Anda di halaman 1dari 8

A.

BUKTI ADANYA ALLAH SWT

Sebenarnya masalah tentang keberadaan Allah SWT sudahlah nyata,


bahkan suatu hakikat yang tidak perlu diragukan lagi persoalannya. Tidak ada
jalan untuk mengingkarinya. Persoalan tentang keberadaan Allah SWT adalah
terang benderang bagaikan cahaya fajar diwaktu pagi yang cerah.

Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini pun dapat digunakan
sebagai bukti tentang adanya Tuhan (Allah SWT), bahkan benda-benda yang
terdapat disekitar alam semesta dan unsur-unsurnya dapat pula mengokohkan atau
membuktikan bahwa benda-benda itu pasti ada pencipta dan pengaturnya.

1. Alam Semesta Adalah Pengokohan Wujud Maha Pencipta

Periksalah alam cakrawala yang ada diatas kita, yang didalamnya itu
terdapat matahari, bulan, bintang, dan sebagainya. Demikian pula alam yang
berbentuk bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya baik yang berupa
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, juga perihal adanya
hubungan yang erat dengan perimbangan yang pelik yang merapikan susunan
diantara alam-alam yang beraneka ragam itu serta yang menguatkan keadaannya
masing-masing itu, semuanya tidak lain kecuali merupakan tanda dan bukti
perihal wujudnya Allah. Selain menunjukkan adanya Dzat itu juga membuktikan
keesaanNya dan hanya Dia sajalah yang Maha Kuasa untuk menciptakannya.

Kiranya tidak terlukis sama sekali dalam akal fikiran siapapun bahwa
benda-benda tersebut terjadi tanpa ada yang mengadakan atau menjadikan,
sebagaimana juga halnya tidak mungkin terlukiskan bahwa sesuatu buatan itu
tidak ada yang membuatnya. Oleh sebab itu, manakala sudah tetap bahwa
penciptaan alam semesta ini memang karena adanya kesengajaan, maka tetap pula
lah perihal adanya Tuhan (Allah) sebagai Dzat Maha Pengatur yang bijaksana,
Maha Mulia dan Tinggi yakni dari jalan yang sama-sama dapat dirasakan.

Dengan demikian tidak ada jalan lain untuk membantah atau


mengingkarinya dan ini tepat sekali dengan apa yang difirmankan oleh Allah
SWT:

Apakah dalam Dzat Allah masih ada keragu-raguan, yaitu Tuhan Maha
Pencipta langit dan bumi? (QS. Ibrahim:10).

Allah Taala telah berfirman dalam kitab-Nya yg Agung:


Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yg telah menciptakan
langit & bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy. Dia
menutupkan malam pd siang yg mengikutinya dgn cepat, & diciptakannya pula
matahari, bulan & bintang-bintang (masing-masing) tunduk pd perintah-Nya,
Ingatlah menciptakan & memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah
Rabb semesta alam . (Al Quran Surat: Al A`raaf:;54)

2. Fitrah Sebagai Bukti Adanya Allah

Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu yang ada didalamnya
yang nampak sangat teratur kokoh, indah, sempurna, rapi dan seluruhnya sebagai
ciptaan baru, bukannya itu saja yang dapat digunakan sebagai saksi tentang
adanya Tuhan (Allah) yang maha mendirikan langit dan bumi ini, tetapi masih ada
saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu dan bahkan dapat lebih
meresapkan. Saksi yang lainnya itu adalah berupa perasaan-perasaan yang
tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Allah SWT.
Perasaan ini adalah sebagai pembawaan sejak manusia itu dilahirkan dan oleh
sebab itu dapat disebut sebagai perasaan fitrah. Fitrah adalah keaselian yang
diatasnya itulah Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat pula
diibaratkan dengan kata lain sebagai gharizah diniah atau pembawaan keagamaan.

Ghazirah dianiah adalah satu-satunya hal yang merupakan batas pemisah


antara makhluk Tuhan yang disebut manusia dan yang disebut binatang, sebeb
binatang pasti tidak memikirkannya. Ghazirah keagamaan ini adakalanya tertutup
atau hilang, sebagian atau seluruhnya, dengan adanya sebab yang mendatang,
sehingga manusia yang sedang dihinggapi penyakit ini lalu tidak mengerti sama
sekali tentang kewajiban dirinya terhadap Tuhan. Ia tidak terjaga dari
kenyenyakan tidurnya dan tidak dapat dibangunkan dari kelalaiannya itu, kecuali
apabila ada penggerak yang menyebabkan ia jaga dan bangun. Setelah
kebangunannya ini barulah ia akan meneliti penyakit apa yang sedang dideritanya
itu atau bahaya apa yang sedang meliputi tubuhnya dan mengancam
keselamatannya.

Dalam hal ini Allah Taala berfirnan :

Dan jikalau manusia itu ditimpa bahaya, maka ia pun berdoalah kepada
Kami (Allah) diwaktu berbaring, diwaktu duduk atau berdiri. Tetapi setelah Kami
hilangkan bahaya itu dari padanya, iapun berjalanlah seolah-olah tidak pernah
berdoa kepada Kami atas bahaya yang telah menghinggapinya itu. (S. Yunus.12).
3. Bukti Kejadian Dan Pengalaman

Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya, kemudian


dikabulkanlah apa yang menjadi permintaannya. Pernah pula memanggilNya dan
iapun dijawab apa yang diinginkan serta dikehendakinya. Ia pernah pula
memintaNya dan apa yang diminta itupun diberikan. Tidak sedikit orang yang
sakit dan memohon kesembuhan kepadaNya disamping berusaha dengan berobat
yang dilakukan dan kemudian ia berhasil sembuh.

Pengalaman-pengalaman manusia dalam kehidupannya di dunia ini


sebenarnya sudah membimbing dirinya sendiri untuk dapat sampai kepada
penemuan akan Allah SWT secara kesadaran dan bukan karena adanya paksaan,
sebab pengalaman-pengalaman itu memang dapat membuka segala macam
hakikat yang ia sendiri pasti tidak merasakan dengan panca inderanya.

Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdoa, dan Kami
memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta keluarganya dari
bencana yang besar. (Al Anbiya: 76)

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Robbmu, lalu


diperkenankan-Nya bagimu. (Al Anfaal: 9)

Anas bin Malik Ra berkata, Pernah ada seorang badui datang pada hari
Jumat. Pada waktu itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tengah berkhotbah.
Lelaki itu berkata Hai Rasul Allah, harta benda kami telah habis, seluruh warga
sudah kelaparan. Oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah Subhanahu wa
Taala untuk mengatasi kesulitan kami. Rasulullah lalu mengangkat kedua
tanganya dan berdoa. Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-
gunung. Rasulullah belum turun dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya.
Pada Jumat yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan berkata, Hai
Rasul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun tenggelam, doakanlah
akan kami ini (agar selamat) kepada Allah. Rasulullah lalu mengangkat kedua
tangannya, seraya berdoa: Ya Robbku, turunkanlah hujan di sekeliling kami dan
jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami. Akhirnya beliau tidak
mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan). (HR. Al
Bukhari)

4. Bukti-Bukti dari Naqal (Keterangan Agama)

Diantara bukti-buktinya yang dapat kita saksikan tentang wujudnya Allah


ialah bahwa para nabi dan rasul yang terpilih dari sekian banyak hamba-
hambaNya, mereka itu semua adalah manusia yang amat pilihan sekali,seluruhnya
itu sejak zaman nabiullah Adam a.s sampai ke zaman Rasulullah SAW
mempunyai satu garis penyiaran yang benar-benar sama dan sejalan, yaitu
memberitahukan dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa alam semesta
ini ada Tuhan (Allah) yang Maha Bijaksana. Oleh segenap nabi dan rasul itu
hanya satu itulah pokok penyiaran yang disampaikannya yang merupakan hal
yang penting sekali.

Allah SWT memberikan pengokohan kepada para nabi dan rasulNya itu
untuk mengalahkan segenap musuh dan lawannya, kemudian menjadikan kalimat
Tuhan sebagai mercusuar yang tertinggi dan kekufuran dibenamkan sampai
kebawah sekali.

Sabda Nabi dan Rasul adalah benar dalam ucapannya terhadap Allah SWT,
berikhlas hati untukNya, penganjur untuk mengajak menuju jalanNya yang benar,
membela keagungan agamaNya dan memperoleh pengokohan yang berupa
kemukjizatan dari padaNya.

Lalu Kami wahyukan kepada Musa: Pukullah lautan itu dengan


tongkatmu.: Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar. (Asy Syuaraa: 63)

Selanjutnya mukjizat Nabi Isa as. ketika menghidupkan orang-orang yang


sudah mati; lalu mengeluarkannya dari kubur dengan ijin Allah. Allah swt
berfirman:

dan aku menghidupkan orang mati dengan seijin Allah. (Ali Imran:
49)

5. Dalil Naqli

Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya Allah, dan dengan
akal pikiran bisa membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli
(al-Quran dan Sunnah) untuk membimbing manusia untuk mengenal Tuhan yang
sebenarnya (Allah) dengan segala asma dan sifatNya. Sebab fithrah dan akal tidak
bisa menjelaskan siapa Tuhan yang sebenarnya itu (Allah).

Allah SWT adalah Al-awwal artinya tidak ada permulaan bagi wujudNya.
Dia juga Al-Akhir akhirnya tidak ada akhir dari wujudNya.

Dialah yng awal dan yang akhir, yang zhahir dan yang bathin, dan Dia
Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid 57:3).

Tidak ada satu pun yang menyerupaiNya.


Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (As-Syura 42:11).

Allah SWT Maha Esa

Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa (Al-Ikhlas 112:1).

Allah SWT memiliki Al-Asma was Shiffaat (nama-nama dan sifat-sifat)


yang disebutkanNya untuk diriNya di dalam Al-Quran serta semua nama dan sifat
yang dituturkan untukNya oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya, seperti Ar-
Rahmaan, Ar-Rahiim, AlAliim, Al-Aziz, As-Sami, Al-Bashiir dan lain-lain.

Firman Allah :

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepadaNya


dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka perbuat. (Al-Araf 7:18).

6. Pengokoh Ketuhanan

Bukti-bukti adanya Tuhan diantaranya lagi adalah bahwa umat yang


beriman kepada Tuhan (Allah) dengan keimanan yang sebenar-benarnya, mereka
itulah ummat yang tertinggi dari yang lainnya perihal ilmu pengetahuan dan lebih
banyak pula peradaban dan tata kesopanannya.Selain itu juga pasti lebih suci
jiwanya, lebih bersih hatinya, lebih banyak pengorbanannya dan lebih suka
mengalahkan diri sendiri dan paling banyak memberikan kemanfaatan kepada
sesama manusia.

Kaum mukmin sengaja diberi oleh Allah SWT suatu pertolongan yang
berupa kekuatan yang dapat digunakan untuk membetulkan peri kemanusiaannya,
agar dengan demikian dapatlah dicapai setinggi-tinggi kesempurnaan hidup yang
dapat diperoleh manusia sebagai makhluk Allah. Jadi, adanya perubahan dalam
jiwa kaum mukmin, sifat-sifat, akhlak atau budi pekerti serta kecondongan-
kecondongan itu adalah merupakan bukti yang seterang-terangnya tentang adanya
kekuatan rohaniah yang amat rahasia dan tersembunyi yang bekerja secara diam-
diam dibalik tubuh yang kasar ini. Kesan-kesan demikian ini nampak jelas dalam
apa yang ditempuh oleh kaum mukmin dalam perjalanan hidupnya dan dengan
ikatan-ikatan yang penuh rahasia itu pula akan dicapainya kedudukan yang
setinggi-tingginya.
B. WUJUD ALLAH SWT :

Wujud Allah SWT adalah nyata benar, dan tetap ada di dalam jiwa serta
merupakan penarik keajaiban-keajaiban, keindahan segala yang dibuatNya dan
keagungan tanda-tandaNya.

Allah SWT berfirman :

Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: Siapakah yang


menciptakan langit dan bumi?. Tentu mereka akan menjawab : Allah. (S.
Luqman:25)

C. DZAT ALLAH HANYA DAPAT DISIFATKAN DAN TIDAK DAPAT


DILIHAT

Quran ketika memperkenalkan Allah SWT kepada manusia sebagai


penciptanya, selalu memperhunakan bukti-bukti dan bekas-bekas (kejadian-
kejadian) yang menunjukkan sifat-sifat Tuhan, kesempurnaan, keindahan dan
kemurnianNya serta suci dari menyerupai makhlukNya. Disamping itu, Quran
menutup pintu penyelidikan manusia untuk meninjau lebih jauh dan memikirkan
dengan mendalam sekitar hakikat Allah dan DzatNya.

Firman Allah :

Itulah Allah, Tuhan kamu, tidak ada Tuhan selain dari padaNya, Pencipta
segala sesuatu. Sebab itu, sembahlah Dia, dan Dia pengurus segalanya.
Penglihatan tidak sampai melihatNya, tetapi Dia mengetahui segala penglihatan.
Dia Lemah Lembut dan Maha Tahu. (Quran 6: 102-103).

Diceritakan dalam Quran, pada suatu ketika Nabi Musa memohon kepada
Tuhan supaya dapat melihatNya, dengan arti Tuhan memperlihatkan diriNya
dengan nyata kepada Musa. Tuhan menjawab, bahwa Musa tidak akan dapat
melihatNya.

Firman Allah :

Setelah Musa sampai kepada waktu yang ditentukan itu, dan Tuhan telah
berfirman kepadanya, lalu dia mengatakan : Wahai Tuhanku. Perlihatkanlah diri
engkau kepadaku supaya dapat kulihat. Tuhan menjawab : engkau tidak akan
dapat melihat Aku. Memandanglah kepada bukit itu, kalau dia tetap ditempatnya,
nanti engkau dapat melihat Aku. Tetapi setelah Tuhan memperlihatkan kebesaran
diriNya kepada bukit itu, ia jadi runtuh dan Musa jatuh pingsan. Setelah Musa
sadar akan dirinya, dia mengatakan : Maha Suci Engkau. Aku kembali (tobat)
kepada Engkau, dan akulah orang yang mula-mula beriman.
Tuhan mengatakan : Hai Musa. Sesungguhnya Aku telah memilih engkau
lebih dari orang lain, untuk menyampaikan risalahKu (perutusanKu) dan
perkataanKu. Sebab itu, ambillah apa yang Ku berikan kepada engkau, dan
hendaklah engkau termasuk orang-orang yang tahu berterima kasih. (Quran 7 :
143 : 144).

Dari keterangan diatas ternyata kelemahan manusia untuk mengetahui


hakikat Allah yang Maha Suci itu. Hal itu merupakan aqidah iman kepada Allah.
Dengan sendirinya, kelemahan manusia itu sendiri menjadi bukti yang nyata
tentang ketinggian sifat Ketuhanan, sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam
lingkungan obyek pemikiran akal manusia yang sangat terbatas kekuatannya.
Pemikiran itu tidak mempunyai kemampuan untuk menembus alam gaib (meta
physic) dibalik alam benda ini. Alam gaib itu tidak dapat disamakan dengan alam
benda yang nyata ini. Jalan untuk mengetahui Tuhan dan mempercayai, bahwa
Dia Ada dan Esa adalah dengan memperhatikan bekas-bekas (perbuatan) Tuhan
dan juga dengan memperhatikan kesadaran batin yang ada dalam jiwa,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam keterangan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Sabiq, Sayid. 2002. Aqidah Islam. Bandung: Penerbit Diponegoro.

Taymiyah, Ibnu. 1983. Aqidah Islam. Bandung : Al-Maarif.

Ilyas, Yunahar. 2004. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta.

Syaltut, Mahmud. 1994. Aqidah dan Syariah Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai