Anda di halaman 1dari 6

Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah penyempurnaan atas agama-agama yang telah

dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Karena telah sempurna, tidak akan ada lagi agama
baru. Islam adalah agama terakhir, yang berlaku hingga hari kiamat. Muhammad Agama Islam
yang dibawa oleh Rasulullah adalah penyempurnaan atas agama-agama yang telah dibawa oleh
para nabi dan rasul sebelumnya. Karena telah sempurna, tidak akan ada lagi agama baru. Islam
adalah agama terakhir, yang berlaku hingga hari kiamat. Muhammad shallallahu alaihi wasallam
adalah nabi dan rasul terakhir, tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya. Dan dengan
kesempurnaannya, Islam ditujukan untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk orang Arab
saja.

Nama Islam menurut bahasa memiliki beberapa makna, yang menunjukkan sifat dari agama ini.
Makna yang pertama adalah ketundukan. Dengan memeluk Islam, seorang manusia akan tunduk
patuh kepada Tuhannya karena merasa bahwa ia hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki
apa-apa dihadapan kebesaran dan keagungan-Nya.

Makna yang kedua adalah berserah diri. Dengan memeluk Islam, seorang manusia telah
menyerahkan dirinya kepada Allah karena merasa bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa,
Dzat Yang Maha Mengatur, dan Dzat Yang Tidak Pernah Tidur. Ia yakin dan percaya bahwa Allah
pasti senantiasa memberikan yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya.

Makna yang ketiga adalah keselamatan. Islam adalah agama yang akan mengantarkan
pemeluknya pada keselamatan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Dan makna yang
keempat adalah perdamaian. Ini artinya, Islam adalah agama yang tidak menginginkan terjadinya
keonaran, kezhaliman, perusakan, dan anarki di muka bumi ini.

Karakteristik Islam

Pertama-tama, agama Islam mempunyai karakteristik rabbaniyah. Maksudnya, ajaran agama


Islam seluruhnya bersumber dari Allah dan menjadikan keridhaan-Nya sebagai orientasi puncak.
Namun pada saat yang sama, Islam juga memiliki karakteristik insaniyah. Artinya, Islam tidak
pernah lepas dari sisi-sisi kemanusiaan manusia. Islam senantiasa selaras dengan fitrah manusia.
Demikian pula, ajaran-ajarannya senantiasa membawa kemaslahatan dan kebahagiaan hakiki bagi
manusia.

Selanjutnya, Islam adalah agama yang syamil: meliputi segala aspek kehidupan manusia. Dalam
Islam tidak dikenal adanya pemisahan antara urusan agama dan urusan dunia. Islam mengatur
segala hal mulai dari kehidupan pribadi sampai kehidupan sosial, mulai dari masalah-masalah
yang kecil dan kelihatan sepele sampai masalah-masalah yang besar.

Islam adalah agama yang berkarakter wasath (pertengahan) dan tawazun (seimbang). Islam
menjunjung tinggi keadilan, namun juga mengedepankan kasih sayang. Islam sangat
mengedepankan spiritualitas, namun juga menganjurkan manusia untuk memenuhi hak-hak
dunianya. Dalam Islam, setiap pemeluknya diharuskan untuk memenuhi hak dari segala sesuatu,
sesuai dengan porsinya masing-masing. Islam tidak membenarkan sikap ekstrem, yakni berlebih-
lebihan dalam satu hal seraya meninggalkan pemenuhan hak atas hal yang lainnya.
Islam adalah agama yang teguh namun juga lentur. Islam memiliki prinsip-prinsip yang harus
dipegang dengan teguh. Prinsip-prinsip ini tidak pernah berubah, kapanpun dan dimanapun.
Namun pada saat yang sama, Islam juga memiliki ruang yang luas untuk berkembang, sesuai
dengan tuntutan ruang, waktu, situasi dan kondisi. Disinilah Islam akan menjadi menjadi sebuah
sistem hidup yang akan selalu cocok untuk diterapkan kapanpun, dimanapun, dan dalam keadaan
yang bagaimanapun.

Beberapa karakteristik diatas menjadikan Islam sebagai agama yang paling unggul. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda, Islam adalah yang tertinggi dan tidak ada yang bisa
menandingi ketinggiannya.

Bangunan Islam

Jika diibaratkan bangunan, Islam adalah sebuah bangunan yang kuat dan indah. Bangunan Islam
terdiri dari tiga bagian utama: pondasi, bangunan itu sendiri, dan elemen-elemen pelindung serta
penguat. Pondasi bangunan Islam adalah aqidah. Aqidah ini harus benar-benar kuat karena ia
adalah pondasi, yang diatasnya berdiri semua bagian-bagian bangunan lainnya. Jika sebuah
pondasi rapuh, bagian-bagian bangunan yang lainnya pun akan labil dan mudah roboh.

Adapun bangunan Islam, yang berdiri diatas pondasinya, adalah ibadah dan akhlaq. Ibadah dalam
konsepsi Islam meliputi segala aspek kehidupan: segala sesuatu yang mendatangkan kecintaan
dan keridhaan Allah, baik itu perkataan maupun perbuatan, dan baik itu bersifat lahir maupun
batin. Pendek kata, setiap gerak hidup kita haruslah bernilai ibadah. Sementara akhlaq adalah hal
yang tidak terpisahkan dari ibadah. Semua bentuk ibadah senantiasa mengarah pada perbaikan
akhlaq. Ibadah sholat misalnya, bertujuan untuk mencegah manusia dari perilaku yang keji dan
munkar. Puasa bertujuan untuk memperkuat pengendalian diri. Zakat bertujuan untuk
membersihkan jiwa dari sifat tamak dan kikir, serta meningkatkan kepedulian kepada sesama.
Haji adalah sarana yang sangat baik untuk mendidik jiwa dalam meraih berbagai akhlaq yang
mulia seperti pengorbanan, pengendalian diri, dan kerendahan hati.

Disamping itu, dalam bangunan Islam terdapat pula elemen-elemen pelindung dan penguat, yaitu:
pembinaan (tarbiyah), dakwah, amar makruf nahi munkar, pergerakan dan perjuangan (jihad).
Elemen-elemen ini bisa diringkas dalam dua kata kunci: dakwah dan jihad. Dakwah adalah sarana
untuk melestarikan dan memperluas bangunan Islam. Sedangkan jihad adalah pelindung bagi
dakwah. Jihad diperlukan ketika dakwah dihadang oleh unsur-unsur yang berusaha untuk
menghadang, merintangi dan memberangusnya. Bentuknya pun bisa bermacam-macam: bisa
dengan tulisan, kata-kata, bahkan peperangan.

Islam dan Umat Islam

Al-Islamu mahjubun bil muslimin (Agama Islam terhalang oleh umatnya sendiri). Itulah
barangkali ungkapan yang paling tepat untuk menggambarkan Islam dan umat Islam saat ini.
Memang benar Islam adalah agama yang sempurna dan paling unggul, namun bagaimana dengan
umatnya? Apakah juga demikian?
Banyak sekali ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam yang tidak diterapkan dan diamalkan oleh
umatnya sendiri. Bagaimana mungkin negeri kita yang mayoritas muslim menjadi negeri yang
penuh dengan korupsi, kolusi, kebodohan, keterbelakangan dan krisis moral, sementara agama
Islam jelas-jelas mengharamkan semua hal tersebut? Mengapa justru terkadang pemerintahan
yang bersih dan efisien, kedisiplinan, budaya hidup bersih dan sehat, etos kerja yang tinggi,
budaya gemar membaca dan belajar justru ada dalam masyarakat non-muslim? Tidak salah
barangkali ungkapan yang mengatakan: Umat Islam terbelakang karena meninggalkan
agamanya, dan umat lain maju karena juga meninggalkan agamanya.

Karena itu, sekarang ini kita tidak cukup sekadar berbangga bahwa Islam adalah yang tertinggi,
namun kita juga harus benar-benar menerapkan Islam dalam kehidupan. Kita hendaknya
berusaha untuk menerapkan Islam secara keseluruhan dan tidak setengah-setengah. Kita tidak
hanya menjadi muslim yang taat ketika ada didalam masjid, namun kita berusaha untuk menjadi
muslim yang taat dimana saja: di rumah, di kantor, di pasar, di jalan, dan dimanapun juga.
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kedalam Islam secara keseluruhan.
Mendefinisikan Agama Islam dan Mengenali Karakteristiknya

a. Mendefinisikan Agama Islam

Terdiri dari dua kata, yakni: agama dan Islam.

Secara etimologis, agama berasal dari dua bahasa, Sansekerta dan Arab.

Sansekerta: berasal dari kata dasar gam yang artinya pergi. Bila ditambah awalan dan akhiran a,
menjadi agama, artinya juga berubah menjadi jalan. Terkadang kata dasar gam juga diberi
awalan I atau u, sehingga menjadi igama atau ugama, yang artinya secara berturut-turut adalah tata cara
berhubungan antara manusia dengan Dewa-Dewa dan tata cara berhubungan antar manusia [1].

Arab: din, yang artinya tunduk, patuh, berutang, memiliki, menghukum memaksa [2].

Unsur-unsur agama: Menurut Harun Nasution ada 4, antara lain: (1)Adanya kekuatan gaib, (2) Adanya
keyakinan pada diri manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan akhirat tergantung pada adanya hubungan
baik dengan kekuatan gaib dimaksud, (3) Adanya respon yang besifat emosional dari manusia, bisa dalam
bentuk perasaan takut atau cinta yang dari rasa itu bisa menimbulkan bentuk penyembahan dan pemujaan,
bahkan dapat pula mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi penganutnya, dan (4) Terdapat paham adanya
sesuatu yang kudus dan suci.[3]

Dan menurut Muhammad Rasyid Rida, unsur agama ada 3, yaitu: (1) al-iman bi al-gaib (keyakinan terhadap
yang gaib), (2) al-iman bi al-ba s wa al-jaza (keyakinan terhadap hari kebangkitan dan pembalasan), serta (3) al-
arhal as-salihat (amal-amal saleh) yang merupakan manifestasi atas keyakinan terhadap yang gaib dan
pembalasan amal.[4]

Islam secara etimologis berasal dari bahasa Arab: salima;aslama yang berarti selamat sejahtera.[5]

Bila dilihat dari segi morforlogisnya, Islam berasal dari derivasi (penurunan) kata aslama-yuslimu-islaman yang
dapat berarti ketaatan, menyerahkan diri, juga tunduk dan patuh. [6]

Dan secara terminologis (asal kata), Islam memiliki dua pengertian: (1) Bila tanpa diiringi kataiman, maka
artinya mencakup keseluruhan,baik ushul maupun furu, mencakup aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan
perbuatan[7]; (2) peraturan-peraturan Allah SWT yang diwahyukan kepada nabi dan rasul-Nya sebagai petunjuk
bagi umat manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. [8]

b. Karakteristik Agama Islam

o Ada 6, antara lain: Rabbaniyah, Insaniyah, Tawazun, Al-Wudhuh, Syumuliyah, dan Al-Waqiiyah.

1. Rabbaniyah

Akar kata: Rab (Allah SWT Yang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara). Rabbanimenunujukkan
kedekatan dengan Rabbul Izzati, yakni Allah. Rabbaniyah: sesuatu yang bersumberkan wahyu Al-
Quran dan Hadits.

Rabbaniyah meliputi 2 hal: Rabbaniyah Al-Masdar dan Rabbaniyah Al-Ghayah

Rabbaniyah Al-Masdar: (Rabbaniyah dalam sumber ajaran). Maksudnya, Islam adalah agama yang
bersih dari campur tangan manusia. Sumber dan metode dalam Islam, semuanya bersumber
langsung dari Allah SWT.
Rabbaniyah Al-Ghayah: (Rabbaniyah dalam tujuan). Maksudnya, tujuan semua ibadah adalah
Allah SWT. Ada ketentuan wajib, sunnah, mubah, dsb., dalam ajaran Islam yang bermaksud
supaya manusia taat kepada-Nya dan mendapat keridhaan-Nya.Ada juga ajaran yang
bernafaskan social humanity (puasa sehat; bekerja berhasil; dst)

2. Insaniyah

Islam bersifat Insaniyah (kemanusiaan), artinya bahwa Islam memang Allah jadikan pedoman hidup
bagi manusia yang sesuai dengan sifat dan unsur kemanusiaan.

Islam bukan agama yang disyariatkan kepada malaikat dan jin, sehingga manusia tidak kuasa
melaksanakannya.

Islam menjaga aspek-aspek kefitrahan manusia yang hanif (lurus).

Contohnya: Islam yang manusiawi terhadap syahwat manusia, karena tak selamanya syahwat itu
merupakan musuh bagi manusia. Alasan yang lain adalah karena Islam datang bukan untuk
memerangi hawa nafsu, melainkan mengendalikan dan menempatkannya secara haq.

Kasus nyata: Berita Elshinta- Banyak pastur mendemo Vatikan untuk menghentikan larangan nikah
bagi mereka. Dan menurut suster muallaf bernama Anastasia Maria, pada saat ia masih menjadi
suster, banyak pastur yang menghamili suster-suster lain, temannya.

3. Tawazun

Tawazun artinya seimbang.

Manusia dan Agama Islam merupakan ciptaan Allah yang bersesuaian dengan fitrah-Nya.

Manusia memiliki 3 potensi: Jasad, Akal, dan Ruh. Dalam Islam, ketiga dimensi (potensi) tersebut
harus berada dalam keadaan seimbang.

Bila ketiganya seimbang, maka dapat diperoleh kebahagiaan, yakni kebahagiaan bathin (jiwa) serta
kebahagiaan zhahir (gerak). Orang yang telah mampu menyeimbangkan potensi dalam dirinya
tergolong dalam hamba yang dapat mensyukuri nikmat Allah. Sebaliknya, manusia yang tidak ber-
tawazun merupakan golongan yang merugi. Contoh manusia yang tak ber-tawazun: Atheis
(rasionalitas yang berlebihan-mempertanyakan dan tidak memercayai eksistensi Allah SWT);
Materialistis (mementingkan materi/dimensi jasmani ); Pantheis/kebatinan (menaruh batin sebagai
yang utama).

4. Al-Wudhuh

Wudhuh artinya jelas.

Maksudnya, Islam memiliki kejelasan dalam hal konsep. Kejelasan ini tidak menimbulkan suatu
kebingungan pada saat kita mempelajari dan mengamalkannya.

Pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul ketika berusaha memahami Islam, dapat terjawab
karena karakteristik yang satu ini.

5. Syumuliyah

Syumuliyah artinya universal-integral

Islam merupakan agama yang lengkap dan menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia.

Cakupan Islam dibagi menjadi beberapa dimensi: dimensi waktu, dimensi demografis, dimensi
geografis, dan dimensi kehidupan.
Dimensi waktu: Islam telah diturunkan sejak Nabi Adam SAW hingga mata rantai kenabian ditutup
pada masa Rasulullah Muhammad SAW. Namun, Islam bukan hanya untuk yang hidup di masa
Rasul, tetapi untuk masa hidup seluruh umat manusia.

Dimensi demografis: Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dengan seluruh etnisnya.
Mereka sama di mata Allah dan dibedakan karena asas ketaqwaannya.

Dimensi geografis: Islam diturunkan untuk diterapkan di seluruh penjuru bumi secara universal
(bukan hanya identik dengan Arab).

Dimensi kehidupan: Islam membawa ajaran-ajaran yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan
manusia (mulai dari sosial, ekonomi, politik, hukum, dsb).

6. Al-Waqiiyah

Al-Waqiiyah artinya kontekstual.

Manusia diciptakan dengan segala kelebihan serta kelemahan yang dimilikinya. Islam mengakui
realitas manusia sebagai makhluk yang mempunyai kombinasi penciptaan.

Oleh karena itu, di dalam pengarahan pembentukan pola pikirnya, dalam ajaran moralitasnya, dan
di dalam hukum kontekstualnya, Islam tidak pernah melupakan realitas alam, kehidupan dan
manusia dengan segala kondisi dan peristiwa-peristiwa yang melingkupinya.

Islam memberikan perintah dan larangan, namun disitu ada rukhsah (keringanan) pada kondisi-
kondisi tertentu yang secara fitrah manusia tidak dapat melaksanakannya. Seperti shalatnya orang
sakit dengan duduk atau berbaring, tayamum, berbukanya orang musafir dengan menqadanya di
hari lain.

Keringanan-keringanan itu semua merupakan perhatian Alloh akan realitas manusia dan kondisi
mereka yang tidak stabil.

Anda mungkin juga menyukai