TINJAUAN TEORETIS
dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup. Jadi, kode etik
adalah pedoman atau cara hidup manusia dalam menjalankan tugas profesinya yang
Menurut Istilah Kode Etik menurut H.M. Suparta, dan Herry Noer Aly,
profesi harus ada kode etik yang dijunjung tinggi oleh para anggotanya, dengan kata
lain kemampuan dan kekuatan itu membawa serta tanggung jawab moral khusus
pedoman tingkah laku yang harus diikuti dan diamati oleh anggota suatu profesi
Sedangkan pengertian yang sama dapat dilihat dalam kamus umum bahasa Indonesia
dijelaskan bahwa yang disebut dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
9
10
"Guru adalah seorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat
memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia
harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan sanggup
berkomunikasi dalam bekerja sama dengan orang lain. 5
Pengertian guru dilihat dari beberapa pengertian diatas secara sederhana
dapat disimpulkan adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta
berbeda tetapi arti yang sama, yaitu orang yang memberikan ilmu pengetahuan.6
menyebut nama gelarnya, al-Ustadz atau al-Syekh. Menurut para ahli bahasa, kata
Murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi yang berarti membimbing, mengurus,
mengasuh, dan mendidik. Kata mu’allim merupakan bentuk isim fa’il dari ‘allama,
yu’allimu yang artinya mengajar atau mengajarkan.7 Hal ini sebagaiman firman
11
Terjemahnya;
‛Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malikat, lalu berfirman: sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar‛ (QS. al-Baqarah; 31).8
Istilah Murabbi sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih
mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani maupun yang ruhani. Kata
al-Murobbi lebih lanjut dapat dipahmi dari kata-kata rabb yang terdapat dalam
beberapa ayat, sebagaimana dalam Qs. al-Fatihah/1: 2.
Maraghi bahwa yang dimaksud dengan al- Rabb adalah sayyid (tuan) al-murabbi,
yaitu orang yang memelihara, mengajar yang dibimbingnya dan diatur tingkah
lakunya.10
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kode etik guru adalah pedoman tingkah
laku yang harus diikuti dan ditaati oleh semua guru dalam melaksanakan tugasnya
dalam artian bahwa tindak tanduk seorang guru harus mencerminkan sebuah akhlak
dan budi pekerti mulia yang harus ditunjukan sebagai seorang pendidik.
12
yang dikenal dengan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). Kode etik ini dirumuskan
pada hasil kongres PGRI XVI di Jakarta. Adapun kode etik guru yang digunakan
13
atau ditetapkan di SMA Negeri 1 Campalagian yaitu sesuai dengan hasil konfrensi
pusat PGRI pada tahun 2006. Adapun isi dari kode etik guru Indonesia sebagai
berikut:
pembelajaran.
10) Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam
setiap tindakan profesional dengan sejawat.
11) Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-
tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
12) Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-
kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
13) Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru berkaitan dengan kualifikasi dan
kompetensi sejawat atau calon sejawat.
14) Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
15) Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar
pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
16) Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
17) Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.17
Guru dalam lingkungan sekolah akan selalu berhadapan dengan sesama guru
dalam menjalankan tugasnya. Sehubungan dengan hal ini, guru harus menyadari
bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak dapat dilaksanakan dalam kesendirian
tanpa eksitensi sekolah dan tanpa kehadiran teman-teman guru dan pegawai selaku
mitra kerjanya.
Seorang guru dalam melaksanakan tugas harus juga menghormati, menghayati dan
mengamalkan kode etik guru Indonesia, sebagai jiwa pengabdiannya kepada nusa
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku
dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu
kongres organisasi profesi. Penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara
bahwa orang-orang yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi tersebut, tidak
dapat dikenakan aturan yang ada dalam kode etik tersebut. Kode etik suatu profesi
hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan
21
profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung
Berbicara mengenai ruang lingkup kode etik guru maka dapat dilihat dari
maksud yang terkandung dalam masing-masing item hasil kongres PGRI ke-XVI
mengabdikan dirinya secara ikhlas untuk menuntun dan mengantarkan anak didik
seutuhnya, baik jasmani atau rohani, baik fisik maupun mental agar menjadi insan
membimbing anak didiknya ke arah hidup yang selaras, serasi dan seimbang. 23
Berkaitan dengan item ini, maka guru harus mampu mendisain program
pengajaran sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setiap diri anak didik. Yang lebih
penting lagi guru harus menerapkan kurikulum secara benar, sesuai dengan
untuk tingkat SD harus juga diterapkan di SD. Bukan asal gampangnya saja,
kurikulum dan program untuk SMP dapat digunakan di SD atau di SMA. Hal
Pengadaan komunikasi dan hubungan baik dengan anak didik, maka guru
akan mendapatkan informasi tentang keadaan dan karakteristik anak didik. Dan ini
akan sangat membantu bagi guru dan siswa dalam upaya menciptakan proses belajar
bertanggung jawab atas pelaksanaan proses pendidikan bagi anak. Sebab dilihat dari
hubungan masyarakat di sekitar dengan sekolah, bagi guru sangatlah penting untuk
selalu memelihara hubungan baik, karena guru akan mendapatkan masukan
Selanjutnya kalau dilihat dari masyarakat secara luas itu akan mengembangkan
25
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 151.
26
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, h. 155.
27
Sardiman A.M,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 153-154.
23
guru dapat melakukannya baik secara informal maupun secara formal. Secara
informal guru dapat belajar melalui media terutama melalui Surat kabar, majalah,
radio dan televisi. Secara formal guru dapat mengikuti pendidikan berbagai kursus-
kursus, akademi maupun tingkat perguruan tinggi, terutama pada lembaga yang
sama dapat dilakukan melalui penataran, diskusi lokakarya dan lain sebagainya. 28
Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari segi hubungan formal
dan hubungan kekeluargaan. Hubungan formal ialah hubungan yang perlu dilakukan
ialah hubungan persaudaraan yang perlu dilakukan baik dalam lingkungan kerja
bangsa.29
Hubungan guru pada item yang kedelapan ini pada pokoknya berkisar
Guru adalah bagian warga negara dan warga masyarakat yang merupakan
28
Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, h. 158-160.
29
Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, h. 272.
30
Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, h. 272.
24
Rumusan kode etik guru seperti diuraikan di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa yang termasuk dalam ruang lingkup kode etik guru adalah
komponen ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga dengan kerjasama yang baik dari keempat komponen inilah suatu
B. Kedisiplinan Mengajar
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini
timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata
yaitu: tata tertib, ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib di bidang studi
31
Sardiman A.M,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, h. 156-157.
32
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003
), h. 24.
33
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai
Pustaka, 1970), h. 208.
25
Kebudayaan, yaitu:
‚Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua
ketentuan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung
jawab‛.34
Disiplin berarti ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib,
hukum dan sebagainya. Sikap disiplin harus tercermin dan terwujud dalam sikap dan
perbuatan sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan organisasi,
lingkungan masyarakat mapun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.35 Selain
itu, kedisiplinan adalah kepatuhan mentaati peraturan dan tata tertib serta tanggung
jawab atas apa yang diberikan kepadanya baik secara langsung maupun secara tidak
langsung dengan penuh kesadaran.36
Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui
kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi.37
Pematuhan secara sadar mengandung pengertian menjunjung tinggi segala
lingkungan masyarakat. Hal ini disebabkan antara lain dikatakan oleh Agus Suwanto
bahwa tiap keluarga kecil apapun keluarga, misalnya kelompok bermain selalu
dengan yang lainnya. Adanya peraturan-peraturan itu tiada lain adalah untuk
menjamin kehidupan yang tertib dan tentang hingga kelangsungan hidup sosial itu
34
Depdikbud. PPKN SMU kelas 2 (Cet. I; Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 58.
35
Achmad Yunan S, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Bandung: Angkasa,
1995), h. 103.
36
Abdurrahman, P-ngelolaan Pengajaran (Ujung Pandang; Bintang Selatan, 1993), h. 85.
37
http//www.google.com, Pengertian Disiplin; Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK
(makassar, 2018), h. 1.
26
masyarakat luas.
menggunakan sistem hukuman atau hadiah.39 Guru turut serta dalam melaksanakan
program dan kegiatan sekolah. Dengan demikian, guru harus menunjukkan hasil
Sehingg hal ini disiplin kerja yang dilaksanakan oleh seorang guru akan mempunyai
Dunia pendidikan saat ini dalam banyak dijumpai perkataan mengajar dan
keterampilan dan sebagainya itu dapat menjadi milik orang tersebut. Sementara
mendidik adalah proses penanaman nilai-nilai edukatif pada seorang anak didik
38
Agus Swasto, Psikologi Perkembangan (Bandung; Aksara Baru, ed. III), h. 118.
39
Soergada Porba Kawatja dan H. A. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan (Cet. Ke-II; Jakarta:
Gunung Agung, 1981), h. 81.
40
Amier Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (cet. I : Surabaya : Usaha Nasional,
1973), h. 28.
27
Atau dikatakan mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk
berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian
rupa sehingga, membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani ataupun
41
Ahman Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Cet. IV; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), h. 7.
28
tujuan belajar yang berbeda. Atau sebaliknya untuk mencapai tujuan belajar tertentu
harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula.42
Pekerjaan mengajar ini memiliki kedudukan yang mulia dalam pandangan
Islam, sebagaimana diisyaratkan oleh Allah Swt., dalam QS An-Nisa/4: 9.
Terjemahnya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.43
Mengajar adalah suatu proses atau kegiatan menanamkan pengetahuan
kepada anak atau orang lain untuk tujuan pendidikan. Karena itu Islam memberikan
kedudukan yang tinggi dan mulia siapa saja yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan
semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk
tanggung jawabnya terhadap pendidikan peserta didiknya. Karena bagaimana pun
seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi peserta
didiknya dalam sikap atau teladan. Sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan
(pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
42
Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar (Cet. I; Surabaya : Usaha Nasional,
1993), h. 13.
43
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. 10; Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2012), h. 116.
29
memungkinkan agar peserta didik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang
akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga peserta didik mengembangkan
kemampuan dirinya.
c. Disiplin liberal, adalah disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki
kebebasan tanpa batas.44
Disiplin diri artinya kepatuhan dan ketaatan terhadap apa yang telah
2) Disiplin Sosial
Disiplin sosial adalah kepatuhan dan ketaatan seseorang terhadap peraturan-
peraturan, norma-norma, kaidah-kaidah/adat istiadat dan kesepakatan yang berlaku
di dalam masyarakat dimana dia berada. Misalnya, menaati adat istiadat dan budaya
perkawinan yang berlaku.46
3) Disiplin Nasional
berupa keputusan dan ketaatan, baik secara sadar maupun melalui pembinaan
44
Www.Wikipedia-Pendidikan.Com, Bentuk-bentuk Disiplin (tanggal 12 Maret 2018).
45
Ngadimin Winata, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Bandung: PT Bumi
Aksara, 2002), h. 58.
46
Ngadimin Winata, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, h. 59.
30
waktu amat berharga dan salah satu kunci menuju kesuksesan adalah dengan
Disiplin mengontrol diri sendiri menjadi hal pertama dalam menata perilaku
tujuan pendidikan. Apabila terjadi erosi disiplin maka pencapaian tujuan pendidikan
47
Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 95.
31
b) Munculnya sebagian orang yang ingin bebas dan lepas dari aturan.
c) Pola dan sistem pendidikan yang sering berubah.
d) Motivasi belajar peserta didik dan para pendidik menurun.
e) Longgarnya peraturan yang ada.
Pada dasarnya ada dua dorongan yang mempengaruhi disiplin, yaitu:
1. Dorongan yang datang dari dalam diri manusia, yaitu dikarenakan adanya
pengetahuan, kesadaran dan keamanan untuk berbuat disiplin.
2. Dorongan yang datangnya dari luar, yaitu dikarenakan adanya perintah,
larangan, pengawasan, pujian, ancaman, hukuman dan sebagainya.
3. Aspek Kedisiplinan Mengajar
Guru merupakan orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Ini berarti bahwa seorang guru minimal harus memiliki dasar-dasar
kompetensi sehingga memiliki wewenang dan kemampuan dalam menjalankan
tugasnya terutama agar dapat meningkatkan suasana belajar. SMA Nergeri 1
Campalagian memiliki aturan tersendiri dalam hal kedisiplinan guru, ada tiga hal
yang perlu diperhatikan bagi setiap guru di SMA Negeri 1 Campalagian, yaitu;
Kehadiran, Pelaksanaan tugas (kegiata), Program tindak lanjut. Untuk lebih jelasnya
ketiga hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kehadiran
1) Hadir di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan pulang setelah jam
pelajaran selesai.
2) Menandatangani daftar hadir guru.
3) Hadir dan meninggalkan kelas tepat waktu
4) Mencatat kehadiaran siswa setiap hari (absensi).
b. Pelaksanaan tugas (kegiatan)
32
1) Mengatur siswa yang akan masuk kelas dengan berbaris secara teratur.
2) Melaksanakan semua tugasnya secara tertib dan teratur
3) Membuat program semester
4) Membuat persiapan mengajar sebelum mengajar.
5) Mengikuti upacara, peringatan hari besar agama/nasional dan acara lainnya
yang diselenggarakan oleh sekolah.
6) Memeriksa setiap pekerjaan atau latihan siswa serta mengembalikan kepada
siswa.
7) Menyelesaikan administrasi kelas secara baik dan teratur.
8) Tidak mengajar di sekolah lain tanpa seizin tertulis dari pejabat yang
berwenang.
9) Melaksanakan ulangan harian
10) Tidak merokok selama berada di lingkungan sekolah
11) Mengisi buku batas pelajaran setiap selesai mengajar.
12) Mengisi buku agenda guru
13) Berpakaian olahraga selama memberikan pelajaran praktek olahraga
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
14) Mempersiapkan dan memeriksa alat yang akan dipergunakan dalam
pelajaran/praktek Pendidikan Jasmani dan Kesehatan serta mengembalikan
pada tempat semula.
15) Mengawasi siswa selama jam istirahat.
16) Mengikuti senam yang dilaksanakan bersama-sama siswa di sekolahnya.
17) Berpakaian rapi dan pantas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Program Tindak Lanjut
1) Memeriksa kebersihan anak secara berkala.
33
suatu ketaatan (kepatuhan) guru terhadap tata tertib (aturan) yang berkaitan dengan
sekoah.
guru dalam proses belajar mengajar adalah mencakup tiga aspek, yaitu kehadiran,
pelaksanaan tugas (kegiatan) dan program tindak lanjut, dengan alasan untuk
Disiplin kerja guru dapat terlaksana dengan baik ataupun tidak yang
a. Faktor Pegawai (pribadi guru), yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur,
disiplin kerja guru dapat dipengaruhi oleh Intellectual Quotiont (IQ) guru,
48
Administrasi dan Tata Usaha, Tata Tertib Guru dan stap SMAN 1 Camapalagian Kab.
Poleawli Mandar.
49
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung:
Rosda, 2002), h. 120.
34
Emotional Quotiont (EQ) guru dan Spritual Quotiont (SQ) guru. Sedangkan faktor
pekerjaan di atas menerangkan tentang bagaimana keadaan guru kaitannya dengan
organisasi sekolah (kedudukan, sistem kerja, interaksi sosial di tempat kerja, sarana
Selain faktor yang disebutkan di atas, faktor yang juga sangat mempengaruhi
a. Faktor Kebutuhan, bahwa guru akan mengikuti disiplin yang berlaku pada suatu
sekolah jika kebutuhan guru terpenuhi, seperti kebutuhan akan jaminan finansial
fisik untuk istirahat, kebutuhan akan keamanan dan rasa aman, kebutuhan
pengembangan kreatifitas, kebutuhan akan kedudukan dan tugas yang jelas serta
b. Faktor Lingkungan, disiplin kerja guru akan lebih optimal jika terjadi interaksi
yang baik antar individu dalam organisasi, yaitu interaksi yang simbiosis
mutualisme antara guru dan peserta didik, guru dan guru, guru dan staf, guru dan
pimpinan sekolah, guru dan orang tua serta guru dan masyarakat.
c. Faktor Kepemimpinan, bahwa kepemimpinan dalam hal ini adalah kepala sekolah
dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya, menjadi pengaruh yang besar
1) Dorongan yang datang dari dalam diri manusia, yaitu dikarenakan adanya
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data penelitian yang
berwujud angka-angka dianalisis menggunakan statistik, kemudian analisis datanya
hanya sampai pada deskripsi variabel satu demi satu. Metode kuantitatif dinamakan
metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelian. Metode ini sebagai metode positivistik
karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode
ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris,
obyektif, terukur, rasional dan sistematis. 1
Jenis penelitian ini adalah ex post facto, disebut demikian karena dalam
penelitian ini tidak diberikan perlakuan melainkan hanya mengungkapkan fakta yang
sudah berlangsung, Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
maka penulis hanya menjelaskan Pengaruh Penerapan Kode Etik Guru terhadap
Kedisiplinan Mengajar di SMA Negeri 1 Campalagian. Jadi, pada penelitian ini
hanya menggambarkan Kode Etik Guru dan bagaimana pengaruhnya terhadap
kedisiplinan Guru.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian diadakan di SMA Negeri 1 Campalagian. Tepatnya berada
di Jl. Poros Majene Desa lapeo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali
Mandar. Peneliti mengambil lokasi ini selain sebagai latar belakang masalah yang
ada di lokasi juga dipilih atas dasar pertimbangan keterjangkauan lokasi, baik dari
segi waktu, biaya, maupun tenaga yang diperlukan untuk mengumpulkan data.
1
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Alfabeta, 2010), h. 56.
35
36
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
variabel dalam penenlitian ini adalah Kode Etik Guru sebagai variabel bebas (X) dan
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah ex post facto, disebut demikian karena dalam
penelitian ini tidak diberikan perlakuan melainkan hanya mengungkapkan fakta yang
sudah berlangsung, Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,
maka penulis hanya menjelaskan Pengaruh Penerapan Kode Etik Guru terhadap
X Y
Keterangan;
C. Pendekatan Penelitian
Pendekatan atau perspektif merupakan titik tolak atau sudut pandang yang
2
Sugiyono, Metode Penelitian kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 63.
3
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), h. 207.
37
relevansi akademik dengan fakultas atau program studi yang ditekuni peneliti.4
1. Pendekatan Metodologi
sebagai suatu yang berdimensi tunggal, fragmental, dan cenderung bersifat tetap.
bantuan cara/alat-alat yang objektif dan baku.5 Karena itu, disusun rancangan yang
Sesuai dengan jenis data dan analisisnya, maka penelitian ini termasuk
Terdapat berbagai konsep hasil studi beberapa disiplin ilmu tertentu yang
4
Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah,
Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian, h. 16.
5
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, h. 6.
6
Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. VII; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 53.
38
ekonomi, antropologi, sejarah, biologi, dan sebagainya, 7 akan tetapi sesuai disiplin
pendekatan psikologis.
Oleh karena itu, ilmu pendidikan atau pedagogik digunakan untuk memandang
Selain itu, psikologi merupakan studi ilmiah tentang perilaku dan proses
lingkungan pendidikan.9
psikologi yang menjadi titik tolak dalam pendidikan.10 Sehubungan dengan itu,
maka psikologi pendidikan merupakan salah satu pendekatan yang menjadi titik
kedisiplinan mengajar.
7
Tatang Syarifuddin, Landasan Pendidikan (Cet. 1; Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Depag. RI., 2009), h. 6.
8
Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan: Kurikulum, Program Pengajaran, Efek Instruksional
dan Pengiring, CBSA, Metode Mengajar, Media Pendidikan, Pengelolaan Kelas, Evaluasi Hasil
Belajar (Cet. III; Bandung: Remadja Karya, 1989), h. 5-6.
9
John W. Santrock, Educational Psychology (Dallas: MCGraw-Hill, 2004). Terj. Tri
Wibowo, Psikologi Pendidikan, h. 4.
10
Tatang Syarifuddin, Landasan Pendidikan, h. 6.
39
1. Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
adalah semua siswa di SMA Negeri 1 Camapalagian Kab. Polewali Mandar sebanyak
525 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
populasi yang tergolong besar (lebih dari 100 orang). Pengambilan sampel dilakukan
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
12
dalam populasi Sampel dalam penelitian ini adalah 105 siswa SMA Negeri 1
angket. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
dijawab13. Adapun bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup, yaitu responden dapat memilih salah satu alternatif jawaban yang telah
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Cet. Ke-I; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 117.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 82.
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi h. 192.
40
di lapangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui data dari informasi yang dapat
di pertanggungjawabkan kebenarannya.
data yang digunakan dalam teknik komunikasi tak langsung, artinya responden
secara tidak langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui
pertanyaan yang diedarkan dan diberikan kepada guru dan peserta didik dalam hal
ini responden untuk di isi sesuai yang diinginkan peneliti. Angket ini digunakan
untuk memperoleh data tentang “Pengaruh Penerapan Kode Etik Guru terhadap
Sering (S) 3 2
Kadang-kadang (KK) 2 3
14
Lexij Moeleno, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 150.
41
sebagai berikut;
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis menyiapkan segala hal yang ditentukan dalam
kemudian menyelesaikan urusan administrasi seperti surat izin penelitian mulai dari
Polewali Mandar.
2. Tahap Penyusunan
yang dimaksud adalah penyusunan instrumen yang berkaitan dengan variabel yang
menggunakan teknik pengumpulan data yang lazim dipakai dalam penulisan ilmiah
penelitian. Penelitian ini menggunakan angket untuk memperoleh data yang lebih
Metode analisis data adalah metode yang digunakan untuk mengolah hasil
1. Statistik Deskriptif
kedua pada penelitian ini. Pada data statistik deskriptif disajikan dengan tabel
a. Menentukan Range
-
Keterangan;
R : range
: data tertinggi
: data terendah
Keterangan;
: panjang kelas interval
15
Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi (Cet. VII; Jakarta: Erlangga, 2008), h 73.
43
: rentang nilai
: kelas interval16
d. Mencari persentase dengan rumus:
𝑓
P=
𝑁
𝑥 100%
Keterangan :
P : Jumlah Presentase
F : Jumlah Frekuensi
keterangan:
Mx : Mean yang dicari.
( ̅)
√
( )
Keterangan:
: standar Deviasi
: ferekuensi variabel
Xi : kelas interval Variabel
X : rata-rata
n : jumlah populasi18
44
1) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk memastikan bahwa data setiap variabel yang
dianalisis berdistribusi normal. Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa statistik
parametris bekerja berdasarkan asumsi bahwa setiap variabel yang akan dianalisis
2
f o f h 2
hitung
fh
Keterangan:
hitung
2
: nilai Chi-Square hitung
fo : frekuensi hasil pengamatan
fh : frekuensi harapan19
Kriteria pengujian normal bila hitung
2
tabel
2
, dimana tabel
2
diperoleh dari
2) Uji Linearilitas
antara dua variabel yang diidntifikasikan secara teori sesui atau tidak dengan hasil
Dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan pembilang n-1 serta derajat
b. Persamaan Regeresi
( )( )
√* ( ) +* ( ) +
Keterangan :
: Koefesien korelasi yang dicari
N : Banyaknya subjek pemilik nilai
X : Nilai variabel 1
Y : Nilai variabel 221
Setelah nilai r diperoleh, dengan ketentuan yaitu apabila nilai r hitung lebih
besar dari pada nilai r tabel, berarti ada hubungan yang signifikan, maka Ha diterima
dan Ho ditolak. Demikian juga sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari pada r tabel
Keterangan ;
r : nilai korelasi
n : jumlah sampel.
Kriteria pengujian adalah diterima hipotesis jika t hitung lebih besar dari
pada t tabel berdasarkan dk: n-2 dan taraf nyata 0,05 demikian pula sebaliknya.
Keterangan;
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
Langkah-langkah membuat persamaan linear sederhana sebagai berikut;
a) Harga b dihitung dengan;
( )
√
47
Koefisien regresi b ;
√ ( )
4) Pengujian hipotesis
a) Membuat hipotesis dalam uraian kalimat
: Kode etik guru tidak berpengaruh terhadap kedisiplinan mengajar
: Kode etik guru berpengaruh terhadap kedisiplinan mengajar
b) Hipotesisi dalam model statistik
0
0
d) Menghitung dan
e) Membandingkan dan
f) Kesimpulan