tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang telah diberikan Allah Swt. kepadanya.
Keempat, rasul bersifat fatanah artinya cerdas, pandai dan bijaksana. Seorang rasul
harus pandai dan cerdas akalnya, memiliki kekuatan berpikir yang tinggi, dan memiliki
hati yang bersih atau akal budi yang tinggi. Dengan sifat ini, seorang rasul dapat
menyelesaikan tugas kerasulannya dengan baik.
Mari kita teladani sifat-sifat Rasul itu semampu yang kita bisa. Mari kita membiasakan
sikap seperti contoh berikut ini.
Berbuat yang benar artinya perbuatan yang sesuai dengan perintah agama. Ucapan
dan tutur kata harus baik dan benar, perilaku harus baik dan santun.
Kalau kita dipercaya atau dititipi seseorang, kerjakanlah dengan jujur dan ikhlas. Ada
pepatah lama mengatakan “sekali saja kita berbuat salah, selamanya orang tidak
percaya”.
Pesan-pesan kebaikan harus disampaikan kepada orang lain, mulailah dari diri
sendiri, keluarga, kemudian kepada yang lainnya.
Hidup harus cerdas, yaitu cerdas akal dan cerdas nurani.
Ulul ‘Azmi artinya memiliki keteguhan/tekad. Kalau disebut rasul Ulul ‘Azmi, maka
artinya rasul yang memiliki keteguhan atau tekad. Para rasul Ulul ‘Azmi memiliki
keteguhan, tekad, ketabahan, dan kesabaran yang sangat kuat, serta teguh dalam
menjalankan tugasnya, yaitu menyampaikan ajaran-ajaran Allah Swt.
1. Nabi Nuh a.s. mengajak manusia agar menyembah Allah Swt. dan melarang
memperhambakan diri kepada selain Allah Swt. Tetapi manusia di masa itu tidak
mengacuhkan seruannya. Seruan Nabi Nuh a.s. itu mereka sambut dengan cemooh dan
ejekan. Selama 950 tahun Nabi Nuh a.s. menyiarkan ajaran Allah Swt., tetapi umatnya
tetap saja ingkar termasuk anaknya sendiri yang bernama Kan’an. Akhirnya Tuhan
menurunkan kepada mereka siksaan berupa banjir besar. Hanya sedikit orang yang
selamat dari banjir besar. Mereka yang selamat adalah para pengikut Nuh a.s.
2. Nabi Ibrahim a.s. hidup pada masa raja Namrud yang zalim, musyrik dan kufur. Nabi
Ibrahim a.s. mengajak raja Namrud dan kaumnya agar beriman dan menyembah Allah
Swt. Ia ajak agar mereka meninggalkan menyembah berhala. Karena ketaatan Nabi
Ibrahim kepada Allah Swt., maka doanya dikabulkan.
3. Nabi Musa a.s. adalah putra Imran, keturunan Bani Israil. Ia hidup pada masa raja
Firaun yang sangat zalim, mengaku dirinya Tuhan. Siapa yang tidak mau
menuhankannya, maka orang itu akan dibunuh. Nabi Musa a.s. terus saja menyebarkan
ajaran Allah Swt. kepada kaum Bani Israil seraya berdoa agar diberi kawan yang
membantunya. Akhirnya diberilah Harun saudaranya yang membantu dakwahnya. Doa
Nabi Musa a.s. dikabulkan Allah Swt., maka Nabi Harun a.s. diangkat Allah Swt. menjadi
Rasul.
4. Nabi Isa a.s. adalah putra Maryam. Dengan kekuasaan Allah Swt. beliau dilahirkan
dengan perantaraan ibu saja. Keajaiban kelahiran ini menjadi ujian kepada manusia,
percaya atau tidak kepada kekuasaan Allah Swt. Nabi Isa a.s. dalam menjalankan
dakwahnya, diancam dan direncanakan untuk dibunuh dengan cara disalib. Namun Allah
Swt. menyelamatkan Nabi Isa a.s. dengan cara diangkatkan ke alam ghaib (mi’raj).
Ternyata yang terbunuh adalah orang yang menyerupai Nabi Isa a.s. yaitu Yahuza
(Iskariot).
Dalam menyiarkan agama Allah Swt., Nabi Muhammad saw. sering dihadang, bahkan
diancam akan dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy. Abu Jahal adalah orang yang
paling membencinya. Pernah ketika Nabi Muhammad saw. sedang beribadah, Abu Jahal
dan komplotannya datang sengaja mengotorinya dengan najis.
Nabi Muhammad saw. bukanlah sosok manusia pendendam, tidak membalas kejahatan
Abu Jahal dan kawan-kawannya dengan tindakan yang sama, cukup menyerahkan
persoalannya kepada Allah Swt.
Selain jujur dan pemaaf, Nabi Muhammad saw. sangat menyayangi anak yatim. Nabi
pernah mengatakan: “ Barangsiapa yang memelihara dan mengasuh anak yatim dengan
sebaik-baiknya, kelak mereka akan masuk surga, dan tempatnya berdekatan denganku.
Hal ini diisyaratkan Nabi dengan jari telunjuk dan jari tengahnya yang berdekatan dan
tidak terhalang apa pun”. Begitulah kepedulian Nabi Muhammad saw. kepada umatnya.
Rasul terakhir adalah Nabi Muhammad saw., dialah nabi dan rasul penutup, tidak ada
lagi nabi dan rasul setelahnya. Karena Nabi Muhammad saw. sebagai penutup, maka
sering disebut dengan istilah khatamul anbiya artinya penutup atau penghabisan para
nabi dan rasul.
Ada sikap berbicara, sikap makan-minum, sikap berjalan, sikap bertamu, sikap waktu
belajar, sikap ketika bergaul sesama teman, dengan guru, dengan orangtua sendiri atau
dengan orang yang lebih tua, dan sebagainya.
Sikap terpuji para rasul itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu sikap terpuji kepada Allah
Swt. sebagai pencipta alam semesta, dan sikap terpuji kepada sesama manusia dan
alam sekitar.
Kita telah mengetahui bahwa para Rasul itu memiliki sifat wajib, yaitu sifat siddiq artinya
benar, sifat amanah artinya dapat dipercaya, sifat tablig artinya menyampaikan, dan
sifat fatanah artinya pandai dan cerdas. Selain itu, ada sifat dan sikap yang mereka
pegang teguh yaitu menyembah hanya kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, taat
dan patuh kepada Allah Swt.
Sikap terpuji di dalam ayat itu terdapat kata “teguh” , yaitu perjanjian yang teguh.
Teguh dan sanggup menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing. Ulul ‘Azmi
maksudnya teguh hati, tabah, dan sabar. Mengapa diberi gelar rasul Ulul ‘Azmi karena
mereka yang paling banyak mendapat tantangan, paling banyak penderitaan, akan
tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan terus berjuang menyampaikan pesan Allah
Swt. kepada umat manusia.
Meneladan artinya mencontoh. Meneladani atau mencontoh para rasul dan rasul Ulul
’Azmi. Seperti pesan Allah Swt. dalam Q.S. al-Ahqaf/46: 35 yang ditujukan kepada
manusia termasuk kita.
Kisah Teladan Wali Songo patut dipelajari oleh muslim Indonesia. Wali Allah di dunia ini
jumlahnya banyak, tetapi dalam pelajaran ini yang akan kita pelajari hanyalah Wali
Songo.
Untuk mengetahui siapa para wali Allah itu dan apa saja yang menjadi kisah teladan dari
Wali Songo kita dapat menyimaknya pada pelajaran ini. Semoga kita bisa mengambil
hikmahnya.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa. Di
samping melakukan hal-hal yang wajib, para wali Allah senantiasa melakukan hal-hal
yang sunah serta menjauhi hal-hal yang makruh.
Keimanan yang dimiliki wali Allah tidak dicampuri oleh kesyirikan. Mereka tidak
mengakui kekuatan lain, misalnya batu, keris, tombak, senapan, dan lain-lain yang
merupakan perbuatan syirik.
Keimanan para wali Allah tidak sekadar pengakuan, tetapi keimanan mereka
menghasilkan ketakwaan. Mereka melakukan apa yang diperintah oleh Allah dan
menjauhi apa yang dilarang-Nya. Mereka tidak hanya melakukan hal-hal yang
diwajibkan agama, tetapi juga menjalankan amalan-amalan sunah. Mereka menghindari
perkara yang makruh dan menjauhi perkara yang diharamkan Allah.
Maulana MaIik Ibrahim disebut juga Sunan Gresik atau Sunan Tandhes. Ia lahir di
Samarkand, Asia Tengah dan wafat di Desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Sunan Ampel atau Raden Rahmat dianggap sebagai sesepuh oleh para wali songo
lainnya. Makam Sunan Ampel terletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya Utara.
Kisah keteladanan yang menarik adalah ketika Sunan Ampel berdakwah kepada Prabu
Brawijaya. Meskipun akhirnya tidak memeluk agama Islam, Prabu Brawijaya terkesan
dengan ajaran agama Islam sebagai ajaran budi pekerti yang mulia.
Sunan Ampel mengajarkan falsafah Moh Limo (5M). Yang dimaksud dengan Moh Limo
adalah tidak mau melakukan lima perbuatan tercela, yaitu:
main (berjudi)
mabuk
maling (mencuri)
madat (menghisap candu atau ganja)
madon (berzina)
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel dan sekaligus muridnya. Ia wafat pada tahun
1525 di Tuban Jawa Timur.
Kisah keteladanannya adalah cara berdakwahnya yang bijak. Sunan Bonang sering
menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka.
Beliau memasukkan alat musik bonang pada seperangkat alat musik gamelan. Oleh
karena itu, beliau dikenal dengan sebutan Sunan Bonang. Sunan Bonang juga
penggubah Suluk dan Tembang Tombo Ati.
Drajat juga putra Sunan Ampel. Beliau diperkirakan wafat pada 1522. Pesantren Sunan
Drajat berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Kisah keteladanannya adalah cara dakwahnya yang menekankan keteladanan dalam hal
perilaku yang terpuji, kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran
masyarakat sebagai pengamalan agama Islam. Sunan Drajat juga berdakwah melalui
kesenian. Tembang Macapat Pangkur disebut sebagai ciptaannya.
5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji. Beliau memiliki
peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak. Beliau menduduki posisi
sebagai panglima perang, penasihat Sultan Demak, dan hakim peradilan negara.
Sunan Kudus banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di
antara yang pernah menjadi muridnya adalah Sunan Prawata penguasa Demak dan
Arya Penangsang adipati Jipang Panolan.
Salah satu peninggalannya yang terkenal adalah Masjid Menara Kudus. Sunan Kudus
wafat pada tahun 1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Beliau termasuk murid Sunan Ampel dan
seperguruan dengan Sunan Bonang. Salah satu keturunannya adalah Sunan Giri Prapen
yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
Sunan Giri sangat berjasa mendakwahkan Islam di Jawa bahkan sampai ke wilayah
timur Indonesia. Beliau pernah menjadi hakim dalam perkara Syeh Siti Jenar.
Beliau pun juga berdakwah melalui kesenian. Tembang Islami untuk dolanan anak-anak
diciptakannya, seperti Jamuran, Jithungan dan Delikan.
Sunan Kalijaga adalah putra Adipati Tuban yang bemama Tumenggung Wilatikta atau
Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Beliau adalah murid
Sunan Bonang.
Sunan Kalijaga juga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk
berdakwah, seperti wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-ilir dan Gundul-
gundul Pacul juga dianggap sebagai hasil karya beliau.
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah adik ipar
Sunan Kudus. Tempat tinggalnya di Gunung Muria yang letaknya di sebelah utara kota
Kudus, Jawa Tengah.
Seperti ayahnya, Sunan Kalijaga, ia berdakwah dengan cara lembut. Kesenian gamelan
dan wayang tetap digunakan sebagai alat berdakwah. Sunan Muria menciptakan
tembang Sinom dan Kinanti. Sasaran dakwahnya adalah para pedagang, nelayan,
pelaut, dan rakyat jelata.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin.
Beliau berjasa mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahan yang
kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Putra beliau yang bemama Maulana Hasanuddin
juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten
sehingga kemudian menjadi Kesultanan Banten.
Sunan Gunung Jati memberikan keteladanan yang baik dalam bekerja. Beliau sering ikut
bermusyawarah dengan para wali lainnya di Masjid Demak. Pada pembangunan Masjid
Agung Sang Ciptarasa (1480), Sunan Gunung Jati melibatkan banyak pihak, termasuk
para wali lainnya dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah.